(PDF, Unknown) - Universitas Negeri Jakarta

advertisement
Volume 12 No 1 Mei 2015
ISSN : 0216 - 7484
Pembina
Prof. Dr. H. Djaali
Rektor Universitas Negeri Jakarta
Penanggung Jawab
Dr. Etin Solihatin, M.Pd
Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat
Pemimpin Redaksi
Dra. Desfrina
Sekretaris Redaksi
Drs. Sri Kuswantono, M.Si
Dewan Redaksi
Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM
Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si
Sekretariat
Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd,
Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna
Terbit
(Mei dan Oktober)
Alamat Redaksi
Gedung LPM UNJ
Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur
Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal
Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.1 Mei 2015.
Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat
yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada
masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta
terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat di wilayah Jabodetabek.
Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah
menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
“Sarwahita” Volume 12 No.1 Mei 2015 ini dapat diterbitkan.
Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi
sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Redaksi
TRAINING OF TRAINER BAGI MAHASISWA KKN
TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH KAIN
DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Etin Solihatin1), Desfrina2), Adi Wijanarko3)
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
TOT pemanfaatan limbah kain menjadi aksesoris dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dilaksanakan di ruang perlengkapan yang berbatasan dengan LPM
dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2015. Diikuti oleh 21 mahasiswa KKN yang akan
melaksanakan KKN tanggal 27 Juli 2015 – 26 Agustus 2015.
Hasil Pengabdian Masyarakat ini yaitu TOT merupakan sarana yang efektif untuk
memberikan informasi, sekaligus mempraktekkan/melatih mereka memanfaatkan limbah
kain menjadi asesoris yang baik dan bernilai ekonomis. Disamping itu tanggung jawab
Perguruan Tinggi dalam Tri Dharma Perguruan tinggi dapat terealisasi dengan baik.
Kata Kunci : Limbah kain, Pemberdayaan Masyarakat
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Dalam kegiatan KKN mahasiswa perlu
dibekali dengan berbagai keterampilan, di luar
keahlian/ilmu yang sesuai program studinya.
Hal ini diharapkan agar kemampuan yang
dimiliki mahasiswa KKN relatif “mumpuni”,
sehingga mereka adaptif dan mampu mencari
solusi, jika ditemukan masalah di lapangan
(lokasi KKN).
Namun program pembekalan mahasiswa
KKN tidak diberi dana lagi oleh BOPTN.
Untuk mengatasi kekurangan ini, maka
beberapa program “Pengabdian Masyarakat
Dosen” dihimbau agar ada yang difokuskan
kepada mahasiswa, ada juga tetap langsung
diberikan kepada masyarakat.
Program
“Pengabdian
Masyarakat
Dosen” difokuskan kepada mahasiswa, berupa
melatih mahasiswa KKN, untuk selanjutnya
mahasiswa wajib mengajar-kan kembali kepada
masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat dalam hal ini ibu-ibu dan remaja
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
putri memiliki keahlian, sehingga budaya
wirausaha dapat terwujud.
Berdasarkan hasil survey di lokasi KKN
banyak ditemukan limbah kain dari para
penjahit yang berakhir di pembakaran sampah.
Padahal kalau punya sedikit keahlian dan
kemampuan limbah kain itu dapat dijadikan
asesoris yang menghasilkan uang, sebagai
sumber pendapatan tambahan.
Untuk itu tim “Pengabdian Masyarakat
Dosen”, ingin mengubah “sampah kain”
menjadi “barang yang bermanfaat dan bernilai
jual”. Dengan demikian perlu melatih
mahasiswa melalui program TOT, diharapkan
mahasiswa dapat mengajarkan kembali kepada
masyarakat, di mana mahasiswa ditempatkan.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka
masalah dalam kegiatan ini dirumuskan sebagai
berikut: “Bagaimana memanfaatkan limbah
kain melalui training of trainer mahasiswa
KKN
dalam
rangka
pemberdayaan
masyarakat?”.
3
C.
Tujuan Kegiatan
Kegiatan pengabdian Masyarakat ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan bagi mahasiswa KKN
mengenai pemanfaatan limbah kain
untuk
dijadikan
asesoris
yang
bermanfaat dan bernilai ekonomis.
2. Memberi solusi dalam mengatasi
limbah kain dari para penjahit,
sehingga menjadi bahan baku produksi
asesoris.
3. Melatih calon trainer (mahasiswa
KKN) pembuatan asesoris dari bahan
limbah kain.
D.
Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat pengabdian masyarakat
yaitu :
1. Adanya peningkatan keterampilan
mahasiswa di luar bidang keahlian
(sesuai prodi), saat pelaksanaan KKN
2. Dengan pelatihan ini mengatasi
masalah limbah kain di lokasi KKN
menjadi barang ekonomis.
II. KAJIAN PUSTAKA
A.
Asesoris dari Limbah Kain
Menurut Wasia Rusbani (1984:193)
pelengkap busana berdasarkan fungsinya dibagi
menjadi dua macam yaitu: pelengkap busana
praktis dinamakan millineries dan pelengkap
buana estetis yang dinamakan aksesoris.
Millineries adalah pelengkap busana yang
memiliki fungsi yaitu sebagai penambah
keindahan dan fungsi lain yang berguna bagi si
pemakai. Aksesoris adalah pelengkap busana
yang berfungsi sebagai penambah keindahan si
pemakai dalam berbusana. Aksesoris ada yang
tergolong tradisional dan ada yang tergolong
modern atau populer.
Aksesoris yang tergolong modern yaitu
yang dibuat dari bermacam-macam bahan,
banyak terdapat di pasaran, dan pemakainya
4
dalam mengenakan tidak terikat waktu serta
kesempatan. Bahan yang dipergunakan untuk
membuat aksesoris pelengkap busana beraneka
ragam, seperti kain, plastik, gelas, kerang, kulit,
kayu dan lain sebagainya.
Aksesoris dapat menghasilkan begitu
banyak gaya yang membuat penampilan
berbeda-beda, dan mem-berikan gaya yang
istimewa meskipun dengan busana sederhana.
Aksesoris secara otomatis akan menarik
perhatian, sekaligus menciptakan penampilan
yang memberi kesan menarik. Sebaiknya
pemakaian aksesoris disesuaikan dengan
bentuk badan dan busana yang dikenakan.
Menurut Khairuddin (2002 : 4) keluarga
adalah kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat. Suatu keluarga terdiri atas
sekumpulan orang yang hidup bersama untuk
jangka waktu selama mungkin, jika mungkin
untuk selamanya.
Adapun peranan ibu rumah tangga dan
para remaja di dalam keluarganya mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Ferber dan
Birbaun dalam Totok Mardianto (2005: 90)
mengatakan bahwa ibu rumah tangga dan para
remaja adalah orang yang dapat berperan dalam
membantu mengurus segala sesuatu dalam
keluarga.
Banyak ibu rumah tangga dan para
remaja di pedesaan yang menganggap bahwa
tugas utama seorang ibu membantu suami,
mem-bimbing dan mengasuh anak. Padahal
tugas dan tanggung jawab mereka sebenarnya
bisa lebih dari itu. Mereka dapat menambah
ilmu pengetahuan dan keterampilan secara
terus menerus, dapat membantu meningkatkan
pereko-nomian keluarga dengan berlatih dan
berwirausaha tanpa meninggalkan peranannya
sebagai ibu rumah tangga, dan para remaja
yang baik.
Para ibu rumah tangga dan para remaja
putri inilah yang akan dijadikan sasaran atau
peserta pelatihan oleh mahasiswa KKN yang
sudah lulus pada “Pelatihan calon pelatih
aksesoris dan limbah kain” di lokasi KKN.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
III.
METODE PELAKSANAAN
A.
Metode Pemecahan Masalah
Agar pelatihan calon pelatih (TOT)
tentang pemanfaatan limbah kain dalam rangka
pemberdayaan masyarakat berjalan dengan
baik, harus melalui tahapan:
1. Memberikan
“informasi
penting”
berkaitan dengan pembuatan asesoris
dari limbah kain
2. Praktek pembuatan asesoris secara
bersama-sama dan tetap didampingi
instruktur (dosen)
3. Selama proses “praktek pembuatan
asesoris” mahasiswa KKN boleh
bertanya yang berkaitan dengan materi
yang sedang dipraktekkan.
4. teknik “mengemas” hasil produksi
asesoris, agar bagus dan mutu terjamin
5. Memberikan “informasi tentang teknik
pemasaran (menjual produk)”.
B.
Kerangka Pemecahan Masalah
Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan
dalam rangka peme-cahan masalah “limbah
kain” di lokasi KKN berdasarkan hasil survey
awal, yaitu melalui pelatihan calon pelatih
pembuat asesoris dari limbah kain, dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengadakan koordinasi dengan pihak
terkait yaitu pihak LPM dan mahasiswa
KKN
2. Menyusun jadwal kegiatan pelatihan
calon pelatih pembuat asesoris dari
limbah kain
3. Menggandakan materi power point
untuk peserta pelatihan
4. Melaksanakan program “pelatihan
calon pelatih asesoris dari limbah
kain”,
mulai
dari
persiapan,
pengumpulan bahan-bahan, praktek
membuat, praktek mengemas, dan
praktek memasarkan.
5. Melakukan evaluasi program dan
penyusunan laporan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
C.
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang dianggap strategis
yaitu mahasiswa KKN untuk dilibatkan dalam
pelatihan calon pelatih pembuat asesoris dari
limbah kain.
D.
Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan pelatihan ini dilak-sanakan di
Ruang Perlengkapan Universitas Negeri Jakarta
yang berbatasan dengan LPM. Waktu kegiatan
tanggal 26 Juni 2015, hari Jum’at, pukul 10.00
WIB sampai selesai.
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
Realisasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah sebagaimana
yang diuraikan di atas, maka langkah
pemecahan masalah dilaksanakan sebagai
berikut :
1. Mengadakan koordinasi dengan pihakpihak terkait:
a. Mengurus perizinan tempat (di
ruang perlengkapan UNJ, yang
berbatasan dengan ruang LPM)
b. Narasumber
TOT
tentang
pemanfaatan limbah kain dalam
rangka pemberdayaan masyarakat
dari Tim Pengabdian Masyarakat
2. Menyusun agenda atau susunan acara,
sehingga ditetapkan pada hari Jum’at
tanggal 26 Juni 2015, mulai pukul
10.00 WIB sampai selesai.
B.
Sasaran
Peserta yang mengikuti pelatihan TOT
pemanfaatan limbah kain dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, sebanyak 21
mahasiswa yang akan mengikuti KKN tahap II
yaitu tanggal 27 Juli 2017 – 26 Agustus 2015.
C.
Keterkaitan
Program pelatihan ini bersifat terpadu,
maka banyak pihak yang terkait dalam kegiatan
ini yaitu:
5
lengkapnya foto-foto kegiatan akan
ditampilkan pada lampiran.
2. Terjadinya sikap positif terhadap
limbah kain yang biasanya dibuang,
ternyata dapat dijadikan asesoris yang
bagus dan bernilai jual.
3. Meningkatkan kemampuan dan rasa
senang terhadap “hal yang dianggap
baru”, karena dipraktek-kan dan
hasilnya boleh dibawa pulang.
Narasumber pelatihan dari Dosen Teknik,
Prodi Tata Busana, dibantu oleh Dosen
Fakultas Ilmu Sosial Program Studi PPKN.
Sedangkan mahasiswa KKN yang
direkrut dari berbagai kelompok, dengan lokasi
KKN yang berbeda-beda. 3 orang mahasiswa
PAUD, yang akan KKN di lokasi Kecamatan
Ciasem Kabupaten Subang. Lainnya dari
kelompok KKN di Kecamatan Cinangka
dengan 14 desa.
D. Metode
Untuk mensukseskan program TOT ini,
metode yang digunakan adalah praktek dan
partisipasi aktif dengan melalui tahapan: (1)
pemberian informasi dengan power point dan
print out yang dibagikan. Metode ini penting
untuk menyampaikan informasi-informasi
penting berkaitan dengan pemanfaatan limbah
kain menjadi aksesoris, (2) tanya jawab yang
dilaksanakan secara aktif oleh seluruh peserta,
(3) praktek pembuatan asesoris dan limbah
kain.
V. HASIL KEGIATAN
A.
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan dari TOT pemanfaatan
limbah kain menjadi asesoris dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, diantaranya :
1. Mahasiswa peserta KKN dapat
membuat asesoris dari pemanfaatan
limbah kain, sehingga saat di lapangan
nanti dapat mengajarkan kembali
kepada ibu-ibu dan remaja putri. Untuk
meningkatkan pen-dapatan mereka
dengan memanfaat-kan limbah kain
menjadi
barang
yang
bernilai
ekonomis. Saat KKN di lapangan
mahasiswa TOT ini akan terus dipantau
untuk ketuntasan program TOT ini.
Dengan demikian keber-hasilannya
dapat dievaluasi dengan baik. Saat
TOT telah berhasil, maka dapat
membuat asesoris dengan praktek
langsung
membuatnya.
Lebih
6
B.
Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi dilakukan terhadap
“produk” yang dibuat mahasiswa KKN.
Disamping itu minat dan antusias peserta TOT,
meskipun puasa mereka tetap semangat, dan
meninginkan program dilanjutkan.
VI. KESIMPULAN
Setelah dilakukan kegiatan Pengabdian
pada Masyarakat ini, melalui TOT dapat
disimpulkan bahwa:
TOT merupakan sarana yang efektif untuk
memberikan informasi, sekaligus mempraktekan/melatih mereka memanfaatkan limbah
kain menjadi asesoris dalam rangka
pemberdayaan masyarakat.
Disamping
itu
tanggung
jawab
Perguruan Tinggi dalam Tri Dharma Perguruan
Tinggi dapat terealisasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Yoyok dan Kusumawardhani, Reni.
2002. Anda dan Gaya Busana. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hardiana, Iva. 2013. Terampil Membuat
Asesoris. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Khairudin.
2002.
Sosiologi
Yogyakarta: Liberti
Keluarga.
Rusbani, Waria dan Soerjaatmadja, Rosmini.
1984. Pengetahuan Pakaian. Jakarta:
Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI
BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR
Asep Supriyana1), Gres Grasia Azmin2), Reni Nureriyani3), Aulia Rahmawati4)
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru SD di Wilayah Jakarta
Timur dalam menggunakan ejaan yang disempurnakan dan kalimat efektif pada penulisan
surat resmi. Berdasarkan hasil tes awal, peserta yang memiliki kemampuan menulis surat
resmi dengan kriteria kejelasan isi surat sebanyak 70%, kejelasan urutan surat sebesar 65%,
kelengkapan bagian-bagian surat sebesar 80%, penggunaan ejaan dan tanda baca sebesar
70.%, dan penggunaan kalimat efektif sebesar 75%.
Kata Kunci : Surat Resmi, Ejaan yang Disempurnakan, Kalimat Efektif
I. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Selain
itu bahasa juga merupakan sistem komunikasi
yang mempergunakan simbol-simbol vokal
(bunyi) ujaran yang bersifat arbiter. Dengan
demikian, bahasa adalah alat komunikasi
manusia yang menggunakan simbol-simbol
yang bersifat arbriter.
Ejaan sendiri menurut KBBI (1998)
merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam
bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Ejaan ini merupakan hal yang
sering terabaikan oleh pengguna bahasa.
Padahal pada prinsipnya, seorang manusia
ketika berjalan, tidak akan terjatuh karena
gunung yang tinggi; ia akan jatuh karena kerikil
kecil. Dengan demikian, EyD merupakan aspek
yang sangat penting khususnya dalam
penulisan surat resmi.
Surat
resmi
ialah
surat
yang
dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat
resmi, baik yang ditulis dari perseorangan,
instansi, lembaga, maupun organisasi. Surat
menyurat sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari
kelembagaan. Oleh Karena itu, tata aturan yang
benar diperlukan agar pesan yang ingin
disampaikan melalui surat dapat sesuai dengan
yang dipahami oleh penerima surat.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Sekolah merupakan lembaga pendidik
yang selalu berkomunikasi dengan berbagai
pihak seperti orang tua, dinas, sekolah lain, dan
lain-lain. Untuk itu, di sekolah tersebut
dibutuhkan SDM yang mampu menyusun surat
resmi menggunakan EyD yang tepat. EyD
tersebut terkait dengan pemakaian huruf,
penulisan kata, kata serapan, tanda baca,
maupun pemenggalan. Selain itu juga terkait
dengan kalimat efektif dan tata persuratan.
Observasi pada surat yang resmi yang
beredar yang dikeluarkan oleh pihak sekolah,
kami melihat masih ada kesalahan penggunaan
EyD. Padahal surat merupakan media yang
kerap dipakai jika sekolah ingin berkomunikasi
dengan pihak lain.
Permasalahan pada pengabdian ini
terkait dengan kekurangpahaman guru-guru
mengenai EyD dan kalimat efektif khususnya
dalam persuratan dinas pada guru Sekolah
Dasar. Adapun tujuan kegiatan ini untuk
melatih guru SD di kota Jakarta Timur agar
mampu menerapkan EyD dan kalimat efektif
dalam penulisan surat resmi.
A. Hakikat Surat Resmi
Surat resmi ialah surat
yang
dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat
resmi, baik yang ditulis dari perseorangan,
instansi,
lembaga,
maupun
organisasi.
Contohnya : surat undangan, surat pemberi-
7
tahuan, dan surat edaran. Ciri-ciri surat resmi,
seperti berikut.
1) Menggunakan kepala surat jika yang
mengeluarkannya adalah lembaga atau
organisasi
2) Menggunakan nomor surat, lampiran,
dan perihal
3) Menggunakan salam pembuka dan
penutup yang lazim atau resmi, seperti:
Assalamualikum,
dengan
hormat,
hormat kami
4) Menggunakan bahasa dengan ragam
resmi atau baku
5) Menggunakan cap/stempel jika berasal
dari sebuah organisasi atau lembaga
resmi
6) Penulisan surat mengikuti format surat
tertentu (tidak bebas)
B. Penggunaan Ejaan yang
Disempurnakan
Bahasa tulisan sebagai sebagai salah
satu bentuk wacana yang menggunakan bahasa
sebagai mediumnya mensyaratkan seorang
penulis untuk menguasai kaidah-kaidah bahasa,
khususnya penggunaan EYD. Karena dengan
pengusaaan terhadap kaidah EYD, dapat
dipastikan pesan informasi yang disampaikan
dalam tulisannya dapat dengan mudah
dipahami oleh pembacanya. Berkaitan dengan
ini, Tarigan (1984: 21) menyatakan, “Menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik, yang menggambar-kan suatu
bahasa yang dipahami seseorang, hingga orang
lain memahami lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu".
Surat resmi sebagai salah satu bentuk
karya berbentuk tulisan tampaknya patut
dicermati lebih jauh khususnya dalam kaitan
penggunaan EYD yang terdapat didalamnya.
Berbagai macam bentuk surat resmi
diantaranya seperti surat lamaran, surat
permohonan, surat perjanjian dan sebagainya,
untuk memenuhi fungsi dan tujuannya sebagai
alat komunikasi juga tidak terlepas dari unsur
penggunaan EYD. Bahkan dalam surat resmi,
8
format penulisan surat pun juga menjadi salah
satu tolok ukur yang penting.
Surat resmi sebagai bentuk alat
komunikasi pengganti dan menggunakan
bahasa dalam bentuk tertulis harus tersajikan
dengan jelas, disamping harus memperhatikan
isinya dengan baik. Dan untuk memperoleh
kejelasan dan kebaikan isi dari sebuah surat
resmi, salah satunya perlu ditunjang oleh
penguasaan terhadap penggunaan kaidah EYD
yang baik pula. Dengan demikian, pihak
pembaca atau penerima surat dapat dengan
jelas pula memahami isi dan maksud dari surat
tersebut.
Di sisi lain, dalam kaitan penulisan surat
resmi juga pada praktiknya seringkali didapati
kesalahan, Kesalahan-kesalahan itu antara lain
berupa susunan kalimat yang tidak lengkap dan
berbelit, penggunaan tanda baca yang tidak
perlu atau berlebihan, ejaan yang tidak sesuai
dengan EYD, pemakaian istilah asing yang
tidak perlu, tata bahasa yang tidak teratur,
bahkan penggunaan bentuk atau model surat
resmi yang tidak menentu. Oleh karena itu,
sebagai upaya untuk mengoptimalkan penulisan
surat resmi yang memenuhi syarat dan kaidah
bahasa, perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam tentang penggunaan EYD dalam
surat resmi yang dibuat oleh siswa di sekolah
pada saat mempelajari penulisan surat
menyurat. Hal ini bertujuan untuk memperkecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi
dalam penulisan surat resmi.
Kesalahan berbahasa dan kesalahan
penulisan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) semestinya harus dihindari dalam
penulisan surat resmi. Dalam penulisan surat
resmi, kesalahan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) biasanya meliputi kesalahan pemilihan
kata, kesalahan pemakaian huruf kapital,
kesalahan pemakaian tanda baca dan kesalahan
kata/istilah. Upaya untuk mengoptimalkan
penulisan surat resmi yang memenuhi syarat
dan kaidah bahasa, perlu dilakukan studi yang
lebih mendalam tentang penggunaan EYD
dalam surat resmi. Hal ini bertujuan untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
memperkecil tingkat kesalahan yang mungkin
terjadi dalam penulisan surat resmi.
Dalam Buku Seri Penyuluhan I tentang
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dinyatakan
bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata,
kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan
tanda baca) (Depdikbud, 1992 : 1). Pada
praktiknya penggunaan kaidah ejaan dalam
bahasa tulis sangatlah penting. Hal ini terkait
dengan aspek kebakuan bahasa, termasuk untuk
bahasa Indonesia. Karena jika tidak, maka
pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional pun akan mengalami ketidakbakuan.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Arifin (1993:10) menyatakan bahwa jika
kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah
pembentukan kata diperhatikan dengan
seksama, dan penataan penalaran ditaati dengan
konsisten, pemakaian bahasa Indonesia
dikatakan benar.
Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa
itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut
dianggap tidak benar/tidak baku. Jika ditinjau
dari ruang lingkupnya, ejaan mencakup lima
aspek yang diatur, yaitu 1) pemakaian huruf, 2)
penulisan huruf, 3) penulisan kata, 4) penulisan
unsur serapan, dan 5) pemakaian tanda baca.
Dalam hal pemakaian huruf, hal ini
membicarakan tentang bagian-bagian dasar dari
suatu bahasa yang mencakup abjad, vokal,
konsonan, suku kata, dan nama diri. Sedangkan
dalam hal penulisan kata/kalimat dibicarakan
tentang perubahan dan penggunaan huruf
dalam tata tulis, seperti huruf kapital dan huruf
miring. Untuk penulisan kata, inti yang
dibicarakan adalah mencakup bidang morfologi
dengan segala bentuk dan jenisnya, seperti kata
dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata,
kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel,
singkatan dan akronim, dan angka serta
lambang bilangan.
Dalam
penulisan
unsur
serapan
membicarakan aspek-aspek yang berkaitan
dengan kaidah cara penulisan unsur serapan
terutama kosa kata atau perbendaharaan kata
yang berasal dari bahasa asing. Sedangkan
pemakaian tanda baca membahas tentang
teknik penerapan tanda baca dalam penulisan
yang masing-masing mempunyai kaidah
tersendiri, seperti tanda titik (.), tanda koma (,),
tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda
hubung (-), tanda pisah (--), tanda elipsis (...),
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung
((...)), tanda petik ("..") dan tanda garis miring
(/).
C. Penggunaan Kalimat Efektif dalam
Surat Resmi
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
seacara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya. Akan tetapi, kadangkadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak
memahami apa maksud yang diucapkan ata
yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak
boleh dihilangkan. SebaliknYa, unsur-unsur
yang seharusnya tidak ada tidak perlu di
munculkan.
Beberapa ahli komposisi menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kalimat efektih
adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Kalimat yang benar dan jelas dan
dengan mudah dipahami orang lain.
Disusun secara sadar untuk mencapai
daya informasi yang diinginkan penulis
terhadap pembacanya
Pembaca
memahami
apa
yang
disampaikan
Kalimat yang tepat mewakili gagasan
atau perasaan penyampai pesan dan
sanggup memberikan gambaran yang
sama tepatnya pada pembaca atau
pendengar.
Kalimat yang disusun dengan sadar dan
sengaja untuk mencapai daya informasi
yang tepat dan baik.
Jenis kalimat yang dapat memberikan
efek tertentu dalam komunikasi. Efek
yang dimaksudkan di sini adalah
kejelasan informasi”.
tidak menggunakan kata-kata mubazir,
tetapi juga tidak kekurangan kata.
menggunakan pengertian yang logis
sejalan dengan nalar yang tepat”
9
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam
itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi
dan kesesuaiannya
dengan
kaidah.Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis.
Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat
sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya
benar, pilihan katanya tepat, hubungan
antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus
benar.
Kalimat efektif mempunyi beberapa ciri,
yaitu kesatuan gagasan, kesejajaran (paralel),
kehematan, penekanan, dan elogisan.
II. METODE PELATIHAN
A. Kerangka dan Realisasi Pemecahan
Masalah
Kegiatan P2M ini memecahkan masalah
kekurangpahaman guru dan pegawai di sekolah
dalam menyusun surat dinas berdasarkan tata
cara penulisan surat dan penggunaan ejaan
yang disempurnakan yang benar.Masalah
mengenai
kekurangpahaman
guru
dan
karyawan di sekolah terhadap EyD dalam
penyusunan surat dinas dipecahkan melalui
rangkaian pelatihan mengenai EyD dan surat
dinas. Pelatihan diselenggarakan selama 8 jam
di Jakarta Timur. Pelatihan diselenggarakan
pada tanggal 19 September 2015.
B. Sasaran
Sasaran yang dituju pada kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini ialah guruguru Sekolah Dasar serta karyawan di Sekolah
Dasar khususnya yang bertugas di bidang
administrasi sekolah. Jumlah peserta pelatihan
yang ditargetkan adalah 20 orang.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan
Perencana pelatihan dilakukan dalam
tiga tahap. Yaitu:
Tahap pertama, tim berkoordinasi
dengan beberapa kepala sekolah untuk
menugaskan dua orang di sekolah yang
dipimpinnya untuk mengikuti perltihan. Setelah
berkoordinasi dengan beberapa kepala sekolah
di dasar di wilayah Jakarta Timur,
terkumpullah dua puluh orang peserta dari
10
sembilan sekolah dasar yang ada di wilayah
Jakarta Timur, khususnya Kecamatan Klender.
Daftar peserta terlampir (lampiran 1). Selain
itu, tim juga memohon izin salah satu kepala
sekolah dasar untuk meminjam salah satu
ruangan kelas di SD yang bersangkutan untuk
digunakan sebagai tempat kegiatan pelatihan,
yaitu SD Negeri Klender 22, Jalan Buaran2, RT
05/13 No. 39, Duren Sawit Jakarta Timur.
Tahap kedua, tim pun menentukan
indikator dengan mengacu pada tujuan
pelatihan, yaitu meningkatkan kemapuan guru
sekolah dasar dalam penggunaan ejaan yang
disempurnakan dan kalimat efektif pada
penulisan surat resmi. Secara garis besar,
indikator pelatihan dikelompokkan ke dalam
dua kriteria, yaitu:
a. Kemampuan menulis surat resmi, yang
terdiri dari:
1) kejelasan isi surat (mudah dipahami dan
jelas gagasan surat)
2) kejelasan urutan surat (pembukaan, isi,
penutup)
3) kelengkapan bagian-bagian surat (kepala
surat, tubuh surat, penutup surat)
b. Penggunaan bahasa Indonesia dalam surat
resmi, yang terdiri dari:
1) Penggunaan ejaan dan tanda baca
2) Penggunaan kalimat efektif
Tahap ketiga, merancang materi
pelatihan dalam bentuk bahan tayang (power
point). Selain itu, tim pun menyiapkan materi
pendukung berupa contoh surat resmi dan surat
tidak resmi. Bahan tayang dan dan materi
pendukung terlampir.
B. Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan
selama satu hari, yaitu Sabtu, 19 September
2015. Pelaksanaan peltihana ini dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu:
Tahap pertama, pelaksanaan tes awal.
Tes ini dilakukan dalam bentuk tes unjuk kerja,
yaitu semua peserta diminta untuk menuliskan
kembali surat resmi yang pernah dibuat selama
peserta bekerja sebagai guru sekolah dasar,
dengan tujuan untuk menge-tahui kemampuan
awal peserta menggunakan ejaan, tanda baca,
dan kalimat efektif dalam menulis surat resmi.
Berdasarkan hasil pretes, dapat digambarkan
kemampuan awal peserta sebelum mengikuti
kegiatan pelatihan ini sebagai berikut. Dari
keseluruhan peserta, peserta yang memiliki
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
kemampuan menulis surat resmi dengan
kriteria kejelasan isi surat sebanyak 15%,
kejelasan urutan surat sebanyak 10%,
kelengkapan bagian-bagian surat sebanyak 10
%, penggunaan ejaan dan tanda baca sebanyak
20%, dan penggunaan kalimat efektif sebanyak
25%.
Tahap kedua, tim melaksanakan
pelatihan. Secara umum, materi pelatihan
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu (2) surat resmi
dan (2) penggunakan ejaan, tanda baca, dan
kalimat efektif dalam penulisan surat resmi.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode konvensional,
yaitu paparan, diskusi, dan latihan menulis
surat resmi.
Materi
diberikan
pada
pelatihan ini adalah konsep tentang surat resmi,
dana penggunaan ejaan, tanda baca, dan
kalimat efektif dalam penyusunan surat resmi.
(materi pelatihan terlampir). Pemapan materi
pelatihan disampikan dengan menggunakan
media infokus (bahan tayang terlampir)
Tahap ketiga, tim melaksanakan tes
akhir (postes) dalam bentuk unjuk kerja.
Peserta diminta membuat surat resmi, dengan
memberi pilihan jenis surat resmi kepada
mereka. Jenis surat resmi yang dapat dipilih
peserta adalah {1) surat undang rapat orang tua
siswa, (2) surat tugas, dan (3) surat
permohonan. Di antara pilihan tersebut,
sebagian besar peserta memilih surat undangan
60%, sedangkan sisanya memilih surat tugas
sebanyak 30% dan yang memilih surat
permohonan hanya 10%.
Tes akhir dilaksnakan dalam 30 menit.
Berdasarkan hasil tes akhir, menunjukkan ada
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes
awal. Setelah melalui latihan ini, kemampuan
guru dalam menggunakan ejaan, tanda baca,
dan kalimat efektif meningkat, yaitu
kemampuan guru menulis surat dengan kriteria
kejelasan isi surat sebesar 70%, kejelasan
urutan surat sebesar 65%, kelengkapan bagianbagian surat sebesar 80%, penggunaan ejaan
dan tanda baca sebesar 70.%, dan penggunaan
kalimat efektif sebesar 75%.
C. Pembahasan
Pelatihan ini menggunakan metode
konvensional, yaitu paparan materi, diskusi,
dan latihan. Walaupun menggunakan metode
konvensional, perubahan kemampuan peserta
pelatihan jika dibandingkan antara sebelum dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
setelah mengikuti latihan cukup berbeda,
bahkan peningkatannya pun cukup tinggi. Hal
disebabkan oleh latar belakang profesi peserta
yaitu sebagai guru. Bagi guru, menulis surat
bukan hal yang baru. Kekurang yang mereka
miliki dlebih disebakan oleh belum pahamnya
aspek-aspek atau bagaian-bagian yang harus
ada dalam surat resmi. Selain itu, pemahaman
terhadap bahasa yang digunakan guru sebelum
mengikuti pelatihan masih kurang. Oleh karena
itu, walaupun pelatihan ini menggunakan
metode konvensional, perubahan yang terjadi
setelah mengiluti pelatihan cukup signifikan.
Penentuan
indikator
pelatihan
didasarkan pada teori dalam penyusunan syrat
dinas. Berdasarkan teori, kemampuan menulis
surat resmi dapat diukur minimal dari lima
kriteria, yaitu kejelasan isi surat, kejelasan
urutan surat, kelengkapan bagian-bagian surat,
penggunaan ejaan dan tanda baca, dan
penggunaan kalimat efektif. Sebetulnya masih
ada beberapa indikator yang dapat dijadikan
sebagai kriteria kemampuan hmenulis surat
resmi, tetapi kelima indikator dapat dijadikan
sebagai standar minimal, karena sudah dapat
mengukur kemampuan seseorang dalam
menulis surat.
IV. KESIMPULAN
Pelatihan penggunaan ejaan yang
disempurnakan dan kalimat efektif pada
penulisan surat resmi bagi guru sekolah dasar
di wilayah jakarta timur ini cukup berhasil. Hal
ini terlihat dari hasil tes kemampuan peserta
dalam menulis surat resmi, sebelum (pretest)
dan setelah pelatihan (posttest).
Berdasarkan hasil tes awal, peserta
yang memiliki kemampuan menulis surat resmi
dengan kriteria kejelasan isi surat sebanyak
15%, kejelasan urutan surat sebanyak 10%,
kelengkapan bagian-bagian surat sebanyak 10
%, penggunaan ejaan dan tanda baca sebanyak
20%, dan penggunaan kalimat efektif sebanyak
25%. Persentasi nilai dari masing-masing
kriteria terebut meningkat setelah pelatihan
dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes akhir,
kriteria kejelasan isi surat sebesar 70%,
kejelasan
urutan surat sebesar
65%,
kelengkapan bagian-bagian surat sebesar 80%,
penggunaan ejaan dan tanda baca sebesar 70.%,
dan penggunaan kalimat efektif sebesar 75%.
Perbandingan antara hasil tes awal dengan tes
11
akhir, dapat digambarkan dalam bentuk grafik
berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Tasai dan Parera, J.D. 1995. Pintar
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Arifin, Syamsir. 1987. Pedoman Penulisan
Surat menyurat Indonesia. Padang:
Angkasa Raya.
12
Ermanto
dan Emidar.2010.Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Padang:UNP Press.SS
Nurdin, Ade. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Sudarsa, dkk. 1992. Surat Menyurat dalam
Bahasa indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PEMBERDAYAAN IBU-IBU PKK KELURAHAN RAWAMANGUN
DALAM PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS
MENJADI AKSESORIS DENGAN BASIS INDUSTRI KREATIF
E. Lutfia Zahra1), Melly Prabawati2), Vera Utami GP3)
Jurusan IKK Fakultas TeknikUniversitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang harus dilaksanakan oleh dosen. Tujuan pengabdian masyarakat adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan kreatifitas ibu-ibu
PKK RW 02 dikelurahan Rawamangun.
Jenis kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah pembelajaran tentang keterampilan
pembuatan aksesoris dalam limbah kertas berupa kalung, gelang, bros, dan anting anting.
Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat
untuk berwirausaha agar dapat menambah pemasukan ekonomi keluarga.
Kata Kunci : Limbah kertas, Aksesoris, Ibu-ibu
I. PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari
seberapa banyak sumber daya alam yang
dimiliki oleh negara tersebut, akan tetapi
seberapa kreatif sumber daya manusia di negara
tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya alam
yang tersedia. Di Indonesia sudah tidak
diragukan lagi tentang pemanfaatan sumber
daya alamnya, bahkan negara tetanggapun
terkagum-kagum dengan sumber daya alam
yang dimiliki negara kita ini. Namun seiring
dengan hal tersebut, penggalan kalimat pertama
pada latar belakang ini memang sesuai dengan
kondisi Indonesia saat ini. Kekayaan alam tidak
diimbangi dengan kekayaan intelektual
masyarakatnya untuk menciptakan sesuatu
yang bermanfaat dan berdayaguna tinggi.
Salah satu contoh di Jakarta. Kota yang
menjadi pusat pemerintahan dan pusat
perekonomian Indonesia dan juga disebut sebut
sebagai miniature Indonesia karena hampir
seluruh suku dan ras Indonesia tinggal di
Jakarta. Dilihat dari padatnya penduduk di
Jakarta, maka masalah berupa kemacetan tak
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
dapat dipungkiri lagi. Kemudian penduduk
Jakarta yang setiap harinya memproduksi
sampah dan tidak mengolahnya dengan baik
berakibat pada sering terjadinya banjir di kota
ini. Bukan hanya banjir, ketidak mampuan
masyarakat Jakarta untuk mengolah sampah
juga berakibat pada banyak nya penyakit yang
diderit oleh masyarakat Jakarta yang tinggal
dekat dengan tempat pembuangan sampah.
Di sisi lain, kurangnya lapangan pekerjaan
juga menjadi masalah yang belum terselesaikan
di ibu kota Indonesia ini. Banyak masyarakat
Jakarta yang memenuhi lampu merah dan juga
pusat keramaian untuk mengamen dan
mengemis. Mereka beralasan, sumber daya
alam di Jakarta sangat sedikit yang bisa diolah.
Namun mereka tetap bertahan di Jakarta
dikarenakan sirkulasi uang di sini sngat cepat
dan berharap lebih pada warga yang
berpenghasilan
lebih
untuk
berkenan
memberikan itu ke mereka yang mengemis dan
mengamen.
Jika kita lihat lagi dari jumlah kepadatan
penduduk dan luas daerah, memang tidak bisa
13
dipungkiri bahwa Jakarta tidak memiliki
banyak lahan maupun sumber daya alam yang
lebih untuk akhirnya bisa dimanfaatkan oleh
masyarakatnya. Sementara orang-orang di
Jakarta menghasilkan 3 liter sampah setiap
harinya (beritabumi.or.id) yang di kalikan
dengan jumlah penduduk di kota ini. Bisa
terlihat betapa banyaknya sampah yang
dihasilkan, namun kurang maksimal dalam
penanganannya dan hasilnya pencemaran
lingkungan. Dari fenomena tersebutlah semua
sampah itu sebagai sebuah peluang sebagai
sebuah lapangan pekerjaan yang nantinya juga
bisa menambah pendapatan setiap warga.
Salah satu daerah percontohan dalam
pengolahan sampah yaitu RW 02 yang terdiri
dari beberapa RT dikelurahan rawamangun
yang memiliki kepadatan penduduk yang
sangat tinggi. Pelatihan pembuatan aksesoris
dari limbah kertas akan diadakan di Kelurahan
Rawamangun Jakarta Timur. Daerah binaan ini
juga pernah dilakukan pelatihan dengan tema
yang berbeda yaitu pemanfaatan limbah tekstil
hal ini juga sebagai wadah untuk
pengaplikasian ilmu yang selama ini telah
diterima dan dimiliki oleh mahasiswa. Selain
itu, daerah binaan ini bisa menjadi sebuah
objek dalam mengaplikasikan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Sebagai tenaga pengajar
dituntut untuk menciptakan kemandirian di
masyarakat agar tujuan negara indonesia –
memajukan kesejahteraan umum – bisa
tercapai. Daerah binaan kegiatan pengabdian
masyarakt ini akan dilaksanakan di Kelurahan
Rawamangun yang akan melibatkan ibu-ibu
PKK warga RW 02. Lingkungan masyarakat
disana mempunyai permasalahn kebersihan dan
sampah serta kurang adanya kesadaran
masyarakat menjadi permasalahan utama.
RW 02 Kelurahan Rawamangun Jl.Pemuda
merupakan daerah tepat tinggal padat penduduk
yang juga menjadi komplek pasar tradisonal
dan banyak usaha foto copy karena dekat
dengan lingkungan kampus. Dimana setiap hari
terjadi proses perdagangan dan pembuangan
kertas sisa yang tidak terpakai di dalamnya.
Sehingga tak bisa dipungkiri lagi, sangat
banyak sampah yang dihasilkan perharinya dan
itu semua hanya dibuang sia sia ke tempat
penampungan akhir sampah. Daerah ini juga
termasuk dalam tepian sungai. Kemudian
kesadaran para warga setempat terkait
pendidikan anak anak juga masih kurang.
14
Sehingga banyak anak anak yang ikut berjualan
dengan orang tuanya dan juga ada yang pergi
mengamen untuk mencari nafkah. Adapun
halnya dengan para ibu-ibu PKKnya,
kebanyakan berprofesi sebagai pengangguran
dan menghabiskan waktunya untuk hal hal
yang kurang bermanfaat, oleh karena itu perlu
adanya pelatihan keterampilan
membuat
aksesoris dari limbah kertas, dengan mengolah
sampah agar bisa berkembang menjadi
lapangan kerja bagi masyarakat setempat
dimana aksesoris juga merupakan salah satu
produk busana yang sedang berkembang pesat.
Selain bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat, kegiatan kami ini juga
bertujuan
untuk
menjaga
kebersihan
lingkungan Jakarta agar terlihat bersih, rapih
dan indah agar benar benar pantas menjadi ibu
kota Indonesia dan menjadi miniature serta
percontohan Indonesia secara keseluruhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Aksesoris
Dalam dunia busana, aksesori (atau aksesoris) adalah benda-benda yang dikenakan
seseorang untuk mendukung atau menjadi
pengganti pakaian. Bentuk aksesori bermacammacam dan banyak di antaranya terkait dengan
peran gender pemakainya. Aksesori dalam
bahasa Indonesia hampir selalu berarti fashion
accessory dalam penggunaan dalam bahasa
Inggris.
Jenis aksesori bermacam - macam, seperti
perhiasan (anting–anting atau giwang, kalung,
gelang, bros), selendang, sabuk, suspender,
dasi,syal, sarung
tangan, tas, topi,
arloji,
kacamata, dan pin. Busana tradisional memiliki
aksesori khas yang biasanya dikenakan sebagai
perlambang
tertentu,
seperti destar, sindur, tusuk konde, kembang
goyang, dan keris. Adapun contoh aksesoris
berikut fungsinya :
1. Cincin (rings)
Cincin merupakan perhiasan yang
dipakai pada jari tangan
2. Gelang (bracelets)
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Gelang merupakan perhiasan yang
dipakai pada bagian tangan atau kaki
3. Anting (earrings)
Anting merupakan perhiasan yang
dipasnag/dipakai pada bagian telinga.
Anting dapat dibedakan ats giwang dan
anting-anting. Giwang adalah hiasan
telinga yang menempel langsung pada
telinga, dan bila dipakai tidak bergerak,
sedangkan anting-anting adalah hiasan
telinga yang apabila dipakai dapat
bergerak atau terayun-ayun.
4. Kalung (necklaces)
Kalung merupakan perhiasan yang
dipakai pada bagian leher. Ukurannya ada
yang menempel pada leher (chocker),
pendek (beads), sedang (chain), dan
panjang (opera lenghth)
5. Jepit rambut/ikat rambut/hiasan kerudung
Sebagai hiasan bagi kaum hawa baik
yang memakai kerudung atau yang tidak
memakai kerudung. Maka dari itu,
aksesoris ini di buat semenarik mungkin
dengan karakter dan teknik yang berbeda –
beda.
6. Jam tangan atau arloji (watch)
Jam tangan merupakan penunjuk
waktu yang dipergunakan di pergelangan
tangan manusia
7. Kacamata (glasses)
Kacamata merupakan lensa tipis untuk
mata guna menormalkan dan mempertajam penglihatan (ada yang berangka dan
ada yang tidak). Sekarang selain menjadi
alat bantu penglihatan, kacamata juga
sudah menjadi pelengkap gaya serta
menjadi alat bantu khusus untuk
menikmati hiburan seperti kacamata
khusus tiga dimensi.
8. Bando
Bentuknya sederhana namun sangat
berguna dan fashionist. Fungsi utama dari
aksesoris ini sebenarnya adalah penyangga
rambut. Namun karena keberagaman
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
bentuk, motif dan warnanya, maka bando
pun punya nilai fashion sendiri. Cara
pemakaian bando sangat mudah. Kita
cukup memposisikan kedua ujung bando
masing-masing pada bagian belakang
telinga kita dan menggeser bando hingga
mengangkat dan menahan rambut kita.
Bando memberikan kesan casual dan
simple.
B. Limbah Kertas
Secara umum yang disebut limbah adalah
bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada skala rumah
tangga,
industri,
pertambangan,
dan
sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu,cair atau padat. Berikut
identifikasi limbah kertas :
1. Karakter Kertas bekas
Beberapa jenis kertas bekas yang bisa
didaur ulang. Namun pendauran ulang
kertas hanya bisa dilakukan maksimal 4 6 kali, mengingat serat-serat kertas akan
semakin pendek setelah diproses sehingga
memengaruhi kekuatan dan ikatan serat
dalam kertas. Kertas yang biasdidaur ulang
sangat beragam, namun dikelompokkan
dalam tiga kategori diantaranya:
a. kertas buangan pabrik kertas,
b. kertas limbah sebelum digunakan
konsumen,
c. kertas
yang
telah
digunakan
konsumen.
2. Jenis Kertas Bekas
Jenis kertas sangat beragam, mulai
dari kertas bergelombang ( dus), kertas
bekas koran, kertas bekas majalah, kertas
bekas buku telepon, dan kertas bekas
kantor/rumah tangga.Pengolahan kertas
daur ulang bisa dengan cara sangat
sederhana, yaitu kertas hanya diubah
bentuknya tanpa perlakuan fisika dan
kimia.
Misalnya kertas digunakan untuk
dekorasi. Kertas diremas lalu btuk lipatan
15
lipatannya
dibentuk sesuai
selera.
Pengolahan kertas secara fisika dan kimia
adalah mengolah kertas menjadi bubur
kembali, lalu dicetak sesuai dengan
keperluannya, baik tipis ataupun tebal.
Kertas yang dibuat ubur ini yang hanya
bisa didaur ulang hingga 4 - 6 kali, karena
serat - serat kertas akan terpotong oleh
perlakuan fisika (dihancurkan).
3. Pengolahan Kertas Bekas
Di Indonesia, penggunaan kertas daur
ulang untuk bahan baku industri kertas
telah banyak dilakukan. bahan baku yang
paling banyak di gunakan adalah diperoleh
dari kertas bekas kosong, majalah, dan
kertas tulis.
Produk kertas daur ulang berupa jenis
kertas seperti kertas kemasan atau kertas
untuk industri, kertas cetak dan kertas
tulis, tissue dan cetakan untuk media
massa. Dalam jumlah terbatas, kertas daur
ulang dapat juga digunakan untuk media
tanaman isolasi, box, produk kertas cetak
(wadah telur, karton, baki makanan, dan
pot tanaman). Kertas daur ulang ini
memiliki beberapa keterbatasan. Produk
yang dibuat dari proses ini tidak dapat
digunkan untuk kemasan bahan kanan,
karena kualitas kertasnya menurun dan
dapat mudah terkontaminasi.Khusus untuk
daur ulang kertas koran, diperlukan
beberapa tambahan proses kimiawi untuk
menghilangkan tinta yang ada pada kertas
(de-ingking process).
Proses ini menggunakan sabun
untuk menghilangkan tinta. Tinta tersebut
masih dapat dimanfaatkan untuk kondisi
tanah (soil conditioner). kemudian untuk
membuat kertas daur ulang yang baik dan
dapat digunakan kembali sebagai bahan
pembuat koran, dierlukan modifikasi
campuran kertas yang terdiri dari atas
campuran kertas koran bekas, majalah dan
bubur kertas yang asli (virgin pulp) dari
bahan baku awal.
16
C. Macam-Macam Contoh Aksesoris Dari
Limbah Kertas
1. Kerajinan tangan dengan teknik gintir
kertas
Kerajinan tangan dari kertas
gintir ini bedasarkan apa yang akan
dibuat untuk variasi sesuai keinginan.
Hal yang paling populer adalah
membuat kupu-kupu, boneka kecil,
miniatur orang bahkan ditangan
professional kerajinan kertas gintir ini
bisa menghasilkan banyak sekali jenis
yang dibuat dengan tingkat kerumitan
yang sangat tinggi.
2. Kerajinan tangan dari kertas dengan
teknik gulung.
Kerajinan tangan dari kertas
dengan teknikgulung dapat bervariasi
seperti membuat kupu-kupu , kalung
kreasi dan sebagainya.
3. Kreasi membuat kalung dari kertas
bekas.
Kerajinan tangan dari kertas bekas
kali ini membuat sebuah liontin atau
kalung.
Adapun Kerajinan dari kertas karton bekas
atau kardus bekas. Bahan berjenis karton dan
kardus ini akan mensharing tentang Kerajinan
dari kertas karton bekas yang sering kita buang.
Nah berikut salah contoh gambar kerajinan
yang berasal dari bahan karton dan kardus
bekas.
Jenis Eksplorasi Kertas Koran Bekas
1. Pilin
Teknik yang di gunakan adalah dengan
memilin kertas koran bekas dan
dirangkai
menjadi
sebuah benda
fungsional, kemudian diberi warna yang
sesuai.
2. Cetak
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Cetakan dibuat terlebih dahulu, dan
bibentuk dengan menggunakan kertas
yang sudah dalam bentuk cairan.
3. Tempel
Teknik yang digunakan disini adalah
tempel menempel kertas, agar, tanpa
adanya teknik khusus.
Mix Material, Material yang digunakan adalah
kertas koran bekas dengan menggunakan resin
dan pewarnaan hitam.
D. Produk
1. Definisi & Klasifikasi Produk
Produk adalah sesuatu yang bisa
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau
kebutuhan.
Lima Tingkatan Produk Menurut Kotler
yaitu : Core benefit, yaitu manfaat dasar dari
suatu produk yag ditawarkan kepada
konsumen; Basic product, yaitu bentuk dasar
dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh
panca indra; Expected product, yaitu
serangkaian atribut-atribut produk dan kondisikondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat
membeli suatu produk; Augmented product,
yaitu sesuatu yang membedakan antara produk
yang ditawarkan oleh badan usaha dengan
produk yang ditawarkan oleh pesaing; Potential
product, yaitu semua argumentasi dan
perubahan bentuk yang dialami oleh suatu
produk dimasa datang.
Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok,
yaitu:
a. Berdasarkan wujudnya, produk dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
utama. Barang; barang merupakan
produk yang berwujud fisik, sehingga
bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa,
dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya; Jasa, merupakan
aktivitas, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi
pihak lain).
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
b. Berdasarkan aspek daya tahannya produk
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Barang tidak tahan lama, adalah barang
berwujud
yang
biasanya
habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa
kali pemakaian; Barang tahan lama,
merupakan barang berwujud yang
biasanya bisa bertahan lama dengan
banyak pemakaian (umur ekonomisnya
untuk pemakaian normal adalah satu
tahun lebih).
c. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu
didasarkan pada siapa konsumennya dan
untuk apa produk itu dikonsumsi, maka
produk diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu: Barang konsumsi, dan barang
industri.
Berbicara mengenai produk maka aspek
yang perlu diperhatikan adalah kualitas produk.
Menurut American Society for Quality Control,
kualitas adalah “the totality of features and
characteristics of a product or service that
bears on its ability to satisfy given needs”,
artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter
dari sebuah produk atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.
Kualitas produk merupakan pemahaman
bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual
mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki
oleh produk pesaing. Oleh karena itu
perusahaan berusaha memfokuskan pada
kualitas produk dan membandingkannya
dengan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk
dengan penampilan terbaik atau bahkan dengan
tampilan lebih baik bukanlah merupakan
produk dengan kualitas tertinggi jika
tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh pasar.
2. Karakteristik Produk Menurut WH
Mayall
Dalam bukunya Principle In Design,
WH Mayall menerangkan beberapa karak-
17
teristik suatu produk. Karakteristik tersebut
yaitu :
a. Hasil yang maksimal
b. Biaya yang rendah
c. Harga yang terjangkau oleh pembeli
d. Bentuk yang beragam
e. Penampilan yang menarik
f. Kenyamanan dalam menggunakan
g. Mudah memelihara
h. Aman
III. MATERI DAN METODE
A. Bahan dan Alat
Pada dasarnya pembuatan aksesoris dari
limbah kertas alat dan bahan yang di gunakan
disesuaikan dengan desain aksesoris yang akan
di buat. Adapun alat dan bahan pembuatan
aksesoris dari limbah kertas:
1. Limbah kertas/ kardus/ karton/ kertas
kado/ kertas daur ulang
2. Gunting
3. Alat tulis untuk membuat desain
4. Rantai kalung
5. Tang khusus aksesoris
6. Lem, Alat Lem Tembak dan Lilin
khalayak
sasaran
untuk
memperkaya
pengetahuan mereka.
Setelah pengetahuan diberi khalayak sasaran
mulai dipandu pengenalan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk teknik pemanfaatan
limbah kertas, penerapan desain motif pada
produk yang akan dibuat dan proses serta
metode teknik pemanfaatan limbah kertas dari
berbagai macam pemanfaatan limbah kertas
untuk menjadi motif pada aksesoris pelengkap
wanita.
Adapun teknik dan langkah kerja yang di
gunakan saat proses pembuatan aksesoris :
1. Langkah Kerja Pembuatan Asesoris
dengan Teknik Gulung
a) Potong kertas bekas dalam bentuk
memanjang dengan lebar 2 cm
b) Lipat bagian lebar kertas tersebut
sebanyak 2 kali
c) Mulailah menggulung lipatan kertas
tersebut dibantu dengan memberi lem
pada setiap ujung gulungan serta tarik
dan tekan agar gintiran menempel rapi.
Buatlah dengan berbagai macam
ukuran sesuai dengan desain yang
diinginkan.
d) Rekatkan antara satu bagian dengan
satu
bagian
lainnya
dengan
menggunakan lem uhu atau lem gun,
buat sesuai desain yang diinginkan.
e) Setelah semua bagian disatukan,
pasang rantai kalung untuk dijadikan
kalung atau lem rangkaian gulung
dengan peniti bros untuk dijadikan bros
maupun satukan dengan kawat anting
untuk dijadikan anting.
B. Khalayak Sasaran Yang Strategis
Khalayak sasaran dalam kegiatan ini
adalah sebanyak 20 orang Ibu-Ibu PKK di
Kelurahan Rawamangun yang berumur di
antara 30-45 tahun, dengan pertimbangan
mereka adalah Ibu-Ibu yang masih produktif
dan
berminat
untuk
mengembangkan
keterampilan.
C. Metode Kegiatan
Metode yang akan diterapkan dalam
kegiatan ini adalah pre-test dan post-test untuk
mengetahui pengetahuan tentang teknik
pemanfaatn limbah kertas, ceramah tentang
desain produk, teknik pemanfaatan limbah
kertas dan wirausaha serta bagaimana
penerapan unsur dan prinsip desain pada suatu
produk yang memiliki nilai keindahan, kepada
18
2.
Langkah Kerja Pembuatan Asesoris
dengan Teknik Gintir
Bahan dan Alat
1. Kertas bekas
2.
3.
4.
5.
Lem Uhu
Gunting
Penggaris
Alat tulis
6. Rantai
kalung/kawat/pita
7. Peniti bros
8. Peniti kecil
9. Tang
10. Lem Gun
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Cara Pembuatan :
1) Potong kertas bekas dalam bentuk segitiga
siku dengan lebar 14 cm dan tinggi 1cm
2) Gulung perlahan dari bagian yang paling
lebar (1cm) hingga ke ujung segitiga, lalu
beri lem pada ujung segitiga tersebut dan
rekatkan.
3) Untuk membuat kalung dan gelang,
rangkai tiap gintiran kertas pada tiap-tiap
peniti kecil lalu rangkai pada rantai
kalung/gelang menggunakan lingkaran
kawat. Bentuk sesuai desain yang
diinginkan.
4) Untuk membuat bros, sama seperti
langkah sebelumnya. Lalu rekatkan
beberapa
gintiran
kertas
sebagai
penyangga pada peniti bros, kemudian
kaitkan
beberapa
gintiran
kertas
menggunakan kawat lingkaran buatlah
sesuai dengan desain yang diinginkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Realisasi Kegiatan
Pemanfaatan limbah kertas sebagai
aksesoris yang dimana aksesoris merupakan
segala sesuatu yang melekat pada seseorang
guna
memperindah
suatu
penampilan
seseorang.
Maka dari itu, pemanfaatan limbah
kertas dalam bentuk aksesoris untuk
meningkatkan kreativitas ibu-ibu PKK di Jl.
Pemuda kelurahan Rawamangun. Kegiatan
diadakan selama 2 kali pertemuan, yaitu hari
jum’at 4 dan sabtu 5 Sepetmber 2015. Peserta
yang hadir sebanyak 19 orang. Pada hari
pertama, 4 September 2015 peserta diberikan
materi tentang macam-macam alat dan bahan
yang digunakan untuk mebuat aksesoris, dan
teknik yang di gunakan dalam proses
pembuatan aksesoris. Pada hari kedua, sabtu 5
september 2015 peserta sudah mempraktekkan
dan penyelesaian teknik pembuatan aksesoris
yang telah diberikan kepada peserta untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
diterapkan kedalam bentuk aksesoris yakni
kalung, gelang, bros dan anting. Kemudian
dilakukan penilaian dari hasil karya yang telah
dikerjakan. Dalam proses pembuatan aksesoris
dari limbah kertas terbagi menjadi empat
kelompok dengan dua teknik gintir dan dua
teknik gulung.
B. Evaluasi Kegiatan
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah:
1. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun
mempunyai pengetahuan tentang macammacam teknik pemanfaatan limbah kertas.
2. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun
mempunyai pengetahuan tentang alat,
bahan dan teknik menghias kain yang
diukur berdasarkan hasil pre-test dan posttest.
3. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun
mempunyai kemampuan untuk membuat
berbagai produk busana atau pelengkap
busana lainnya yang menggunakan teknik
pemanfaatan limbah kertas.
4. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun
mempunyai kemampuan untuk produk
kerajinan aksesoris
dengan teknik
pemanfaatan limbah kertas yang memiliki
nilai jual dan estetis.
V. KESIMPULAN
Pemanfaatan limbah kertas merupakan
salah satu keterampilan yang cukup rumit,
namun pemanfaatan limbah kertas yang dapat
di buat menjadi aksesoris juga memiliki banyak
peminat baik peminat untuk sekedar memiliki
dan peminat yang juga ingin mempelajari
teknik proses pengelolaan limbah kertas
menjadi aksesoris tersebut. Maka berkaitan
dengan fenomena fashion tersebut perlu adanya
pengembangan keterampilan dan desain
aksesoris yang sesuai dengan pemanfaatan
limbah di sekitar lingkungan masyarakat yang
mempunyai nilai fungsional bagi masyarakat
khususnya kaum ibu-ibu yang belum memiliki
19
kemampuan tersebut tetapi semangat dan ingin
mempelajarinya.
Dengan program pelatihan yang
berupaya mengembangkan kreativitas para ibuibu yang masih ingin menambah dan
mempelajari keterampilan untuk pemanfaatan
limbah kertas di sekitar lingkungan Jl. pemuda
kelurahan rawamangun.
Program Studi Tata Busana yang didalamnya
mempelajari salah satu keterampilan desain
akesoris yang akan diterapkan dan berbagi ilmu
pada masyarakat khususnya ibu-ibu PKK Jl.
Pemuda Kelurahan Rawamangun sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan keahlian kerja ibu-ibu PKK, maka dengan
mudah memiliki pekerjaan dan mandiri untuk
meningkatkan kreatifitas mereka
Djamadil AA. 1976. Ragam-Ragam Hias, Jilid
I. Jakarta : PT. Karya Nusantara.
Harper dan Row. 1987. Voque Sewing for The
Home (2nd edition). New York:
Publiscrs. Parennial Library
Janice Willams, Lettering in Embroidery,
London, 1982
Judi Brittain, Good House Keeping Step – by –
Step Ency clopa, edia of Nedlecraft,
London, 1982
Majalah Gadis. 1985. Tangan Terampil.
Jakarta: Redaktur Majalah Gadis.
Magazine, Wall Hanging Quilt, Japan, edisi
2003
Manisha. Creative Neck Designs. Delhi: Indica
Manisha. Tabulous Fashion. Delhi: Indica
DAFTAR PUSTAKA
Carlotte Kervin, The Classic Techniques,
Nederland, 1974
Dewan Kerajinan Nasional, 1981. Sulaman.
Jakarta : Museum Tekstil.
20
Sue Aiken, Applique Quilts, A Craftworid
Book, Australia, 1998
Virginia Colton, Complete
Nedlework, USA, 1992
Guide
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
to
PELATIHAN PRAKTIK MESIN CNC
BAGI GURU-GURU SMK JAKARTA
Agus Dudung1), Sugeng Priyanto2), Ahmad Lubi3)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Bagi para guru di DKI Jakarta menurut data sekolah dinas DKI Jakarta banyak
guru guru muda di sekolah yang belum mendapatkan pelatihan mesin CNC padahal bagi
guru produktif wajib mempunyai sertifikat mesin CNC, terutama guru yang mengajar mesin
CNC. Untuk para guru muda yang belum mendapatkan sertifikasi mesin CNC, mengingat
bekal pengetahuan dan keterampilan yang minim, rasanya sulit untuk mengajar di Sekolah
Menengah Kejuruan.
Tujuan kegiatan pengambidian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan
keterampilan mesin CNC dari dua aspek, yaitu aspek teknologi/teknik tentang mesin CNC,
dan aspek pemeliharaan mesin CNC.
Khalayak sasaran adalah para guru yang belum mendapatkan sertifikat permesinan
dan yang betul-betul berminat dan mempunyai potensi untuk berkembang. Jumlah peserta
yang aktif adalah 21 orang, sebagian besar berasal dari beberapa Sekolah Menengah
Kejuruan di antaranya, SMKN 1 Bekasi, SMKN 5 Jakarta, SMK Karya Guna dan SMKN 26
Jakarta. Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini
dapat dikatakan cukup berhasil. Lebih dari 90% peserta menguasai teknik permesinan
dengan baik. Untuk aspek manajemen perawatan mesin CNC, Berdasarkan evaluasi yang
telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil
Kata kunci : Pelatihan, Permesinan, CNC
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Bagi para guru di DKI Jakarta menurut
data sekolah dinas DKI Jakarta banyak guruguru muda di sekolah yang belum mendapatkan
pelatihan mesin CNC padahal bagi guru
produktif wajib mempunyai sertifikat mesin
CNC, terutama guru yang mengajar mesin
CNC. Untuk para guru muda yang belum
mendapatkan sertifikasi mesin CNC, mengingat
bekal pengetahuan dan keterampilan yang
minim, rasanya sulit untuk mengajar di Sekolah
Menengah Kejuruan. Karena jumlah guru
muda yang belum mengajar atau belum dapat
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
jam mengajar. Oleh karena itu diperlukan
uluran tangan dari pihak lain, misalnya
Perguruan Tinggi lewat program pengambdian
kepada masyarakat untuk dapat memecahkan
masalah ini.
Kondisi di atas perlu segera mendapat
penanganan melalui pemberdayaan masyarakat
terutama para calon guru. Dengan melihat
kondisi para guru muda di sekolah, tidak
memiliki bekal keterampilan yang dapat
diandalkan sebagai guru. Maka salah satu
bentuk keterampilan mesin CNC sebagai
pengajar di SMK. Penguatan keterampilan ini
21
sangat diperlukan bagi guru-guru produktif
yang mengajar teknik mesin di SMK.
Permasalahan atau kendala yang
dihadapi adalah para guru muda yang mengajar
mesin produksi masih ada yang belum memiliki
sertifikat tentang pengetahuan dan keterampilan
tentang mesin CNC bagaimana mengoperasikan, membuat program mesin CNC.
mendirikan atau mengelola bengkel mesin ?
B. Mesin CNC
Selama manusia bekerja, terlebih lagi
jika bekerja dengan logam-logam, maka ia
terus mencari cara-cara dan proses-proses
untuk memperbaiki pekerjaan itu. Ada empat
fase
dalam
perkembangan
pekerjaan
logam,yaitu :
1. Penggunaan kekuatan otot.
2. Pemanfaatan sumber kekuatan.
3. Peningkatan kemampuan dengan caracara kemudi (kendali).
4. Peningkatan
kemampuan
dengan
penambahan kecerdasan.
Sampai saat ini perkembangan telah
berjalan mulai dari fase ketiga, dimana gerakan
bagian-bagian mesintelah dilakukan dengan
penomoran dan pengemudian nomor-nomor itu,
dan perkembangan kea rah fase empat sudah
mulai menyusul.
Yang dimaksud dengan cara mengemudikan mesin adalah memberikan semua
informasi kepada mesin untuk mampu
menghasilakn produk atau hasil-hasil tertentu
lainnya.
Pada pekerjaan dengan mesin konvensional, informasi diberikan dengan memutar
roda tangan atau mengubah sakelar. Operator
atau juru mesin mengambil alih informasi itu
dari gambar-gambar serta tabel-tabel dan
memeriksa gerak perubahan mesin itu dengan
pertolongan pembagian skala.
Semakin
majunya
perkembangan
teknologi semikonduktor, maka perkem-bangan
sistem-sistem otomatis berkembang pesat.
Sistem kendali dengan penomoran generasi
22
pertama dilakukan dengan tabung-tabung
elektron, sehingga penggunaannya terbatas
pada beberapa proses saja, dikarenakan
tingginya biaya. Dengan penemuan semikonduktor, maka biaya bisa ditekan lebih
rendah sehingga teknologi numerical control
bisa dipakai juga dalam pembuatan produk
yang tidak begitu rumit.
Perkembangan berikutnya adalah cara-cara
kendali dengan menggunakan rangkaian
terpadu (Integrated Circuit/IC. Cara kendali ini
dirancang dengan cara hard-wire logic
(mengemudiakan dengan jalur/kawat tetap),
disebabkan karena semua fungsi dalam jalur/
kawat. Program benda kerja mampu terbaca
pada sebuah pita berlubang.
Pada tahun 70-an dihasilkan kembali CNC
yang pertama. Cara kendali dilakukan dengan
komputer. Program benda kerja yang berisi
informasi kendali itu mampu diubah dan
disimpan. Cara kendali berbasis komputer itu
tahun demi tahun berkembang pesat karena
kemudahannya
bagi
pemakai.
Dengan
demikian, penggunaan CNC meningkat pesat.
1. Kelebihan mesin CNC
Ada beberapa kendala yang dihadapi dan
membatasi pekerjaan dengan meng-gunakan
mesin konvensional, diantaranya yaitu :
a. Untuk membuat suatu produk, sering
dilakukan penyetelan-penyetelan yang
memakan banyak waktu.
b. Merealisir bentuk kontur gabungan
hanya mungkin dengan pertolongan
mal-mal khusus.
c. Kualitas produk yang dihasilkan sangat
tergantung pelayanan.
d. Kualitas harus terus menerus diperiksa
(cek ulang).
Kendala-kendala yang dihadapi pada
pengerjaan dengan menggunakan mesin
konvensional tersebut mampu diatasi dengan
menggunakan
mesin
CNC.
Beberapa
keuntungan yang diperoleh dari kelebihan yang
dimiliki mesin CNC diantaranya :
a. Penurunan biaya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Biaya upah yang tinggi dan
rendahnya jam kerja produktif pertahun
memaksa untuk melakukan otomasi.
Karena tingginya harga pembelian dari
mesin CNC, maka diperlukan tugas
beregu dengan bergilir untuk melayani
mesin itu.
b. Perbaikan produksi.
Pada mesin konvensional, jam
kerja mesin yang digunakan sering
hanya 20% - 30% untuk pemben-tukan
produk itu. Sisa waktu yang sebanyak
80% itu digunakan dalam mengatur
posisi, mengubah saklar, menukar
peralatan, memasang benda kerja,
membersihkan bram dan sebagainya.
Penghematan waktu yang banyak
mampu diperoleh dengan membaca
gambarnya.
Pada penggunaan mesin CNC
hanya diperlukan satu kali, ialah pada
waktu membuat programnya. Juga
mengatur posisi pada mesin CNC
mampu dilaksanakan dengan jauh lebih
cepat.
c. Perbaikan kualitas.
Waktu proses produksi, kesalahankesalahan manusia dibatasi sampai
suatu
minimal
dan
karenanya
menimbulkan kualitas produk yang
konstan (amat sedikit yang mengalami
kesalahan hingga harus diulang).
d. Waktu perjalanan yang singkat.
Dengan
pengerjaan-pengerjaan
yang terpadu mampu dimungkin-kan
untuk membuat produk-produk yang
kompleks dalam satu pemasangan saja.
Selain itu pada mesin bubut dengan
peralatan-peralatan gerak dan gesernya
mampu
melakukan
pengerjaanpengerjaan frais atau sebaliknya, mesin
frais mampu melakukan pengerjaanpengerjaan bubut (mengkorter dan
mengfrais ulir-sekrup).
e. Perluasan paket produksi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Peningkatan jumlah produksi yang
amat
banyak,
tidak
mungkin
dilaksanakan tanpa mesin-mesin CNC,
juga untuk bentuk produk-produk yang
kompleks.
Perbandingan harga antara mesin
CNC dengan mesin konven-sional pada
periode-periode awal dahulu mendekati
6 : 1, kini perbandingan itu kian kecil
hingga sampai 2 : 1. adalah tidak
tertutup kemungkinan bahwa suatu saat
harga kedua jenis mesin itu akan sama
saja.
Mesin CNC mampu digunakan
dalam setiap proses dimana jalan yang
mampu di program harus dicatat bebas.
Pada pertimbangan untuk pembelian
sebuah mesin CNC kita terbentur pada
bermacam-macam problema, apalagi
bila kita baru membelinya untuk
pertama kalinya.
Disamping problema pemilihan
mesinnya sendiri, masalah tenaga kerja
(yang ada kemungkinan terkena
ancaman) juga harus diperhatikan
benar. Pada penggunaan mesin-mesin
CNC kita mempunyai hubungan teknis
produksi dengan aspek-aspek sebagai
berikut :
1)
Metode produksi.
Penggunaan mesin bubut CNC
yang
makin
luas
mampu
disebabkan karena kecepatan
produksinya yang tinggi, waktu
gerak samping yang cepat dan
derajat ketelitian yang amat tinggi.
Hal ini mampu dicapai karena
pertukaran piranti yang dilakukan
secara
otomatis.
Keuntungan
lainnya yakni kenyataan bahwa
berbagai
pengerjaan
mampu
dilakukan dengan satu kali
penemuan benda kerja dan
(sekaligus) pirantinya. Hal ini
mampu mengulangi waktu proses
dengan amat berarti.
23
2)
Produk (hasil benda kerja)
Suatu peraturan umum yang
berlaku dalam pengguna-an CNC
adalah bahwa semakin bagian itu
bertambah
kompleks
maka
pengerjaan dengan CNC akan
semakin meningkat manfaatnya.
Yang
dimaksud
dengan
kompleks
(rumit)
adalah
banyaknya informasi ukuranukuran untuk benda kerja dalam
bentuk-bentuk
seperti
alur,
pembulatan, kemiringan, dan
toleransinya. Karena ketelitian
mesin CNC yang tinggi, maka
untuk produk-produk dimana
syarat-syarat ketelitian yang tinggi
diperlukan mesin CNC amat
cocok, bahkan bisa mereduksi
biaya yang mahal.
Pelaksanaan
bentuk-bentuk
yang kompleks dan pola-pola
lubang yang rumit dengan mesinmesin konvensional memerlukan
penggunaan copy serta berturutturut dan mengemal bor berulangulang. Biaya bekerja dengan mesin
semacam itu bahkan bisa berlipatlipat bila disbanding-kan dengan
menggunakan program CNC.
Produk-produk dengan banyak
langkah pengerjaan membutuhkan
banyak macam perkakas. Pada
mesin CNC berbagai piranti
mampu ditukar secara otomatis,
sehingga mengurangi waktu-waktu
gesernya atau waktu penggantiannya. Dengan demikian
waktu dalam proses produksi
dengan menggunakan mesin CNC
mampu lebih cepat dari pada
menggunakan mesin manual,
sehingga hasilnya mampu lebih
efisien dan efektif.
2. Sistem pengendalian mesin CNC
24
Pengendalian mesin CNC dilakukan
dengan menggunakan sistem komputer
yang mampu diprogram dengan bahasa
program yang ditentukan untuk mesin
tersebut. Dengan itu dimungkinkan untuk
mengendalikan program-program dan bila
perlu
langsung
dikoreksi
tanpa
menggunakan sebuah pita berlubang.
Pada cara kendali yang modern juga
memungkinkan
selama
dalam
memproduksi salah satu benda kerja, kita
mampu memprogramkan benda kerja
yang lain berikutnya dan dengan
pertolongan grafik kita mampu pula
memeriksa program itu.
Dengan cara demikian kita mampu
memperkecil waktu kerja mesin, hal ini
tentunya sangat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penggunaan mesin tersebut.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan kegiatan pengambidian kepada
masyarakat ini adalah untuk memberikan
pelatihan keterampilan mesin CNC dari
dua aspek, yaitu aspek teknologi/teknik
tentang mesin CNC. Dalam aspek
teknologi, peserta akan diberi pelatihan
yang berkaitan dengan alat dan
perlengkapan
mesin
bubut
CNC,
mengoprasikan mesin bubut CNC,
membuat
program
mesin
CNC.
Pemeliharaan mesin CNC, dan Perbaikan
mesin CNC, serta cara penangananya,
berbagai teknik mesin bubut CNC yang
praktis, latihan membuat barang-barang
jadi, yang mempunyai nilai jual, dan
masalah keselamatan kerja.
2. Dalam aspek manajemen, peserta akan
diberi pelatihan tentang kiat-kiat atau
langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam mendirikan usaha bengkel mesin
bubut CNC, misalnya pemilihan bentuk
usaha, lokasi usaha, cara memperoleh
modal awal, pengadaan alat-alat dan
perlengkapan
mesin
bubut
CNC,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
pembelian bahan baku, pemasaran produk
dan sebagainya.
C. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang ditetapkan sejak
semula adalah para guru yang belum
mendapatkan sertifikat permesinan dan yang
betul-betul berminat dan mempunyai potensi
untuk berkembang. Pembatasan khalayak ini
juga mengungat keterbatasan waktu dan biaya
yang tersedia. Jumlah peserta yang aktif adalah
21 orang, sebagian besar berasal dari beberapa
Sekolah Menengah Kejuruan di antaranya,
SMKN 1 Bekasi, SMKN 5 Jakarta, SMK Karya
Guna dan SMKN 26 Jakarta.
II. METODE
Pada
pelatihan
ini
direncanakan
pelaksanaannya sebanyak 2 kali pertemuan,
Masing masing pertemuan 8 jam pelajaran.
Pada pertemuan pertama para peserta diberi
teori tentang permesinan CNC dan pada
pertemuan kedua para peserta melaksanakan
praktik mesin CNC. Jenis materi pelatihan ini
teori dan praktik, dengan komposisi 20% teori
dan 80% praktik. Teori diberikan sebelum
melakukan kegiatan praktek atau diintegrasikan
selama praktek langsung oleh peserta pelatihan
dan pada pertemuan terakhir diadakan evaluasi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
A. Keterkaitan
Kegiatan yang dilaksanakan ini
mempunyai keterkaitan dengan berbagai
institusi terutama lembaga pendidikan atau
sekolah menengah kejuruan (SMK). Kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
pelatihan keterampilan mesin bubut CNC, yang
di ikuti oleh peserta diberbagai guru SMK,
telah berhasil dilaksanakan walaupun tidak
semua rencana berjalan seperti yang
diharapkan. Jumlah peserta yang aktif adalah
21 orang, sebagian besar berasal dari beberapa
Sekolah Menengah Kejuruan di antaranya,
SMKN 1 Bekasi, SMKN 5 Jakarta, SMK Karya
Guna dan SMKN 26 Jakarta.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi untuk mengukur tingkat
keberhasilan kegiatan ini dilakukan terhadap
beberapa
unsur,
diantaranya
frekuensi
kehadiran, keseriusan selama pelatihan, dan
penguasaan materi baik aspek teknik maupun
manajemen perawatan bengkel mesin CNC.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
pelaksanaan kegiatan pengabdian ini berhasil
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi
kehadiran yang tinggi dan keseriusan
(ketekunan) selama berlatih. Penguasaan teknik
mesin CNC juga cukup baik lebih dari 85%
peserta menguasai teknik yang baik dan benar,
walaupun belum dapat dikatakan mahir. Dari
pelatihan teknik mesin CNC yang telah
dikuasai ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bekal untuk mengembangkan katerampilan
lebih lanjut. Sebagaimana tujuan kegiatan
untuk memberikan pelatihan keterampilan
mesin CNC dari dua aspek, yaitu aspek
teknologi/teknik tentang mesin CNC. Dalam
aspek teknologi ini para guru peserta pelatihan,
diberi pelatihan yang berkaitan dengan alat dan
perlengkapan mesin bubut CNC, mengoperasikan mesin bubut CNC, membuat program
mesin CNC. Pemeliharaan mesin CNC, dan
Perbaikan
mesin
CNC,
serta
cara
penangananya, dan berbagai teknik mesin
25
bubut CNC yang praktis, Dalam aspek
manajemen, peserta akan diberi pelatihan
tentang kiat-kiat atau langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam pemeliharaan mesin
bubut CNC.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini dapat manfaat bagi para guru peserta
pelatihana, hingga dapat meningkat-kan
kualitas sumberdaya manusia, dari semula tidak
terampil
menjadi lebih terampil dan
mempunyai keahlian menjadi-kan guru yang
professional. Menjadikan para guru terampil
bidang permesinan. Menjadikan guru yang
berkualitas sesuai dengan bidangnya di
permesinan.
Membantu sekolah
dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Sebagai upaya membantu pemerintah dalam
mengatasi kekurangan guru ahli mesin CNC.
A. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
pengabdian
kepada
masyarakat dalam bentuk pelatihan keterampilan mesin bubut CNC, yang di ikuti oleh
peserta diberbagai guru SMK, telah berhasil
dilaksanakan walaupun tidak semua rencana
berjalan seperti yang diharapkan. Waktu
pelaksanaan kegiatan dimulai pada :
Tanggal : 28 – 29 Mei 2015
Jam
: 800 sampai 1630
Tempat : Laboratorium Mesin CNC
Jurusan Teknik Mesin FTUNJ.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil atau realisasi pelaksanaan kegiatan pelatihan, maka dapat
dijelaskan berdasarkan dua faktor, yaitu faktor
penunjang dan faktor penghambat.
Faktor yang dapat dikatakan sebagai
penunjang antara lain adalah minat peserta
yang tinggi, tersedianya prasarana dan sarana
yang cukup memadai, seperti tempat, bahan,
dan alat-alat yang cukup. Selain itu kegiatan
ini juga mendapat respons dan dukungan yang
baik dari sekolah, hal ini dibuktikan dengan
26
kehadiran berbagai guru di sekolah menengah
kejuruan.
Adapun faktor penghambat yang utama
adalah tingginya harga bahan-bahan dan
peralatan untuk kegiatan saat ini, seperti besi,
majun, hamplas dan sebaginya. Oleh karena itu
kegiatan ini tidak dapat dilakukan secara
optimal, dalam arti dapat menggunakan bahan
yang banyak dan jangka waktu yang lebih
lama, karena keterbatasan anggaran yang
tersedia.
Hambatan lain adalah dari segi waktu
kegiatan di mana kita membagi waktu dengan
penggunaan laboratorium mesin CNC, untuk
praktek mahasiswa reguler.
Namum demikian, secara keseluruhan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam
bentuk pelatihan keterampilan mesin CNC, dan
manajemen pemeliharaan ini cukup berarti dan
mempunyai nilai tambah tersendiri bagi
khalayak sasaran khususnya, dan Sekolah
Menengah Kejuruan pada umumnya.
C. Observasi Kegiatan
Pada kegiatan ini diadakan observasi
kegiatan terhadap peserta pelatihan dan
evaluasi terhadap program pelatihan. Evaluasi
terhadap peserta pelatihan dilalukan oleh
anggota tim dengan membuktikan setiap
peserta pelatihan telah mebuat program mesin
CNC dan dipraktikan hasilnya menjadi benda
kerja. Evaluasi program kegiatan ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat ketercapian dari
tujuan program kegiatan yang dilaksanakan.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan sebelum,
selama dan sesudah kegiatan pelatihan
berlangsung. Evaluasi sebelum kegiatan
dilaksanakan dengan cara diskusi sebelum
pemaparan materi dan sebelum pelaksanaan
praktik mesin CNC. Sedang evaluasi selama
kegiatan berlangsung dilakukan dengan
mengamati para peserta pelatihan. Setelah itu
dilakukan evaluasi dengan cara para peserta
pelatihan membuat program mesin cnc untuk di
eksekusi dalam praktik mesin, dan hasilnya
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
melihat benda kerja hasil praktik para peserta
pelatihan untuk melihat keberhasilan, ternyata
cukup memuaskan.
D. Hasil Kegiatan
Berdasarkan hasil pelatihan didapat-kan
suatu perubahan yang baik bagi para perserta
guru guru SMK, yang sebelumnya tidak begitu
paham tentang permesinan CNC. Sekarang
memiliki
kemampuan
untuk
mengajar
permesinan CNC di Sekolah tempat mengajar.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
mempunyai beberapa hasil sebagai berikut :
1. guru
peserta
pelatihan
dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia, dari semula tidak terampil
menjadi lebih terampil dan mempunyai keahlian menjadikan guru yang
professional.
2. guru terampil bidang permesinan CNC.
3. guru yang berkualitas sesuai dengan
bidangnya di permesinan.
E. Faktor Pendorong dan Penghambat
Faktor pendorong kegiatan pelatihan ini
adalah kesungguhan para peserta guru-guru
SMK dan mendapatkan dukungan dari kepala
sekolah SMK dan beberapa pihak terkait yang
memprakasai
kegiatan
dan
membantu
menyediaan akomodasi untuk kelancaran
pelatihan para guru SMK, serta izin yang di
bantu oleh pihak yang berwenang dan
prasarana yang di berikan jurusan teknik mesin
FT UNJ dan LPM UNJ. Semuanya telah
menjadikan kegiatan pengabdian ini berjalan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
adapun faktor penghambat pelatihan ini ada
beberapa sekolah yang belum punya lab. Mesin
CNC, dan masih terbatasnya sarana lab. Praktik
si sekolah masing masing peserta.
IV. KESIMPULAN
Terdapat dua aspek materi pelatihan
yang diberikan terhadap para guru SMK di
Jakarta, yaitu aspek teknik keterampilan mesin
CNC dan aspek manajemen perawatan mesin
CNC. Berdasarkan evaluasi yang telah
dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini
dapat dikatakan cukup berhasil. Lebih dari 90%
peserta menguasai teknik permesinan dengan
baik. Untuk aspek manajemen perawatan mesin
CNC, Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini dapat
dikatakan cukup berhasil. Mengingat waktu
kegiatan pengabdian yang terbatas, maka
evaluasi terhadap aspek manajemen belum
dilakukan. Namun demikian secara umum
kegiatan pengabdian ini mendapat respons yang
positif dari para guru peserta pelatihan
khususnya, dan sekolah SMK pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dudung, Agus. Pemrograman Mesin Control
Nemerik TU Bubut dan Milling,
Bandung: CV. Bimedia Bakti Aksara,
2012.
________ Perancangan Produk, Bandung: PT
Rosda Karya, 2012.
Handbook, EMCO. CNC.Training Unit-2A,
Austra: Maier & CO, 1996
Mattson, Mike . CNC Programming,
Austria:Maier & CO, 2007
Shigley, Joseph Edward and Larry D. Mitchell,
Perencanaan
Teknik
Mesin,
diterjemahkan oleh Gandhi Harahap,
cetakan kedua, Jakarta: Erlangga, 2011.
Kiyokatsu, Suga. Dasar Perencanaan dan
Pemilihan
Elemen
Mesin,
Terjemahan: Sularso, cetakan ketujuh,
Jakarta: Pradnya paramita, 1991.
Widodo, CNC Membubut, Bandung: Angkasa,
2007.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
27
28
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
BERBASIS MICROSOFT POWER POINT
UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA
DI MGMP KECAMATAN PULOGADUNG
Swida Purwanto1), Suprakarti2), Sri Sudaryati3)
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Dalam dunia profesionalisme, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan
verbal yang baik Namun jika proses pembelajaran hanya mengandalkan kemampuan verbal
saja, maka akan muncul keterbatasan-keterbatasan. Perkembangan IPTEK ini seharusnya
dapat dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan, salah satunya untuk memaksimalkan
proses pembelajaran di dalam maupun diluar kelas melalui pembuatan media pembelajaran
interaktif berbasis ICT (Information and Communication Technology). Sehingga,
keterbatasan-keterbatasan yang dapat timbul dari proses pembelajaran yang hanya
mengandalkan lisan saja dapat dihindari atau paling tidak dapat diminimalisir. Kegiatan
pengabdi adalah memberikan pelatihan pembuatan media pembelajarn interaktif berbasis
PowerPoint bagi guru-guru di Kecamatan Pulogadung.
Kata Kunci : IPTEK, ICT, PowerPoint
I. PENDAHULUAN
A. Kondisi Objektif
Dalam dunia pendidikan, professionalisme seorang guru dituntut untuk memiliki
kemampuan verbal yang baik agar dapat
mengomunikasikan informasi dan mentransfer
ilmu yang disampaikan kepada peserta didiknya
Namun jika proses pembelajaran hanya
mengandalkan kemampuan verbal saja, maka
akan muncul keterbatasan-keterbatasan..
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) saat ini tengah berkembang dengan
pesat. Perkembangan IPTEK dimanfaatkan
juga dalam dunia pendidikan, salah satunya
untuk memaksimalkan proses pembela melalui
pembuatan media pembelajaran interaktif
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
berbasis ICT (Information and Communication
Technology) agar dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa.
Manfaat media pembelajaran dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu :
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih
menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif
4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat
dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja.
29
7. Sikap positif siswa terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang
lebih positif dan produktif. Kecamatan
Pulo Gadung terletak antara 1060 49’ 35"
Bujur Timur dan 060 10’ 37" Lintang
Selatan, dengan luas wilayah 12,94 Km2.
Secara administrasi Kec. Polugadung
terdiri atas tujuh kelurahan, masingmasing kelurahan mempunyai luas yang
sangat bervariasi.
Kecamatan Pulo Gadung sebagai salah
satu wilayah yang terletak di ibukota memiliki
sekolah-sekolah yang sudah terstandarisasi.
Setidaknya terdapat 8 SMP Negeri dan 30 SMP
swasta serta 2 SMA Negeri, 12 SMA Swasta
yang terdaftar pada data Kemdikbud. Sekolahsekolah tersebut memiliki sarana dan prasarana
yang memadai dalam mendukung kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) sebagai institusi
pendidikan
tinggi
diharapkan
melalui
pengabdian kepada masyarakat dapat berperan
aktif dalam penyebarluasan IPTEK untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan
di
Kecamatan Pulogadung yang salah satunya
dilakukan melalui Pengembangan Media
Belajar berbasis ICT.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi yang telah
dipaparkan, maka masalah yang dapat
diidentifikasi di sini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk pelatihan ICT seperti apa yang
tepat untuk memberdayakan IPTEK
pada Sekolah Menengah di Kecamatan
Pulogadung ?
2. Metode pelatihan apa yang dapat
diterapkan dalam pelatihan ICT
tersebut ?
3. Apakah
pelatihan
pengembangan
media belajar ICT tersebut dapat
bermanfaat bagi sekolah, guru dan
siswa di kecamatan Pulogadung?
C. Tujuan Kegiatan
30
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika, khususnya di tingkat
sekolah menengah yang ada di
Kecamatan
Pulogadung
melalui
pemanfaatan ICT.
2. Mengembangkan
potensi
guru
matematika sekolah menengah yang
ada di Kecamatan Pulogadung agar
lebih kreatif dan inovatif dalam
menyediakan media pembelajaran
berbasis ICT.
D. Manfaat Kegiatan
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran dapat berjalan
lebih kreatif, inovatif, efisien dan
efektif.
2. Memotivasi semangat belajar peserta
didik sekolah menengah di Kecamatan
Pulogadung malalui kemudahan dalam
akses sumber belajar yang interaktif.
Mengoptimalkan fasilitas yang terdapat
pada sekolah agar dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu sekolah-sekolah menengah
yang ada di Kecamatan Pulogadung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran Berbasis ICT
(Information and Communication
Technology)
Pendidikan berbasis ICT telah lama
dimulai sejak tahun 1960an dengan pendidikan
berbasis komputer. Seiring dengan perkembangan teori belajar, semula pemanfaatan
komputer dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan teori behaviorisme. Komputer lebih
banyak digunakan untuk melakukan drill and
practice.
Perkembangan
selanjutnya
dipengaruhi oleh teori belajar konstruktivisme,
komputer dimanfaatkan untuk membantu siswa
menemukan dan merumuskan penge-tahuannya
melalui interaksi dan eksplorasi sumber-sumber
belajar berbasis ICT Penggunaan ICT sebagai
media pembelajaran dapat berbentuk file slide
Power Point, gambar, animasi, video, audio,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
program CAI (computer aided instruction),
program simulasi, dan lain-lain.
Penggunaan media berbasis ICT
memberikan beberapa keuntungan, antara lain
memvisualisasikan konsep-konsep abstrak,
mempermudah memahami materi-materi yang
sulit, mensimulasikan proses yang sulit
dilakukan secara manual menampilkan materi
pembelajaran
dalam
berbagai
format
(multimedia) sehingga menjadi lebih menarik,
dan terbaru (up to date) dari berbagai sumber,
memungkinkan terjadinya interaksi antara
pebelajar dan materi pembelajaran, mengakomodir perbedaan kecepatan dan gaya belajar
siswa, mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
dan tenaga, mendukung perubahan peran guru
ke arah yang positif sebagai fasilitator dan
mediator, dari posisi semula sebagai satusatunya sumber pengetahuan, meningkatkan
keterampilan individu penggunanya.
Trend terhadap penggunaan teknologi
multimedia pembelajaran sebagai basis
pengajaran telah mengalami peningkatan
(Sankey, 2005). Saat ini perubahan kurikulum
yang mengintegrasikan penggunaan teknologi
dalam pengajaran sedang dilakukan di berbagai
negara. Untuk itu, guru sebagai pengajar harus
menguasai
teknologi
(Powers,
2005).
Penggunaan metode representasi ganda yang
berbasis komputer telah diperkenalkan sebagai
suatu metode yang sangat baik untuk
memudahkan suatu pengertian.
B.
Media Pembelajaran dengan Power
Point
Begitu banyak media pembelajaran yang
bisa kita gunakan untuk mentransfer ilmu
kepada anak didik kita. Mulai dari Media
pembelajaran berbasis PowerPoint, Flash,
maupun yang berbasis Web/Blog dan LMS
(Learning Management System) seperti
Moodle, ATutor, Drupal dan masih banyak
lagi.
Dari banyak media pembelajaran yang
dapat digunakan, Media Ms PowerPoint
memiliki kesederhanaan dalam pembuatannya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Model pembelajaran Ekspositori . yang
memanfaatkan Media ajar Ms PowerPoint
menjadi pilihan favorit para guru untuk
menyampaikan pemahaman dan membangkitkan inspirasi siswa terhadap materi yang
sedang disampaikan. Pemanfaatan Animasi
seperti trigger, hyperlink, Macro dan fasilitasfasilitas Add on Ms PowerPoint seperti
iSpringPro, PowerPlug, juga Mouse Mischief,
dapat untuk membuat presentasi Ms
Powerpoint menjadi Powerful. Disamping itu,
penyampaian materi yang tersusun dalam
menu-menu yang terstruktur, akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran
Dalam menyusun Menu pada media ajar
yang akan kita gunakan, dapat berisi 8 hal,
yaitu Judul Media (Halaman depan), Standar
Kompetensi-Kompetensi
Dasar (SK-KD),
Indikator dan Tujuan pembelajaran, Model
pembelajaran, Materi (disesuaikan dengan
Model
pembelajaran
yang
digunakan),
Evaluasi/Uji
Komptetensi,
Referensi,
Penyusun.
III. MATERI DAN METODE
A. Kerangka Penyelesaian Masalah
Untuk meningkatkan kompetensi guruMatematika sekolah menengah di kecamatan
Pulogadung dalam mengembangkan media
pembelajaran interaktif dapat dilakukan dengan
melaksanakan pelatihan media pembelajaran
interaktif guru-guru matematika sekolah
menengah kecamatan Pulogadung. Teknik
pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah dengan
mengundang salah seorang guru matematika
dari sekolah-sekolah menengah kecamatan
Pulogadung untuk mengikuti pelatihan.
Selanjutnya peserta pelatihan dapat menularkan
keahlian yang diperoleh selama pelatihan
kepada kawan-kawan guru sejawat di sekolah
masing-masing.
B.
Materi Penyelesaian Masalah
31
Pembahasan
dijelaskan berupa :
Inti
dari
Materi
yang
1. Dasar-dasar Powerpoint, yang meliputi
pembahasan tentang memulai slide
baru, cara memasukkan teks, cara
memasukkan file gambar, membuat
tabel, membuat shapes (bentuk),
membuat
chart,
cara
membuat
hyperlink, dan cara membuat slide
master.
2. Membuat
Media
Pembelajaran
Interaktif Berbasis PowerPoint, yang
meliputi pembahasan tentang membuat
tampilan muka, membuat menu pilihan,
memasukkan konten, membuat soal
latihan
dan
evaluasi
interaktif
menggunakan macro, menambahkan
Hyperlink, membuat keyboard dan klik
sembarang untuk pindah slide tidak
aktif saat presentasi, dan membuat file
slide show.
3. Pengembangan
PowerPoint
yang
meliputi pembahasan tentang efek
animasi, efek transisi, cara memasukkan file suara, cara memasukkan file
video, dan merubah warna tombol saat
di klik.
C. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan ini
adalah guru SMP, SMA dan SMK yang ada di
Kec.Pulogadung serta belum memanfaatkan
ICT sebagai media pembelajaran.
D. Metode Kegiatan
Metode
yang
digunakan
dalam
menjalankan program pengabdian masyarakat
ini adalah: ceramah, diskusi, demonstrasi dan
praktek.
pembelajaran interaktif diikuti oleh 18 orang
terdiri dari guru matematika jenjang SMP 8
orang, guru SMA dan SMK masing-masing 5
orang. Peserta pelatihan berasal dari 15 sekolah
terdiri dari 6 sekolah SMP, 5 sekolah SMK dan
4 sekolah SMA.
Hasil yang diperoleh guru-guru peserta
pelatihan adalah kemampuan guru dalam
membuat media pembelajaran interaktif
matematika.
Hasil Survey
Pengetahuan peserta
Interaktif.
tentang
PowerPoint
Dari diagram tersebut nampak bahwa peserta
pelatihan sebagian besar (72%) sudah
mengetahui tentang Power Point.
Dari diagram terlihat bahwa penggunan power
point di dalam pembelajaran di kelas merupakan
suatu kebutuhan ( 89% ).
Berdasarkan hasil angket peserta pelatihan
yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan,
diperoleh informasi, yang disajikan dalam
bentuk diagram sebagai berikut :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pelatihan kompetensi guru
matematika sekolah menengah di kecamatan
Pulogadung dalam mengembangkan media
32
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
menghambat kegiatan pelatihan. Factor-faktor
tersebut diantaranya:
•
Dari guru matematika yaitu merasa
bahwa
kegiatan
pelatihan
yang
dilaksanakan adalah hal biasa yaitu
hanya pemanfaatan power point seperti
membuat teks penyajian/presentasi. Hal
ini berdampak pada rendahnya animo
guru untuk mengikuti kegiatan. Namun
berdasarkan hasil angket sebelum
pelatihan terlihat bahwa kegiatan
pelatihan ini sangat dibutuhkan oleh
peserta
pelatihan
dalam
rangka
meningkatkan hasil belajar siswanya.
•
Kurangnya dukungan dari kepala sekolah
untuk mengutus guru matematika di
sekolahnya mengikuti kegiatan pelatihan.
•
MGMP (Musyawarah Guru Mata
pelajaran) bidang studi Matematika
wilayah kec. Pulogadung kurang
mendukung kegiatan pelatihan karena
kebanyakan
guru
sudah
tidak
membutuhkan kegiatan pelatihan dalam
rangka untuk memperoleh sertifikat
untuk memenuhi syarat menjadi guru
yang profesional.
Dari diagram di atas nampak bahwa semua
peserta pelatihan merasakan manfaatnya setelah
mengikuti
kegiatan
pelatihan
media
pembelajaran interaktif
Peningkatan motivasi untuk menggunakan
PowerPoint dalam pembelajaran yang dirasakan
oleh peserta
Dari diagram tersebut nampak bahwa lebih dari
75% peserta pelatihan setelah mengikuti
pelatihan terjadi peningkatan motivasi untuk
menggunakan Powerpoint dalam pembelajaran
matematika.
Sedangkan faktor-faktor yang mendukung kegiatan pelatihan ini diantaranya
adalah semangat peserta pelatihan setelah
mengetahui apa yang akan diperoleh setelah
mengikuti pelatihan.
V. KESIMPULAN
Tingkat kepuasan peseta pelatihan ditunjukkan
pada diagram sebanyak 94% peserta pelatihan
puas, cukup puas dan sangat puas.
kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan
yang diikuti oleh lebih dari 75 % dari jumlah
peserta yang diharapkan maka dapat
disimpulkan pelatihan Media Pembelajaran
Interaktif berbasis Power Point berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
B.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kegiatan Pelatihan ini telah dapat
berlangsung dengan baik, namun masih
terdapat kekurangannya. Hal ini dikarenakan
terdapat faktor-faktor yang dapat dikategorikan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
BTKP Provinsi NTB. (2012, Juli). PUSAT
SUMBER BELAJAR BTKP. Dipetik
Maret 2015, dari media pembelajaran
ppt bahasa indonesia: persuasif:
33
http://btkp.dikpora.ntbprov.go.id/psb/index.php
?option=com_phocadownload&view=
category&download=502:xbindo2persu
asif&id=2:bhsindonesia&Itemid=6
Dikti.
(2012). Cara Membuat Presentasi
Menggunakan Program Microsoft
Powerpoint 2007. Dipetik Maret 2015,
dari http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/
blog/attachments/501/Bacaan_2.pdf.
Direktorat Pembinaan SMA. (2015). DAFTAR
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA).
Dipetik
Maret
2015,
dari
http://psma.kemdikbud.go.id/home/stat
istik/daf_sma.php
Elang,
K. (2009). Rancangan
Pembelajaran Berbasis TIK.
Materi
Enterprise, J. (2007). Trik Cepat Menguasai MS
Power Point 2007. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Diambil kembali
dari Enterprise, J. 2007. Trik Cepat
Menguasai MS Power Point 2007. PT
Elex Media Komputindo. Jakarta
Kemdikbud. (t.thn.). JUMLAH DATA SATUAN
PENDIDIKAN
(SEKOLAH)
PER
KABUPATEN/KOTA
:
KOTA
34
JAKARTA TIMUR. Dipetik April 2013,
dari Data Referensi Kementrian
Pendidikan
&
Kebudayaan:
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/in
dex11.php?kode=016400&level=2
Kemp, J. &. (1985). Planning and Producing
Instructional Media. New York:
Harper and Row Publisher.
Saptanningtyas, Y. (2012). Modul Pelatihan
Peningkatan Profesionalitas GuruGuru Sekolah Dasar Di Daerah
Istimewa
Yogyakarta
dalam
Penguasaan. Dipetik Maret 2015,
dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil
es/pengabdian/fitriana-yulisaptanningtyasspd-msi/
pengabdian.pdf. Diakses Senin, 27
Januari 2014.
TELKOM Solution. (2015, Maret). Daftar
Sekolah Aktif. Dipetik Maret 2015, dari
SIAP Web Sekolah: http://siapsekolah.com/daftar-sekolah-aktif/?
kpropinsi=202&kkota=202016&
kjenjang=4&kstatus=2&search_list=1
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PEMBUATAN ARTIKEL ILMIAH
BAGI GURU GURU SMK SE-JAKARTA PUSAT
Supria Wiganda
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kegiatan pelatihan Pembuatan Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk; Melatih guruguru terampil dalam membuat Artikel Ilmiah dan karya tulis ilmiah, serta melatih guru
dapat melaksanakan kegiatan penulisan sebagai upaya dalam rangka pengembangan
profesinya.
Khlayak sasaran merupakan para guru-guru SMK baik negeri maupun swasta se
jakarta Pusat. Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa materi pertemuan yang ada
kaitannya dengan pembuatan artikel Ilmiah yang dilaksanakan pada bulan September 2015
bertempat di SMK Negeri 39 Cempaka Putih Jakarta Pusat.
Pada Pertemuan tersebut diberikan secara umum tentang materi pembuatan Artikel
ilmiah, teknik penulisan karya ilmiah serta teknik Presentasi, dan diakhiri dengan tugas
pembuatan artikel ilmiah sesuai pedoman/ panduan yang telah diberikan dalam pelatihan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dengan berbagai intitusi, yang antara
lain unsur dinas pendidikan Kota Administratif Jakarta Pusat, pendidikan sekolah
menengah kejuruan se wilayah jakarta pusat.
Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat awal pelatihan, proses pelaksanaan
pelatihan, dan diakhir kegiatan tes akhir, serta hasil pekerjaan dalam bentuk tugas
membuat artikel ilmiah. Dari hasil selama pelatihan berlangsung memperlihatkan
keantuiasan peserta sehingga berjalan secara hidup, dan dihasilkan produk artikel ilmiah
dengan bervariasi judul, ini memperlihatkan keberhasilan pelatihan dengan baik.
Kata kunci : Pelatihan, Artikel ilmiah, dan Guru SMK
I.
PENDAHULUAN
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
35
Pasca diberlakukannya PERMENPAN
dan Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, maka setiap guru yang ingin
menaikan pangkatnya diberlakukan untuk
membuat
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan ( PKB)
yang salah satunya
membuat Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu
Pemerintah secara resmi telah mencanangkan
bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi
lainnya
sebagai
tenaga
profesional.
Pencanangan ini ditandai dengan undangundang Guru dan dosen yang dikeluarkan pada
tahun 2005. Dengan ini diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan, karena guru
sebagai agen pembelajaran merupakan ujung
tombak peningkatan proses pembelajaran di
dalam kelas yang akan berujung pada
peningkatan mutu pendidikan. Pengakuan
kedudukan guru sebagai tenaga profesional
dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesi
guru yang diperoleh melalui uji sertifikasi.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang
telah memenuhi persyaratan sebagai guru
profesional.
Sertifikasi guru juga merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah
menjadi berkualitas. Peningkatan program lain
yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru,
peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir
guru, pemberian tunjangan guru, pemberian
maslahat
tambahan,
penghargaan,
dan
perlindungan guru.
Selain hal-hal tersebut di atas secara
garis besar juga terdapat beberapa kelompok
kekurangan yang terjadi yang menyebabkan
guru tidak lulus sertifikasi yang antara lain
adalah pada kelompok penelitian dan karya
ilmiah serta karya lainnya seperti buku ajar
yang disusun sendiri oleh guru. Dalam
pelaksanaan PKB hampir tidak pernah guru
meneliti bidang pekerjaannya sendiri. Selain itu
juga keaktifan dalam mengikuti PKB juga
berbagai kegiatan penelitian atau karya ilmiah
dan sejenisnya yang sangat kurang .
36
Berdasarkan pada kenyataan di atas
dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan
pada guru dalam kaitannya dengan Pembuatan
Artikel Ilmiah yang merupakan bagian dari
pengem-bangan profesi guru.
Adapun rumusannya sebagai berikut:
a. Apakah dengan mengikuti pelatihan
guru dapat membuat Artikel Ilmiah ?
b. Apakah dengan mengikuti pelatihan
guru dapat membuat artikel ilmiah
yang akan dipublikasikan dalam bentuk
jurnal ?
Adapun Tujuan kegiatan ini : Melatih
Guru membuat artikel ilmiah yang baik dan
Melatih
Guru untuk dapat menyusun,
mempublikasikan dalam jurnal sebagai salah
satu bahan untuk kenaikan pangkatnya.
A. Hakekat Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah suatu karya
tulis yang dibuat beracuan pada proses ilmiah.
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah
laporan tertulis dan dipublikasi yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian
yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis
karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium, artikel
jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut
dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain
dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya.
Sistematika suatu karya ilmiah sangat
perlu disesuaikan dengan sistematika yang
diminta oleh media publikasi (jurnal atau
majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya
ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi.
Walaupun ada keragaman permintaan penerbit
tentang sistematika karya ilmiah yang akan
dipublikasi, namun pada umumnya meminta
penulis untuk menjawab empat pertanyaan
berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2)
Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai
untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana
cara yang telah dilakukan untuk memecahkan
masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta
(5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan
itu?
Paparan tentang apa yang menjadi
masalah dengan latar belakangnya biasanya
dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan
tentang kerangka acuan teoretik yang
digunakan dalam memecahkan masalah
umumya dikemukakan dalan bagian dengan
judul Kerangka Teoritis atau Teori atau
Landasan Teori , atau Telaah Kepustakaan,
atau label-label lain yang semacamnya. Paparan
mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam
bagian yang seringkali diberi judul Metode atau
Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan
Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang
ditemukan umumnya dikemukakan dalam
bagian Temuan atau Hasil Penelitian.
Sementara itu paparan tentang makna dari
temuan penelitian umumnya dikemukakan
dalam bagian Diskusi atau Pembahasan. Tentu
saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku,
atau harga mati. Sistematika karya ilmiah
sangat bergantung pada tradisi masarakat
keilmuan dalam bidang terkait, jenis karya
ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi).
Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai
tingkat keformalan yang tinggi, seperti
misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih
baku, dan beberapa paparan lainnya sering
diminta dari mahasiswa, seperti seperti
Kesimpulan dan Rekomendasi (Saran-Saran)
pada bagian akhir, atau Kata Pengantar pada
bagian awal.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Banyak jurnal dan majalah meminta
abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada
dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi,
lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik
memungkinkan pembaca mengenali isi
dokumen lengkap secara secara cepat dan
akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen
sesuai dengan bidang minatnya, sehingga
dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut.
Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata
(dalam satu atau dua paragraf), menyatakan
secara
singkat
tujuan
dan
lingkup
penelitian/pengkajian, metode yang digunakan,
rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik.
B. Hakikat Artikel Ilmiah
Hakikat Karya Ilmiah Suatu Karya
Ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis
dan dipublikasi yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan
oleh seseorang tau sebuah tim dengan
memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat
keilmuan.
Adapun tujuan dari penulisan karya
ilmiah, antara lain untuk menyampaikan
gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk
mendiskusikan
gagasan
dalam
suatu
pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk
menyebarluaskan ilmu pengetahuan / hasil
penelitian. Karya ilmiah merupakan karya tulis
yang menyajikan gagasan, deskripsi atau
memecahan
masalah secara
sistematis,
disajikan secara objektif dan jujur, dengan
menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh
fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
Terdapat berbagai jenis karangan
ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah
seminar atau simposium , artikel jurnal, yang
pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan,
dan informasi lain yang terkandung dalam
karya ilmiah tersebut dijadikan acuan
(referensi) bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya. Karya ilmiah dapat berfungsi
37
sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan,
serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi
penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan membaca dan
menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai
gagasan dan menyajikannya secara sistematis,
memperluas wawasan, serta memberi kepuasan
intelektual, di samping menyumbang terhadap
perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
1)
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang
menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
1) Struktur sajian Struktur sajian karya
ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri
dari bagian awal (pendahuluan), bagian
inti (pokok pembahasan), dan bagian
penutup. Bagian awal merupakan
pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang
ingin disampaikan yang dapat terdiri
dari beberapa bab atau subtopik.
Bagian penutup merupakan simpulan
pokok pembahasan serta rekomendasi
penulis tentang tindak lanjut gagasan
tersebut.
2) Komponen dan substansi Komponen
karya ilmiah bervariasi sesuai dengan
jenisnya, namun semua karya ilmiah
mengandung pendahuluan, bagian inti,
penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
3) Sikap penulis dalam karya ilmiah
adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa
impersonal,
dengan
banyak
menggunakan bentuk pasif, tanpa
menggunakan kata ganti orang pertama
atau kedua.
4) Penggunaan bahasa yang digunakan
dalam karya ilmiah adalah bahasa baku
yang tercermin dari pilihan kata/istilah,
dan kalimat-kalimat yang efektif
dengan struktur yang baku.
Adapun jenis – jenis karya ilmiah, yaitu :
38
2)
3)
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah)
mahasiswa untuk melengkapi syarat
mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi
ditulis berdasarkan pendapat (teori)
orang lain. Pendapat tersebut didukung
data dan fakta empiris-objektif, baik
berdasarkan
penelitian
langsung;
observasi lapangan atau penelitian di
laboratorium, atau studi kepustakaan.
Skripsi
menuntut
kecer-matan
metodologis hingga menggaransi ke
arah sumbangan material berupa
penemuan baru.
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang
bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam
dibandingkan skripsi. Ditulis untuk
menyelesaikan
pendidikan
pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut
kemampuan
dalam
menggunakan
istilah tehnis; dari istilah sampai tabel,
dari abstrak sampai bibliografi.
Artinya, kemampuan mandiri sekalipun
dipandu dosen pembimbing menjadi
hal sangat mendasar. Sekalipun pada
dasarnya sama dengan skripsi, tesis
lebih dalam, tajam, dan dilakukan
mandiri.
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan
(keilmuan) orisinil dimana penulis
mengemukan dalil yang dibuktikan
berdasarkan data dan fakta valid
dengan analisis terinci. Disertasi
memuat penemuan-penemuan baru,
pandangan baru yang filosofis, tehnik
atau metode baru tentang sesuatu
sebagai cerminan pengembangan ilmu
yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7
sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus
ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1) Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini
terlihat pada kebiasaan bertanya
tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan bidang kajiannya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
2) Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan
mencari informasi sebanyak mungkin
berkaitan dengan bidang kajiannya
untuk dibanding-banding kelebihan
kekurangan-nya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3) Sikap terbuka ini terlihat pada
kebiasaan
mau
mendengarkan
pendapat, argumentasi, kritik, dan
keterangan orang lain, walaupun pada
akhirnya pendapat, argumentasi, kritik,
dan keterangan orang lain tersebut
tidak diterima karena tidak sepaham
atau tidak sesuai.
4) Sikap objektif. Sikap objektif ini
terlihat pada kebiasaan menyatakan apa
adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
5) Sikap rela menghargai karya orang lain.
Sikap menghargai karya orang lain ini
terlihat pada kebiasaan menyebutkan
sumber
secara
jelas
sekiranya
pernyataan atau pendapat
yang
disampaikan memang berasal dari
pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap
berani
mempertahankan
kebenaran. Sikap ini menampak pada
ketegaran membela fakta dan hasil
temuan lapangan atau pengembangan
walapun bertentangan atau tidak sesuai
dengan teori atau dalil yang ada.
7) Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini
dibuktikan dengan selalu ingin
membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang
ilmunya.
Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah
yang menghambat penyelesaiannya adakan
dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan.
Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut
banyak hal, dapat berupa diksi, teknik
mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.
Berbagai kendala yang jumpai dalam proses
penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai
berikut :
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
• salah mengerti audience atau pembaca
tulisannya,
• salah dalam menyusun struktur
pelaporan,
• salah dalam cara mengutip pendapat
orang lain sehingga berkesan menjiplak
(plagiat),
• salah dalam menuliskan bagian
Kesimpulan,
• penggunaan Bahasa Indonesia yang
belum baik dan benar,
• tata cara penulisan “Daftar Pustaka”
yang kurang tepat (tidak standar dan
berkesan seenaknya sendiri),
• tidak konsisten dalam format tampilan
(font yang berubah-ubah, margin yang
berubah-ubah).
C. Hakekat Pengembangan Profesi
Pekerjaan profeisonal dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu Hard
Profession dan Soft Profession.
Suatu
pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai
Hard Profession apabila pekerjaan tersebut
dapat didetailkan dalam perilaku dan langkahlangkah yang jelas dan yang relatif pasti.
Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini
adalah menghasilkan keluaran pendidikan yang
dapat distandarisasikan. Artinya, kualifikasi
lulusan jelas dan seragam di manapun
pendidikan itu berlangsung. Dengan kulifikasi
ini seseorang sudah mampu dan akan terus
mampu melaksanakan tugas profesinya secara
mandiri tanpa pendidikan lagi. Pekerjaan dokter
dan pilot sebagai contohnya. Sebaliknya
katagori Soft Profession adalah diperlukannya
kadar seni dalam melasanakaan pekerjaan
tersebut. Ciri pekerjaan tersebut tidak dapat
dijabarkan secara detail dan pasti. Sebab,
langkah-langkah dan tindakan yang harus
diambil, sangat ditentukan oleh kondisi dan
stuasi tertentu. Implikasi katagori Soft
Profession tidak menuntut pendidikan yang
dapat menghasilkan lulusan dengan standar
tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali
dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini
39
dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar
dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena
itu, lembaga in – service training bagi Soft
Profession amat penting. Profesi Guru
termasuk dalam katagori Soft Profession .
Sehingga dirasakan perlu atau secara rasonal
dapat kiranya program sertifikasi guru ini
dibenarkan. Karena dengan program sertifikasi
ini akan membawa kepada mutu pendidikan
yang lebih baik.
Sertifikasi guru merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas
guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi
berkualitas. Peningkatan program lain yaitu;
peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi
S1/D4,
peningkatan
kompetensi
guru,
pembinaan karir guru, pemberian tunjangan
guru,
pemberian
maslahat
tambahan,
penghargaan, dan perlindungan guru. Tugas
seorang guru dilihat dari profesi adalah :
1. Mendidik
2. Mengajar
3. Melatih
: Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
: Meneruskan dan mengembangkan iptek.
: Mengembangkan keterampilan dan penerapannya.
Sementara tugas seorang guru sebagai
tugas kemanusiaan adalah :
1) Menjadi orang tua kedua,
2) Transformasi diri, dan
3) Autoidentifikasi.
Guru
juga
mengemban tugas kemasyarakatan
yang antara lain: Mendidik dan
mengajar masyarakat untuk menjadi
WNI yang bermoral Pancasila, dan
Mencerdaskan bangsa Indonesia
Guru profesional dan bermartabat menjadi
impian kita semua karena akan melahirkan
anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif,
demokratis, dan berakhlak. Guru profesional
dan bermartabat memberikan teladan bagi
terbentuknya kualitas sumber daya manusia
yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan
40
agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan
impian ini tidak seperti membalik talapak
tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi
dari semua pihak yakni, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat, dan guru.
Didalam undang-undang guru dan dosen
dinyatakan ada empat kompetensi profesi guru
yaitu :
1) Kompetensi Pedagogik, Kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik.
2) Kompetensi
Kepribadian,
Kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik.
3) Kompetensi Profesional, kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Dan
4) Kompetensi Sosial, Kemampuan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama guru, orangtua/wali dan
masyarakat
sekitar.
Keempat
komponen kompetensi guru ini
dijabarkan ke dalam 10 kompetensi.
Selain hal tersebut di atas kita juga
mengenal 10 kompetensi guru yaitu :
1) Menguasai bahan pelajaran,
2) Mengelola PBM,
3) Mengelola Kelas,
4) Menggunakan media/sumber belajar,
5) Mengguasai landasan pendidikan,
6) Mengelola interaksi belajar mengajar,
7) Menilai prestasi siswa,
8) Mengenal layanan BK,
9) Mengenal Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan
10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian
Pendidkan.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi
memperhitungkan pengalaman profesionalitas
guru, melalui penilaian portofolio guru.
Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai
oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi
guru.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
II. METODE
Pemecahan
masalah
tentang
Peningkatan Layanan Pendidikan Dalam Proses
Pembelajaran di Sekolah dengan mengadakan
pelaksanakan pelatihan Penulisan artikel ilmiah
bagi guru- guru SMK dalam dua tahap, yaitu
tahap pertama tentang pemberian materi teori
secara keseluruhan dan tahapan berikutnya
adalah latihan membuat artikel ilmiah sampai
berhasil menjadi produk.
A. Realita Pemecahan Masalah
Sebagai realita pemecahan masalah
seluruh para peserta pelatihan dapat
menghasilkan karya dalam bentuk artikel
ilmiah yang didasarkan dari Penelitian
Tindakan Kelas dengan mengaplikasikan
model/metode pembelajaran yang didapat pada
pelatihan sehingga muncul
hasil,berbagai
variasi judul, yang dapat dilaksanakan di
sekolah masing-masing.
B.
Khalayak Sasaran
Guru-guru yang akan mengusulkan
naik pangkat atau sedang menyelesaikan
program pendidikan di pendidikan tinggi
sebagai contoh mahasiswa yang dalam hal ini
adalah guru yang sedang membuat skripsi,
Tesis maupun Disertasinya.
C. Metode Penerapan Ipteks
Pada pelatihan ini dilaksanakan
sebanyak 6 pertemuan yang masing-masing
selama 1,5 jam. Pada pertemuan pertama
diberikan secara umum tentang penulisan
Artikel Ilmiah. Pada pertemuan 2 sampai ke 5
latihan penerapan pembuatan Artikel ilmiah
dan pertemuan ke 6 evaluasi.
D. Keterkaitan
Kegiatan yang
dilaksanakan ini
mempunyai keterkaitan dengan berbagai
institusi, yang antara lain adalah institusi/dinas
pendidikan pada umumnya dan pendidikan
menengah, baik bidang sekolah menengah
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
kejuruan maupun umum di wilayah Jakarta
Pusat.
Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja di akhir
dari program pelatihan juga selama proses
dilakukan juga evaluasi pada peserta pelatihan.
Jadi di awal program diberikan tes awal, di
sepanjang pelatihan ada kuis tiap bahasan, dan
diakhir program juga ada tes akhir. Serta juga
hasil pekerjaan selama proses pelatihan juga
dihimpun.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja di
akhir dari program pelatihan juga selama proses
dilakukan juga evaluasi pada peserta pelatihan.
Jadi di awal program diberikan tes awal, di
sepanjang pelatihan ada kuis tiap bahasan, dan
diakhir program juga ada tes akhir. Serta juga
hasil pekerjaan selama proses pelatihan dalam
bentuk proposal penelitian.
Dari hasil observasi selanma pelatihan
berlangsung memperlihatkan keseriusan dan
keantusiasan peserta sehingga interaktif
berjalan secara hidup dan produk Artikel yang
dihasilkanpun sangat baik dan bervariatif.
B. Pembahasan
Berikut ini dipaparkan hasil kegiatan
program pengabdian masyarakat untuk guruguru SMK se Jakarta Pusat:
Pada kegiatan ini diadakan evaluasi
terhadap peserta dan evaluasi terhadap program
kegiatan. Evaluasi terhadap peserta dilakukan
oleh anggota tim terhadap proses dan hasil
yang dicapai secara obyektif. Sedangkan
Evaluasi terhadap program kegiatan dilakukan
oleh pelaksana untuk mengetahui tingkat
ketercapaian
tujuan
kegiatan
yang
dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dilaksanakan
sebelum, selama dan sesudah kegiatan
pelatihan ini berlangsung. Evaluasi sebelum
kegiatan dilaksanakan dengan cara diskusi
dengan para anggota sebelum pelaksanakaan
pemaparan materi; sedangkan evaluasi selama
41
kegiatan berlangsung dilakaukan dengan
mengamati peserta peltihan. Dan setelah itu
dilakukan evaluasi dengan cara membuat
masing-masing artikel ilmiah yang akan
diajukan oleh masing-masing guru.
Atas
dasar
pengamatan
selama
pelaksanaan pelatihan berlangsung seluruh
peserta sangat perhatian dan serius dalam
membuat tugasnya serta adanya perubahan
perilaku dalam berdiskusi yang cukup baik.
Yang saat awal pertemuan belum terbuka
wawasannya tentang pengetahuan karya tulis
ilmiah, sekarang cukup memiliki kemampuan
untuk menulis sebuah artikel ilmiah, hal ini
mengindikasikan bahwa pelatihan yang
diadakan sudah cukup berhasil.
Selain itu dapat terlihat dengan berbagai
variasi judul artikel yang dihasilkan oleh para
peserta,
juga
memperlihatkan
bahwa
kemampuan para peserta dalam memecahkan
berbagai masalah di kelas melalui sebuah
penelitiannya,
sehingga
memperlihatkan
kemampuan atau keberhasilan yang sangat baik
bagi peserta.
C. Faktor Pendorong Dan Penghambat
Adapun faktor pendorong dalam
kegiatan ini adalah adanya kesungguhan dari
seluruh peserta guru-guru SMK serta para
Kepala Sekolah SMK masing yang telah
memberikan izin dan tugas kepada gurugurunya. Juga Kepala Sekolah SMKN 39
Jakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan
pelatihan serta membantu berbagai sarana
prasarana dan akomodasi demi kelancaran
pelaksanaan pelatihan penulisan artikel ilmiah
di wilayah Jakarta pusat yang telah diberikan
kepada pelaksana Pengabdian Masyarakat LPM
Universitas Negeri Jakarta, sehingga berjalan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.
Adapun faktor penghambat dalam
pelatihan ini dapat dikatakan tidak ada, kecuali
faktor dana yang terbatas, sehingga jumlah
peserta dibatasi, sarana prasara yang diberikan
42
kepada para peserta pelatihan juga kepada para
pelatihan sangat terbatas pula.
IV. KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari hasil kegiatan
pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah adalah
sebagai berikut:
1. Para peserta mengetahui konsep dasar
karya tulis ilmiah secara mendalam,
sehingga memiliki kemampuan untuk
membuat suatu karya tulis ilmiah
dalam bentuk artikel jurnal.
2. Para peserta mendapat kemampuan dan
wawasan karya tulis ilmiah secara
prosedural.
3. Dengan adanya berbagai variasi judul
dalam artikel ilmiah yang telah dibuat
para peserta, mengindikasikan bahwa
wawasan serta kemampuan mengenai
karya tulis ilmiah dalam hal ini artikel
ilmiah bagi peserta ternyata meningkat.
4. Hasil pelatihan dapat diaplikasikan
secara jelas, dan juga dapat membantu/
mempercepat dalam penulisan karya
ilmiah lain bagi guru-guru yang sedang
membuat tesis maupun disertasinya.
DAFTAR PUSTAKA
APA, 1983. Publication Manual of the
American Psychological Association
Third Edition. Washington DC:
American Psychological Association.
Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational
Psychology:
The
Teaching
LearningProcees.
Chiocago:
The
Moody Bible Institute.
Bloom,
Benyamin S. 1976. Human
Characteristic and School Learning.
New York: Mc Graw-Hill Book
Company.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Depdikbud, Ditjen Pendidikan Dasar dan
menengah. 1999. Penelitian Tindakan.
Jakarta: Dikmenum.
Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik
Penelitian
Tindakan.
Bandung:
Alfabeta.
Hopkins, D. 1985. A Teacher”s. Guide to
Classroom Research. Philadelphia:
Open University Press.
Thorndike R.L & E.P. Hagen, 1977.
Measurement and Evaluation in
Psychology and Education. New York:
John Wiley & Sons.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS
Statistik Parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Santoso, Singgih. 2007. Soal Jawab Statistik
dengan SPSS dan Exel. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Wilkinson, David, 2000. The Researcher’s
Toolkit The Complete Guide to
Practioner
Research.
London:
Routledge Falmer
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis jalur
Untyuk Riset bisnis Dengan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
43
44
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PENYULUHAN PENGENALAN BAHAYA MEROKOK, MINUMAN KERAS, DAN
NARKOBA PADA SISWA TINGKAT SD-SMP KECAMATAN CAMPAKA
KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT
Eko Siswono1), Dwi Sukanti Lestari N2)
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia Tahun 2045 penting bagi
dunia pendidikan untuk melakukan perubahan cara atau pola pikir. Dunia Pendidikan
tidak sekedar dimaknai dengan tranfer akademik (keilmuan) saja, tetapi juga dengan
dilengkapi dengan karakter. Keseimbangan akademik dan karakter inilah yang penting
dipersiapkan sejak sekarang atau sedini mungkin. Hal ini seperti disampaikan oleh Rektor
IKIP PGRI Semarang dalam rangka diskusi ilmiah Tanggal 8 April 2013. Dalam
kesempatan tersebut Rektor menekakan, perlunya keseimbangan penguasaan ilmu
(akademik, keterampilan, dan karakter) merupakan faktor kunci menghasilkan sumberdaya
manusia yang kompetitif. Proses pemeblajaran tidak cukup sekedar meningkatkan
pengetahuan melalui core subjects melakinkan harus dilengkapi dengan kemampuan kritiskreatif, karakter kuat yang didukung pula dengan kemampuan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Agar lebih baik generasi mendatang sesuai dengan pernyataan tersebut, maka
muthlak bahwa pendidikan karakter sedini mungkin perlu dipersiapkan, mengingat
ancaman, hambatan dan gangguan di luar sekolah mengintai setiap saat, seperti bahaya
merokok, minuman keras dan bahkan lebih buruk lagi yaitu bahaya masuknya narkoba di
kalangan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Khususnya narkoba hingga kini
penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu memperkenal-kan kepada
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sedini mungkin, tentang bahaya
merokok, minuman keras dan narkoba. Sejalan dengan program pengabdian pada
masyarakat dan dalam rangka berperan-serta untuk mencegah hal-hal negatif di luar
sekolah, maka penting dilakukan upaya pencegahan tersebut melalui penyuluhan sehari
yang diselenggarakan bulan Juli minggu keempat 2015, selama dua hari tentang :”Bahaya
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
45
Merokok, Minuman Keras, dan Narkoba pada Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Campaka
Kabupaten Purwakarta Jawa Barat”
Kata Kunci : Pengenalan Bahaya Merokok, Minuman Keras, Dan Narkoba
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Berdasarkan analisis situasi dan kajian
pustaka, maka dapat diambil kesimpulan
sementara bahwa ada beberapa sekolah dasar di
Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta
perlu dilakukan penyuluhan sedini mungkin,
mengingat letak geografis dari sebagian besar
sekolah dasar di wilayah tersebut terletak dekat
dengan jalan raya menuju ke Kota Subang.
Dengan letak geografis seperti tersebut di atas,
hal-hal yang terkait dengan ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan terhadap
minuman keras dan bahaya narkoba di
kalangan siswa-siswi sekolah dasar di
sepanjang jalan tersebut.
Sehubungan
dengan
pelaksanaan
penyuluhan tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan, seperti di bawah ini agar dapat
menangkal kekhawatiran - kekhawatiran
tersebut. Rumusan yang dimaksud adalah :
1. Bagaimanakah meningkatkan pemahaman tentang kemungkinan ancaman
bahaya merokok, minuman keras dan
bahaya narkoba di kalangan siswa
sekolah dasar di Kecamatan Campaka
Kabupaten Purwakarta ?
2. Bagaimanakah menumbuhkan kewaspadaan siswa sekolah dasar mengenai
tantangan, hambatan dan gangguan
terhadap bahaya merokok, minuman
keras dan bahaya narkoba di
Kecamatan
Campaka
Kabupaten
Purwakarta ?
B. Fenomena Merokok
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali
ditemui orang merokok di mana-mana, baik di
kantor, pasar ataupun tempat umum lainnya
atau bahkan di kalangan rumah tangga sendiri.
Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya
rokok pertama. Umumnya rokok pertama
dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi
46
menemukan penghisapan rokok pertama
dimulai pada usia 11-13 tahun (Smet, 1994).
Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) menemukan,
bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa
ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Smet
(1994), bahwa mulai merokok terjadi akibat
pengaruh lingkungan sosial.
Modelling (meniru perilaku orang lain)
menjadi salah satu determinan dalam memulai
perilaku merokok (Sarafino, 1994). Oskamp
(1984) menyatakan, bahwa setelah mencoba
rokok pertama, seorang individu menjadi
ketagihan merokok, dengan alasan-alasan
seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan
mendapatkan penerimaan. Graham (dalam
Ogden, 2000) menyatakan bahwa efek positif
dari merokok adalah menghasilkan efek mood
yang positif dan membantu individu dalam
menghadapi masalah yang sulit. Studi Mirnet
(Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa
dari survei terhadap para perokok, dilaporkan
bahwa orang tua dan saudara yang merokok,
rasa bosan, stres dan kecemasan, perilaku
teman sebaya merupakan faktor yang
menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok
pada remaja. Jika dilihat data-data mengenai
keterlibatan remaja dalam berbagai perilaku
negatif, maka kita akan menemukan angkaangka
yang
mengejutkan
dan
mengkhawatirkan. Kelompok Smoking and
Health memperkirakan sekitar enam ribu
remaja mencoba rokok pertamanya setiap hari
dan tiga ribu di antaranya menjadi perokok
rutin (Stop, 2000).
Perilaku merokok pada remaja umumnya
semakin lama akan semakin meningkat sesuai
dengan tahap perkembangannya yang ditandai
dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas
merokok, dan sering mengakibatkan mereka
mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal
dan Cleary dalam Mc Gee, 2005). Efek dari
merokok hanya meredakan kecemasan selama
efek dari nikotin masih ada, malah
ketergantungan nikotin dapat membuat
seseorang menjadi tambah stres (Parrot, 2004).
Indri Kemala Nasution : Perilaku Merokok
Pada Remaja, 2007 USU Repository 2008
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
C. Bahaya Merokok
Terpapar asap rokok selama 8 jam
sebanding dengan merokok langsung sebanyak
20 batang perhari. Konsekuensi dari merokok
antara lain meningkatnya kejadian infeksi
saluran nafas bagian atas, batuk, asma,
sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker,
mengganggu fertilitas, lahir kurang bulan,
kematian maupun absen dari kerja atau sekolah.
Anak atau kaum muda yang merokok,
pertumbuha dan perkembangan parunya segera
akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut.
Efek dari rokok atau tembakau memberi
stimulasi depresi ringan, gangguan daya
tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah
laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan
zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah
pengaruhnya, maka ketergantungan kepada
rokok
tidak
begitu
dianggap
gawat
(Roan,1979:33).
Perokok pasif dapat meningkatkan resiko
penyakit kanker, paru-paru dan jantung
koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok
orang lain dapat memperburuk kondisi
pengidap penyakit: angina, asma dan alergi
akibat asap rokok.
D. Minuman Keras
Minuman Keras adalah semacam
minuman yang berbahaya dan membahayakan
bagi orang yang meminumnya. Dalam sebuah
hadist Nabi Muhammad SAWmelaknat khamr
atau minuman keras yang memabukkan
mencakup kepada sepuluh golongan : (1) yang
memerasnya; (2) yang minta diperaskan; (3)
yang meminumnya; (4) yang membawanya: (4)
yang
minta di antarkan; (5) yang
menuangkannya; (6) yang menjualnya; (6)
yang makan hasil penjualannya; (7) yang
membelinya; (8) yang minta dibelikan”
Demikian salah satu hadist riwaayat At
Tirmidzi dan Ibnu Majah. Al Khamr secara
bahasa atinya tertutup, yang diambil dari kosa
kata khimar yang berarti kerudung (penutup
kepala) dan kata khamr yang berarti minuman
yang memabukkan atau minuman keras
(miras). Demikianlah orang yang mengkonsumsi khamr menyebabkan akalnya tertutup
sehingga tidak bisa mengingat dirinya atau
mabuk. Rasulullah SAW menetapkan khamr
(miras) tidak semata dari bahan untuk membuat
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
khamr (miras), tetapi lebih dari pengaruh yang
ditimbulkan, yaitu memabukkan.
Miras (minuman keras), apapun nama
yang digunakan oleh manusia tetapi dapat
membuat yang mengonsumsinya mabuk hilang
akal, seperti ganja, arak, tuak dan sejenisnya,
hukumnya adalah haram. Khamr didefenisikan
oleh Raslullah SAW adalah sesuatu yang
memabukkan yang dapat mengakibatkan
hilngnya akal. Padahal akal adalah organ mulia
anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
mengontrol gerak gerik anggota tubuh. Maka
hukum Islam menegaskan meminum khamr
baik sedikit apalagi banyak hukumnya adalah
haram. Rasulullah SAW bersabda: “Minuman
apapun kalau banyaknya itu memabukkan.
Maka sedikitnyapun adalah haram.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, dan At Tirmidzi).
E. Narkoba
Narkoba
adalah
singkatan
dari
narkotika dan obat-obatan berbahaya.
Seperti ungkapan ‘api kecil adalah kawan dan
jika menjadi besar adalah lawan’. Ini ungkapan
yang sangat pas untuk menggambarkan tentang
narkoba.
Dalam dunia medis, narkoba bisa
menjadi obat-obat yang berkhasiat untuk
penyembuhan. Penggunaan narkoba dalam
dunia medis adalah legal. Nah yang menjadi
penyalahgunaan adalah ketika seseorang yang
mengkonsumsi
narkoba
tanpa
adanya
pengawasan dari seorang ahli kesehatan atau
dokter. Bila seseorang menggunakan narkoba
tanpa adanya pengawasan dari dokter akan
sangat membahayakan si pengguna karena
umumnya narkoba mengandung zat-zat beracun
yang bisa menyebabkan pengguna narkoba
akan selalu ketergantungan atau kecanduan
terhadap obat-obatan tersebut, merusak organorgan tubuh, mempengaruhi berkurangnya daya
pikir seseorang atau membuat pikiran menjadi
tidak rasional dan kerusakan otak secara
permanen. Akibat yang lebih mengerikan lagi
adalah berujung pada kematian.
Dilihat dari segi penggunaannya, narkoba
dibedakan menjadi 2 golongan. Yakni
pengguna narkoba ‘jalanan’ (ilegal) dan
penggunaan narkoba legal dalam dunia medis
yang disalahgunakan. Dari penggolongan
jenisnya, narkoba di bedakan menjadi 3
47
golongan
besar
yakni narkotika,
psikotropika dan zat aditif lainnya. Ketiga jenis
narkoba
tersbut
juga
sering
disebut
dengan napza.
Data dan fakta menunjukkan persentase
tertinggi penguna narkoba adalah anak-anak
sekolah dan anak-anak remaja. Sedangkan
lokasi tempat mereka ‘menikmati’ barang
haram tersebut umumnya di kos-kosan, clubclub malam, diskotik dsbnya. Mereka dijadikan
sasaran empuk oleh para pengedar untuk
mengeruk keuntungan dari penjualan barang
haram tersebut. Tidak pada mereka saja, kalau
kita menonton berita di tv banyak contoh kasus
artis-artis yang terlibat dengan penggunaan
narkoba. Bahkan ada yang tertangkap sampai 2
kali dalam kasus yang sama. Ini menunjukkan
cengkeraman narkoba yang sangat hebat pada
seseorang sehingga sulit untuk melepaskannya.
Mengingat maraknya peredaran narkoba
di Indonesia yang sepertinya hukum di
Indonesia tidak membuat mereka (para
pengedar atau bandar ) jera, selalu saja ada
penyeledupan narkoba ke wilayah Indonesia.
Ini menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai
orang tua untuk mengawasi dan lebih
mewaspadai anak-anak kita di dalam pergaulan.
Awasi tingkah laku dan pola hidup anak-anak.
Orangtua harus peka terhadap perubahan sikap
anak-anak yang memang kalau mereka terlibat
penggunaan narkoba akan terlihat dengan
sangat jelas. Kita patut dan wajib menjaga dan
melindungi mereka dari serangan hal semacam
itu. Begitu mereka terjerumus, adalah masalah
besar di kemudian hari.
Namun bagaimana dengan kita yang
tidak mengerti atau awam terhadap hal itu? Nah
berikut di bawah ini ada buklet-buklet dalam
bentuk file PDFyang dapat didownload secara
gratis yang sangat berguna untuk kita
mengetahui dan mengenali jenis-jenis narkoba,
efek samping penggunaan narkoba baik jangka
pendek maupun jangka panjang serta
kesaksian-kesaksian para pengguna narkoba.
F. Bahaya Narkoba Bagi Remaja atau
Pelajar
Penyalahgunaan narkotika dan obatobatan terlarang di kalangan generasi muda
dewasa ini kian meningkat Maraknya
penyimpangan perilaku generasi muda tersebut,
48
dapat membahayakan keberlangsungan hidup
bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda
sebagai generasi yang diharapkan menjadi
penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh
digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf.
Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir
jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa
yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal
kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini
adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirataratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia
pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24
tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
bahaya
narkoba
sewaktu-waktu
dapat
mengincar anak didik kita kapan saja.
G. Tujuan Kegiatan
Mengacu pada permasalahan yang
diajukan, maka tujuan penyuluhan program
pengabdian pada masyrakat antara lain :
1. Meningkatkan pemahaman terhadap
siswa-siswi tingkat sekolah dasar
mengenai
kemungkinan
ancaman
bahaya merokok, minuman keras dan
bahaya
narkoba
di
Kecamaran
Campaka, Kabupaten Purwakarta.
2. Menumbuhkan kewaspadaan siswasiswi
sekolah
dasar
mengenai
tantangan, hambatan dan gangguan
terhadap bahaya merokok, minuman
keras dan bahaya narkoba di
Kecamatan
Campaka
Kabupaten
Purwakarta.
Meningkatkan kemampuan
untuk
menangkal terhadap ancamanan, tantangan,
hambatan dan gangguan bahaya merokok,
minuman keras dan bahaya narkoba pada
siswa-siswi sekolah dasar di Kecamatan
Campaka, Kabupaten Purwakarta.
H. Khayalak Sasaran
Khalayak sasaran yang ditetapkan,
bahwa sejak dini siswa-siswi SD dan SMP
menjadi target utama untuk menangkal adanya
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
terhadap merokok, minuman keras, dan bahaya
narkoba,
sehingga
diharapkan
adanya
penyuluhan ini semua ancaman, hambatan,
tantangan dan gangguan terhadap merokon,
minuman keras dan bahaya narkoba dapat
dicegah. Minimal di lingkungan sekolah dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
keluarga peserta penyuluhan di Kecamatan
Campaka Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
II. METODE KEGIATAN
Metode
yang
digunakan
dalam
pemberian penyuluhan adalah ceramah dengan
pendekatan kasus yang sering terjadi di daerah
perkotaan. Selain itu, menunjukkan beberapa
kasus krusial dengan memaparkan gambar
berupa foto-foto kasus. Harapannya dengan
menunjukkan gambar foto tersebut, minimal
memberikan efek tidak melakukan hal-hal
negatif seperti dalam foto tersebut. Metode lain
dengan bermain peran dan pertukaran pikiran
dan tanya jawab, agar peserta penyuluhan dapat
menyelami kejadian-kejadian yang terjadi di
masyarakat.
A. Agenda Kegiatan
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan
selama 2 hari dengan perincian 1 hari di tingkat
SD dan 1 hari di tingkat SMP atau setara
dengan masing-masing sekolah 4 (empat) jam
pelajaran efektif, tetapi jika kegiatan ini dalam
waktu yang telah ditentukan belum tuntas
dalam arti materi dan pemecahan masalahnya
belum selesai, maka dilanjutkan pada hari di
luar jam pelajaran.
III.
HASIL KEGIATAN PENYULUHAN
Penyuluhan
pada
tingkat
ini
dilaksanakan di SDN 1 Campaka pada tanggal
15 Agustus 2015, pukul 09.00-13.00 WIB.
Penyuluhan bertempat di Ruang kelas V-a dan
V-b SDN 1 Campaka.
Penyuluhan pada tingkat ini penulis
laksanakan di SMPN 1 Campaka pada tanggal
22 Agustus 2015, pukul 09.00-13.00 WIB,
yang bertempat di Ruang Laboratorium SMPN
1 Campaka.
Kegiatan penyuluhan
yang telah
dilaksanakan di Desa Campaka, baik di SDN 1
Campaka, maupun di SMPN 1 Campaka ini
tidak lepas dari beberapa kekurangan yang
menjadi hambatan terkait proses kegiatan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
penyuluhan yang efektif dan maksimal. Pada
penyuluhan di tingkat SD, terdapat kurang
adanya koordinasi dengan pihak sekolah
mengenai fasilitas speaker dan microphone.
Selain itu, guru-guru sekolah yang semula akan
turut hadir dalam kegiatan penyuluhan nampak
hadir tidak sampai kegiatan penyuluhan itu
selesai. Beda halnya dengan di SMP, para
peserta cenderung pasif dan tidak peduli
dengan pemaparan dari penyuluhan ini.
A. Hasil Kegiatan
Dengan adanya kegiatan penyuluhan
akan bahaya merokok, minuman keras, dan
narkoba bisa mencerdaskan dan memotivasi
siswa-siswi, baik di tingkat SD maupun SMP
bahwa ketiga aspek itu sangat berbahaya bagi
mereka, baik fisik maupun non-fisik, baik skala
saat ini mupun masa yang akan datang. Bahkan
dengan adanya penyuluhan ini, tingkat perokok
di bawah umur (tingkat SD dan SMP), bisa
ditekan dan bahkan terus mengalami progress
yang positif, yang mana tingkat perokok di
tingkat SD dan SMP terus mengalami
peningkatan, dan semakin berani untuk
merokok di tempat umum.
Dari hasil pengamatan selama mengikuti
penyuluhan, bahwa banyak siswa yang kurang
mengetahui jenis-jenis minuman keras dan
jenis-jenis narkoba. Dengan metode yang
diterapkan pada penyuluhan ini, diantaranya
metode pemaparan kasus yang sering terjadi di
masyarakat dan dengan pemutaran video dan
gambar-gambar termasuk jenis minuman keras
dan narkoba diperkenalkan kepada peserta
penyuluhan. Setelah diperkenalkan jenis-jenis
minuman keras dan narkoba banyak dari
mereka yang bertanya tentang bahaya minuman
keras dan narkoba tersebut.
Berdasarkan pemaparan penyaji, maka
sebagian besar mereka peserta yang mengikuti
penyuluhan tersebut dapat memahami jenisjenis minuman keras dan narkoba serta bahaya
yang mengancam dan mengintai pada siswasiswi di tingkat SD dan SMP tersebut
diharapkan dapat dihindari dengan memahami
bahaya tersebut. Ke depan, dari hasil
49
penyuluhan tersebut, diharapkan juga bahwa
para orang tua siswa=siswi tingkat SD dan
SMP harus memahami tentang hal ini, dengan
maksud untuk mencegah kemungkinankemungkinan terjadi di lingkungan mereka. Hal
ini mendapat sambutan dari pihak kepala desa
setempat agar pelaksanaan tersebut dapat
direalisasikan.
Pemaparan materi diselingi dengan
diskusi kelompok kecil dari peserta penyuluhan
yang hasilnya diluar dugaan penyelenggara,
yaitu bahwa pemaparan presentasi hasil diskusi
mereka, menemukan titik temu antara peserta
penyuluhan dengan penyelenggara terutama
pada tingkat SMP. Titik temu yang
dimaksudkan adalah presentasi hasil diskusi
dari peserta memaparkan kasus-kasus yang
berkenaan dengan penyalahgunaan minuman
keras dan bahaya narkoba yang pada tahun
terakhir ini banyak terjadi di kalangan remaja
yang ada di Kabupaten Purwakarta, sehingga
mereka sangat memahami faktor penyebab dan
akibat yang ditimbulkan ketika barang haram
terebut masuk di kalangan mereka. Hal ini
merupakan
suatu
kemajuan
tingkat
pengetahuan peserta penyuluhan yang secara
langsung maupun tidak langsung mengenai
kalangan mereka, sehingga harapan dari
penyelenggara penyuluhan diharapkan cepat
tercapai untuk menghadapi ancaman, ganguan,
tantangan dan hambatan dari masuknya
minuman keras dan narkoba di kalangan
mereka.
B. Hasil Pembahasan
Dalam pelaksanaan penyuluhan selama
dua hari tersebut, berjalan sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan sebelumnya. Akan
tetapi, tidak terlepas adanya pihak-pihak yang
merupakan faktor pendukung dan juga pihakpihak yang merupakan faktor penghambat,
antara lain seperti di bawah ini :
C. Faktor Pendukung
Faktor pendukung penyuluhan bahaya
merokok, minuman keras, dan narkoba di
tingkat SD dan SMP :
50
Antusiasme siswa/i, baik di tingkat SD
dan SMP yang sangat bersahabat dan
terbuka dengan kegiatan program yang
dilakukan.
Peserta penyuluhan yang banyak,
bahkan memadatkan ruangan tempat
penyuluhan. Hal ini membuktikan,
bahwa peserta penyuluhan merasa perlu
untuk
mengetahui
materi
yang
disajikan dalam penyuluhan tersebut.
Dari tiga puluh peserta dari SD kelas
tinggi ( kelas 4, 5, dan 6) serta dari
SMP kelas 8 dan 9, seluruhan dapat
mengikuti penyuluhan ini sesuai jadwal
yang direncanakan. Khususnya peserta
dari SMP tersebut, ketika dilakukan
diskusi dengan pendekatan model
penyajian gambar-gambar kasus yang
dipaparkan oleh penyuluh, banyak dari
mereka
yang
menanggapi
dan
memberikan pertanyaan, sehingga
suasana dalam ruangan kelas menjadi
lebih hidup.
Pihak sekolah yang mau memfasilitasi
dalam kegiatan penyuluhan, sehinggan
kegiatan berjalan dengan komunikatif.
Berdasarkan
pengamatan
ketika
dilaksanakan penyuluhan ini, pihak
kepala sekolah sebelumnya dilakukan
pendekatan
untuk
mendapatkan
persetujuan ketika hendak dilaksanakan
penyuluhan tersebut. Hal ini dapat
dibuktikan perijinan untuk penggunaan
ruang kelas dan waktu yang
dijadwalkan dapat diterima. Tetapi,
pihak sekolah menyayangkan bahwa
pelaksanakan penyuluhan ini hanya
satu hari untuk tingkat SMP dan satu
hari untuk tingkat SD, sehingga
menurut
pihak
sekolah
kurang
waktunya.
D. Faktor Penghambat
Faktor penghambat penyuluhan bahaya
merokok, minuman keras, dan narkoba di
tingkat SD dan SMP :
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Pihak sekolah yang kurang mau
berperan
aktif dalam kegiatan
penyuluhan, seperti hadir dalam
kegiatan penyuluhan, memberikan
masukan kepada penyelenggara, atau
dengan menghadirkan para guru dan
orang tua siswa untuk berpartisipasi
atas
pelaksanaan program ini.
Meskipun demikian, hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan penyuluhan dapat
dikatakan berhasil.
Siswa/i yang cenderung gaduh dan
membuat kebisingan yang melebihi
ambang batas membuat kami sulit
menciptakan suasana yang kondusif.
Terutama pada tingkat SD, ketika
pelaksanaan diskusi atau tanya jawab
setelah pemaparan dari penyelenggara
banyak peserta yang kurang fokus
dalam mengikuti program ini. Tetapi
syukur alhamdulilah, berkat metoda
atau cara untuk melerai situasi tersebut
dapat dikendalikan dengan cara
melakukan
pendekatan
kuis-kuis
dengan diberikan hadiah bagi yang
dapat menjawab pertanyaan dari
penyuluh, sehingga suasana yang
tadinya gaduh dapat dikendalikan
dengan cara tersebut.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan
dan
pelaksanaan penyuluhan ini, dapat disimpulkan
bahwa :
Pelaksanaan penyuluhan mendapatkan respon
positif bagi peserta penyuluhan. Hal ini terbukti
antusiasme peserta penyuluhan bersemangat
mengikuti agenda pemaparan dari penyaji.
Disamping itu, dari orang tua peserta
mengharapkan ada langkah selanjutnya setelah
dilakukan penyuluhan ini, sehingga tidak putus
dipertengahan jalan terutama dari pemerintah
setempat untuk saling mengawasi tentang
tingkat laku siswa-siswa terhadap ancaman,
tantangan hambatan dan gangguan merokok
minuman keras dan bahaya narkoba di
lingkungan masyarakat dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Aditama, Tjandra Yoga. 2001. Masalah Rokok
dan Penggulangannya. YP IDI
Ahsan, Abdillah. 2006. “Warta Demografi”,
Profil Perokok dan Pengendalian
Rokok di Indonesia, Tahun 36 No 3
2006
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Jakarta : EGC
Evania, Putri. 2011. Menguak Rahasia Otak
Perempuan. Yogyakarta : Sinar Kejora
Gunawan, Arif.
2011. Remaja
permasalahannya.
Yogyakarta: Hanggar Kreator
dan
Hidayat,
A. Aziz
Alimul.
2003. Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat,
A. Aziz
Alimul.
2008.Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika
Hurlock, Elizabeth
B.
2004. Psikologis
Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju Generasi
Tanpa Merokok. Jakarta: CV. Seti-Aji
Mu’tadin,
Zainun.
2002. “Remaja
Rokok”.(www.e-psikologi.com)
diakses tanggal 7 Maret 2011
dan
Nursalam. 2003. Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
Jakarta :Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
51
Poltekkes, Depkes. 2010. Kesehatan Remaja,
problem
dan
solusinya. Jakarta :
Salemba Medika.
52
Satiti, A. 2009. Strategi Rahasia Berhenti
Merokok. Yogyakarta: Datamedia
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PEMBERDAYAAN IBU-IBU DI DESA PASAURAN KECAMATAN CINANGKA
PROVINSI BANTEN DALAM MENGISI KEGIATAN PKK
MEMBUAT PRODUK KERAJINAN YANG BERDAYA JUAL
Dewi Suliyanthini
Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) adalah salah satu dari Tridharma Perguruan
Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh setiap dosen. Pelaksanaan pengabdian yang berupa
pemberdayaan ibu-ibu PKK di desa Pasauran kecamatan Cinangka Provinsi Banten,
adalah kegiatan membuat produk kerajinan yang berdaya jual. produk kerajinan ini
membuat alas tikar dari limbah bungkus kopi, membuat tas kantong dari limbah bingkus
kopi, dan lain sebagainya. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan motivasi dan
implikasi yang positif bagi kaum ibu-ibu PKK dan para remaja perempuan di desa Pasauran
kecamatan Cinangka kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Kata Kunci : Produk Kerajinan dari limbah
I. PENDAHULUAN
Provinsi Banten yang terletak kurang
lebih 100KM dari kampus Universitas Negeri
Jakarta, merupakan provinsi yang sedang dan
baru akan membangun kembali daerahnya
setelah mengalami banyak peristiwa dari gaya
kepempipinan atasannya tempo dulu. Di
Provinsi Banten terletak daerah kecamatan
Cinangka kelurahan Desa Pasauran, yang mana
ibu-ibu nya belum aktif melakukan kegiatan
PKK di lingkungannya. Kebanyakan kaum ibuibu banyak waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik. Juga karena daerah
provinsi ini baru akan sedang melakukan
pembangunan kembali disektor perekonomian,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
maka program pelaksanaan pengabdian
masyarakat Lembaga Pengabdian Pada
Masyarakat akan mengisi memberikan ilmu
pengetahuan dan keterampilan penerapan
IPTEKS kepada para ibu-ibu dan remaja di
wilayah desa Pasauran Cinangka Banten
Program Penerapan IPTEKS ini yaitu
membuat produk kerajinan berupa alas tikar,
tas kantong, dompet dari limbah bungkus kopi
yang bermanfaat dan berdaya jual. Sehingga
program ini dapat mengisi waktu luang yang
positif bagi para ibu-ibu dan remaja di Pasauran
Cinangka Banten dan diharapkan dapat
53
menghasilkan income tambahan dari produk
kerajinan yang berdaya jual ini.
II. MATERI DAN METODE
Pengertian Limbah adalah sampah hasil
buangan suatu produksi, baik produksi skala
kecil atau menengah. Limbah rumah tangga
pun adalah limbah yang dikategorikan produksi
kecil. Pada umumnya limbah ini memberikan
dampak negative bagi kesehatan atau
keindahan alam lingkungan. Namuan dengan
penanganan dan penngolahan yang baik dan
cermat limbah dapat didaur ulang menjadi
produk yang bermanfaat.
Limbah atau sampah digolongkan
menjadi dua golongan yaitu : limbah organic
seperti bekas sayur mayor arau sisa makanan,
umumnya limbah organik jika di kubur dalam
tanah dapat menyuburkan tanah menjadi
gembur dan subur. Jenis limbah lainnya yaitu
limbah an-organik, yaitu limbah dari bungkus
plastic atau jenis lain yang agak sulit didaur
ulang jika masyarakat pembuang limbah tidak
mengetahui bagaimana cara mendaur ulang
limbah an-organik ini menjadi barang bermanfaat.
Umumnya liumbah memberikan dampak
negative, seperti banjir, bau tak sedap,
pemandangan yang tidak indah untuk dilihat,
penyakit kulit dan pernapasan, dll.
Limbah bungkus kopi merupakan limbah
an-organik berupa plastic, kertas yang jika
dibuang akan menimbulkan dampak tidak sehat
bagi lingkungan sekitar seperti sarang nyamuk,
serangga, menimbulkan banjir karena akan
menghambat memampatkan kelancaran jalannya air buangan.
Oleh karena itu limbah bungkus kopi
tersebut akan kita daur ulang membuat produk
yang lebih bermanfaat seperti alas tikar, tas
kantong dan lain sebagainya. Adapun proses
pembuatannya adalah sebagai berikut :
- Mengumpulkan sebanyak - banyaknya
bungkus kopi berbagai merk warna dan
bentuk ukuran.
54
-
-
-
-
Memilah-milah limbah bungkus kopi
sesuai dengan jenis corak dan
warnanya.
Menggunting sisi bagian atas dan sisi
bawah bungkus kopi sehingga bungkus
kopi hanya memiliki bagian sisi yang
masih lengkap. Lakukan pekerjaan
menggunting sisi ini untuk semua jenis
limbah kopi, agar saat melipat dan
menganyam dapat dengan mudah dan
cepat.
Setelah itu lipat bagian atas bawah kopi
sampai berbentuk silinder dengan tebal
berukuran kira-kira 1 cm. lakukan
pekerjaan ini sampai memiliki lipatan
silinder bungkus kopi sebanyakbanyaknya
Setelah lipatan silinder bungkus kopi
terkumpul banyak. Lakukan penganyaman, dengan cara saling silang
menyilang dan tarik pada posisi ujung
masing-masing sisi silinder lipatan
bungkus
kopi
sehingga
saling
mengunci. Awal anyaman bungkus
kopi memerlukan empat lipatan silinder
bungkus kopi, selanjutnya saling
menganyam diperlukan hanya 3 lipatan
silinder bungkus kopi saja, demikian
seterusnya sampai anyaman menjadi
benda/barang produk yang diinginkan.
Berikut ini gambar skema poses pelipatan
berbentuk silinder kopi
BUNGKUS KOPI
4
Lipat kedalam bagian sisi
Atas dan bawah Bungkus kopi.
Lipat yang rapih menjadi bagian kecil dengan
lebar lipatan silinder kira-kira 1 cm
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
BUNGKUS KOPI
Kumpulkan
sebanyak-banyaknya
lipatan
silinder ini dengan klasifikasi ukuran corak
warna yang sesuai, agar menghasilkan motif
yang indah.
Setelah lipatan seilinder kecil terkumpul
banyak lakukan penganyaman. Untuk awal
pertama anyaman membutuhkan 4 lipatan
silinder, dengan cara sebagai berikut :
terikat kuat oleh lipatan silinder bungkus kopi
ke empat.
Metoda yang digunakan dalam program
pelatihan ini adalah metoda penerapan
IPTEKS, melalui pendekatan terlebih dahulu
pada masyarakat dan kaum ibu-ibu dan para
remaja perempuan di desa Pasauran Cinangka
Banten. Mendata pada kaum ibu dan
menelusuri kegiatan keseharian kaum ibu di
Psauran. Sehingga setelah di dapat data secara
deskriptif, maka kegiatan P2M adalah dengan
cara eksperimen, yaitu melakukan praktek
langsung baik secara pengetahuan maupun
tingkat keterampilan.
4
Bungkus kopi 1
2
1
3
Masukan 1 lipatan silinder bungkus kopi pada
1 lipatan bungkus kopi lain sehingga saling
Menyilang satu sama lainnya.
Ambil 1 bagian lain lipatan silinder bungkus
kopi lagi.
Dan masukan dalam bagian bungkus kopi 2
sehingga bungkus kopi 2 terikat oleh bagian
lipatan silinder bungkus kopi 3.
3
2
1
Bagian terakhir sebagai penguat jaringkan lagi
bagian lipatan silinder bungkus kopi ke empat
agar lipatan bungkus kopi ke satu, dua dan tiga
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Untuk awal kali pembuatan anyaman limbah
bungkus kopi memerlukan empat lipatan
silinder bungkus kopi, selanjutnya anyaman
hanya memerlukan tiga limbah bungkus kopi
saja.
Limbah bungkus kopi dapat dibuat menjadi
produk alas tikar, dan tas kantong. Untuk tas
kantong pembuatan sama seperti alas tikar.
Hanya bagian sisi setelah ukuran untuk tas
yang dikehendaki telah memenuhi keinginana
panjang dan lebarnya, dilipat bagian sisinya ke
sisi satunya. Penyambungan dilakukan hanya
memerlukan stu saja lipatan limbah bungkus
kopi, sehingga terbentuklah kantong tas limbah
bungkus kopi yang unik dan indah.
A. Tujuan kegiatan
1. Memberikan kegiatan positif bagi para
ibu-ibu dan para remaja di Pasauran
55
Cinangka Banten dengan membuat
produk kerajinan yang bermanfaat juga
berdaya jual
2. Mengisi waktu luang dengan penerapan
keterampilan dan pengetahuan IPTEKS
dalam mengisi program PKK yang
3. Diharapkan setelah ibu-ibu dan para
remaja diberikan kegiatan ini para kaun
ibu dapat mengisi waktu luangnya
dengan
kegiatan
positif
dan
menghasilkan karya produk yang
bermanfaat dan berdaya jual dari
pengetahuan dan keterampilannya
setelah melaksanakan klegiatan P2M
IPTEKS ini.
B. Khalayak sasaran
Khalayak sasaran program penerapan
IPTEKS Pengabdian pada Masyarakat periode
tahun 2015 ini adalah para ibu dan remaja
perempuan di desa Pasauran kecamatan
Cinangka kabupaten Serang Provinsi Banten.
Dengan melakukan kegiatan pengabdian di
rumah kediaman sekertaris Lurah Pasauran,
yaitu rumah bu Ade, yang dilakukan kegiatan
pengabdian setiap hari selasa selama empat kali
pertemuan.
C. Kendala
Kendala
yang
dihadapi
melaksanakan kegiatan P2M ini adalah :
saat
1. Awalnya sulit untuk mengumpulkan
para ibu dan remaja karena mereka takut
dengan kegiatan ini, namun setelah
melakukan pendekatan perorangan
maka pada akhirnya kegiatan ini dapat
berlangsung dengan baik, dan ibu-ibu
antusias termotivasi untuk terus belajar
dan berlatih.
2. Setelah semakin banyaknya para ibu dan
remaja yang mengikuti kegiatan P2M
pada pertemuan terakhir, mereka
meminta untuk terus diadakan kegiatan
ini, namun kami terkendala oleh waktu.
Karena tingkat keterampilan para ibu dan
remaja berbeda, maka hasil produk yang
dihasilkan pun tidak semuanya bernilai baik.
56
Namun ada beberapa produk dari karya ibu dan
remaja yang cukup baik, maka agar termotivasi
team P2M memberikan semangat berupa
doorproze pada karya produk yang baik. Yaitu
juara1, 2 dan 3
III.
PEMBAHASAN
Kegiatan P2M membuat kerajianan dari
limbah bungkus kopi berupa alas tikar dan tas
kantong, hasil softskillnya bahwa para ibu dan
2
remaja sangat termotivasi dan terus berlatih
agar lebih terampil dan cekatan. Selain itu para
ibu dan remaja sangat antusias mencari limbah
bungkus kopi untuk menjadi produk kerajinan.
Hal ini jelas, bahwa dengan daur ulang
limbah bungkus kopi menjadi produk yang
bermanfaat mengisi waktu luang, waktu yang
positif dan menjadikan produk yang bermanfaat, sehingga tidak ada lagi limbah an organik
yang terlihat dilingkungan mereka.
Dengan
melaksanakan
kegiatan
pembuatan produk dari limbah bungkus kopi
menjadi produk alas tikar dan tas kantong,
maka hasil pengamatan bahwa para ibu-ibu dan
remaja antusias memiliki motivasi tinggi untuk
dapat bisa mengikuti dan mengerjakan
pelatihan kegiatan P2M membuat produk dari
limbah bungkus kopi ini, sehingga para ibu
dan remaja dapat mengisi waktu luangnya
dengan kegiatan yang positif bermanfaat.
Hasil kegiatan P2M membuat produk
kerajinan limbah bungkus kopi belum sampai
pada produk yang memiliki kompetensi9
berdaya jual, hal ini karena para ibu dan remaja
baru melakukan kegiatan ini empat kali
pertemuan saja. Perlu terus menerus melakukan
keterampilan
melipat
menganyam
dan
merangkai limbah bungkus kopi ini secara terus
menerus agar para ibu dan remaja lebih
terampil lagi dan menghasilkan produk
kerajinan yang lebih berkualitas
Data kegiatan P2M meliputi :
a. Data Kehadiran ibu-ibu dan remaja yang
mengikuti kegiatan P2M Ipteks ini, yaitu
ada 30 orang para ibu dan remaja, adapun
nama-nama nya adalah sebagai berikut :
No
1
2
3
Nama
Bu Ade
Bu Lilis
Bu Misri
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Bu Heni
Bu Yani
Bu Yanti
Bu Susi
Bu Nani
Bu Dedi
Bu Yuyun
Bu Ana
Bu Agus
Bu Dadan
Gita
Neneng
Santi
Sinta
Susan
Serra
Khoeryatun
Kunaenih
Winda
Bu Noneng
Bu Mariam
Bu Evi
Bu Syamsiah
Bu Siti
Bu Nunung
Laila
Nurul
b. Kegiatan dilakukan pada setiap hari selasa
selama satu bulan atau empat kali
pertemuan, pukul 13,00 – 15.30 di rumah
kediaman sekretaris Lurah desa Pasauran
yaitu di rumah bu Ade. Kegiatan dimulai
pada tanggal :
Berdasarkan rancangan evaluasi dan
rumusan permasalahan, maka hasil kegiatan ini
di deskriptifkan sebagai berikut :
a. Dengan
melaksanakan
kegiatan
pembuatan produk dari limbah bungkus
kopi menjadi produk alas tikar dan tas
kantong, maka hasil pengamatan
bahwa para ibu-ibu dan remaja antusias
memiliki motivasi tinggi untuk dapat
bisa mengikuti dan mengerjakan
pelatihan kegiatan P2M membuat
produk dari limbah bungkus kopi ini,
sehingga para ibu dan remaja dapat
mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan yang positif bermanfaat.
b. Hasil kegiatan P2M membuat produk
kerajinan limbah bungkus kopi belum
sampai pada produk yang memiliki
kompetensi berdaya jual, hal ini karena
para ibu dan remaja baru melakukan
kegiatan ini empat kali pertemuan saja.
Perlu terus menerus melakukan
keterampilan melipat menganyam dan
merangkai limbah bungkus kopi ini
secara terus menerus agar para ibu dan
remaja lebih terampil lagi dan
menghasilkan produk kerajinan yang
lebih berkualitas.
- Kegiatan pertama L 27 Juli 2015
- Kegiatan kedua pada tanggal 5 Agutus
2015
- Kegiatan ketiga pada tanggal 13
Agutusu 2015
- Kegiatan ke empat pada tanggal : 20
Agutus 2015
- Penutupan pemberian doorprize pada
tanggal 26 Agustus 2015
IV.
HASIL KEGIATAN
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
57
58
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PEMBUATAN MIE DARI BAHAN DASAR TEPUNG MODIFIED
CASAVA FLOUR (Mocaf) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN WAWASAN
PENGETAHUAN DAN PELUANG USAHA BAGI IBU-IBU PKK
DI DESA JAYA SAKTI MUARAGEMBONG KABUPATEN BEKASI
I. Gusti Ayu Ngurah S
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pengabdian ini mempunyai tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengajaran
mengenai pembuatan tepung mocaf dan penggunaannya sebagai bahan dasar pengganti
tepung terigu dalam pembuatan mie sehingga dapat membantu ibu-ibu di Desa Jaya Sakti
dalam memenuhi kebutuhan mereka membuat mie dari tepung mocaf dengan harapan hasil
produk dapat dijual sehingga dapat menambah income bagi keluarga mereka.
Khalayak sasaran adalah Ibu-ibu PKK dan warga sekitar Desa Jaya Sakti. Pelatihan
ini di laksanakan dalam satu kali pertemuan, Pertemuan dilakukan di rumah Kepala Desa
Jaya Sakti Muaragembong Bekasi
Pertemuan diawali dengan pembukaan kemudian memberikan materi dan praktek
pembuatan tepung mocaf, dan pembuatan mie dari tepung mocaf. Untuk bahan dasar mie
tepung mocaf digunakan yang telah siap pakai.
Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour), adalah produk tepung dari ubi kayu/singkong
yang diperoses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu dengan cara fermentasi.
Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik pada tepung yang dihasilkan,
yaitu naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarutkan.
Mikroba juga menghasilkan asam-asam organic, terutama asam laktat yang akan
terimbibisi dalam tepung, dan ketika tepung itu diolah akan menghasilkan aroma dan citra
rasa khas, yang dapat menutupi aroma dan citra rasa ubi kayu yang cenderung tidak
menyenangkan konsumen. Tekstur dan warna tepung mocaf ini lebih halus dan lebih putih
dari tepung terigu.
Untuk pengembangan lebih lanjut, maka tepung mocaf diaplikasikan untuk
membuat mie, selain nilai jualnya lebih baik lagi karena menghasilkan produk yang lain
dan langsung bisa di konsumsi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
59
Dari hasil kegiatan pengabdian ini terlihat antusias dari para peserta, karena mereka
senang mendapatkan pengetahuan baru yang dapat mereka praktekkan di rumah masingmasing.
Kata Kunci : tepung mocaf, mie
I. PENDAHULUAN
Tepung Mocaf adalah tepung yang
dihasilkan dari singkong atau ketela pohon,
rekayasa modifikasi tepung cassava (singkong)
dengan teknik fermentasi bertujuan menghasilkan tepung yang dapat meminimalkan sifat
kurang suka.
Umbi
singkong
merupakan sumber
energi yang kaya karbohidrat namun sangat
rendah protein. Sumber protein yang bagus
justru terdapat pada daun singkong karena
mengandung asam amino metionin. Selain
umbi akar singkong banyak mengandung
glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya
sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung
pada kandungan racun glukosida yang dapat
membentuk asam sianida.Umumnya daging
umbi singkong berwarna putih atau kekuning –
kuningan, untuk rasanya manis menghasilkan
paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi
akar yang masih segar dan 50 kali lebih banyak
pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis
singkong yang pahit, proses pemasakan sangat
diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya.
Tanaman singkong memiliki akar serabut
dan pada akarnya ini biasanya terdapat bagian
yang mengalami pembesaran bagian inilah
yang merupakan tempat menyimpan cadangan
makanan. Cadangan makanan yang disimpan
sebagian besar berupa zat tepung oleh karena
itu akar atau umbi singkong banyak di
konsumsi bahkan di beberapa daerah dijadikan
makanan pokok pengganti nasi.
Singkong banyak digunakan pada
berbagai macam penganan, mulai dari kripik,
kudapan, sayuran hingga tape. Bahkan bisa
juga dibuat tepung singkong yaitu tepung
tapioka yang dapat digunakan untuk mengganti
tepung gandum, tepung ini baik untuk pengidap
alergi.
60
Usaha penganekaragaman pangan sangat
penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi
masalah ketergantungan pada satu bahan
pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah
serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai
bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan
tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut
berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan
lainya. Hal ini sesuai dengan program
pemerintah khususnya dalam mengatasi
masalah kebutuhan bahan pangan, terutama
non-beras. Ubi kayu atau singkong merupakan
salah satu bahan makanan sumber karbohidrat
(sumber energi).
Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram
bahan)
KOMPONEN
KADAR
II.
Kalori
146,00 kal
Air
Phosphor
62,50 gram
40,00 mg
Karbohidrat
34,00 gram
Kalsium
33,00 mg
Vitamin C
30,00 mg
Protein
1,20 gram
Besi
0,70 mg
Lemak
0,30 gram
Vitamin B1
0,06 mg
Berat dapat dimakan
75,00
BAHAN DAN METODE
A. Kerangka Pemecahan Masalah
Mie sudah menjadi makanan yang
popular di Indonesia. Pembuatan mie juga tidak
terlalu sukar bisa dilakukan sendiri di rumahrumah. Mie yang dibuat dapat digunakan untuk
resep bakso dan mie ayam, yang merupakan
masakan amat popular di Indonesia
Melalui
kegiatan
pengabdian
masyarakat ini, peserta akan dipandu
bagaimana cara membuat tepung mocaf dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
mie dari tepung mocaf, mulai dari mengenal
bahan, alat dan cara membuatnya, perkenalan
ini bertujuan agar ibu PKK yang masih pemula,
karena disusun dengan langkah yang mudah
dipahami. Serta dipilih jenis pembuatan mie
yang sederhana dengan bahan tepung mocaf
yang sudah siap pakai.
Kebanyakan ibu-ibu di desa Jaya Sakti
membuka warung kecil untuk tambahan
pemasukan keluarga. Sehingga pengetahuan
pembuatan mie dari tepug mocaf dapat
membantu ibu-ibu memproduksi mie sendiri di
rumah dan dapat menjualnya sebagai kuliner
mie bakso dan mie ayam.
Memberikan pelatihan bagi ibu-ibu
PKK di Desa Jaya Sakti dengan cara
pendekatan secara internal dan external . Secara
internal adalah rangsangan yang datang dari
dalam diri seorang seperti keinginan hasrat dan
motivasi untuk maju. Sedangkan eksternal
adalah rangsangan yang datangnya dari luar diri
seseorang seperti ajakan untuk kegiatan
pembuatan mie dari tepung mocaf.
B. Reliasasi Pemecahan Masalah
Reliasasi pemecahan masalah ini
dilakukan dengan mengadakan pelatihan
sehingga peserta dapat membuat mie dari
mocaf sekaligus mampu membuat tepung
mocaf untuk dijadikan bahan baku dalam
pembuatan mie dan merancang harga jual dari
produk yang dihasilkan.
C. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dalam pelatihan ini
adalah sebanyak 20 orang dari sosial ekonomi
rendah dan kader PKK Desa Jaya Sakti
D. Metode yang Digunakan
Mengingat jenis kegiatan ini adalah
praktek dan eksperimen maka metode yang
digunakan adalah :
30 % teori berupa ceramah
70 % berupa demo dan praktek langsung
tentang pembuatan tepung mocaf dan mie
dari tepung mocaf dengan pengawasan dan
penjelasan langsung dari Tim Pelaksana
Pelatihan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Tepung Mocaf
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Kunci rahasia pembuatan terletak pada proses
fermentasi yang menyebabkan tepung mocaf
memiliki tekstur yang berbeda dengan tepung
singkong biasa. Perbedaan tepung mocaf dengan
tepung singkong dan tepung gaplek terletak pada
proses pengolahannya. Tepung singkong atau
tepung cassava dibuat dari singkong yang dikupas,
dipotong-potong menjadi chips, dikeringkan,
kemudian ditepungkan. Tepung gaplek dibuat dari
singkong yang dibuat gaplek terlebih dahulu,
kemudian ditepungkan. Sementara itu, tepung mocaf
dibuat dibuat dengan cara singkong dipotong-potong
menjadi chips, kemudian difermentasikan dahulu,
dikeringkan, kemudian digiling.
Karakteristik tepung singkong dan tepung
gaplek hampir sama. Kedua tepung itu memiliki
aroma khas singkong yaitu agak apek. Warna tepung
singkong lebih putih dibandingkan tepung gaplek,
tetapi tepung singkong memiliki aroma khas
singkong lebih kuat. Tepung singkong dan tepung
gaplek kurang disukai oleh masyarakat karena
warnanya yang kurang putih dan aroma
singkongnya yang begitu kuat. Sementara itu,
tepung mocaf berwarna lebih putih, dan aroma khas
singkong lebih sedikit.
Tepung mocaf memiliki kandungan nutrisi
yang berbeda dari tepung terigu. Perbedaan
kandungan nutrisi yang mendasar adalah tepung
mocaf tidak mengandung zat guleten-zat yang hanya
ada pada terigu, yang menetukan kekenyalan
makanan. Tepung mocaf berbahan baku singkong
memiliki sedikit protein, tepung mocaf lebih kaya
karbohidrat dan memiliki glasi yang lebih rendah
dibandingkan tepung terigu. Dibandingkan dengan
tepung singkong biasa tepung mocaf memiliki
karakter derajat viskositas (daya rekat), kemampuan
gelasi daya rehidrasi, dan kemudian melarut
yang lebih baik.
Perbandingan
komposisi
tepung terigu versus tepung mocaf
kimiawi
NO
Komponen
Mocaf
Terigu
1
2
3
4
5
6
Kadar air
Kadar protein
Kadar abu
Kadar pati
Kadar serat
Kadar lemak
6,9%
1,2%
0,4%
87,3%
3,4%
0,4%
12%
8-13%
1,3%
60-68%
2-2,5%
1,5-2%
Pada
tepung
mocaf
dengan
pengeringan yang optima, kadar air mencapai
6,9%, sedangkan pada tepung terigu mencapai
12%. Kadar air yang lebih rendah menyebakan
tepung ini lebih tahan terhadap pertumbuhan
jamur yang dapat menyebakan kerusakan
61
produk. Tepung mocaf memiliki umur simpan
yang lebih lama dibandingkan terigu.
Saat ini teknik fermentasi yang
digunakan untuk menghasilkan tepung mocaf
umumnya menggunakan bakteri asam laktat
dan enzimatis. Berbagai bakteri asam laktat
telah diuji coba dan digunakan untuk
memproduksi tepung mocaf. Bakteri ini aman
untuk proses pengolahan pangan dan mampu
menghasilkan produk tepung mocaf dengan
kualitas yang cukup baik. Bakteri asam laktat
memiliki kemampuan mengubah berbagai
senyawa yang terdapat pada media menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga
memberi flavor dan aroma yang lebih baik pada
makanan (Marrug,1991). Bakteri ini memiliki
pertumbuhan optimal pada suhu 30-370.
Berikut ini cara pembuatan tepung mocaf :
Persiapan Alat :
1. Timbangan
Kap.
1000gr
untuk
menimbang bahan di bawah 1000 gr
2. Kompor gas/minyak tanah
3. Corong plastik untuk memasukkan air
kelapa
4. Saringan
5. Panci stainless kap. 30 liter untuk
mendidihkan/ merebus bahan.
6. Kertas Koran ukuran 7x7 cm, diginakan
untuk menutup bola pada saat inkubasi
7. Botol untuk media padam saat inkubasi
8. Gelas ukur plastic kapasitas 1 liter, alat
ukur volume
9. Sikat botol plastic untuk membersihkan
botol
10. Karet gelang untuk mengikat Koran
penutup botol
11. Pengaduk kayu untuk mengaduk air
kelapa
B. Prosedur Kerja Pengembangbiakan
Bibit Acetobacter xylinum
1. Saring terlebih dahulu air kelapa,
masukkan ke dalam panci ukuran 20 ltr.
2. Rebus
sampai
mendidih
dengan
menggunakan kompor atau tungku.
Buang busa pada permukaan air kelapa
selama proses perebusan.
3. Masukkan gula 200gr, ZA 60 gr,Cuka 90
ml.
4. Seterilkan corong dan gelas takar yang
akan digunaka untuk menuangkan ke
62
dalam botol. Seterilisasi dengan cara
merebus dalam air mendidih kurang
lebih 10 menit.
5. Siapkan botol, Koran penutup botol, karet
gelang yang sudah dijemur terlebih
dahulu.
6. Tuangkan media air kelapa tersebut ke
dalam botol dengan menggunakan gelas
takar hingga kurang lebih 520 ml.
7. Kemudian, segera tutup botol tersebut
dengan menggunakan Koran. Untuk
mengencanngkannya gunakan karet
gelang. Usahakan menutup botol
denngan Koran jangan ada yang
renggang atau tidak tertutup rapt karena
jika
mulut
botol
basah
akan
terkontaminasi.
8. Setelah dingin kira-kira 7 jam, tambahkan
cairan bibit dan kultur murni kurang lebih
100 ml ke media dalam botol. Bibit
Acetobacter yang digunakan adalah bibit
yang berkualitas, umur tidak lebih dari 10
hari dan tidak terkontaminasi bakteri atau
jamur lain.
9. Tutup kembali dengan Koran dan ikat
dengan karet gelang. Selanjutnya
simpanndalam ruangan yang tidak
terkena matahari langsung tidak terkena
goncangan, dan suhu ruang 28-320 C.
Setelah diinkubasi selama 6 hari, bibit
tersebut dapat digunakan untuk fermentasi
bahan baku singkong yang telah dipotongpotong menjadi chips. Bibit yang akan
digunakan disortasi terlebih dahulu. Gunakan
bibit yang baik, tidak terkontaminasi. Kriteria
bibit yang baik adalah terbentuknya lapisan
tipis nata pada permukaan cairan, tidak terdapat
jamur, umurnya tidak lebih dari 10 hari.
C. Langkah Kerja Pembuatan Tepung
Mocaf
Setelah menyiapkan bibit Acetobacter
xylinum sesuai dengan kebutuhan tingkat
produksi yang direncanakan, langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat dan bahan baku
singkong.
Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan antara lain:
1. Pisau untuk mengupas kulit
singkong dan memotong singkong
menjadi slice
2. Drum plastic 120 lt
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
3. Ember untuk menampung rajangan
chips singkong atau menampung
tepung
4. Gayung
5. Tampah/terpal untuk penjemuran
6. Mesin penepung untuk menggiling
chips singkong yang telah kering
7. Timbangan
8. Mesin slicing/pemotong
Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Singkong
2. Bibit Acetobacter xylinum
3. Air
Proses Produksi
Setelah alat dan bahan disiapkan, proses
produksi tepung mocaf dapat dimulai, Alur
pembuatan tepung mocaf adalah sebagai
berikut:
1. Sortasi dan penimbangan
Sebelum singkong diproses, sortasi
terlebih dahulu dilakikan pemisahan
singkong yang rusak dan tidak
memenuhi setandar mutu, kemudian
dilakukan penimbangan agar dapat
diketahui berat kotor dan berat bersih
sehingga total produk jadi dapat
dianalisis dan dapat dihitung tingkat
kegagalannya.
2. Pengupasan
Pengupasan kulit singkong dapat
dilakukan dengan menggunakan pisau.
Singkong yang telah dikupas sebaiknya
ditampung di dalam bak atau ember yang
berisi air sehingga tidak menimbulkan
warna
kecokelatan
sekaligus
menghilangkan asan sianida (HCN).
3. Pencucian
Setelah di kupas singkong di cuci dengan
air bersih, Hindari penggunaan air yang
mengandung kaporit atau terkontaminasi
bahan kimia. Penggunaan air yang
mengandung
kaporit
menyebabkan
pertumbuhan
bakteri
fermentasi
terhambat.
4. Slicing/chiping (pemotongan)
Singkong yang telah dicuci bersih
kemudian dipotong tipis-tipis berbentuk
chips berukuran kurang lebih 0.2-0.3 cm.
Pemotongan bisa dilakukan secara
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
manual dengan menggunakan pisau atau
dengan menggunkan mesin slicing.
5. Fermentasi/Perendaman
Proses fementasi chips singkong
dilakukan dengan menggunaka drum
plastic yang diisi air, kemudian
dilarutkan bakteri Acetobacter cylinum
10-20 % dari volume chips dan air.
Perendaman dilakukan sehingga seluruh
chips tertutup air. Fermentasi dilakukan
selama kurang lebih 2-3 hari (minimum
30 jam).
6. Pencucian
Setelah proses fermentasi selesai
dilakukan pencucian kembali untuk
menghilangkan sifat asam pada chips
singkong hingga tidak berasa dan tidak
berbau. Kemudian chips ditiriskan
dengan menggunakan penjemur yang
terbuat dari anyaman bamboo/tampah,
dengan plat seng dengan ukuran 120 cm
x 60 cm, atau dapat menggunakan terpal.
Penjemuran dengan menggunkan terpal
lebih praktis, terutama jika hujan,
sedangkan penjemuran dengan menggunakan nampan dan plat lebih cepat
kering.
7. Pengeringan/Penjemuran
Pengeringan bisa dilakukan dengan
menggunakan energy matahari. Jika
Panas matahari normal maka penjemuran
dapat dilakukan minimal 3 hari.
Penjemuran
dengan
menggunakan
energy matahari ini diperlukan lahan
yang datar, luas, lapang dan tidak
terhalang oleh pepohonan. Jika kita
menginginkan kapasitas produksi besar
tetapi tidak bergantung pada pengeringan energy matahari, maka pengeringan
bisa dilakukan dengan mesin pengering
yang lebih cepat dan besar.
8. Penepungan
Setelah chips benar-benar kering hingga
mencapai kadar air maksimal 13%,
selanjutnya dilakukan proses penggilingan dengan menggunakan mesin
penepung.
9. Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk menghasilkan tepung mocaf yang lembut.
Pengayakan dapat dilakukan secara
manual menggunakan saringan atau
dengan menggunakan mesin sehingga
63
kapasitasnya lebih besar dan waktu yang
digunkan lebih singkat dengan mesh 60100. Untuk mendapatkan tepung mocaf
yang harus gunakan saringan/ayakan
dengan kerapatan yang tinggi. Tepung
yang halus menentukan mutu produk.
10. Pengemasan
Seteleh singkong menjadi produk tepung,
langkah selanjutnya adalah dikemas
sesuai ukuran yang kita kehendaki. Jenis
kemasan disesuaikan dengan pasar
tujuan. Kemasan plastic umumnya
digunakan untuk prooduk eceran,
kemasan karung umunya ditujukan ke
industry atau pedagang besar.
Untuk menghasilkan produk tepung
mocaf sesuai standar mutu yang diinginkan dan
aman untuk dikonsumsi, proses produksi harus
dikerjakan sesuai standar operasional yang
tepat. Ketidak disiplinan dalam melaksanakan
standar operasional yang ditetapkan dapat
mengakibat-kan risiko penurunan kwalitas,
biaya produksi yang meningkat, produk cacat
atau bahaya keamanan pangan. Setiap elemen
yang terlibat dlam proses produksi khususnya
harus melaksanakan sesuai standar operasi
yang ditetapkan.
Mutu produk mocaf yang ingin dicapai
adalah produk dengan karakteristik aroma tidak
berbau singkong; warna putih; tidak terdapat
kontaminasi berupa material fisik, bahan kimia;
kadar air tidak melebihi standar, yaitu
maksimal 13%; tidak berasa asam; tekstur
lembut. Tidak tercapainya standar mutu yang
ditetapkan mengakibatkan penurunan harga jual
yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
laba atau bahkan kerugian.
Sebagai contoh pengeringan yang tidak
sempurna sehingga kadar air masih tinggi
memiliki resiko terkontaminasi jamur.
D. Pengertian Mie
Mie adalah jenis makanan yang paling
popular di negeri ini, dari anak-anak sampai
orang dewasa sangat menyukainya. Mie juga
salah satu jenis makanan yang popular di
daratan Asia khususnya di Asia Timur dan Asia
Tenggara. Menurut catatan tua yang merekam
bahwa mie pertama kali dibuat saat jaman
Dinasti Han di China sekitar 4000 tahun yang
lalu dengan adanya penemuan mie tertua yang
berumur 4000 tahun di daratan China pada
tahun 2005.
64
Penemuan ini membuktikan bahwa
penduduk China modern adalah yang pertama
yang membuat mie. Mie berkembang dan
menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan
Negara-negara di Asia Tenggara bahkan
meluas sampai ke benua Eropa. Menurut
sejarah Mie mulai dikenal di Eropa setelah
Marcopolo berkunjung ke China pada abad ke13 dan membawa oleh-oleh mie. Namun pada
perkembangannya di Eropa Mie berubah
menjadi Pasta.
Dalam budaya China, mie adalah symbol
kehidupan yang panjang, mie sering dsajikan
pada acara ulang tahun dan saat tahun baru
China sebagai lambang umur panjang.
Di Jepang, mie dimasukkan kedalam
tradisi upacara minum teh dan membuat mie
dianggap sebagi seni tersendiri di Negara
tersebut.Mie bahkan menjadi lebih penting di
Jepang setelah Perang Dunia II, ketika
kekurangan makanan hanya mie yang tersedia.
E. Jenis Mie
Ada beberapa jenis mie yang terkenaal di
Asia, bentuknya bisa berbentuk tipis, pipih,
tebal atau bulat, terbuat dari gandum atau beras,
setiap jenis mie memiliki sejarah tersendiri
dalam dunia kuliner di negaranya.
1. La Mian Mie
Mie tertua yang pernah di temukan
menyerupai mie Mie La Mian modern
di China. La Mian secra harfiah berarti
“mie tarik”. Mie ini dibuat secara
manual dengan tangan dan berbahan
dasar gandum.
Caranya adonan diplintir dan ditarik
samapi panjang yang kemudian
dipotong tipis-tipis. Mie disajikan
dengan soup dan kentang goreng.
2. Mie Ramen
Orang menyebutnya mie kriting China
dijual dalam kondisi kering dalam
kemasan mie instan. Sangat cocok
diolah sebagai mie goreng ataua mie
kuah.
3. Chellophane noodles
Kita mengenalnya dengan sebutan Suun.
Suun dibuat dari campuran tepung
kentang dan tepung kacang hijau. Mie
jenis ini sangat lunak teksturnya cocok
untuk olahan soup, sun goreng atau
untuk isi pastel. Suun dijual dalam
bentuk kering, untuk penggunaannya
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
4.
5.
6.
7.
rendam terlebih dahulu dalam air panas
sampai lembut dan sun siapp diolah
menjadi berbagai masakan.
Mie Telur
Terbuat dari tepung terigu jenis hard
wheat dan diperkaya dengan telur.
Biasanya dijual dalam kondisi kering
berbentuk bulat maupun pipih.
Hokkien Noodles
Sering disebut denngan mie Hongkong.
Bentuknya seperti mie telur bulat dan
halus. Biasanya dibuat dalam bentuk
basah dalam kemasan kedap udara. Mie
ini sangat cocok utnuk dibuat mie rebus
atau mie goreng
Rice Stik Noodle
Dikenal dengan sebutan Kwetiau. Mie
ini dibuat dari tepung beras dan air.
Dipasaran dapat kita jumpai dalam
bentuk kering dan basah. Kwetiau dapat
dibuat kuah dan goreng.
Somen noodles
Mie ini berasal dari Jepang, terbuat dari
tepung gandum dan minyak. Teksturnya
sangata lembut dan gurih. Dijual dalam
bentuk kering rupanya menyerupai lidi
dan sangat rapuh. Cocok untuk masakan
Jepang yang berkuah.
8. Soba noodles
Terkenal denga sebutan mie Jepang,
bentuknya hamper sama dengan mie
Somen namun warnanya keabu-abuan
atau hijau tua ( mengandung sari the
hijau). Dijual dalam bentuk kering,
dihidangkan dalam bentuk mie kuah.
9. Rice Vermicelli
Di kenal di Indonesia sebagai bihun.
Bihun terbuat dari tepung beras,
warnanya putih bersih dan teksturnya
sangat lembut. Mie ini sangat mudah
matang jadi tidak perlu direbus,
direndam dengan air panas sudah cukup.
Biasanya dijual dalam kemasan plastic
cocok untuk isi soup daan bihun goreng.
10. Mie Shoa
Sejenis mie asal China. Terbuat dari
tepung beras, mie ini berwarna putih
terang dan sangat mudah matang dapat
digunakan di dalam soup atau sebagai
makanan camilan sebagai miesoa
goreng.
11. Wonton
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Dikenal dengan sebutan kulit pangsit.
Dijual dalam bentuk basah dalam
kemasan plastik. Biasanya diolah
dengan beragam isi, baik itu di kukus
maupun digoreng.
F. Mie dari tepung Mocaf
Pada kesempatan ini Singkong dapat
dimanfaatkan menjadi beragam jenis makanan
olahan. Diantaranya adalah untuk membuat
mie. Singkong adalah salah satu tanaman
pangan yang cukup potensial di Indonesia
sebagai sumber karbohidrat, yang produksinya
belum optimal karena kurang ekonomis.
Karena itu perlu dikembangkan suatu
produk pangan baru berbasis singkong untuk
meningkatkan
nilai ekonomis singkong
sebagai salah satu alternative pengganti terigu
dan upaya desirvikasi pangan.
Mocaf adalah produk turunan dari
singkong dengan prinsip modifikasi singkong
secara fermentasi, produk turunan ini
menyumbang
sedikit
protein
sehingga
diperlukan bahan sumber protein untuk
meningkatkan kandungan protein pada mie.
Produk mie yang terbuat dari tepung ini
hasilnya sama dengan mie yang terbuat dari
tepung terigu biasa.
Hasil pembuatan mie ini dapat digunakan
sebagai pelengkap pada mie bakso dan mie
ayam dan juga dpat dibuat dengan berbagai
resep lainnya
Setelah pembuatan tepung mocaf,
pelatihan dilanjutkan kepada proses aplikasi
tepung mocaf kedalam pembuatan mie sebagai
berikut :
MIE
Untuk 420 gram
Bahan :
100 gr Tepung mocaf
100 gr Tepung terigu protein tinggi
¼ sdt Garam
¼ sdt CMC (pengikat dari pati2an)
¼ sdt Natrium karbonat (pengenyal mie dan
melenturkan mie)
68 ml Air
Secukupnya Minyak goreng
Alat :
65
-
Markatto (alat pencetak dan pemotong
mie)
Baskom /wadah plastic
Panci
Kompor
Ayakan
Timbangan
Cara Membuat :
Ø Campurkan tepung terigu protein tinggi,
mocaf, garam, CMC, dan Natrium karbonat
dalam wadah plastik.
Ø Tambahkan air, aduk rata lalu gumpalkan.
Ø Giling adonan dengan gilingan mie dari
ukuran terbesar sampai ukuran no.2 tiap
ukuran gilingan, digiling 2-3 kali sampai
licin.
Ø Potong-potong menggunakan gilingan mie.
Ø Rebus dalam air mendidih hingga matang,
lalu angkat kemudian lumuri minyak
goreng, aduk rata dan mie siap untuk diolah.
Tips Dalam Membuat Mie
1. Sebelum digiling, diamkan adonan selama
15 menit agar adonan tidak mudah putus
(kenyal) Masukkan hasil mie yang telah
digiling ke dalam plastik, agar warna tidak
cepat berubah.
2. Ciri mie yang baik adalah kenyal, warna
mie rata, tidak mudah lembek bila di rebus
dan rasa mie yang lembut.
3. Cara-cara terbaik untuk mengawetkan mie
yaitu dikukus, dikukus lalu digoreng,
dijemur, dikukus lalu dijemur.
4. Perebusan Mie : Membuat mie dengan
tepung terigu protein rendah memerlukan
waktu perebusan yang lebih singkat
dibandingkan dengan mie yang dibuat
dengan menggunakan tepung terigu
protein tinggi. Mie yang dibuat dengan
tepung terigu berprotein rendah akan cepat
lembek bila direbus agak lama.
5. Pemberian
Natrium
karbonat
Apakah berbeda pemberian Natrium
karbonat dalam pembuatan mie bila
menggunakan tepung terigu protein rendah
dengan yang berprotein tinggi? Jelas
berbeda, pemberian Natrium karbonat
akan lebih banyak pada tepung terigu
berprotein rendah bila dibandingkan
dengan tepung terigu berprotein tinggi.
6. Telur juga dapat ditambahkan ke dalam
adonan mie sehingga citarasa mie menjadi
66
lebih gurih dan warnanya menjadi lebih
kuning.
7. Tutup selalu adonan mie dengan plastik
atau lap lembab supaya mie tidak kering
dan putus saat digiling.
Kandungan Gizi
Kandungan gizi ideal 1 porsi karbohidarat =
175 kkal
Kandungan gizi bahan :
Tepung terigu = Berat bahan yang digunakan x
175 kkal
Berat bahan 1 porsi = 100 x 175 kal = 700 kkal
25 Mocaf
= Berat bahan yang digunakan x
363 kkal
Berat bahan 1 porsi
= 100 x 363 kal = 363 kkal + 100
Total kandungan gizi bahan = 1063 kkal
Takaran saji ideal = 420 gram
= 420 gram
= 70 gram
IV. KESIMPULAN
Setelah
dilakukan
pelatihan
keterampilan pembuatan tepung mocaf serta
pengaplikasiannya ke dalam pembuatan mie
mocaf, maka peserta yang terdiri dari ibu-ibu
dan remaja putri Desa Jaya Sakti memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam membuat
tepung mocaf dan mie mocaf. Pelatihan
berjalan dengan lancar dan peserta antusias
dalam mengikuti proses pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. (1996).
"Linamarin - The Toxic Compound of
Cassava". Journal of Venomous
Animals and Toxins (online) 2 (1), 612; ISSN 0104-7930
Faridah, Ani dkk. Patiseri Jilid 2 untuk SMK.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah
Kejuruan,
Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan
Menengah,
Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Tepung
Singkong Dalam: Paket Industri
Pangan. Bogor : Pusat Pengembangan
Teknologi Pangan. IPB,1989.
Tri Radiyati dan Agusto, W.M. Tepung
tapioka. Subang : BPTTG Puslitbang
Fisika Terapan – LIPI, 1990.
Mengolah Singkong menjadi Tepung Mocaf,
Bisnis Produk Alternatif Pengganti
Terigu, Emil Salim, Lily Publisher,
2011
Karuniasemesta.wordpress.com/2012/09/01/84
4/Epetani.deptan.go.id/budidaya/teknik
-pengolahan-tepung-mocaf-2897
www.spi.or.id/?p=4731
http://www.apakabardunia.com/2011/09/jenisjenis-mie-dan-sejarahnya-sejak.html
PELATIHAN PEMBUATAN PERMEN DAN JELLY ANTANAN
SEBAGAI SUPLEMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA INGAT
BAGI SANTRI PENGHAFAL AL-QURAN DI PESANTREN SABILA
CITEUREUP BOGOR
Tarma1), Nurlaila A M2), Mulyati3
Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pondok Pesantren Sabila yang berlokasi di Citeureup Kabupaten Bogor merupakan
pondok pesantren untuk penghafal Al Qur’an. Menghafal merupakan salah satu aktivitas
mental yang sangat memerlukan kondisi kesehatan yang baik. Menghafal Al Qur’an
memiliki keutamaan dalam ajaran Islam. Untuk meningkatkan kemampuan hafalan,
diperlukan asupan makanan yang dapat meningkatkan daya ingat, di antaranya ialah
antanan. Atas dasar itu dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul
“Pelatihan Pembuatan Permen dan Jelly Antanan Sebagai Suplemen untuk Meningkatkan
Kemampuan Daya Ingat Bagi Santri Penghafal Al Qur’an di Pesantren Sabila Citeureup
Bogor”. Kegiatan dari mulai persiapan, pelaskanaan dan evaluasi dilaksanakan selama tiga
bulan terhitung mulai Juli s.d September 2015. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at,
tanggal 11 September 2015 bertempat di aula Pondok Pesantren Sabilia Citeurup Bogor,
diikuti oleh 20 orang santri. Materi pelatihan mencakup pengenalan tanaman antanan,
teori dan praktik membuat permen jelly antanan serta proses pengemasan permen jelly
antanan. Hasil pelatihan diketahui bahwa peserta pelatiha menguasai materi pelatihan yang
telah disampaikan.
Kata Kunci : permen jelly antanan, daya ingat, penghafal Al Qur’an
I. PENDAHULUAN
Bagi umat Islam, penghafal Al Qur’an
memiliki keistimewaan. Rasulullah SAW
bersabda: “Penghafal Al Qur’an akan datang
pada hari kiamat , kemudian Al Qur’an akan
berkata, ‘wahai Tuhanku pakaikanlah pakaian
untuknya,’ Kemudian orang itu dipakaikan
mahkota karomah (kehormatan) Al Qur’an
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
kembali
meminta,
‘Wahai
Tuhanku
tabahkanlah,’ Lalu orang itu dipakaikan jubah
karomah. Kemudian Al Qur’an memohon lagi,
‘Wahai Tuhanku, ridailah dia,’ Allah SWT pun
meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang
itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajatderajat surga). Allah SWT menambahkan bdari
setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat
67
dan kebaikan” (H.R. Baihaqi). Hadits lainnya
menyebutkan bahwa: “Orang yang tidak
mempunyai hafalan Al Qur’an sedikitpun
adalah seperti rumah kumuh dan mau runtuh”.
Berdasarkan dua hadist tersebut diketahui
betapa mulianya para penghafal Al Qur’an.
Pesantren Sabila yang berlokasi di Perum
Griya Anggraini Blok C8 No. 15 Citeureup
Kabupaten Bogor merupakan salah satu
wahana bagi para penghafal Al Qur’an.
Pesantren ini merupakan pesantren tahfidz,
yaitu jenis pesantren yang menekankan pada
penguasaan hafalan Al Qur’an oleh para
santrinya. Di pesantren tersebut, para penghafal
Al Qur’an adalah anak dan remaja yang
seluruhnya anak yatim.
Kegiatan menghafal Al Qur’an tidaklah
mudah. Memerlukan upaya yang serius dan
rutin. Diperlukan kerja keras dari santri dalam
menghafal ayat demi ayat AL Qur’an. Hafalan
pun harus dicek kebenaran dan ketepatan
bacaannya melalui kegiatan tasmi Qur’an.
Setiap hari dituntut untuk melakukan
muroja’ah sebagai bentuk laporan kemajuan
hafalan Al Qur’an yang telah dikuasainya.
Menghafal quran membutuhkan kemampuan otak santri yang prima. Untuk
mendapatkan kemampuan otak santri yang
prima, diperlukan daya dukung yang ada di
pesantren. Santri penghafal Al Qur’an perlu
dijaga konsentrasinya, dikondisikan untuk
selalu tenang dan khusyu, serta diperlukan
asupan gizi yang baik.
Pesantren Sabila merupakan pesantren
yang belum lama berdiri. Masih terdapat
kekurangan atau masalah yang harus dicari
solusinya. Di antara permasalahan yang ada
yaitu belum adanya asrama yang representatif,
belum memiliki tenaga penyiapan makanan
yang profesional untuk memastikan asupan gizi
para santri, dan sebagainya.
Untuk mengatasi belum optimalnya
asupan gizi bagi para santri pengahfal Al
Qur’an, perlu diupayakan suplemen makanan
yang baik untuk perkembangan otak santri.
68
Banyak sekali jenis bahan makanan yang baik
untuk meningkatkan daya ingat. Namun
umumnya jenis bahan makanan atau makanan
olahan untuk meningkatkan daya ingat
harganya relatif mahal. Untuk itu, diperlukan
upaya untuk membuat suplemen makanan
untuk meningkatkan daya ingat tetapi dengan
bahan baku yang mudah didapatkan serta
harganya relatif murah. Di antara jenis bahan
makanan yang baik untuk meningkatkan daya
ingat adalah pegagan atau antanan yang dalam
bahasa ilmiahnya dikenal dengan istilah
Centella Asiatica.
Pegagan merupakan tanaman liar yang
biasa hidup di tanah pekarangan. Tanaman
pegagan ini tingginya bisa mencapai 7-10 cm.
Daun tanaman pegagan berbentuk bulat,
batangnya bersifat lunak dan beruas, serta
tumbuh menjalar hingga panjangnya bisa
mencapai satu meter. Tanaman pegagan
memiliki banyak kandungan yang bermanfaat
bagi kesehatan di antaranya triterpenoids,
asiaticoside, thankuniside, isothankuniside,
madecassoside, brahmoside, brahmic acid,
brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol,
centelloside,
carotenoids,
hydrocotylin,
vellarine, dan beberapa macam vitamin yaitu
A, B, E, C, K, serta mengandung nilai nutrisi
yang membantu vitalitas tubuh dan berfungsi
sedatif. Dari kandungan-kandungan yang
dimiliki tersebut, pegagan dapat bermanfaat
untuk menyembuhkan penyakit TBC, reumatik,
demam, susah kencing, wasir bisul, darah
tinggi, liver, gangguan metabolik; mengurangi
kepikunan bagi orang tua atau menambah
memori otak
Sudah banyak olahan antanan yang dijual
di pasaran dalam bentuk teh maupun kapsul
ekstrak antanan. Namun rasanya tidak terlalu
enak dikonsumsi dalam teh kapsul. Terlebih
lagi bagi santri penghafal Al Qur’an di
Pesantren Sabila yang seluruhnya adalah usia
SMP yang menyukai jenis makanan yang
rasanya enak. Untuk itu, diperlukan pembuatan
jenis makanan terbuat dari antanan yang enak
dan disukai oleh anak usia SMP. Salah satu
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
jenis makanan yang disukai oleh anak usia
SMP adalah makanan yang berbentuk jelly atau
atau permen. Dalam pengabdian ini yang akan
dibuat adalah jelly dan permen antanan.
Selain diperlukan pembuatan produk,
santri juga perlu diberikan keterampilan
bagaimana membuat sendiri jelly dan permen
antanan. Sehingga nantinya para santri dapat
secara mandiri membuat jelly dan permen
antanan juga untuk dikonsumni oleh mereka
sendiri. Atas dasar itu, dipandang perlu untuk
melakukan pelatihan pembuatan jelly dan
permen antanan sebagai wujud kegiatan
pengabdian masyarakat.
Berdasarkan pada analisis situasi di atas,
permasalahan yang terjadi di Pondok Pesantren
Sabila yang dirumuskan yaitu belum adanya
suplemen untuk meningkatkan kemampuan
daya ingat para santri dalam menghafal Al
Qur’an. Kemudian pertanyaan yang diajukan
sebagai basis pengabdian masyarakat ini ialah:
“Bagaimana dampak pelatihan pembuatan
permen jelly antanan terhadap kemampuang
mengingat hafalan Al Qur’an pada santri di
Pondok Pesantren Sabila Citeureup Kabupaten
Bogor”.
Sasaran
dari
kegiatan
Pelatihan
Pembuatan Jelly dan Permen Antanan ini
adalah 20 orang santri dan pengelola
(khususnya bagian konsumsi) di Pesantren
Sabila Citeureup Kabupaten Bogor. Adapun
target yang hendak dicapai yaitu Santri dan
pegelola Pesantren Sabila memiliki:
1) pengetahuan yang memadai tentang
kandungan yang terdapat dalam
tanaman antanan;
2) pengetahuan yang memadai tentang
manfaat tanaman antanan untuk
meningkatkan daya ingat;
3) keterampilan membuat permen jelly
antanan, dimulai dari pemilihan dan
penyiapan bahan, proses pembuatan
dan penyajian; dan
4) keterampilan membuat kemasan
untuk produk jelly dan permen
antanan.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Setelah pelaksanaan Pelatihan Pembuatan
Jelly dan Permen Antanan ini, luaran yang
diharapkan yaitu:
1) produk permen dan jelly antanan yang
siap saji dalam bentuk kemasan yang
dapat disimpan dalam waktu maksimal
dua minggu; dan
2) keterampilan santri dan pengelola
dalam membuat permen dan jelly
antanan.
II. METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian masyarakat ini
dilaksanakan dengan tujuan:
1) meningkatkan pengetahuan kepada
santri dan pengelola Pondok Pesantren
Sabila tentang kandungan tanaman
pegagan;
2) meningkatkan pengetahuan kepada
santri dan pengelola Pondok Pesantren
Sabila tentang manfaat tanaman
pegagan bagi kesehatan;
3) meningkatkan keterampilan dalam
membuat permen jelly antanan bagi
santri dan pengelola Pondok Pesantren
Sabila; dan
4) memberikan alternatif asupan makanan
yang baik untuk meningkatkan daya
ingat santri di Pondok Pesantren Sabila.
Ada manfaat yang diharapkan diperoleh
melalui kegiatan ini. Di antara manfaat yang
dapat diperoleh yaitu:
1) meningkatnya pengetahuan santri dan
pengelola tentang kandungan dan
manfaat antanan sebagai penunjang
kemampuan menghafal Al Qur’an;
2) meningkatnya keterampilan santri dan
pengelola dalam membuat permen jelly
antanan yang dapat digunakan sebagai
suplemen makanan sebagai penunjang
kemampuan menghafal Al Qur’an; dan
3) berpeluang dijadikan sebagai usaha
sampingan dari Pondok Pesantren
Sabila yang berpotensi mendapatkan
keuntungan finansial.
69
Khalayak sasaran yang strategis dalam
kegiatan Pelatihan Pembuatan Permen Jelly
Antanan ini ialah seluruh santri di Pondok
Pesantre Sabila Citeureup Kabupaten Bogor
yang berjumlah 20 orang dengan rentangan usia
12-15 tahun. Selain santri, sasaran pelatihan ini
juga termasuk pengelola dengan jumlah yang
dilibatkan sebanyak 5 orang. Pondok Pesantren
terletak di Perum Griya Anggraini Blok C8 No.
15 Citeureup Kabupaten Bogor.
Untuk memecahkan masalah belum
adanya suplemen makanan, maka metode
pendekatan yang dipilih adalah dalam bentuk
pelatihan. Metode ini dipilih santri memiliki
keterampilan yang bisa diandalkan dan dapat
membuat sendiri jelly dan permen antanan.
Tahapan dan prosedur kerja yang akan
dilaksanakan sebagai berikut.
Pertama, penyusunan konsep pelatihan untuk
mengidentifikasi:
1) standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator hasil pelatihan;
2) materi pelatihan permen jelly antanan;
3) alokasi
waktu
pelatihan
yang
dibutuhkan;
4) metode pelatihan yang akan dilakukan;
dan
5) sumber, media dan alat pelatihan yang
akan digunakan.
Kedua, ujicoba untuk memperoleh formula
yang tepat untuk dilatihkan kepada santri di
Pesantren Sabila dan prototype produk yang
akan dihasilkan sekaligus sebagai contohcontoh dalam proses pelatihan.
Ketiga, penyusunan media dan hand out untuk
mendapatkan :
1) media pembelajaran yang akan
digunakan dalam bentuk power point,
media nyata (produk), foto, dsb; dan
2) hand out materi pelatihan yang akan
diberikan kepada peserta.
Keempat, persiapan pelaksanaan yang untuk :
1) menyiapkan bahan dan alat pelatihan;
2) terkoordinasikan
dengan
pihak
pesantren untuk persiapan tempat,
70
peserta dan hal teknis lain yang
dibutuhkan untuk pelatihan;
3) penggandaan hand out; dan
4) persiapan transportasi dan distribusi
logistic pelatihan.
Kelima,
pelaksanaan
pelatihan
untuk
memastikan bahwa:
1) peserta pelatihan dapat mengetahui dan
memahami kandungan dalam tanaman
antanan;
2) peserta dapat mengetahui manfaat
tanaman antanan terutama untuk
meningkatkan daya ingat; dan
3) peserta pelatihan dapat membuat jeli
permen antanan.
Keenam, evaluasi pelatihan untuk memperoleh
informasi tentang kualitas proses dan hasil
pelatihan. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan
Juli sampai dengan September 2015.
III. PELAKSANAAN DAN HASIL
KEGIATAN
Pelaksanaan
kegiatan
pengabdian
masyarakat dengan judul : “Pelatihan
Pembuatan Permen dan Jelly Antanan Sebagai
Suplemen Untuk Meningkatkan Kemampuan
Daya Ingat Bagi Santri Penghafal Al-Quran di
Pesantren Sabila Citeureup Bogor” dilakukan
dalam beberapa tahapan dari mulai persiapan,
pelaksanaan sampai evaluasi hasil pelatihan.
Setiap tahapan pelaksanaan kegiatan pelatiha
diuraikan sebagai berikut.
A. Penyusunan Konsep Pelatihan
Tahapan pertama yang dilakukan ialah
penyusunan konsep pelatihan yang akan
dilaksanakan. Hasil tahapan penyusunan
konsep pelatihan sebagai berikut:
Pertama, teridentifikasi standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator hasil pelatihan
sebagai berikut :
1) standar kompetensi yang mencakup:
(a) memahami
pemanfaatan
tanaman antanan dalam bentuk
permen jelly untuk meningkatka
daya ingat, dan
(b) membuat permen jelly antanan
berbahan dasar antanan untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
meningkatkan kemampuan daya
ingat;
2) kompetensi dasar yang mencakup:
(a) memahami klasifikasi antanan;
(b) memahami morfologi antanan,
(c) memahami kandungan aktif
pegagan,
(d) memahami efek bilogi dan efek
farmakologi pegagan,
(e) memahami komponen pegagan
yang
berkhasiat
dalam
peningkatan regenerasi memori,
(f) memahami penggunaan antanan
di masyarakat, dan
(g) membuat permen jelly antanan
untk meningkatkan daya ingat;
dan
3) indikator hasil pelatihan yang terdiri
dari :
(a) peserta pelatihan dapat menjelaskan klasifikasi antanan,
(b) peserta pelatihan dapat menjelaskan morfologi antanan,
(c) peserta
pelatihan
dapat
menguraikan kandungan aktif
pegagan,
(d) peserta pelatihan dapat menjelaskan efek bilogi dan efek
farmakologi pegagan,
(e) peserta pelatihan dapat menjelaskan komponen pegagan yang
berkhasiat dalam peningkatan
regenerasi memori,
(f) peserta
pelatihan
dapat
menjelaskan
penggunaan
antanan di masyarakat,
(g) peserta pelatihan dapat memproduksi permen jelly antanan untuk
meningkatkan daya ingat,
(h) teridentifikasi materi pelatihan
permen jelly antanan.
Kedua, mengidentifikasi materi pelatihan yang
dibutuhkan untuk disampaikan kepada peserta
pelatihan yaitu :
a) pengenalan tanaman antanan /
pegagan yang mencakup klasifikasi
antanan, morfologi antanan, kandungan
aktif pegagan, efek bilogi dan efek
farmakologi
pegagan,
komponen
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
pegagan yang berkhasiat dalam
peningkatan regenerasi memori, dan
penggunaan antanan di masyarakat,
dan
b) cara membuat membuat permen jelly
antanan yang mencakup materi
persiapan alat dan bahan, proses
produksi, dan pengemasan.
Ketiga, mengidentifikasi alokasi waktu
pelatihan yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil
analisis diketahui alokasi waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini
selama enam jam pelatihan, di mana setiap jam
pelatihan terdiri dari 60 menit. Sehingga total
waktu yang dibutuhkan selama 360 menit.
Keempat, mengidentifikasi metode pelatihan
yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil kajian,
metode pelatihan yang tepat digunakan yaitu
ceramah, tanya jawab, tutorial, dan praktik
membuat permen jelly antanan.
Kelima, mengidentifikasi sumber, media dan
alat pelatihan yang akan digunakan.
Berdasarkan hasil kajian, sumber belajar yang
tepat digunakan ialah naras umber yang ahli di
bidang tata boga, yaitu Dra. Nurlaila A. M.,
M.Kes dan Mulyati, S.Pd., M.Si. Media
pembelajaran yang digunakan ialah slide
presentasi berupa powerpoint dan produk
permen jelly antanan (sampel). Alat pelatihan
yang digunakan yaitu laptop, LCD Projector,
alat dan bahan pembuatan permen jelly
antanan.
B. Uji Coba
Sebelum dilaksanakan pelatihan, terlebih
dahulu perlu dilakukan ujicoba pembuatan
permen jelly antanan. Ujicoba dilakukan agar
pada saat pelatihan tidak terjadi gagal produksi,
serta dapat mengantisipasi segala kemungkinan
yang terjadi selama proses pembuatan permen
jelly antanan. Ujicoba pembuatan juba
bertujuan untuk mendapatkan sampel produk
yang akan tunjukkan kepada peserta pelatihan.
Selain itu, ujicoba juga digunakan sebagai
bagian dari proses pembuatan media
71
pembelajaran berupa foto untuk setiap tahapan
pembuatan permen jelly antanan. Kegiatan
ujicoba dilakukan selama bulan Agustus 2015.
Tahapan ujicoba yang dilakukan sebagai
berikut :
1) tanaman antanan dicuci sampai
bersih sehingga tidak ada kotoran;
2) potong tanaman antanan yang telah
dicuci bersih menjadi bagian-bagian
kecil. Pemotongan ini dilakukan agar
tanaman mudah saat diblender;
3) lakukan
penghalusan
tanaman
antanan dengan cara diblender,
pastikan bahwa hasil blender benarbenar halus sehingga saripati dari
antanan dapat keluar;
4) masukkan
potongan
tanaman
antanan ke dalam blender, kemudian
masukkan air, lalu blender sampai
halus;
5) untuk mendapatkan ekstrak, pegagan
yang telah dihaluskan kemudian
diperas sampai keluar sari-sarinya,
untuk ampasnya dibuang;
6) tahapan
selanjutnya
ialah
memasukkan air sebanyak 300 ml,
dan ekstrak pegagan sebanyak 200
ml ke dalam panic, kemudian
masukkan gula 800 gram dan empat
bungkus agar-agar. Masak dengan
api sedang sambal diaduk-aduk
sampai mendidih;
7) setelah mendidih, masukkan ke
dalam cetakan yang telah disediakan,
kemudian diamkan selama satu jam,
Setelah satu jam, masukkan ke dalam
freezer selama 1 jam;
8) potong-poong cetakan permen jelly
antanan dengan ukuran 1 cm x 1 cm
x 1 cm, kemudian jemur selama tiga
hari di bawah terik matahari sampai
keluar kristal-kristal gulanya;
9) setelah selesai proses penjemuran,
permen jelly antanan telah jadi dan
siap untu dikems sesuai dengan
kemasan yang diinginkan, bisa
72
dalam bentuk kemasan plastic, toples
atau jar;
10) Setelah permen jelly antanan jadi,
tahapan selanjutnya ialah perancangan dan
pembuatan kemasan permen jelly antanan.
Untuk pembuatan langkah-langkah yang telah
dilaksanakan diuraikan sebagai berikut.
Pertama, proses desain label kemasan plastik.
Untuk penjualan produk permen jelly antanan
diperlukan kemasan yang menarik bagi
konsumen. Maka dari ditu dibuat desain dengan
bentuk dan kombinasi warna yang menarik bagi
anak usia sekolah.
Kedua, proses desain label kemasan jar.
Kemasan jar juga dibuat sebagai variasi bentuk
kemasan yang dapat digunakan oleh para santri.
Gunakan desain label kemasan yang telah
dicetak pada permen jelly antanan kemasan
plastik dan jar.
C. Penyusunan Media dan Hand Out
Untuk mendukung efektivitas kegiatan
pelatihan pembuatan permen jelly antanan,
diperlukan media pembelajaran dan hand out
yang akan dibagikan kepada peserta pelatihan.
Media pembelajaran yang digunakan berupa
slide power point, foto, produk permen jelly
antanan, hand out untuk peserta pelatihan.
Penyusunan media pembelajaran dan hand out
dilakukan pada bulan Agustus 2015. Media
pembelajaran dalam bentuk slide powerpoint
terlampir.
D. Persiapan Pelaksanaan
Agar kegiatan pelatihan berjalan dengan
lancar, terlebih dahulu perlu dilakukan
persiapan yang baik. Kegiatan persiapan
dilakukan pada bulan Agustus dan awal
September sebelum tanggal 11. Hal-hal yang
dipersiapkan antara lain: (1) bahan dan alat
pelatihan; (2) koordinasi dengan pihak
pesantren untuk persiapan tempat, peserta dan
hal teknis lain yang dibutuhkan untuk
pelatihan; (3) penggandaan hand out materi
pelatihan; (4) persiapan transportasi, dan (5)
distribusi logistik pelatihan.
E. Pelaksanaan Pelatihan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Pelaksanaan
kegiatan
pelatihan
dilakukan pada tanggal 11 September 2015
bertempat di Aula Prondok Pesantren Sabilia
Citeureup Kabupaten Bogor. Pelatihan dimulai
pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00
WIB. Acara pelatihan dimulai dengan
sambutan pimpinan Ponpes Sabilia, sambutan
ketua tim pengabdian masyarakat (Tarma,
S.Pd., M.Pd) dan dilanjutkan dengan materi
(teori) serta praktik pembuatan permen jelly
antanan. Pelaksanaan kegiatan dihadiri oleh
pimpinan dan pengasuh Ponpes Sabilia, 3 orang
dosen pelaksana kegiatan, 20 orang santri
sebagai peserta pelatihan. Kegiatan pelatihan
berjalan lancer dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
F. Evaluasi Pelatihan
Untuk mengetahui dan meastikan bahwa
kegiatan telah mencapai tujuan yang
diharapkan maka diperlukan adanya evaluasi.
Evaluasi dilakulan berdasarkan kinerja yang
ditunjukkan oleh peserta pelatihan serta
pandangan peserta pelatihan tentang proses
pelatihan yang telah dilaksanakan. Secara
umum diketahui bahwa peserta pelatihan telah
menguasai materi pelatihan.
Berdasarkan pelaksanaan “Pelatihan
Pembuatan Permen dan Jelly Antanan Sebagai
Suplemen Untuk Meningkatkan Kemampuan
Daya Ingat Bagi Santri Penghafal Al-Quran di
Pesantren Sabila Citeureup Bogor” yang telah
dilaksanakan pada tanggal 11 September 2015,
diperoleh hasil sebagai berikut:
(1) peserta pelatihan dapat menjelaskan
klasifikasi antanan;
(2) Peserta pelatihan dapat menjelaskan
morfologi antanan;
(3) Peserta pelatihan dapat menguraikan
kandungan aktif pegagan;
(4) Peserta pelatihan dapat menjelaskan
efek bilogi dan efek farmakologi
pegagan;
(5) Peserta pelatihan dapat menjelaskan
komponen pegagan yang berkhasiat
dalam
peningkatan
regenerasi
memori;
(6) Peserta pelatihan dapat menjelaskan
penggunaan antanan di masyarakat;
(7) Peserta pelatihan dapat memproduksi
permen
jelly
antanan
untuk
meningkatkan daya ingat.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Setelah selesainya kegiatan pengabdian
masyarakat berupa pelatihan pembuatan
permen jelly antanan sebagai supplement untuk
meningkatkan daya ingat bagi satri penghafal
Al Quran di Pesantren Sabilia Citeureup
Kabupaten Bogor, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, yaitu:
1. Kegiatan berjalan efektif dan efisien sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Setiap tahapan kegiatan dari mulai
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi berjalan
sesuai rencana yang telah ditetapkan.
3. Peserta
pelatihan
dapat
menguasai
sepenuhnya materi pelatihan yang telah
diajarkan dan dilatihkan.
4. Pimpinan Ponpes Sabilia menanggapi positif
pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dan
mengharapkan
kegiatan
pelatihan
selanjutnya.
Berdasarkan proses yang dijalani selama
kegiatan pengabdian masyarakat ini, ada
beberapa hal yang perlu direkomendasikan,
yaitu :
1. Bagi Pesantren Sabilia, diharapkan dapat
mendayagunakan
dan
memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan para santri
dalam membuat permen jelly antanan
setelah kegiatan pelatihan selesai. Serta
dapat melakukan proses produksi baik untuk
memenuhi kebutuhan para santri sendiri
atau untuk dijual ke masyarakat luas.
2. Bagi LPM, diharapkan kegiatan pengabdian
masyarakat terus dilaksanakan pada tahuntahun selanjutnya dengan biaya yang lebih
besar agar lebih banyak manfaat yang dapat
diberikan kepada masyarakat
73
Download