Modul Psikologi Komunikasi [TM9]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
PROSES KOMUNIKASI MASSA
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
FIKOM
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
09
(TM)
Kode MK
Disusun Oleh
A21423EL
Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Modul ini membahas tentang Proses
Komunikasi Massa
Diharapkan mahasiswa mengerti
tentang Proses Komunikasi Massa dan
mampu mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari
MODUL 9
PROSES KOMUNIKASI MASSA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia di dunia ini memerlukan adanya komunikasi antara satu dengan yang lain.
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang berarti memerlukan orang lain. Dengan
demikian, secara tidak langsung satu dengan yang lainnya harus melakukan suatu komunikasi, baik
verbal maupun non verbal. Suatu komunikasi tersebut tidak akan terjadi dengan baik jika didalamnya
terdapat hambatan-hambatan, baik dari komunikan, komunikator, ataupun perantara. Komunikasi
yang baik terjadi apabila antara komunikator dengan komunikan memahami isi pesan yang
disampaikan atau diterima dan komunikan memberikan tanggapan (feedback) dari pesan yang telah
disampaikan oleh komunikator. Jika semua itu, berjalan dengan baik maka komunikasi pun akan
berjalan dengan baik pula.
Dalam psikologi sosial terdapat dua pendekatan yaitu ada yang menekankan pada faktor
psikologis dan ada yang menekankan pada faktor sosiologis. Faktor psikologis biasa disebut faktor
personal (faktor yang timbul dari dalam diri individu) dan faktor sosiologis biasa disebut faktor
situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu).
Abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai suatu tingkat dimana orang
mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.Teknologi komunikasi
mutakhir telah menciptakan apa yang disebut "publik dunia" atau weltoffentlichkeit (Dofivat, 1967).
Dofivat mengingatkan kita tentang kemungkinan dikontrolnya media massa oleh segelintir orang
untuk kepentingannya sendiri, sehingga jutaan manusia kehilangan kebebasannya.
Sesuai dengan faktor-faktor personal dan situasional yang memengaruhi perilaku manusia, dalam
modul ini kita akan melihat bagaimana karakteristik individu memengaruhi penggunaan media,
disamping meneliti pengaruh media massa pada sistem kognitif dan sistem afektif khalayak.
2016
2
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PEMBAHASAN
Pengertian Komunikasi Massa
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980:10),
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang.
Sedangkan seorang ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci
karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1976) menulis, komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas
dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Merangkum definisi - definisi di atas, komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak
atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Sistem Komunikasi Massa Versus Sistem Komunikasi Interpersonal
Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat
kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan
sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok sistem
komunikasi massa (menurut Elizabeth-Noelle Neumann, 1973:92):
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan)
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonym
4. Mempunyai publik yang tersebar.
Karena perbedaan teknis, sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis
yang khas dibandingkan komunikasi interpersonal. Ini tampak dalam pengendalian arus informasi,
umpan balik, stimuli alat indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan.
Pengendalian Arus Informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan
yang diterima.
Perbandingan antara pengendalian arus informasi dalam komunikasi massa dan komunikasi
interpersonal:
KOMUNIKASI MASSA
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Kita tidak dapat mengendalikan arus informasi Kita bersama-sama dapat mengendalikan arus
seperti
yang
dikehendaki
(dikendalikan informasi seperti yang dikehendaki.
komunikator)
2016
3
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Situasi komunikasi dapat menunjang persuasi Situasi komunikasi akan mendorong belajar yang
yang efektif
efektif
Komunikator sukar menyesuaikan pesannya Komunikator mudah menyesuaikan pesannya
dengan reaksi komunikan, reaksi khalayak dengan reaksi komunikan
dijadikan proses untuk komunikasi berikutnya
(feedback)
Umpan Balik
Umpan balik berasal dari teori sibernetika dalam mekanika –teori mekanistis tentang proses
mengatur diri secara otomatis. Umpan balik adalah metode mengontrol system. Di dalam sibernetika,
umpan balik adalah keluaran (output) system yang “dibalikkan” kembali (feedback) kepada system
sebagai masukan (input) tambahan berfungsi mengatur keluaran berikutnya.
Dalam komunikasi , umpan balik dapat diartikan sebagai respons, peneguhan, dan
servomekanisme internal (Fisher, 1978: 286-299). Sebagai respons, umpan balik adalah pesan yang
dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber tentang reaksi penerima, dan
memberikan landasan kepada sumber untuk menetukan perilaku selanjutnya.
Umpan balik sebagai peneguhan (reinforcement) bermula dari psikologi behaviorisme. Respons
yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulangi respons tersebut. Sebaliknya, respons yang
tidak mendatangkan ganjaran –atau tidak diperteguh—akan dihilangkan.
Umpan balik sebagai servomekanisme berasal dari mekanika.
Dalam system komunikasi massa, dengan menggunakan model terpadu efek media dari De Fleur dan
Ball-Rockeach (1975), servomekanisme terjadi karena kendala ekonomi, nilai , teknologi, dan
organisasi terdapat dalam system media.
Perbedaan umpan balik sistem komunikasi massa dan sistem komunikasi interpersonal:
PEMBEDA
KOMUNIKASI MASSA
Sebagai respon
Hanyalah
zero
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
feedback, Volume tidak terbatas dan lewat berbagai
berlangsung satu arah
saluran komunikasi
Sebagai peneguhan
Delayed feedback (terlambat)
Umpan balik cepat
Sebagai
Kendala
servomekanisme
teknologi,
ekonomi,
dan
berfungsi
nilai, Sikap berfungsi sebagai servomekanisme
organisasi
sebagai
servomekanisme
2016
4
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Stimulasi Alat Indra
Dalam komunikasi interpersonal, seperti telah kita uraikan pada umpan balik, orang menerima
stimulus lewat seluruh alat indranya. Ia dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa
(bila perlu).
Dalam komunikasi massa, stimulus alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar
dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar.
Pada televisi dan film, kita mendengar dan melihat.
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Sedangkan
dalam komunikasi interpersonal, stimuli lewat seluruh alat inderanya. Menurut McLuhan,
perkembangan sejarah berdasarkan media massa dibedakan menjadi 3 babak:

Babak tribal: lewat semua alat indera.

Babak Gutenberg: hanya indera mata yang mendapat stimuli.

Babak neotribal: alat-alat elektronik memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat
indera.
Proporsi Unsur Isi dengan Hubungan
Seperti yang dijelaskan pada Sitem Komunikasi Interpersonal, setiap komunikasi melibatkan
unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi intrepersonal, unsur hubungan sangat
penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, unsur istilah yang penting.
Perbandingan proporsi unsur isi dengan hubungan antara komunikasi massa dan komunikasi
interpersonal.
KOMUNIKASI MASSA
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Unsur isi lebih penting
Unsur hubungan lebih penting
Pesan berstruktur, dapat disimpan, diklasifikasi, Pesan tidak berstruktur, tidak sistematis, dan
dan didokumentasikan
sukar disimpan atau dilihat kembali.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa
Media masa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khalayak, sedangkan
khalayak itu sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung atau menerima
pesan-pesan yang telah diberikan atau disampaikan dari media massa. Dari sini khalayak akan
memilih suatu informasi dari lingkungan yang berbeda pula.
Dalam perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompokkelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Untuk golongan berdasarkan
usia, yakni untuk usia anak-anak dalam menyukai tayangan televisi, mereka lebih menyukai tayangan
film-film kartun, seperti Naruto, Avatar, SpongbobSquerpain, Doraemon, Sinchan, Popeyed dan filmfilm kartun yang lainnya. Dan untuk usia seorang ibu-ibu rumah tangga, mereka lebih condong
2016
5
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyukai tayangan tentang acara memasak atau film-film telenovela yang cenderung menceritakan
tentang kisah-kisah percintaan dan kisah-kisah perselingkuhan atau sinetron-sinetron dan untuk usia
remaja
mereka
lebih
menyukai
tentang
tayangan
seperti
infotaimen-infotaimen.
Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin, yaitu untuk para perempuan mereka
lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan sinetron-sinetron. Sedangkan untuk para
laki-laki mereka lebih menyukai atau memilih tentang tayangan olahraga, seperti tinju dan sepak bola.
Untuk golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang pendapatannya lebih dari standar
atau tinggi maka tayangan dalam media TV mereka lebih menyukai tentang acara yang menayangkan
ada tempat-tempat perbelanjaan. Dari masing-masing sebagian golongan sosial tersebut apabila
masing-masing golongan sosial seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka
apabila mereka cenderung memilih isi komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka
akan memberi respon dengan cara hampir sama juga.
Efek Komunikasi Massa
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi pada apa
yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu apa yang kita baca surat kabar atau menonton
televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau
menggerakkan perilaku kita.
Di saat kita menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi massa, kita telah melihat
pasang-surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang
sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada
pengaruhnya sama sekali. Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar
belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan “efek“.
Misal: seseorang yang mengantikan abu merang padi dengan shampoo untuk keramas.
Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977:359 ), ada yang
beranggapan bahwa efek hanyalah “ perubahan perilaku manusia setelah diterpapesan media massa “.
Karena fokusnya pesan , maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang di sampaikan media massa.
Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun
dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe ( Dalam Withoit danHarold de bock, 1980:78 )
ada tiga pendekatan.
a. Dalam melihat efek media massa.
b. Melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerimaan informasi,
perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain perubahan kognitif,
efektif, dan behavioral.
c. Meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi,
masyarakat, atau bangsa.
2016
6
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Efek Kehadiran Komunikasi Massa
Teori McLuhan, disebut teori teori perpanjangan alat indera ( sense extension theory ),
menyatakan bahwa media massa adalah perluasan dari alat indera manusia; telepon adalah
perpanjangan dari telinga, dan televisi adalah perpanjangan dari mata.
Menurut Steven H. Chaffe ada lima hal tentang efek:
1. Efek ekonomis, bahwa kehadiran media massa mengerakkan berbagai usaha. Seperti: produksi,
distribusi, dan konsumsi “jasa” media massa.
2. Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media
massa.
3. Efek pada penjadwalan kegiatan, penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari.
4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, orang menyalurkan perasaannya dengan
mengunakan media massa.
5. Efek pada perasaan orang terhadap media, bagaimana orang menggunakan media massa untuk
memuasakan kebutuhan psikologis.
Efek Kognitif Komunikasi Massa
Dalam kognitif komunikasi massa, kita banyak mengulas tentang citra. Citra adalah
gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi
kita. Kita akan menelaah efek kognitif komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra.
Pembentukan dan Perubahan Citra
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk
menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi dapat membentuk, mempertahankan atau
mendefinisikan citra. Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita dari
media massa kita memperoleh alat indera kita. dengan media massa kita memperoleh iformasi tentang
benda, orang, atau tempat yang kita alami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki
semuanya. Karena itu media massa dapat menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa
yang jauh dari jangkauan alat indera kita.
Kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas yang ditampilkan
media masa. Misalnya saja, televisi yang sering menampilkan adegan kekerasan menjadikan penonton
cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Dalam hal ini
jelas citra dunia dan lingkungan sosial dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya di televisi ataupun media
massa lain.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi karena pada masyarakat modern orang
memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Dari media kita dapat menentukan
mana isu yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa
yang dianggap penting oleh masyarakat disebut agenda setting.
Agenda Setting
Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita,
artikel atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, penyunting redaksi atau wartawan
2016
7
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mementukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau
isu diberi bobot tertentu dalam penyajian (ruang suat kabar, waktu pada televisi atau radio) dan cara
penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar dan frekuensi pemuatan). Bagaimana media massa
menyajikan peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda media.
Karena khalayak memperoleh banyak informasi melalui media massa, maka agenda media
tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan
menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat tentang apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka
bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik
perhatian masyarakat (community salience).
Efek Prososial Kognitif
Bila media massa seperti televisi, radio, atau surat kabar menyampaikan informasi atau
nilai-nilai yang berguna. Tetapi apakah khalayak memperoleh manfaat? Disini akan dibahas
magaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Inilah yang disebut
efek prososial. Contohnya, bila televisi menyebabkan kita mengerti tentang bahasa Indonesia yang
baik dan benar, berarti televisi menimbulkan efek prososial. Bila majalah menyajikan penderitaan
rakyat miskin di pedesaan, dan hati anda terdorong untuk menolong mereka, media massa
menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam dan
menghimbau anda untuk menyumbang, maka terjadi efek prososial kognitif.
Efek Afektif Komunikasi Massa
Pembentukan dan perubahan sikap
Menurut Joseph Klepper (1960), berdasarkan penelitian yang komprehensif mengenai media massa,
dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat
disimpulkan pada lima prinsip umum :
1. Pengaruh komunikasi massa, faktor-faktornya :
- Predisposisi personal
- Proses selektif
- Keanggotaan kelompok
2. Faktor-faktor diatas berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadangkadang berfungsi sebagai agent of change.
3. Komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih
umum terjadi daripada konversi (perubahan seluruh sikap).
4.Komunikasi massa efektif dalam bidang dimana pendapat orang lemah (misalnya pada iklan
komersial).
5. Komunikasi massa afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada
predisposisi yang harus diperteguh.
Perubahan sikap secara berarti tidak ditemukan oleh peneliti sebab :

Alat ukur yang digunakan oleh peneliti gagal mendeteksi perubahan tersebut.
2016
8
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Terjadi terpaan selektif yang menyebabkan orang cenderung menerima konsepsi yang sudah ada
sebelumnya.

Ketika kita mengukur efek media massa, kita mengukur efek yang saling menghapus, artinya orang
menerima bukan saja media massa yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga menentang hal
tersebut.

Media memang tidak menyebabkan orang beralih sikap, tetapi hanya memperkokoh kecenderungan
yang sudah ada sehingga setiap pihak, dengan kampanye berusaha menghindari pindah ke pihak lain.

Umumnya kita mengukur efek media massa pada sikap politik yang didasarkan pada keyakinan yang
dipegang teguh, bukan pada sikap yang berlandaskan kegiatan yang dangkal.

Diduga, mereka yang diterpa media massa adalah orang-orang yang lebih terpelajar.

Diduga, media massa tidak berpengaruh langsung pada khalayak, tetapi melewati dulu pemukapemuka pendapat.

Media massa tidak mengubah pendapat, tetapi memengaruhi penonjolan suatu isu di atas isu yang
lain.
Rangsangan Emosional
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan pada media massa :

Suasana emosional (mood) : dalam mempersepsi sesuatu, suasana mental sangat berpengaruh.

Skema kognitif : naskah pada pikiran kita yang menjelaskan alur peristiwa yang dapat juga terbentuk
karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretatif.

Suasana terpaan : kondisi sekitar akan memengaruhi dalam emosi pada saat memberikan respons.

Predisposisi individual : mengacu pada karakter individu yang khas, semua orang berbeda-beda.

Tingkat identifikasi khalayak terhadap tokoh dalam media massa : sejauh mana orang merasa terlibat
dengan tokoh yang ditampilkan di media massa
Rangsangan Seksual
Merupakan rangsangan yang muncul akibat adegan-adegan erotis di media massa, yang kita
kenal dengan pornografi. Beberapa ahli menggunakan istilah SEM (Sexually Explicit Materials) atu
erotika. Erotika merangsang gairah seksual, meruntuhkan nilai moral, mendorong orang gila seks, dan
merangsang gairah seksual.
Dalam bab ini, dikenal adanya stimuli erotis, yaitu stimuli yang membangkitkan gairah
seksual internal dan eksternal. Stimuli internal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme dalam
tubuh organisme. Sedangkan stimuli eksternal adalah petunjuk-petunjuk (cues) yang bersifat
visual (olfactory), sentuhan (tactual), gerakan (kinesthetic), dan intelektual.
Menurut tokoh Baron dan Byrne, erotika telah diungkapkan sejak masa kemanusiaan yang
paling dini. Di dunia modern sekarang, erotika menjadi komoditi yang laku. Minat orang pada erotika
timbul karena beberapa motif, antara lain rasa ingin tahu danaphrodisiac. Seks sendiri dikenal
pertama kali dari media erotika.
2016
9
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Efek Behavioral Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima atau efek prososial behavioral
(dan pada perilaku agresif). Selanjutnya, akan diulas teori-teori yang menjelaskan efek komunikasi
massa pada peristiwa-peristiwa sosial.
Efek Prososial Behavioral
Salah satu perilaku prososiala memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain. Teori psikologi yang menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial menurut
Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan
atau peneladanan (modeling). Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu bila terdapat
jalinan positif yang kita amati dan karakteristik kita.
Agresi Sebagai Efek Komunikasi Massa
Agresi sebagai setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang
lain yang menghindari perlakuan seperti itu (Baron dan Byrne, 1979:405). Menurut teori belajar sosial
dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk
perilakunya. Kita dapat menduga penyajian cerita atau adegan kekerasan dalam media massa akan
menyebabkan orang melakukan kekerasan pula, dengan kata lain mendorong orang menjadi agresif.
Teori-teori Efek Komunikasi Massa
Menurut Innis (1951), media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial. Setiap media
memiliki kecenderungan memihak ruang atau waktu – communication bias.Bila komunikasi yang
dilakukan bias pada ruang – artinya, pesan dapat disampaikan ke tempat-tempat yang jauh – orang
cenderung bergerak ke tempat-tempat yang jauh, sehingga terjadi ekspansi teritorial, mobilisasi
penduduk secara horizontal, dan kekaisaran. Sebaliknya, bila komunikasi bias pada waktu, orang
tinggal pada ruang yang terbatas, pada kelompok yang terikat erat karena sejarah, tradisi, agama, dan
keluarga. Bias waktu membawa ke masa lalu, bias ruang membawa ke masa depan. Dengan demikian,
media komunikasi membentuk jenis kebudayaan tertentu. Media lisan mengandung bias waktu,
karena sukar didengar dari jarak jauh. Ini melahirkan masyarakat tradisional dan kekuasaan kelompok
agama serta orang-orang tua. Media tulisan memiliki bias ruang. Ini melahirkan masyarakat yang
menolak tradisi, meninggalkan mitos dan agama, serta berorientasi pada masa depan.
David P. Phillips, teori yang dikemukakan Phillips telah banyak dibicarakan oleh ahli-ahli
sosiologi. Namun, yang baru dari Phillips ialah penggunaan kerangka teori imitasi pada efek media
massa terhadap anggota-anggota masyarakat. Ia menyebutkan proses imitasi ini sebagai penularan
kultural (cultural contagion) yang ia analogikan dengan penularan penyakit (biological contagion). Ia
menyebutkan 6 karakteristik penularan kultural.
Daftar Pustaka
2016
10
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth
Publishing Company.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
2016
11
Psikologi Komunikasi
Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download