BERITA TERKINI Dialisat Periotenal dengan Kandungan L-Carnitine Memperbaiki Sensitivitas Insulin pada Pasien CAPD L -carnitine merupakan sebuah senyawa penting yang terlibat dalam transfer asam lemak rantai-panjang aktif melintasi membran mitokondria maupun dalam modulasi rasio asil koenzim A/ koenzim A bebas di berbagai kompartemen intraseluler. Proses-proses ini akan mengaktifkan beberapa fungsi metabolik dan seluler, dan suplementasi L-carnitine terbukti mampu menurunkan resistansi insulin serta memperbaiki metabolisme lipid, tropisme otot, dan reologi eritrosit. Karena itu, L-carnitine boleh jadi lebih dianggap sebagai obat bersyarat (conditional drug) ketimbang vitamin bersyarat (conditional vitamin). Beberapa studi menyelidiki efek suplementasi L-carnitine pada pasien dialisis. Kebanyakan studi dilakukan pada pasien hemodialisis, dengan simpulan yang kontroversial: hasil positif terbantahkan dengan temuan berupa efek minimal atau bahkan tanpa efek sama sekali. Hasil-hasil tersebut, lebih lanjut, sering kali mengalami bias karena kecilnya jumlah subjek, tidak adanya kelompok kontrol, perbedaan data biokimiawi yang diukur, dan tidak adanya evaluasi kepatuhan pasien dan absorpsi obat di usus. Di samping itu, hingga saat ini masih belum jelas seberapa kadar carnitine plasma yang adekuat sebagai patokan target suplementasi carnitine pada pasien dialisis. Pada dialisis peritoneal, sejumlah publikasi ilmiah juga menunjukkan hasil yang kontroversial. Beberapa ilmuwan menemukan adanya penurunan apolipoprotein B tanpa perubahan kadar kolesterol, trigliserida, asam lemak bebas, fosfolipid, dan apolipoprotein A setelah pemberian L-carnitine oral dosis tinggi dalam jangka pendek kepada pasien dewasa atau, lebih sering, anak. Namun, sebagian ilmuwan tidak menjumpai efek positif apa pun. Studi in vitro memperlihatkan bahwa larutan dialisis peritoneal yang mengandung L-carnitine menyebabkan kerusakan pada sel mesotelial dan endotelial lebih sedikit ketimbang larutan dialisis yang mengandung glukosa saja. Lebih mutakhir, L-carnitine telah digunakan sebagai agen osmotik dalam larutan dialisis eksperimental untuk manusia; dalam hal ini, ultrafiltrasi peritoneal sebanding dengan ultrafiltrasi yang diinduksi oleh larutan glukosa. Dalam dialisis peritoneal, konsentrasi glukosa yang tinggi dari cairan dialisis berkontribusi atas beberapa kelainan metabolik, termasuk resistansi insulin. Belum lama ini, telah dilangsungkan sebuah penelitian guna mengevaluasi efikasi larutan dialisis peritoneal dengan tambahan kandungan L-carnitine untuk memperbaiki sensitivitas insulin. Penelitian berdesain multicenter parallel randomized controlled trial ini mengikutsertakan pasien-pasien uremik nondiabetik pengguna CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) dari 8 pusat dialisis peritoneal. Secara acak, pasien menjalani dialisis peritoneal pertukaran diurnal dengan larutan standar berbasisglukosa (1,5% atau 2,5% sesuai kebutuhan pasien) atau larutan berbasis-glukosa (kandungan glukosa sama persis) yang diperkaya dengan L-carnitine (0,1%, berat/ volume; 2 g/kantong) selama 4 bulan. Pertukaran nokturnal dengan icodextrin tidak mengalami perubahan. Sebanyak 35 pasien dialokasikan secara acak ke dalam kedua kelompok perlakuan di atas, 27 di antaranya (larutan standar, n=12; larutan eksperimental, n=15) dianalisis. Efek samping tidak dikaitkan dengan terapi. Laju infus glukosa pada kelompok L-carnitine meningkat dari 3,8 ± 2,0 (SD [standard deviation]) mg/kg/ mnt pada baseline menjadi 5,0 ± 2,2 mg/kg/ mnt pada hari ke-120 (p=0,03), berbanding dengan 4,8 ± 2,4 mg/kg/mnt pada baseline dan 4,7 ± 2,4 mg/kg/mnt pada hari ke-120 pada kelompok kontrol (p=0,8). Perbedaan laju infus glukosa antara kedua kelompok adalah sebesar 1,3 (95%CI 0,02,6) mg/kg/mnt. Pada pasien yang diterapi dengan larutan yang mengandung L-carnitine, volume urin tidak berubah secara bermakna (p=0,1), dibandingkan dengan reduksi diuresis bermakna yang terpantau di kelompok kontrol (p=0,02). Untuk fungsi peritoneal, tidak ada perbedaan teramati selama periode observasi. Sebagai simpulan, meskipun ukuran sampel yang kecil menjadi keterbatasan penelitian ini, penggunaan L-carnitine dalam larutan dialisis berpotensi dijadikan sebagai salah satu pendekatan baru untuk memperbaiki sensitivitas insulin pada pasien nondiabetik pengguna CAPD. (AAM) REFERENSI: 1. Bonomini M, Di Liberato L, Del Rosso G, Stingone A, Marinangeli G, Consoli A, et al. Effect of an L-carnitine-containing peritoneal dialysate on insulin sensitivity in patients treated with CAPD: A 4-month, prospective, multicenter randomized trial. Am J Kidney Dis. 2013 May 28. pii: S0272-6386(13)00783-X. doi: 10.1053/j.ajkd.2013.04.007. [Epub ahead of print]. 2. De Vecchi AF, Arduini A, Di Liberato L, Bonomini M. L-carnitine in peritoneal dialysis. G Ital Nefrol. 2011;28(4):393-400. CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 845