MODUL 15 PERKULIAHAN ONLINE PEMBERDAYAAN DAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI Fakultas Fikom Program Studi Hubungan Masyarakat Modul OL Kode MK Disusun Oleh 15 A31421EL Oni Tarsani, S.Sos.I., M Abstract Modul ini membahas tentang Pemberdayaan dan Kekuasaan dalam Organisasi 2015 1 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kompetensi Dengan mempelajari teori-teori komunikasi organisasi dari beberapa literatur diharapkan mengetahui, mengkajii, dan memahami tentang Pemberdayaan dan Kekuasaan dalam Organisasi Pendahuluan Pada dasarnya, organisasi mempunyai sifat berusaha memenuhi beberapa jenjang keteraturan tertentu sehingga dapat bertahan dan mencapai tujuannya. Ini berarti organisasi harus dapat mengajak anggotanya bersikap dengan cara-cara yang bermanfaat bagi organisasi. Ini dapat meliputi suatu keteraturan (order) yang dirundingkan tetapi pengaturan manusialah yang melibatkan pengaturan kekuasaan. Individu yang bergabung dengan organisasi atau mereka yang dilahirkan ke dalamnya, mencari manfaat tertentu. Dengan kata lain, organisasi memiliki tujuan tertentu dan memiliki sifat untuk selalu dapat memenuhi tujuan tersebut. Usaha-usaha mereka untuk melakukan hal ini adalah dengan menggunakan kekuasaan. Pembahasan Konsep Kekuasaan dan Organisasi Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mengatur, atau mengendalikan dan merupakan bagian yang melekat pada proses organisasi. Kekuasaan tidak hanya terletak pada manusia dan sumber daya, tetapi juga dalam struktur sosial itu sendiri. A. Gagasan Kekuasaan/Klasifikasi Kekuasaan Ada gagasan tradisional mengenai kekuasaan yang difokuskan pada individu dan pelaksanaan kekuasaannya. Menurut French dan Raven (1959) membagi lima jenis kekuasaan yaitu : Kekuasaan memberi ganjaran (reward power) Dapatkah A menetapkan ganjaran yang dapat dirasakan oleh B ? Sumber kekuasaan ini didasarkan pada kemampuan orang untuk mengontrol sumber daya dan memberi penghargaan kepada orang lain. Selain itu, orang yang diberdayakan harus menghargai jenis penghargaan ini. Dalam konteks organisasi, manajer harus mempunyai penhargaan potensial, seperti peningkatan gaji, promosi, informasi berharga, umpan balik, dan penghargaan lain yang tersedia untuk mereka. Dalam konteks pembelajaran operant, hal ini berarti, manajer mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan dorongan yang positif dalam konteks motivasi harapan, hal ini berarti orang yang mempunyai kekuasaan untuk menyediakan valensi positif dan orang lain menilai kemampuan tersebut. 2015 2 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kekuasaan yang memaksa (coercive power) Dapatkah A memberi sesuatu yang dipandang hukuman kepada B ? Sumber kekuasaan ini tergantung pada ketakutan. Orang dengan kekuasaan koersif mempunyai kemampuan untuk menimbulkan konsekuensi hukuman atau aversif pada orang lain, atau paling tidak melakukan apa yang diyakini orang lain akan menghasilkan hukuman atau hasil yang tidak diinginkan. Dalam konteks organisasi, manajer sering mempunyai kekuasaan koersif dimana mereka dapat memecat atau menurunkan orang yang bekerja pada mereka, atau memotong gaji mereka. Kekuasaan yang sah (legitimate power) Apakah B percaya bahwa A mempunyai hak untuk mempengaruhi dan B harus menerimanya? Sumber kekuasaan sah mungkin adalah penerimaan suatu struktur sosial atau nilai-nilai budaya. Kakuasaan legitimasi hampir serupa dengan otoritas dan berhubungan dekat dengan kekuasaan penghargaan dan koersif karena orang dengan legitimasi juga berada dalam posisi memberi penghargaan dan menghukum. Perbedaannya, kekuasaan legitimasi tidak bergantung pada hubungan dengan orang lain, tetapi lebih kepada posisi atau peranan yang dimiliki seseorang. Misalnya, orang memperoleh legitimasi dikarenakan gelar mereka (kapten atau wakil presiden eksekutif) atau posisi (tertua dalam keluarga atau pegawai dalam perusahaan) daripada kepribadian mereka atau bagaimana mereka memengaruhi orang lain. Kekuasaan legitimasi berasal dari tiga sumber utama: Nilai budaya yang kuat dan masyarakat, organisasi, atau kelompok menentukan apa itu legitimasi. Dalam konteks organisasi, manajer umunya mempunyai kekuasaan legitimasi karena karyawan meyakini nilai hukum property pribadi dan dalam hierarki dimana posisi lebih tinggi ditunjukkan dengan kekuasaan lebih pada orang yang posisinya lebih rendah. Orang dapat memperoleh kekuasaan legitimasi dari struktur social yang diterima. Kekuasaan legitimasi muncul dari tujuan sebagai agen, representatif, atau kelompok berkuasa. Karyawan yang dipilih, pimpinan komisi dan anggota dewan direksi 2015 3 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dari perusahaan atau serikat kerja atau komisi manajeman merupakan contoh dari bentuk kekuasaan legitimasi. Kekuasaan referen (referent power) Apakah B mengenali A? Apakah B ingin seperti A atau mempunyai keinginan merasakan suatu kesatuan dengan A ? Jenis kekuasaan ini berasal dari hasrat sebagian orang untuk dikenal agen yang memegang kekuasaan. Mereka ingin dikenal tanpa memerdulikan hasil. Orang memberi kekuasaan karena mereka menarik dan mempunyai sumber daya atau karakteristik kepribadian yang diinginkan. Orang periklanan mengambil keuntungan dari jenis kekuasaan ini saat mereka memakai selebritis, seperti bintang film atau tokoh olah raga untuk memberikan kesaksian mengenai suatu produk. Orang awam yang membeli produk tersebut mengenal model iklan dan mempunyai kekuasaan untuk menginformasikan produk apa yang akan dibeli. Dalam konteks organisasi, kekuasaan referen jauh berbeda dari jenis kekuasaan lain. Misalnya, manajer dengan kekuasaan referen harus menarik bagi karyawan mereka sehingga karyawan mau mengenal manajer tanpa memedulikan apakah manajer mempunyai kemampuan untuk memberi penghargaan atau hukuman atau apakah mereka mempunyai legitimasi. Kekuasaan ahli (expert power) Apakah B percaya bahwa A memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang berguna atau perlu untuk kebaikan B ? Didasarkan pada seberapa orang mempunyai atribut pengetahuan dan keahlian untuk memegang kekuasaan. Contoh, pelatih sepak bola yang terkenal memberikan nasihat pada beberapa pemain muda, pelatih tersebut akan didengarkan karena dia memiliki kekuasaan keahlian dan pengetahuan dalam bidang sepak bola. Dalam organisasi, staf spesialis mempunyai kekuasaan keahlian dalam area fungsional mereka, tetapi tidak diluar area tersebut. Misalnya, insinyur diberikan kekuasaan keahlian dalam masalah produksi, tetapi tidak dalam masalah personalia atau humas. 2015 4 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pandangan mutakhir menyadari bahwa kekuasaan tidak terletak pada manusia semata-mata tetapi dalam struktur sosial yang memungkinkan mereka bertindak. Ini menyatakan bahwa struktur tersebut, atau “aturan mainnya” yang terbentuk secara sosial, memutuskan apa yang dapat dibicarakan dan dengan cara bagaimana. Struktur itu sendiri dapat memutuskan persoalan apa yang mungkin dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. Jadi konsep kekuasaan harus mempertimbangkan apa yang dikatakan dan apa yang tidak dikatakan berdasarkan pada struktur sosial yang yang memungkinkan pelaksanaan kekuasaan tersebut. Hal ini disebut “dua wajah kekuasaan”. Kekuasaan terletak dalam struktur itu karena ini merupakan daya pengendali pada mereka yang akan melaksanakan kekuasaan. Individu dapat memliki kemampuan mempengaruhi orang lain berdasarkan suatu sumber atau posisi khusus, tetapi kekuasaan meliputi lebih daripada sekadar komoditas atau milik yang dapat digunakan dalam setiap situasi atau struktur sosial. Kekuasaan terletak dalam hubungan antara manusia dan dalam sistem sosial itu sendiri. B. Interaksi Organisasi/Kekuasaan Boulding (1989) membagi tiga jenis kekuasaan yang efektif dalam mempertahankan organisasi yaitu: Kekuasaan destruktif (menghancurkan) Merupakan kekuasaan mengancam dan kemampuan untuk menghancurkan. Kekuasaan produktif (menghasilkan) Bersifat ekonomik dan meliputi kekuasaan untuk menghasilkan dan menjual. Kekuasaan integratif (menyatukan) Mendorong kesetiaan, menyatukan orang-orang bersama, dan mampu menggerakkan orang-orang ke arah tujuan bersama. Namun dari ketiga jenis kekuasaan di atas, yang paling ideal adalah kekuasaan integratif. Boulding menyatakan bahwa kekuasaan integratif adalah bentuk kekuasaan yang paling dominan dan nyata. Dalam hal organisasi, fokus kekuasaan terletak pada pengesahan dimana organisasi hierarkis harus mengandalkan informasi dan dukungan dari seluruh strukturnya. Pada dasarnya, organisasi mengembangkan struktur dan peranan yang diciptakan, dipertahankan, dan ditransformasikan melalui proses 2015 5 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi. Selanjutnya, bahasa struktur dan peranan menggambarkan suatu realitas organisasi yang memperoleh pengesahan melalui penggunaannya. Dinamika Komunikasi Organisasi A. Komunikasi sebagai suatu Mekanisme Kekuasaan Dalam konteks organisasi, komunikasi digunakan untuk menentukan norma – norma, tujuan, dan perilaku organisasi. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan. Manusia memiliki kekuasaan melaksanakannya melalui komunikasi, dan dengan demikian menciptakan tindakan terorganisasi. B. Komunikasi sebagai Kekuasaan Kekuasaan dalam organisasi dapat dipandang sebagai kapasitas perorangan untuk membuat perbedaan dalam memproduksi dan mereproduksi struktur (aturan- aturan, kebijakan, praktik- praktik, dan nilai- nilai). Kekuasaan ini dapat berbentuk mengajak orang untuk menaati struktur, menolak struktur, atau terlibat dalam perubahan struktur. Bagian yang paling melekat pada struktur adalah bahasa dan praktik- praktik diskursifnya yang mencakup pidato/ ceramah, penulisan dan argumentasi. a. Komunikasi dan Proses Pemberian Kekuasaan Konsep pemberian kekuasaan atau pemberdayaan (empowerment) memiliki beberapa dimensi. Conger dan Kanungo menyatakan bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dari aspek relasional dan motivasional. 1. Aspek relasional menegaskan kepada masalah pembagian kekuasaan antara manager dan bawahan. Ada usaha untuk melonggarkan hirarki dan menekankan pemecahan masalah bersama-sama. 2. Aspek motivasional merujuk pada kebutuhan hakiki pada suatu keyakinan dan kemampuan pribadi. Melalui teknik ini, pegawai merasa memiliki kekuasaan. Jadi memberdayakan dalam arti motivasional di sini adalah mempercayai kemampuan setiap orang yang mencakup kebutuhan dan hak setiap orang untuk merasakan bahwa dirinya mampu berprestasi dan efekif. Diberdayakan dalam organisasi berarti mengetahui argumentasi yang diterima serta cara-cara yang diterima untuk menggunakanya. Dalam hal ini, berarti kita tidak dapat lepas dari praktek komunikasi dalam organisasi meskipun dalam hal ini praktek komunikasi sering diabaikan. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam bahasan 2015 6 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemberdayaan adalah masalah pengenalan kondisi yang membangkitkan perasaan tidak berdaya. Dalam organisasi manusia akan merasa tidak berdaya apabila mereka tidak memiliki akses terhadap informasi yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan mereka. Sebagai contoh struktur birokrasi memiliki kondisi yang mengarah pada rasa tidak berdaya. Ambiguitas peranan, harapan terhadap peranan yang berlebihan serta konflik juga merupakan faktor konstektual yang dapat menciptakan ketidakberdayaan Kemampuan memengaruhi target kekuasaan Hubungan kekuasaan dapat dipahami dengan lebih baik dengan memeriksa beberapa kerakteristik target. Berikut beberapa karakteristik yang dinilai penting untuk kemampuan target untuk dapat memengaruhinya. Dependensi. Semakin besar dependesi target dalam hubungannya dengan agen (misalnya, saat target tidak dapat membebaskan diri dari hubungan, tidak menilai adanya alternatif, atau menilai penghargaan agen sebagai keunikan), semakin banyak target yang dipengaruhi. Ketidakpastian. Eksperimen menunjukkan bahwa semakin tidak pasti seseorang mengenai perilaku yang benar atau pantas, semakin mereka terpengaruh untuk mengubah perilaku tersebut. Kepribadian. Kepribadian juga memengaruhi bagaimana seseorang memperoleh dan menjalankan kekusaaan itu sendiri. Kepribadian yang baik akan sangat menunjang tampilan seseorang dimata orang lain dalam organisasi. Intelegensi. Tidak ada hubungan yang sederhana antara intelegensi dan kemampuan memengaruhi. Contohnya, orang yang berintelegensi tinggi mungkin bisa mendengarkan, tetapi karena mereka juga memiliki penghargaan diri yang tinggi, mereka tidak mudah dipengaruhi. Gender. Seiring dengan pandangan perempuan dan masyrakat mengenai perubahan peran perempuan, kemampuan memengaruhi yang dibedakan karena gender semakin berkurang. Umur. Psikolog social secara umum menyimpulkan bahwa kemampuan untuk bertahan terhadap pengaruh meningkat pada anak-anak usia delapan atau Sembilan tahun kemudian menurun pada usia remaja. Pada saat itu level berhenti. 2015 7 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Budaya. Nilai-nilai budaya dalam masyarakat jelas mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap anggotanya. Misalnya budaya barat menekankan individualitas, perbedaan pendapat dan keberagaman yang cenderung menurunkan kemampuan memengaruhi sedangkan di Asia menekankan kohesivitas, kesepatan, dan keberagaman, yang akan semakin meningkatkan kemampuan memengaruhi. PEMBERDAYAAN ORGANISASI Perberdayaan adalah mengakui dan menggali untuk kepentingan organisasi, kekuasaan yang ada pada seseorang oleh karena pengetahuan mereka yang berguna dan motivasi internal di dalam diri mereka. Pemberdayaan adalah otoritas dalam membuat keputusan di area tanggung jawab seseorang tanpa meminta persetujuan orang lain. Program pemberdayaan bisa mentransformasi organisasi yang beku menjadi organisasi yang hidup dengan menciptakan “pembagian tujuan antarkaryawan, mendukung kolaborasi yang bagus dan menyampaikan nilai-nilai yang baik kepada pelanggan”. Dengan demikian, organisasi harus bisa mengatasi penghalangpenghalang tertentu, seperti ketidaksabaran, kontradiksi antara penghargaan dan model perilaku. Agar ini bisa terjadi, pemberdayaan harus tertanam dalam nilai-nilai budaya organisasi yang dioperasionalisasikan melalui partisipasi, inovasi, akses ke informasi, dan akuntabilitas. Implikasi dan akses Informasi Pemberdayaan membawa inovasi karena karyawan mempunyai otoritas untuk mencoba ide baru dan membuat keputusan yang menghasilkan sebuah cara baru untuk melakukan banyak hal. Ketika karyawan diberi akses informas sebagai bagian vital dalam pemberdayaan, mereka lebih bersedia bekerja sama. Dengan nilai budaya “open book” dan teknologi intranet, karyawan diberi wewenang memiliki semua informasi dan pengetahuan organisasi yang tersedia untuk melaksanakan tugas seefektif mungkin. Akuntabilitas dan tanggung jawab Meskipun karyawan diberdayakan untuk membuat keputusan yang mereka percayai sehingga memberi keuntungan untuk organisasi, hasilnya juga harus dapat diandalkan 2015 8 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan bertanggung jawab. Pertanggungjawaban ini bukan untuk menghukum suatu kesalahan atau menghasilkan sesuatu yang segera dapat dilihat atau hasil jangka pendek. Namun, tujuannya adalah untuk memastikan bahwa mereka melakukan usaha terbaik mereka, bekerja berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan melakukan tanggung jawab satu sama lain. Pemberdayaan karyawan akan menaikkan tingkat kepercayaan dalam organisasi, karyawan yang diberdaya akan merasa bahwa “kita bersama-sama berada didalamnya.” Dan sikap mereka menjadi penuh tanggung jawab. Dinamika Komunikasi Organisasi Gagasan komunikasi melihat komunikasi meniik beratkan mula-mula sebagai pada alat (tradisional) atau gagasan adalah transmisi. pengiriman, Komunikasi penyebaran, dan pemberian informasi kepada orang lain untuk tujuan mengendalikan. Ada gagasan lain komunikasi yaitu bukan komunikasi hanya dipakai membujuk Dua yang alat untuk mengemukakan tetapi maksud atau gagasan yang sebagai tertentu bahwa sarana seperi memberi instruksi, memperoleh berbeda pikiran kekuasaan. tersebut pening untuk mengantarkan pemahaman tentang komunikasi organisasi dan kekuasaan. Yang pertama komunikasi dipandang sebagai mekanisme kekuasaan, dalam konteks organisasi komunikasi digunakan untuk menentukan tujuan, norma dan perilaku organisasi. organisasi dapat dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan. Manusia memiliki kekuasaan, melaksanakannya melalui komunikasi dan menciptakan tindakan yang terorganisir. Hal kedua komunikasi dipandang sebagai kekuasaan karena kemampuannya untuk menentukan hasil, pengetahuan, keyakinan, dan tindakan. Manusia bertindak berdasarkan informasi yang ada serta pilihan atau alternaif yang disediakan oleh informasi tersebut. Kekuasaan digunakan melalui alternaif yang disediakan dan cara alternatif tersebut diberikan. Sebagai contoh misalnya organisasi memberikan kesempatan anggotanya membuat keputusan 2015 9 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tetapi tidak bebas sama sekali melainkan memberikan pedoman atau kriteria yang harus dipenuhi dalam setiap pengambilan keputusan tersebut. KEKUASAAN, KOMUNIKASI, DAN PEMBERDAYAAN Bagian penting pemberdayaan adalah pengenalan kondisi-kondisi yang membangkitkan perasaan tidak berdaya. Dalam organisasi, manusia merasa tidak berdaya bila mereka tidak memiliki akses kepada informasi yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan mereka. Konsep pemberian kekuasaan atau pemberdayaan (empowerment) memiliki beberapa dimensi. Conger dan Kanungo menyatakan bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dari aspek relasional dan motivasional. 1. Aspek relasional menegaskan kepada masalah pembagian kekuasaan antara manager dan bawahan. Ada usaha untuk melonggarkan hirarki dan menekankan pemecahan masalah bersama-sama. 2. Aspek motivasional merujuk pada kebutuhan hakiki pada suatu keyakinan dan kemampuan pribadi. Melalui teknik ini, pegawai merasa memiliki kekuasaan. Jadi memberdayakan dalam arti motivasional di sini adalah mempercayai kemampuan setiap orang yang mencakup kebutuhan dan hak setiap orang untuk merasakan bahwa dirinya mampu berprestasi dan efekif. Untuk hal seperti ini ada resikonya yaitu kesalahan mungkin saja terjadi tetapi apabila mereka mampu mengatasi perasaan percaya atas kemampuan dirinya akan semakin kuat. Diberdayakan dalam organisasi berarti mengetahui argumentasi yang diterima serta cara-cara yang diterima untuk menggunakanya. Dalam hal ini, berarti kita tidak dapat lepas dari praktek komunikasi dalam organisasi meskipun dalam hal ini praktek komunikasi sering diabaikan. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam bahasan pemberdayaan adalah masalah pengenalan kondisi yang membangkitkan perasaan tidak berdaya. Dalam organisasi manusia akan merasa tidak berdaya apabila mereka tidak memiliki akses terhadap informasi yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan mereka. Sebagai contoh struktur birokrasi memiliki kondisi yang mengarah pada rasa tidak berdaya. Ambiguitas peranan, harapan terhadap peranan yang berlebihan serta konflik juga merupakan faktor konstektual yang dapat menciptakan ketidakberdayaan. Oleh karena itu pemberdayaan adalah 2015 10 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memberikan kesempatan pada pegawai yang memungkinkan pegawai menggunakan kemampuannya, disamping itu iklim komunikasi yang aman, terbuka dan masuk akal harus diciptakan. Kondisi yang memungkinkan manusia mengetahui peran mereka apakah pentingnya peranan tersebut bagi organisasi secara keseluruhan serta memungkinkan keterlibatan bersama terhadap hasil merupakan cerminan lingkungan yang melaksanakan pemberdayaan. Dalam hal komunikasi dan pelaksanan kekuasaan kita tidak perlu melihat kekuasaan selalu dalam arti negatif. Kekuasaan itu positif dalam arti bahwa ia dapat menyebabkan tujuan tercapai dan masalah terselesaikan. Kanter memandang bahwa kekuasaan tidak sebagai dominasi hirarkis melainkan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu organisasi harus mencerminkan penggunaan kekuasaan yang bijaksana. Komunikasi dalam suatu organisasi harus mencerminkan penggunaan kekuasaan yang bijaksana. Mempertahankan kekuasaan mungkin bergantung pada pengetahuan kapan untuk menggunakan kekuasaan itu. Kekuasaan yang dilaksanakan secara bijaksana mungkin sama sekali tidak digunakan. Misalnya, seorang pimpinan mendelegasikan otoritas kepada bawahannya untuk melakukan suatu tugas, komunikasi harus mendukung, yaitu pimpinan setidaknya memberi memo, atau merinci tugas yang harus dikerjakan. Komunikasi dengan menempatkan posisi manusia lebih rendah adalah suatu wujud pelaksanaan kekuasaan. Ini mengisyaratkan suatu hubungan yang memaksakan dominasi tanpa sepengetahuan orang yang melakukannya, dan mungkin tidak selalu disadari oleh orang tersebut. Organisasi yang mendambakan inovasi, perubahan, dan andil maksimal daripada anggotanya akan menjalankan komunikasi yang memberdayakan semua anggotanya. Kekuasaan dapat menjadi kekuatan positif bila dibagikan, dikembangkan pada orang lain, dan digunakan secara bijaksana, yakni memperbolehkan pendapat yang beraneka ragam, menumbuhkan kemampuan diri, saran-saran, dan menjamin kondisi yang memberi kesempatan untuk saling mempengaruhi. III. KESIMPULAN 2015 11 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Kekuasaan bersifat menghancurkan, menghasilkan, dan menyatukan. Kekuasaan destruktif adalah kekuasaan untuk potensi menghancurkan dan mengancam. 2. Kekuasaan produktif atau menghasilkan bersifat ekonomik dan meliputi kekuasaan untuk menghasilkan dan menjual. 3. Kekuasaan integratif berarti mendorong kesetiaan, menyatukan orang bersama dan mampu menggerakkan orang kearah tujuan bersama. Menurut boulding kekuasaan integratif adalah bentuk kekuasaan yang paling dominan. (Boulding) Hubungan kekuasaan muncul dalam setiap interaksi, tetapi dalam organisasi hubungan ini menjadi lebih menonjol, terfokus dan hadir dimana-mana. Hal ini berdasarkan pada pengertian mengorganisasikan yaitu menciptakan hubunganhubungan kekuasaan yang bergantung pada komunikasi. Penelitian atas interaksi sehari-hari dapat mengungkapkan hubungan kekuasaan yang biasanya tidak terlihat. Hubungan kekuasaan yang tidak dibuat secara eksplisit merupakan hubungan yang paling penting. Hal ini benar dalam arti bahwa hubungan kekuasaan dipandang sebagai “begitu adanya” bila hubungan tersebut akhirnya terlihat. Ini tidak memerlukan pengawasan atau prosedur pelaksanaan yang mahal. Bila kekuasaan disembunyikan dalam wacana yang mendukung praktik organisasi, kekuasaan ini nyaris tidak memperoleh hambatan. DAFTAR PUSTAKA 2015 Pace, R.Wayne. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (alih bahasa). Bandung: Rosda. Gitosudarmo, I., Chons, M.C. Sudita, I.N. (2000). Perilaku Keorganisasian. (1 st ed.). Yogyakarta: BPFE.Dale, M. 2003. Developing Management Skill (Terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.Arief, 12 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sritua, John Westerman, dan Pauline Donoghue, (1997) Managing The Human Resource – Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Deborah Tannen, (1996), Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hickman, Craigh R, (1990), Mind of A Manager Soul of A Leader, John Willey & Sons, Inc., New York. Joseph A. Devito,(1997), Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Wahyjosumidjo. (1984). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia 2015 13 Komunikasi Organisasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id