Mal tosa Amilum Uji/Bahan Glukosa Molish Kel. 6 + Kel. 5 + + + + + Bennedict + + – + Kel. 4 – Kel. 5 – Selliwanof Barfoed – + Lugol – Biuret Suk rosa Lak Tos a Fruk tosa – Terigu – Mocaf Susu Skim – Kel 6. + Kel. 5 + – – – – – – – + + Kel. 4 + Kel. 3 + – – + Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Karbohidrat dan Protein 1. Uji Molish Gambar 1.1 sampel fruktosa, laktosa mocaf sebelum penambahan larutan molish Gambar 1.2 sampel susu skim, amilum, glukosa setelah penambahan larutan molish Gambar 1.3 sampel glukosa, sukrosa, susu skim sebelum dihomogenkan Gambar 1.4 sampel susu skim, sukrosa, glukosa sebelum penambahan larutan molish Uji milosh dilakukan untuk mengetahui semua jenis karbohidrat seperti monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Reaksi positif uji ini yaitu munculnya cincin berwarna ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Menurut Widyastuti (2013) Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat sehingga membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Uji Molish adalah uji umum untuk semua karbohidrat. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentose menghasilkan senyawa fulfural (Riaydi, 2009) Sampel yang dilakukan uji molish yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, amilum, mocaf dan susu skim. Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, amilum dan susu skim menunjukan hasil yang positif terhadap uji molish yang ditandai dengan adanya cincin berwarna ungu pada permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Hal tersebut sangat wajar karena semua sampel tersebut merupakan jenis karbohidrat yang termasuk dalam monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Sedangkan pada sampel mocaf menunjukkan hasil yang negatif pada saat dilakukan pengujian molish dengan tidak adanya cincin yang berwarna ungu. Mocaf (Modified cassava flour) adalah produk tepung dari ubi kayu atau singkong yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut. Secara umum proses pembuatan mocaf meliputi tahaptahap penimbangan, pengupasan, pemotongan, perendaman atau fermentasi dan pengeringan. Karakteristik mocaf diduga dipengaruhi oleh jenis kultur yang ditambahkan saat fermentasi Penambahan kultur juga berpengaruh terhadap lama waktu fermentasi ubi kayu. (Rahayu, 2010 dalam Amanu dan Susanto 2014) Tepung mocaf memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, namun rendah protein hal ini menyebabkan tepung mocaf memiliki kemampuan gelasi, rehidrasi dan viskositas yang lebih rendah dibandingkan tepung terigu, namun masih lebih baik dibandingkan dengan tepung singkong biasa atau tepung gaplek. Tepung terigu juga mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Jenis tepung terigu dibedakan atas kandungan protein yang dimiliki oleh tepung terigu, kandungan protein pada terigu menentukan kandungan gluten. Kualitas protein serta gluten ditentukan oleh kualitas jenis gandum. Protein sangat terkait dengan gluten, dimana gluten sendiri adalah suatu zat yang ada pada tepung terigu, sifatnya zat ini adalah elastis dan kenyal. Semakin tinggi kadar proteinnya maka semakin banyak gluten yang ada pada tepung tersebut, begitu pula sebaliknya. (Rahayu, 2010 dalam Amanu dan Susanto 2014) Seharusnya pada saat dilakukan pengujian tepung mocaf memiliki hasil yang positif dikarenakan tepung mocaf sendiri memiliki kandungan karbohidrat berupa pati. Namun tidak terbentuk cincin berwarna ungu pada saat dilakukan pengujian pada tepung mocaf. Hal tersebut bisa saja terjadi kemungkinan terdapat kesalahan pada saat melakukan pengujian atau kandungan karbohidrat yang ada pada tepung mocaf yang diuji sedikit sehingga tidak terdeteksi pada saat dilakukan pengujian. Hal-hal tersebut dapat saja terjadi yang bisa memungkinkan berbagai hal. Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian dan terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan (Pekik, 2007). Terdapat tiga golongan utama karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida atau gula sederhana adalah karbohidrat yang tidak dapat dihihrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Oligosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen.dintaranya yang paling sederhana adalah disakarida. Polisakarida adalah rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.( Koolman Jan. 1994). 2. Uji Bennedict Gambar 2.1 sampel fruktosa, laktosa terigu sebelum penambahan larutan bennedict Gambar 2.3 sampel amilum, sukrosa mocaf setelah penambahan larutan bennedict Gambar 2.2 sampel fruktosa, laktosa terigu setelah penambahan larutan bennedict Gambar 2.4 sampel amilum, glukosa susu skim setelah penambahan larutan bennedict Uji Benedict merupakan uji terhadap karbohidrat pereduksi. Prinsip kerja uji ini berdasarkan reaksi reduksi Cu2+ (pereaksi benedict) menjadi Cu+ dan mengendap sebagai kupro oksida (Cu2O) melalui pemanasan karbohidrat pereduksi terhadap pereaksi benedict akan terjadi perubahan warna dari biru, hijau, kuning, kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida bila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Warna merah merupakan sebagai tanda positif adanya karbohidrat pereduksi (Sumardjo, 2009). Pada uji benedict, bahan yang mengandung gula pereduksi menunjukkan warna merah bata sedangkan yang tidak mengandung gula pereduksi akan tetap berwarna biru ketika dipanaskan. (Widyastuti, 2013) Uji Bennedict merupakan uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi keton. Sampel yang dilakukan uji bennedict yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, amilum, terigu, mocaf dan susu skim. Sampel glukosa, fruktosa dan laktosa menunjukkan hasil yang positif terhadap uji bennedict yang ditandai dengan adanya endapan merah bata. Hal tersebut sangat wajar karena glukosa dan fruktosa termasuk ke dalam monosakarida. Dan laktosa termasuk ke dalam gula pereduksi. Sedangkan sampel sukrosa, amilum, terigu, mocaf dan susu skim menunjukkan hasil yang negatif pada saat pengujian dengan tidak adanya endapan berwarna merah bata. Hal tersebut juga wajar terjadi. Sampel sukrosa negatif karena merupakan jenis karbohidrat disakarida sehingga tidak termasuk dalam monosakarida maupun gula pereduksi. Sampel amilum, terigu dan mocaf negatif karena merupakan jenis karbohidrat polisakarida sehingga tidak termasuk dalam monosakarida maupun gula pereduksi. Namun sampel susu skim mengandung karbohidrat laktosa yang seharusnya masuk ke dalam golongan gula pereduksi. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan jumlahnya yang sedikit sehingga tidak terdeteksi ataupun terdapat kesalahan pada saat melakukan pengujian. Pada saat pengujian, sampel glukosa memiliki paling banyak endapan yang dihasilkan dikarenakan glukosa merupakan langsung monosakarida sehingga tidak perlu berubah. Sedangkan sampel laktosa lebih sedikit endapan dikarenakan laktosa termasuk ke dalam disakarida dimana harus mengalami perubahan sehingga menghasilkan endapan yang sedikit. 3. Uji Seliwanof Gambar 3.1 sampel glukosa, maltosa, terigu sebelum dihomogenkan Gambar 3.2 sampel terigu, maltosa glukosa sebelum penambahan larutan seliwanof Uji Seliwanof digunakan untuk membedakan karbohidrat yang diuji termasuk ke dalam kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida, sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah ceri. (Anonim, 2014) Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak muncul warna merah pada larutan. Namun apabila pemanasan tidak sesuai dengan prosedur (lebih dari 5 menit), gula aldosa terkadang akan menghasilkan warna merah muda. Sedangkan sukrosa (gabungan antara fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan warna merah ceri karena adanya fruktosa di dalamnya. (Anonim, 2014) Uji ini ditemukan oleh ahli kimia Rusia bernama Theodore Seliwanoff pada tahun 1887. Tes ini populer digunakan dalam menguji karbohidrat secara kualitatif, untuk mengetahui jenis gula yang diuji termasuk ketosa atau aldosa. Apabila memberikan hasil positif berarti gula yang diuji merupakan atau mengandung ketosa, sedangkan apabila memberikan hasil negatif berarti gula yang diuji merupakan aldosa. Aldosa dan ketosa merupakan monosakarida (gula sederhana) yang dibedakan berdasarkan gugus yang dimilikinya. Suatu monosakarida dikatakan aldosa apabila memiliki gugus aldehida, dan dikatakan ketosa apabila memiliki gugus keton. Aldehida dan keton sama-sama terdiri atas ikatan rangkap C=O. Pada aldehida ikatan C=O memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya, sedangkan keton ikatan C=O memiliki dua gugus hidrokarbon (C-H-O) yang terikat padanya. (Anonim, 2014) Sampel yang dilakukan uji Seliwanof yaitu glukosa, maltosa dan terigu. Pada saat pengujian, sampel glukosa, maltosa dan terigu memberikan hasil yang negatif dengan tidak adanya perubahan warna menjadi merah dikarenakan kemungkinan ketiga sampel tersebut termasuk ke dalam kategori aldosa. Karena jika sampel mengandung ketosa maka akan positif jika dilakukan uji seliwanof yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah. Monosakarida yang termasuk aldosa antara lain: erithrosa, threosa, ribosa, arabinosa, xilosa, glukosa, manosa, dan galaktosa. Sedangkan monosakarida yang termasuk ketosa antara lain: erithrulosa, ribulosa, fruktosa, psikosa, dan sedoheptulosa. (Anonim, 2014) Daftar Pustaka Amanu, Febri Nuron dan Susanto, Wahono Hadi. 2014. Pembuatan Tepung Mocaf Di Madura (Kajian Varietas Dan Lokasi Penanaman) Terhadap Mutu Dan Rendemen Mocaf. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. FTP Universitas Brawijaya Malang. Anonim. 2014. Uji seliwanoff. Info Pendidikan dan Biologi. [Online]. Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 dari http://www.edubio.info/2014/04/uji-seliwanoff.html Koolman Jan. Klaus HR. 1994. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Penerjemah: Wanandi SI Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari: Color Atlas Of Biochemistry. Pekik, Djoko. 2001. Panduan Gizi Lengkap dan Olahragawan. Yogyakarta : Cv Andi Offset Riyadi, W. 2009. Uji Kualitatif Karbohidrat. [Online]. Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 dari http://wahyuriyadi.blogspot, 27 September 2010. Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. EGC. Widyastuti, Erika. 2013. Uji Karbohidrat dan Protein. Food Science and Technology Department. [Online]. Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 dari https://endrikawidyastuti.files.wordpress.com/2013/02/kuantitatif-karbo-danprotein.pdf