Regimen Rendah Glukosa bagi Pasien Dialisis Peritoneal

advertisement
BERITA TERKINI
Regimen Rendah Glukosa bagi
Pasien Dialisis Peritoneal
T
antangan bagi kemajuan di bidang
dialisis peritoneal mencakup persoalan
infeksi
exit-site/peritonitis
dan
perubahan karakteristik membran yang
dapat meyebabkan kehilangan ultrafiltrasi
(disebut ultrafiltration failure). Perubahan
membran peritoneum terutama disebabkan
oleh pajanan jangka panjang cairan yang
mengandung glukosa hipertonus dan produk
degradasinya (glucose degradation products/
GDP). Selain itu, kadar pH yang asam juga
berpengaruh terhadap kerusakan membran
peritoneum.
Suatu studi observasional menemukan bahwa
penggunaan cairan dengan konsentrasi glukosa
lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan
transport solut dan penurunan ultrafiltrasi
dibandingkan pasien yang menggunakan
cairan dengan konsentrasi glukosa lebih
rendah (1,36%), yang artinya terjadi perubahan
morfologi membran peritoneum.
Strategi mengurangi pajanan terhadap
glukosa akan bermanfaat menjaga fungsi
membran peritoneum dan pada akhirnya
menjaga kapasitas ultrafiltrasi optimal dalam
jangka waktu yang lebih lama. Penggunaan
cairan dialisat yang lebih fisiologis dalam
hal pH dan kadar GDP yang lebih rendah
(icodextrin / asam amino), terlihat mengurangi
kerusakan morfologi membran peritoneum
pada studi pre-klinik. Penggunaan icodextrin
akan mengurangi pajanan glukosa pada
pasien dialisis peritoneal. Terlebih pada
kondisi peritonitis, pasien yang sebelumnya
menggunakan Dianeal, sementara dapat
dialihkan menggunakan Extraneal (icodextrin)
untuk mempertahankan kapasitas ultrafiltasi
dan mencegah absorpsi glukosa yang lebih
tinggi terjadi pada kondisi peritonitis.
Pajanan glukosa yang lebih rendah dengan
icodextrin akan bermanfaat mengurangi
peningkatan berat badan dan akumulasi
lemak jaringan. Beberapa manfaat metabolik
lainnya juga pernah dilaporkan, seperti:
• Profil lipid yang lebih baik.
• Perbaikan resistensi insulin selama
mendapat icodextrin dan perbaikan kontrol
glukosa pada pasien diabetes (terpantau dari
kadar HbA1C dan kadar gula puasa).
Ket : garis merah : cairan berbasis glukosa; garis biru : icodextrin. + p<0,01
Ket : * p<0,05; keterangan lain idem
Namun penggunaan icodextrin pun memiliki
beberapa permasalahan. Salah satunya adalah
peningkatan glucose polymer breakdown
products yang berhubungan dengan sedikit
peningkatan konsentrasi sodium serum.
Namun setelah pemberian icodextrin selesai,
kadar zat tersebut secara cepat kembali
normal. Selain itu, pernah ada studi yang
melaporkan hubungan penggunaan icodextrin
dengan peningkatan risiko terjadinya
encapsulating peritoneal sclerosis (EPS). Namun
hubungan kausalnya perlu diklarifikasi
lebih lanjut. Meskipun ada beberapa efek
samping penggunaan icodextrin, namun
beberapa publikasi dalam beberapa tahun
terakhir menunjukkan peningkatan technique
dan patient survival pada pasien dialisis
peritoneal yang menggunakan icodextrin
(annual mortality rate pada pasien yang
menggunakan icodextrin vs glukosa : 6,6% vs
13,5%; p<0,0001). (HSD)
REFERENSI:
1.
ter Wee PM. Clinical benefits of low-glucose peritoneal dialysis fluid regimens.European Nephrology.2012;6(1):48-52.
2.
Davies SJ, et al.Peritoneal glucose exposure and changes in membrane solute transport with time on peritoneal dialysis.J Am Soc Nephrol.2001;12:1046-51.
230
CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013
Download