How to have succesfull PD program : preventive infection Dr Atma Gunawan SpPD.KGH PROPORSI PASIEN 2015 Adekuasi pasien CAPD RSSA Malang (n=68) Klirens urea (wKT/V) : 1,84 ± 0,56 liter/minggu Klirens kreatinin (wCCr) : 61,51 ± 23,69 liter/minggu/m2 Standar NKF/K- DOQI : wKT/V ≥ 1.7 liter/minggu wCCr ≥ 60 liter/minggu/m2 MAPPING Pasien CAPD DI INDONESIA 70 46 64 41 22 Palembang 34 19 65 23 5 7 19 7 25 330 106 146 29 189 74 106 Malang : 269 10 10 Data per Januari 2016 Diagnosis peritonitis pada PD Minimal 2 dari kriteria di bawah ini : • Adanya organisme pada pewarnaan Gram atau kultur dari dari cairan PD • Cairan keruh (hitung lekosit > 100 sel dengan > 50% polymorphonuclear cells) • Tanda2 peradangan peritonium (nyeri,nyeri tekan lepas) Cairan Dialisis Cairan Keruh Cairan Jernih Ciri-ciri Infeksi pada Exit Site • Bengkak • Eritema (kemerahan) • Nyeri tekan atau nyeri spontan. • Cairan –purulen atau berdarah (keluar spontan atau setelah penekanan sinus) – Eksudat yang membasahi verband. Rute infeksi pada CAPD Transluminal Periluminal – Pertukaran cairan – Infeksi Exit site – Mengganti transfer set – Infeksi pada tunnel – Injeksi obat2an – Kontaminasi udara – Kerusakan PD systems – Kecelakaan saat mengganti – Cairan PD terinfeksi – Water borne infection Rute Infeksi Pada CAPD Endogen • Transcolonic migration of bacteria • Intra-abdominal infected viscera • Female genital tract Other routes ? lymphatics Rute Infeksi Pada Pasien CAPD Upaya Mengurangi Faktor Risiko Infeksi Renal Society of Australasia Journal November 2014 Vol.10 No.3 • Infeksi berkurang apabila preoperative dilakukan : antibiotik profilaksis, penggunaan laxative, arah tunnel exite site ke lateral dan bawah. • Imobilisasi dan fiksasi kateter akan mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi trauma • Kassa penutup harus kering dan diganti 1x/minggu, selama fase penyembuhan luka, kecuali jika terjadi perdarahan, infeksi atau basah. • Perawatan kronis pada exit site dimulai begitu luka operasi kering. Biasanya setelah 2 minggu Kateter CAPD Kateter CAPD • Pemberian polyhexanyde pada exite site akan mengurangi risiko infeksi • Mupirocin dan Gentamicin zalf juga efektif mencegah infeksi S. aureus Faktor Pasien • Pelatihan bilas CAPD < 1 jam/hari berhubungan dengan tingginya insiden peritonitis dibanding dengan lama latihan 1-2 jam/hari (p = 0.03) dan >2 jam/hari (p=0.02) • Pasien yang mendapat kumulatif pelatihan > 15 jam mempunyai insidensi peritonitis yang lebih rendah dibanding yang menjalani < 15 jam ( resiko 0.26 per tahun vs 0.32 per tahun, p=0.01) • Pelatihan dalam waktu < 10 hari setelah insersi CAPD berhubungan dengan resiko peritonitis yang tinggi (0.32 per tahun), dibandingkan dengan pelatihan sebelum insersi CAPD (0.28 per tahun) atau > 10 hari setelah insersi (0.23 per tahun) • Pusat CAPD yang berpengalaman mempunyai resiko lebih rendah terjadinya peritonitis pertama kali ( p=0.003) Faktor Pasien • • • • • • • • Obesitas, merokok, depresi Konstipasi Hipokalemia, hipoalbuminemia Defisiensi Vitamin D Perpindahan dari HD ke PD Terapi imunosupressan Diverkulitis Diabetes, penyakit paru kronis, fungsi ginjal yang rendah, usia ekstrim Pencegahan Infeksi Pada Peritoneal Dialisis Penurunan Resiko Infeksi yang Disebabkan Insersi Kateter • • • • Posisi tunnel : lateral downward Menghindari trauma dari kateter Antibiotik profilaksis Pre atau perioperative nasal pemberian intranasal mupirocin Prevention of infectious complications in peritoneal dialysis: best demonstrated practices Kidney International (2006) 70, S44–S54. culture, Pencegahan Peritonitis • Perawatan exit-site dengan profilaksis Gentamicin • Cuci tangan dengan benar • Terapi agresif bila infeksi exit site, kalau perlu reposisi kateter. • Antibiotik profilaksis bila kebocoran exit site dan bila kateter bocor Prevention of infectious complications in peritoneal dialysis: best demonstrated practices Kidney International (2006) 70, S44–S54. Pencegahan Peritonitis dari kontaminasi • • • • • • Pelatihan yang benar dan secara secara periodik Jalankan protokol kontaminasi Flushing sebelum dwelling Hindari kantong yang berkerut atau posisi menekuk Minimalisir koloni Candida Home visite untuk evaluasi lingkungan Prevention of infectious complications in peritoneal dialysis: best demonstrated practices Kidney International (2006) 70, S44–S54. Pencegahan peritonitis dari penyebab lainnya • Pemindahan lokasi insersi kateter pada peritonitis berulang • Profilaksis antibiotik bila dilakukan tindakan ( cabut gigi, kolonoskopi, biopsi) • Mencegah konstipasi Prevention of infectious complications in peritoneal dialysis: best demonstrated practices Kidney International (2006) 70, S44–S54. General Exit Site Care Perawatan Umum Exit Site • Menghindari semua air sumber ( danau, sungai, aliran sungai, mandi di sumber air, sumber air panas, berendam, bak air panas, kolam renang umum ). • Kontak dengan hal-hal tersebut berkaitan dengan peritonitis gram negatif. Center for Disease Control and Prevention General Exit Site Care • • • • • • Mencuci tangan dengan alkohol , menggunakan sarung tangan steril Mengganti kassa penutup secara periodik Memeriksa exit site : kemerahan, bengkak, kebocoran, nyeri Periksa apakah kateter retak Pijat tunnel kateter , adakah bengkak , cairan keluar atau nyeri Setiap mandi, bersihkan kulit disekitar kateter dengan sabun cair antibakteri dan bilas hingga bersih • Keringkan exit site dengan handuk kering • Opsional : tutup dengan antibiotik dan kassa kering • Pastikan posisi kateter aman dan terfiksasi Center for Disease Control and Prevention Infeksi Pada Peritoneal Dialisis di RSSA Penyebab Drop Out (2013) Transfer to other PD units 7% Economic reason 5% Recovery of RF 5% Infection 7% Death 77% Drop Out (2013) • Drop Out (65 pasien ) (26 %) CAPD • Terbagi : < 1 tahun, 1-2 tahun , > 2 tahun Drop Out % 20 15 < 1 year 10 1-2 years 5 >2 years 0 < 1 year 1-2 years >2 years A NATIONWIDE SURVEY IN JAPAN (th 2000) : DO 10% (Perit Dial Int 2003; 23(S2):S175–S177) Infeksi CAPD (2013) 17.65% 10.56% 10.56% Peritonitis 7.04% 5.28% Tunnel 3.52% 3.52% 1.76% JAN FEB MAR APR 3.52% 1.76% MEI 1.76% JUN JUL AGUST 3.52% 1.76% SEP OKT Exit site Pasien CAPD Baru 100 px 152 px 140 130 120 100 80 72 New patient with CAPD 60 40 New Case Peritonitis 22 (16.9%) 28 (38.8%) 20 0 2015 2016 ( until August 2016 ) Data source : CAPD Centre RSSA 2016 Persentasi peritonitis 20 % 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2013 2014 2015 Peritonitis rate (1 kejadian/bulan) 90 80 B 70 U 60 L A 50 N 40 30 20 10 0 2013 2014 2015 Insiden Peritonitis • Selama 2010-2013, – Terdapat 22 kasus peritonitis • Meninggal : 1 pasien • Recovery : 11 pasien ( masih menggunakan CAPD) • Transfer ke Hemodialisis : 10 pasien – Hasil kultur Cairan Peritoneal • Hasil kultur pada 12 pasien • 10 pasien tanpa hasil kultur (45%). Hasil Kultur 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 ISPD : Culture-negative peritonitis should not be greater than 20% of episodes E. Coli Streptococc.sp Mycobacter sp. MSSA Multiorganism Organisme Penyebab Berdasarkan hasil kultur 2016 ( s/d Agustus) 40% 35.70% 35% 30% 25% 25% 20% 17.80% 15% 10% 7.10% 5% 7.10% 3.50% 3.50% Pseudomonas aeruginosa Streptococci 0% Escherichia coli No culture Negative culture Coagulase negative Other Gm negative staphylococci (CoNS) organisms Sumber Data : CAPD Centre RSSA Other Gm positive organisms Peta Kuman Berdasarkan Hasil Kultur 80.00% 73.40% 70.00% 60.00% 50.00% 35% 36.20% 40.00% 28.50% 30.00% 20.00% Gram Positive Gram Negative Negative Culture 14.21% 12.20% 10.00% 0.00% 2015 Sumber Data : CAPD Centre RSSA 2016 ( untill August ) Distribusi Organisme dari Kejadian Peritonitis Proses Sampling • Standar teknik kultur : 5 – 10 mL cairan pada 2 botol kultur (bactec) , 50 ml cairan endapan setelah dilakukan sentrifus • Kirim ke Lab Mikrobiologi : - Pewarnaan Gram - Hitung jenis Sel (50 ml bahan pada tabung steril) [ kuning ] - Kultur dan sensitivitas ( suasana anaerob [oranye] dan aerobic [green top] botol kultur Peta Penggunaan Antibiotik (Sensitif) 70.00% 60.00% No data 59% Gentamicin - Vancomycin Amikacin 50.00% Ciprofloxacin Meropenem 40.00%36.40% Cefepime 30.00% Levofloxacin Ceftazidime 20.00% 10.00% 0.00% 3.57% 4.60% 0 0 0 0 0 2015 3.57% 3.57% 7.14% 10.70% 3.57% 0 2016 ( untill August 2016 ) Sumber Data : CAPD Centre RSSA Outcome Pemasangan Kateter Peritoneal Dialisis dengan Peritoneoskopik vs Laparotomi di RSSA (2005-2016) Kegagalan Teknik Insidensi : 1 episode per 23.29 bulan dengan Peritoneoskopi vs 1 episode per 20.13 bulan dengan Laparatomi Kateter Survival Cumulative Catheter survival 1st year : Peritoneoscopy 68% Laparatomy 68% 2nd year : Peritoneoscopy 68% Laparatomy 52% 3rd year : Peritoneoscopy 35% Laparatomy 15% Insersi kateter dengan Peritoneoskopi memiliki survival lebih baik dibanding dengan Laparotomi Peritonitis Insiden Peritonitis : 1 episode per 41 bulan dengan Peritoneoskopi vs 1 episode per 25 bulan dengan Laparotomi Wassalam