MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI PROSES KOMUNIKASI MASSA Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi FIKOM Hubungan Masyarakat Tatap Muka 09 (TM) Kode MK Disusun Oleh A21423EL Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini membahas tentang Proses Komunikasi Massa Diharapkan mahasiswa mengerti tentang Proses Komunikasi Massa dan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari MODUL 9 PROSES KOMUNIKASI MASSA PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini memerlukan adanya komunikasi antara satu dengan yang lain. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang berarti memerlukan orang lain. Dengan demikian, secara tidak langsung satu dengan yang lainnya harus melakukan suatu komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Suatu komunikasi tersebut tidak akan terjadi dengan baik jika didalamnya terdapat hambatan-hambatan, baik dari komunikan, komunikator, ataupun perantara. Komunikasi yang baik terjadi apabila antara komunikator dengan komunikan memahami isi pesan yang disampaikan atau diterima dan komunikan memberikan tanggapan (feedback) dari pesan yang telah disampaikan oleh komunikator. Jika semua itu, berjalan dengan baik maka komunikasi pun akan berjalan dengan baik pula. Dalam psikologi sosial terdapat dua pendekatan yaitu ada yang menekankan pada faktor psikologis dan ada yang menekankan pada faktor sosiologis. Faktor psikologis biasa disebut faktor personal (faktor yang timbul dari dalam diri individu) dan faktor sosiologis biasa disebut faktor situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu). Abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai suatu tingkat dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.Teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut "publik dunia" atau weltoffentlichkeit (Dofivat, 1967). Dofivat mengingatkan kita tentang kemungkinan dikontrolnya media massa oleh segelintir orang untuk kepentingannya sendiri, sehingga jutaan manusia kehilangan kebebasannya. Sesuai dengan faktor-faktor personal dan situasional yang memengaruhi perilaku manusia, dalam modul ini kita akan melihat bagaimana karakteristik individu memengaruhi penggunaan media, disamping meneliti pengaruh media massa pada sistem kognitif dan sistem afektif khalayak. 2016 2 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PEMBAHASAN Pengertian Komunikasi Massa Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980:10), komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan seorang ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1976) menulis, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Merangkum definisi - definisi di atas, komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Sistem Komunikasi Massa Versus Sistem Komunikasi Interpersonal Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok sistem komunikasi massa (menurut Elizabeth-Noelle Neumann, 1973:92): 1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis 2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan) 3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonym 4. Mempunyai publik yang tersebar. Karena perbedaan teknis, sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas dibandingkan komunikasi interpersonal. Ini tampak dalam pengendalian arus informasi, umpan balik, stimuli alat indera, dan proporsi unsur isi dengan hubungan. Pengendalian Arus Informasi Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima. Perbandingan antara pengendalian arus informasi dalam komunikasi massa dan komunikasi interpersonal: KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL Kita tidak dapat mengendalikan arus informasi Kita bersama-sama dapat mengendalikan arus seperti yang dikehendaki (dikendalikan informasi seperti yang dikehendaki. komunikator) 2016 3 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Situasi komunikasi dapat menunjang persuasi Situasi komunikasi akan mendorong belajar yang yang efektif efektif Komunikator sukar menyesuaikan pesannya Komunikator mudah menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan, reaksi khalayak dengan reaksi komunikan dijadikan proses untuk komunikasi berikutnya (feedback) Umpan Balik Umpan balik berasal dari teori sibernetika dalam mekanika –teori mekanistis tentang proses mengatur diri secara otomatis. Umpan balik adalah metode mengontrol system. Di dalam sibernetika, umpan balik adalah keluaran (output) system yang “dibalikkan” kembali (feedback) kepada system sebagai masukan (input) tambahan berfungsi mengatur keluaran berikutnya. Dalam komunikasi , umpan balik dapat diartikan sebagai respons, peneguhan, dan servomekanisme internal (Fisher, 1978: 286-299). Sebagai respons, umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menetukan perilaku selanjutnya. Umpan balik sebagai peneguhan (reinforcement) bermula dari psikologi behaviorisme. Respons yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulangi respons tersebut. Sebaliknya, respons yang tidak mendatangkan ganjaran –atau tidak diperteguh—akan dihilangkan. Umpan balik sebagai servomekanisme berasal dari mekanika. Dalam system komunikasi massa, dengan menggunakan model terpadu efek media dari De Fleur dan Ball-Rockeach (1975), servomekanisme terjadi karena kendala ekonomi, nilai , teknologi, dan organisasi terdapat dalam system media. Perbedaan umpan balik sistem komunikasi massa dan sistem komunikasi interpersonal: PEMBEDA KOMUNIKASI MASSA Sebagai respon Hanyalah zero KOMUNIKASI INTERPERSONAL feedback, Volume tidak terbatas dan lewat berbagai berlangsung satu arah saluran komunikasi Sebagai peneguhan Delayed feedback (terlambat) Umpan balik cepat Sebagai Kendala servomekanisme teknologi, ekonomi, dan berfungsi nilai, Sikap berfungsi sebagai servomekanisme organisasi sebagai servomekanisme 2016 4 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Stimulasi Alat Indra Dalam komunikasi interpersonal, seperti telah kita uraikan pada umpan balik, orang menerima stimulus lewat seluruh alat indranya. Ia dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa (bila perlu). Dalam komunikasi massa, stimulus alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Pada televisi dan film, kita mendengar dan melihat. Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Sedangkan dalam komunikasi interpersonal, stimuli lewat seluruh alat inderanya. Menurut McLuhan, perkembangan sejarah berdasarkan media massa dibedakan menjadi 3 babak: Babak tribal: lewat semua alat indera. Babak Gutenberg: hanya indera mata yang mendapat stimuli. Babak neotribal: alat-alat elektronik memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera. Proporsi Unsur Isi dengan Hubungan Seperti yang dijelaskan pada Sitem Komunikasi Interpersonal, setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi intrepersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, unsur istilah yang penting. Perbandingan proporsi unsur isi dengan hubungan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal. KOMUNIKASI MASSA KOMUNIKASI INTERPERSONAL Unsur isi lebih penting Unsur hubungan lebih penting Pesan berstruktur, dapat disimpan, diklasifikasi, Pesan tidak berstruktur, tidak sistematis, dan dan didokumentasikan sukar disimpan atau dilihat kembali. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa Media masa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khalayak, sedangkan khalayak itu sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung atau menerima pesan-pesan yang telah diberikan atau disampaikan dari media massa. Dari sini khalayak akan memilih suatu informasi dari lingkungan yang berbeda pula. Dalam perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompokkelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Untuk golongan berdasarkan usia, yakni untuk usia anak-anak dalam menyukai tayangan televisi, mereka lebih menyukai tayangan film-film kartun, seperti Naruto, Avatar, SpongbobSquerpain, Doraemon, Sinchan, Popeyed dan filmfilm kartun yang lainnya. Dan untuk usia seorang ibu-ibu rumah tangga, mereka lebih condong 2016 5 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyukai tayangan tentang acara memasak atau film-film telenovela yang cenderung menceritakan tentang kisah-kisah percintaan dan kisah-kisah perselingkuhan atau sinetron-sinetron dan untuk usia remaja mereka lebih menyukai tentang tayangan seperti infotaimen-infotaimen. Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin, yaitu untuk para perempuan mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan sinetron-sinetron. Sedangkan untuk para laki-laki mereka lebih menyukai atau memilih tentang tayangan olahraga, seperti tinju dan sepak bola. Untuk golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang pendapatannya lebih dari standar atau tinggi maka tayangan dalam media TV mereka lebih menyukai tentang acara yang menayangkan ada tempat-tempat perbelanjaan. Dari masing-masing sebagian golongan sosial tersebut apabila masing-masing golongan sosial seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka apabila mereka cenderung memilih isi komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka akan memberi respon dengan cara hampir sama juga. Efek Komunikasi Massa Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi pada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu apa yang kita baca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Di saat kita menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi massa, kita telah melihat pasang-surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali. Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan “efek“. Misal: seseorang yang mengantikan abu merang padi dengan shampoo untuk keramas. Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977:359 ), ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “ perubahan perilaku manusia setelah diterpapesan media massa “. Karena fokusnya pesan , maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang di sampaikan media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe ( Dalam Withoit danHarold de bock, 1980:78 ) ada tiga pendekatan. a. Dalam melihat efek media massa. b. Melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain perubahan kognitif, efektif, dan behavioral. c. Meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa. 2016 6 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Efek Kehadiran Komunikasi Massa Teori McLuhan, disebut teori teori perpanjangan alat indera ( sense extension theory ), menyatakan bahwa media massa adalah perluasan dari alat indera manusia; telepon adalah perpanjangan dari telinga, dan televisi adalah perpanjangan dari mata. Menurut Steven H. Chaffe ada lima hal tentang efek: 1. Efek ekonomis, bahwa kehadiran media massa mengerakkan berbagai usaha. Seperti: produksi, distribusi, dan konsumsi “jasa” media massa. 2. Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa. 3. Efek pada penjadwalan kegiatan, penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari. 4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, orang menyalurkan perasaannya dengan mengunakan media massa. 5. Efek pada perasaan orang terhadap media, bagaimana orang menggunakan media massa untuk memuasakan kebutuhan psikologis. Efek Kognitif Komunikasi Massa Dalam kognitif komunikasi massa, kita banyak mengulas tentang citra. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Kita akan menelaah efek kognitif komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra. Pembentukan dan Perubahan Citra Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita dari media massa kita memperoleh alat indera kita. dengan media massa kita memperoleh iformasi tentang benda, orang, atau tempat yang kita alami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya. Karena itu media massa dapat menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita. Kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas yang ditampilkan media masa. Misalnya saja, televisi yang sering menampilkan adegan kekerasan menjadikan penonton cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Dalam hal ini jelas citra dunia dan lingkungan sosial dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya di televisi ataupun media massa lain. Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Dari media kita dapat menentukan mana isu yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat disebut agenda setting. Agenda Setting Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, penyunting redaksi atau wartawan 2016 7 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mementukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dalam penyajian (ruang suat kabar, waktu pada televisi atau radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar dan frekuensi pemuatan). Bagaimana media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda media. Karena khalayak memperoleh banyak informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat tentang apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (community salience). Efek Prososial Kognitif Bila media massa seperti televisi, radio, atau surat kabar menyampaikan informasi atau nilai-nilai yang berguna. Tetapi apakah khalayak memperoleh manfaat? Disini akan dibahas magaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Inilah yang disebut efek prososial. Contohnya, bila televisi menyebabkan kita mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, berarti televisi menimbulkan efek prososial. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati anda terdorong untuk menolong mereka, media massa menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam dan menghimbau anda untuk menyumbang, maka terjadi efek prososial kognitif. Efek Afektif Komunikasi Massa Pembentukan dan perubahan sikap Menurut Joseph Klepper (1960), berdasarkan penelitian yang komprehensif mengenai media massa, dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum : 1. Pengaruh komunikasi massa, faktor-faktornya : - Predisposisi personal - Proses selektif - Keanggotaan kelompok 2. Faktor-faktor diatas berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadangkadang berfungsi sebagai agent of change. 3. Komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi (perubahan seluruh sikap). 4.Komunikasi massa efektif dalam bidang dimana pendapat orang lemah (misalnya pada iklan komersial). 5. Komunikasi massa afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh. Perubahan sikap secara berarti tidak ditemukan oleh peneliti sebab : Alat ukur yang digunakan oleh peneliti gagal mendeteksi perubahan tersebut. 2016 8 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Terjadi terpaan selektif yang menyebabkan orang cenderung menerima konsepsi yang sudah ada sebelumnya. Ketika kita mengukur efek media massa, kita mengukur efek yang saling menghapus, artinya orang menerima bukan saja media massa yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga menentang hal tersebut. Media memang tidak menyebabkan orang beralih sikap, tetapi hanya memperkokoh kecenderungan yang sudah ada sehingga setiap pihak, dengan kampanye berusaha menghindari pindah ke pihak lain. Umumnya kita mengukur efek media massa pada sikap politik yang didasarkan pada keyakinan yang dipegang teguh, bukan pada sikap yang berlandaskan kegiatan yang dangkal. Diduga, mereka yang diterpa media massa adalah orang-orang yang lebih terpelajar. Diduga, media massa tidak berpengaruh langsung pada khalayak, tetapi melewati dulu pemukapemuka pendapat. Media massa tidak mengubah pendapat, tetapi memengaruhi penonjolan suatu isu di atas isu yang lain. Rangsangan Emosional Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan pada media massa : Suasana emosional (mood) : dalam mempersepsi sesuatu, suasana mental sangat berpengaruh. Skema kognitif : naskah pada pikiran kita yang menjelaskan alur peristiwa yang dapat juga terbentuk karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretatif. Suasana terpaan : kondisi sekitar akan memengaruhi dalam emosi pada saat memberikan respons. Predisposisi individual : mengacu pada karakter individu yang khas, semua orang berbeda-beda. Tingkat identifikasi khalayak terhadap tokoh dalam media massa : sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan di media massa Rangsangan Seksual Merupakan rangsangan yang muncul akibat adegan-adegan erotis di media massa, yang kita kenal dengan pornografi. Beberapa ahli menggunakan istilah SEM (Sexually Explicit Materials) atu erotika. Erotika merangsang gairah seksual, meruntuhkan nilai moral, mendorong orang gila seks, dan merangsang gairah seksual. Dalam bab ini, dikenal adanya stimuli erotis, yaitu stimuli yang membangkitkan gairah seksual internal dan eksternal. Stimuli internal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme dalam tubuh organisme. Sedangkan stimuli eksternal adalah petunjuk-petunjuk (cues) yang bersifat visual (olfactory), sentuhan (tactual), gerakan (kinesthetic), dan intelektual. Menurut tokoh Baron dan Byrne, erotika telah diungkapkan sejak masa kemanusiaan yang paling dini. Di dunia modern sekarang, erotika menjadi komoditi yang laku. Minat orang pada erotika timbul karena beberapa motif, antara lain rasa ingin tahu danaphrodisiac. Seks sendiri dikenal pertama kali dari media erotika. 2016 9 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Efek Behavioral Komunikasi Massa Efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima atau efek prososial behavioral (dan pada perilaku agresif). Selanjutnya, akan diulas teori-teori yang menjelaskan efek komunikasi massa pada peristiwa-peristiwa sosial. Efek Prososial Behavioral Salah satu perilaku prososiala memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Teori psikologi yang menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial menurut Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu bila terdapat jalinan positif yang kita amati dan karakteristik kita. Agresi Sebagai Efek Komunikasi Massa Agresi sebagai setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan seperti itu (Baron dan Byrne, 1979:405). Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk perilakunya. Kita dapat menduga penyajian cerita atau adegan kekerasan dalam media massa akan menyebabkan orang melakukan kekerasan pula, dengan kata lain mendorong orang menjadi agresif. Teori-teori Efek Komunikasi Massa Menurut Innis (1951), media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial. Setiap media memiliki kecenderungan memihak ruang atau waktu – communication bias.Bila komunikasi yang dilakukan bias pada ruang – artinya, pesan dapat disampaikan ke tempat-tempat yang jauh – orang cenderung bergerak ke tempat-tempat yang jauh, sehingga terjadi ekspansi teritorial, mobilisasi penduduk secara horizontal, dan kekaisaran. Sebaliknya, bila komunikasi bias pada waktu, orang tinggal pada ruang yang terbatas, pada kelompok yang terikat erat karena sejarah, tradisi, agama, dan keluarga. Bias waktu membawa ke masa lalu, bias ruang membawa ke masa depan. Dengan demikian, media komunikasi membentuk jenis kebudayaan tertentu. Media lisan mengandung bias waktu, karena sukar didengar dari jarak jauh. Ini melahirkan masyarakat tradisional dan kekuasaan kelompok agama serta orang-orang tua. Media tulisan memiliki bias ruang. Ini melahirkan masyarakat yang menolak tradisi, meninggalkan mitos dan agama, serta berorientasi pada masa depan. David P. Phillips, teori yang dikemukakan Phillips telah banyak dibicarakan oleh ahli-ahli sosiologi. Namun, yang baru dari Phillips ialah penggunaan kerangka teori imitasi pada efek media massa terhadap anggota-anggota masyarakat. Ia menyebutkan proses imitasi ini sebagai penularan kultural (cultural contagion) yang ia analogikan dengan penularan penyakit (biological contagion). Ia menyebutkan 6 karakteristik penularan kultural. Daftar Pustaka 2016 10 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2016 11 Psikologi Komunikasi Dosen : Oni.Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id