BAB I

advertisement
BAB V
PENJELAJAHAN IDE DAN LITERATUR DALAM PERANCANGAN
5.1. Analogi Musik ke dalam Bentuk Visual
Dalam hubungannya yang saling mendukung satu sama lain, suara (musik)
dan bentuk (arsitektur) dapat dilihat dalam beberapa sudut pandang sebagai
berikut:
a. Bentuk yang menghasilkan suara
Suatu bentuk sengaja dibuat untuk menghasilkan suara tertentu.
Contohnya: alat musik. Skala pembagian fretboard pada gitar
dibentuk untuk menghasilkan tangga nada kromatik. Badannya
sendiri yang terbuat dari kayu berongga untuk memperkuat nada
yang dihasilkan oleh senarnya.
Dalam Vitruvius Program yang diadakan oleh Kathleen
dan Eugene Kupper, 7 para mahasiswa diajak untuk mendalami
cerita tentang pembuat biola yang berasal dari Italia, “hanya hati
yang selaras dengan suara kayu yang dapat menghasilkan suara
dari alat musik ini”. Dengan membuat model dan menggambar
alat musik biola, para mahasiswa diharapkan dapat merasakan
pengalaman yang dirasakan sang pembuat biola ketika membuat,
mengukir dan memahat biola sehingga menghasilkan suara. Dari
sini mereka mendapatkan interpretasi puitik dari ideologi sang
pembuat biola ketika menggubah bentuk.
Contoh ide yang berangkat dari sini adalah karya-karya
skulptural Douglas Hollis dan Bill & Mary Buchen, seperti yang dijelaskan pada
Bab II.
7
Berdasarkan Vitruvius Program, hal. 10, tulisan oleh Elizabeth Martin (1994), Architecture as
Translation of Music
51
Gambar 5.1. Ilustrasi tentang bagaimana karya gubahan bentuk menghasilkan suara.
b. Suara (musik) yang mengilhami bentuk
Musik dan arsitektur berbagi tujuan yang sama dalam hal estetika, namun
memiliki perbedaan wujud. Y-condition yang diusulkan oleh Elizabeth Martin,
Stretto House oleh Steven Holl, Fantasia 2000 oleh Walt Disney merupakan
wujud visual yang diilhami dari musik.
Tesis ini berfokus pada sudut pandang ini. Gubahan bentuk yang
dirancang akan berfokus pada selubung luar bangunan. Sedangkan bagian dalam
bangunan akan mengikuti standar gedung konser pada umumnya.
Gambar 5.2. Ilustrasi tentang bagaimana karya suara / musik menginspirasi gubahan bentuk.
5.2. Penggunaan Metafora sebagai Pembentuk Desain
Metafora merupakan gambaran implisit yang dapat dijadikan penghubung
antara ide dan desain, yang keduanya saling berhubungan timbal-balik, saling
mengisi satu sama lain. Inspirasi ide ini dapat diperoleh dari manapun, seperti:
sejarah, alam, ilmu pengetahuan alam (sains), perkembangan politik, musik, dan
lain-lain.
Oleh karena itu, seperti yang pernah dikatakan oleh Vitruvius, alangkah
baiknya jika seorang arsitek dapat memiliki pengetahuan sejarah yang luas.
52
Vitruvius juga percaya bahwa: “Music... the architect ought to understand so that
he may have knowledge of the canonical and mathematical theory”.
Alasan dipakainya pendekatan metafora adalah karena interpretasi romantik
musik-musik Beethoven analog dengan metafora dalam arsitektur puitik. Studi
banding gedung konser pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa perlu adanya
“cerita lain” dibalik bentuk arsitekturalnya, sehingga seakan-akan gedung itu
sendiri yang bercerita, berpuisi. “Cerita” ini dapat berasal dari mana saja, baik
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan tempat atau sejarah,
tergantung dengan ekspresi yang ingin ditonjolkan (dan yang sesuai secara nilai
tentunya).
Contoh-contoh adanya metafora dalam perkembangan arsitektur antara lain:
-
Arsitektur Klasik, berangkat dari pemikiran bahwa elemen-elemen arsitektural
haruslah tersusun dan terbentuk secara logis: “yang kokoh menopang yang
lebih ringan”, terlihat dari orde-orde kolomnya.
Gambar 5.3. Tiga orde Arsitektur Klasik
(Sumber: Encarta Reference Library)
53
-
Arsitektur Modern, lahir dengan adanya Revolusi Industri. Pendukung
gerakan modern memiliki pemikiran bahwa bentuk arsitektural harusnya lahir
karena fungsi, seperti pada mesin-mesin, mobil, pabrik, yang sedang
berkembang pesat pada Revolusi Industri. Oleh karena itu, bentuk yang paling
efektif dan efisien pemakaiannya adalah bentuk “kotak”.
Walaupun para pendukung arsitektur modern konon menolak adanya
pemakaian metafora, bagaimanapun, bentuk “kotak-kotak kaku” inipun
sebenarnya membawa pesan metafora “modern dan fungsional”.
Gambar 5.4. Seagram Building, salah satu karya Ludwig Mies van der Rohe,
merupakan contoh International Syle, salah satu bentuk
gerakan arsitektur modern.
(Sumber: Encarta Reference Library)
-
Art Nouveau, gerakan seni yang mengambil metafora alam. Walaupun lahir
pada era Revolusi Industri dan gerakan modern serta menggunakan material
modern, Art Nouveau mengembalikan ide “modern” pada bentuk-bentuk
alami seperti bentuk lengkung, “flowery”, bahkan cenderung memiliki elemen
fantasi. Seniman Art Nouveau lebih tertarik dengan arsitektur sebagai bentuk
yang stylish dan ekspresif daripada sebagai bentuk struktural sistematik seperti
yang dihusung oleh modernis.
54
Gambar 5.5. Balzarini House, yang terdapat di Milan, Italy.
Railing pada balkonnya merupakan contoh motif Art Nouveau
(Sumber: Encarta Reference Library)
Sebagai contoh yang lebih spesifik, beberapa bangunan berikut dapat
dijadikan rujukan bagaimana sebuah karya bernilai tinggi dapat berangkat dari
metafor tertentu. Tiga karya pertama merupakan tempat (restoran, kafe) anggur
yang terletak di Rioja Valley, Spanyol, dan bentuk arsitekturalnya terinspirasikan
oleh anggur itu sendiri. Hal ini menujukkan bahwa dengan ide yang sama, desain
yang dihasilkan dapat berbeda-beda.
5.2.1. Bodegas Ysios
Arsitek: Santiago Calatrava
Total site area: 72,000 square meters
Building area: 8,000 square meters
Dengan
lahan
yang
setengahnya adalah perkebunan
anggur
dan
berlatar
pemandangan pegunungan Sierra
de
Cantabria,
Calatrava
menginterpretasikan tempat ini
seperti
tempat
orang
pergi
Gambar 5.6. Bentuk eksterior Ysios
(Sumber: Arcspace.com)
berziarah (perjalanan religius). Oleh karena itu, bentuk ruangnya memiliki
kemiripan dengan bangunan katedral.
Gubahan
bentuk
eksteriornya
merupakan
cerminan
pemandangan
pegunungan yang mendominasi lahan dan dikombinasikan dengan bentuk tong
anggur yang melingkar. Ini terlihat dari komposisi atapnya terbuat dari balok-
55
balok kayu yang disusun secara bergelombang. (Melingkar = Melengkung =
Bergelombang)
Bentuk denah keseluruhannya berupa persegi sederhana, sepanjang sumbu
Timur-Barat, untuk mengakomodasi proses pembuatan anggur.
Gambar 5.7. Bentuk atap Ysios
(Sumber: Arcspace.com)
Gambar 5.8. Bentuk ruang interior Ysios
(Sumber: Arcspace.com)
56
Di bagian tengah bangunan terdapat balkoni tempat para pengunjung
melihat pemandangan kebun anggur.
Gambar 5.9. Ruang interior tengah Ysios
(Sumber: Arcspace.com)
5.2.2. Marques De Riscal “City of Wine”
Arsitek: Frank Gehry
Menurut Frank Gehry, sebuah ‘kuil’ anggur seharusnya merefleksikan
makna dari kesenangan (pleasure) minum anggur. Bentuk lengkung-lengkung
titanium khas Gehry mengakomodasi gagasan ini dengan tepat. Fasilitas selain
restoran, adalah 43-suite hotel dan vinotherapy spa.
Gambar 5.10. Eksterior ” Marques De Riscal”
(Sumber: www.marquesderiscal.com)
57
Delapan teras menyediakan pemandangan perkebunan anggur di
sekitarnya. Selain itu juga terdapat ruang makan dengan pemandangan perumahan
di sekitarnya.
Gambar 5.11. Eksterior ” Marques De Riscal” dan perkebunan anggurnya.
(Sumber: www.marquesderiscal.com)
Gambar 5.12. Tempat makan dengan latar belakang pemandangan
(Sumber: www.marquesderiscal.com)
Gambar 5.13. Bentuk lengkung titanium khas Gehry dengan warna pink, perak dan emas
(Sumber: www.marquesderiscal.com)
58
5.2.3. R. Lopez De Heredia
Arsitek: Zaha Hadid
Bangunan ini berfungsi sebagai paviliun wine-tasting, bagian dari López
de Heredia Winery. Zaha Hadid mengkomposisikan garis “lekuk-lekuk” khasnya
sehingga membentuk sebuah botol (flask) (=botol anggur) dengan ruang di
dalamnya. Kantilever berbentuk L di atasnya menaungi dan merefleksikan bentuk
“botol” tersebut.
Hadid menginterpretasikan wine-tasting – mencicipi anggur – juga berarti
memiliki sensitifitas terhadap keindahan. Bentuk bangunannya pun harus
memiliki citra keindahan tersebut.
Gambar 5.14. Eksterior wine-tasting pavilion R. Lopez De Heredia
(Sumber: Architectural Record, Februari 2007)
Gambar 5.15. Interior pavilion R. Lopez De Heredia (Sumber: Arch Rec., Februari 2007)
59
5.2.4. Notre-Dame-du-Haut, Ronchamp
Arsitek: Le Corbusier
Gambar 5.16. Notre-Dame-du-Haut
(Sumber: Arcspace.com)
Walaupun Corbusier tidak pernah menyebutkan ide yang spesifik tentang
gubahan bentuk eksterior kapel ini, tetapi kita dapat menduga-duga metafora apa
yang melatar-belakanginya. Ada yang menyebutnya seperti tangan orang berdoa,
topi, bebek, atau capit kepiting.
Sesuatu yang pasti bahwa bentuk-bentuk lengkung pada Ronchamp
Chapel melukiskan gubahan puitik, sama seperti nyanyian-nyanyian gereja.
Bentuk tersebut seakan mengajak kita untuk tidak melupakan lansekap tempat kita
berpijak untuk menggapai langit (prinsip yang sama terdapat pada bentuk gerejagereja Eropa yang bentuknya berorientasi ke atas / langit).
5.2.5. Sydney Opera House
Arsitek: Jørn Utzon
Gambar 5.17. Sydney Opera House
(Sumber: Encarta Reference Library)
60
Bentuk atap Sydney Opera House dapat diartikan sebagai metafora dari
bentuk layar kapal, ataupun bentuk ombak, sesuai dengan tempatnya yang berada
di tepi air, walaupun sedikit berbeda dengan desain awalnya karena tuntutan
struktur bangunan. Gambar 5.12. menunjukkan desain akhir yang dibangun
sekarang.
Gambar 5.18. Desain asli Sydney Opera House yang dibayangkan Utzon
(Sumber: Urbanplanet.org)
Gambar 5.19. Model yang menunjukkan bagaimana bentuk proporsi layar terbentuk.
(Sumber: Urbanplanet.org)
Bagaimanapun, impresi orang terhadap bentuk arsitektural tentu berbedabeda. Sydney Opera House dapat dipandang sebagai cangkang kerang, kelopak
bunga, tempurung kura-kura.
61
5.3. Makna Fifth Symphony dan Ide tentang Analogi-Analoginya
Terdapat sejumlah pengaruh luar yang sangat berarti ketika Beethoven
mengkomposisi simphoni ini, yaitu antara lain:
1. Penurunan fungsi pendengaran Beethoven secara berangsur-angsur
2. Hubungan cinta yang bermasalah dengan kekasihnya, Josephine DeymBrunsvik
3. Revolusi Prancis dan sejumlah peperangan yang dipimpin Napoleon
Bonaparte
4. Pengangkatan tahta Napoleon Bonaparte
Gambar 5.20. Suasana pengangkatan tahta Napoleon Bonaparte
menjadi kaisar Perancis.
(Sumber: Encarta Reference Library)
Pengaruh pertama dan kedua adalah yang berasal dari dalam dirinya,
sedangkan pengaruh ketiga dan keempat adalah yang berasal dari luar atau yang
melatar-belakangi masa tersebut. Kesamaan yang terlihat dari keempatnya yaitu
adalah adanya suatu perjuangan. Dalam dirinya ia berjuang melawan ketuliannya
yang semakin buruk, ditambah dengan rasa frustrasi terhadap kekasihnya dan
kecewa terhadap tokoh panutannya, Napoleon, yang mengangkat dirinya sebagai
emperor. Sedangkan pada perkembangan politik yang ada adalah perjuangan
Napoleon dalam menaklukkan sebagian besar negara di Eropa Barat sebagai
kelanjutan dari Revolusi Perancis.
62
Walaupun tidak setuju dengan pengangkatan Napoleon, bagaimanapun
Beethoven telah menunjukkan kekaguman terhadapnya dengan menciptakan
symphony bersuasana semangat kepahlawanan, terutama pada Third Symphony
yang dilanjutkan hingga Fifth Symphony. Oleh karena itulah, makna
kepahlawanan / heroisme merupakan makna yang paling cocok untuk Fifth
Symphony.
Deskripsi dari Ernst Theodor Wilhelm Hoffmann telah mengingatkan kita
pada unsur yang paling erat hubungannya dalam perancangan arsitektur yaitu
cahaya. Oleh karena itu, cahaya adalah tema yang dapat dieksplorasi lebih dalam
lagi.
Cahaya, Bayangan dan Bentuk
Cahaya memberikan sebuah keberadaan
pada
benda-benda
menghubungkan
ruang
di
alam
dan
dan
bentuk.
juga
Dalam
arsitektur, cahaya tersebut ditangkap sedemikian
rupa sehingga bersatu dengan permukaan bendabenda dan bayangan muncul di belakangnya.
Le Corbusier, arsitek yang karya-karya
awalnya banyak terinspirasi oleh gerakan mondern,
setelah Perang Dunia II karya-karyanya banyak
mengedepankan faktor puitis, yaitu permainan
cahaya, sehingga ia sampai pada kesimpulannya:
“Architecture
is
the
masterly,
correct
and
magnificent play of the forms of light” : Arsitektur
merupakan permainan bentuk cahaya yang dibuat
secara indah. Sehingga faktor rasional dan faktor
manusia di dalamnya seakan-akan merupakan
pendukung saja. The Modulor yang diciptakan oleh
Gambar 5.21. Ronchamp Chapel
karya Le Corbusier
(Sumber: archspace.com)
Le Corbusier sendiri patut dipertanyakan apakah
63
benar berdasarkan komposisi atau hanya untuk ‘kenyamanan’ matematis saja.
Gagasan ini yang pada akhirnya melahirkan pemikiran bahwa perlunya penyatuan
seni ke dalam arsitektur.
Arata Isozaki pernah berpendapat bahwa pengaruh Mediterranean pada Le
Corbusier dapat terlihat seperti:
“a love affair with the sea world, the rocks, the caves, and the light of the sun
through the water as seen through interiors.” 8
Eksplorasi
unsur
cahaya
pernah
dilakukan oleh seniman James Turrell dalam
karyanya. Ia merepresentasikan pengalaman
ruang oleh pengamat, berfokus bukan pada
kesan yang didapatkan dari suasana tetapi pada
kesan
itu
sendiri,
bukan
menampilkan
impression tetapi impression itu sendiri yang
merupakan subjek utama karyanya. Ia mengajak
pengamat untuk mengandalkan persepsinya
masing-masing untuk menikmati karyanya,
berbeda dengan karya seni pada umumnya yang
tercipta dari persepsi sang seniman.
Gambar 5.22. Afrum-Proto (corner
projection) karya James
Turrell
(Sumber: www.pbs.org)
Gambar 5.23. Pintu Masuk
Kalder Skyspace
(Sumber: Landscraper)
8
Pendapat Arata Isozaki ini disebutkan dalam karya Anthony C. Antoniades (1990), Poetics of
Architecture, Bab 2, hal. 37
64
Phanteon, sebuah kuil di Roma yang
dibangun pada sekitar tahun 120, juga merupakan
bangunan yang menggunakan cahaya sebagai
“pembentuk ruang”. Bentuk atap kubahnya yang
membentuk
lubang
cahaya
di
atasnya
melambangkan harmonisasi dengan alam.
Pantheon menjadi inspirasi Steven Holl
ketika membuat konsep untuk Rome’s Center for
Contemporary Art competition (1999). Di dalamnya
terdapat galeri yang terdiri dari tiga bagian,
mendapatkan cahaya yang diteruskan dari atas.
Gambar 5.24. Interior Pantheon
oleh Giovanni Paolo Panini
(Sumber: Wikipedia)
Diffused light galleries, dark galleries (slices of
“Roman light”), blue light (blue shed)
Gambar 5.25. Sketsa konseptual Rome’s Center for Contemporary Art competition
(Sumber: Paralax)
65
Warna
Warna analog dengan nada-nada. Jika musik
bermain dengan tinggi-rendah suara, maka
cahaya
bermain
dengan
panjang-pendek
panjang gelombang / tinggi-rendah frekuensi
cahaya.
Steven Holl dalam bukunya Paralax
(2000) menulis bahwa warna merupakan isi
dari cahaya: “Color is a property of light.”
“In chromatic space, light is phenomena,
mystery, and wavelength”. Ruang kromatik,
dapat diwujudkan dalam permainan cahaya
Gambar 5.26. Lukisan Steven Holl
untuk konsep Kapel St. Ignatius
dan warna dinding. Eksperimen warna ini
diterapkan pada Kapel St. Ignatius di Seattle
University.
Dalam
perancangan
lukisan
kapel
ini,
konsep
Steven
untuk
Holl
mengutarakan idenya tentang cahaya yang
berwarna-warni masuk melalui “botol-botol”
ke dalam ruangan. Konsep awalnya adalah “a
gathering
of
different
lights”,
yaitu
“pertemuan cahaya yang berbeda-beda”, yang
merujuk pada latar belakang kebudayaan
mahasiswa yang berbeda-beda yang belajar di
Seattle University (ada 60 negara). Jumlah
botol yang berjumlah tujuh merepresentasikan
tujuh sakramen yang ada dalam ajaran
Katolik. Tujuh “botol” cahaya yang ada di
dalam kotak beton inilah yang membawa
ruang kromatik ke dalam interior kapel.
Gambar 5.27. Eksterior Kapel St. Ignatius
(Sumber: Paralax)
66
Untuk menciptakan kesan kromatik tersebut, Steven Holl bereksperimen
dengan berbagai kombinasi warna. Warna utama (field) dihasilkan dari panelpanel dinding yang dicat dan warna yang lebih kecil dihasilkan dari cahaya alami
yang masuk melalui lensa berwarna.
Ruang Kapel
Warna cat
Lensa
Ruang Prosesi
Putih
Bening
Merah
Hijau
Narthex
Koor
Hijau
Merah
Nave East / West
Kuning Biru Biru Kuning
Oranye
Ungu
Ruang sakramen permandian
Ruang sakramen pengampunan
Ungu
Oranye
Cahaya alami
air
Menara lonceng / kolam
Tabel 5.1. Pemakaian warna pada interior Kapel St. Ignatius
Gambar 5.28. Interior Kapel St. Ignatius
(Sumber: Paralax)
67
Ruang kromatik dalam arsitektur analog dengan tangga nada kromatik
dalam musik. Meskipun tidak menggunakan musik tertentu dalam konsep Kapel
St. Ignatius, Steven Holl telah memasukkan unsur suasana kontemplasi yang
sangat kuat di dalamnya melalui ruang kromatik ini, ditambah dengan
simbolisasi-simbolisasi yang memperkuat jiwa gubahan bentuk luar serta ruang
yang terbentuk di dalamnya.
Material, densitas, tekstur
Material dalam arsitektur, seperti halnya warna, tidak memiliki nilai
intrinsik, tetapi diberi ‘nilai’ oleh bentuk, warna dan kontras. Ini disadari Le
Corbusier ketika merancang, terlihat pada karyanya seperti: kapel di Ronchamp.
Dengan penggunaan material yang minimal namun bentuk yang eksploratif,
mengintegrasikan permainan cahaya ke dalam interiornya. Ia juga sering
menggunakan material berdampingan secara kontras seperti: batu dan beton, batu
dan kayu, batu dan kaca dalam komposisi bangunannya. Penggunaan material
dalam menyesuaikan dengan komposisi musik dapat dilakukan dengan
pengenalan sifat-sifat material yang dipilih, seperti: baja yang berkesan modern,
lembaran baja yang berkesan lentur / melengkung / bergerak, beton yang bersifat
diam/ kaku, batu-batuan yang bersifat alam / natural.
Dalam proyek Sarphatistraat
Office, Steven Holl diinspirasi
oleh
musik
Morton
Feldman
“Patterns in a Chromatic Field”.
Berkebalikan dengan konsep Le
Corbusier pada Kapel Ronchamp,
Sarphatistraat
Office
memiliki
bentuk selubung bangunan yang
persegi,
penggunaan
namun
dengan
tekstur
pencahayaan yang eksploratif.
dan
Gambar 5.29. Eksterior Sarphatistraat Office
pada siang hari
(Sumber: www.stevenholl.com)
68
Tekstur luar yang berlubang-lubang (perforated copper) bertujuan untuk
menampilkan fenomena gossamer optic, analog dengan konsep “Menger
Sponge”. Efek pencahayaan ini terlihat terutama pada malam hari ketika warnawarna bangunan ter-refleksi pada Kanal De Single.
Gambar 5.30. Suasana eksterior Sarphatistraat Office pada malam hari
(Sumber: www.stevenholl.com)
Gambar 5.31. Interior Sarphatistraat Office
(Sumber: www.stevenholl.com)
Densitas merupakan suatu bagian dari material yang memberikan kesan
‘rapat’ atau ‘renggang’ terhadap pengamatnya, sama halnya dengan musik yang
memberikan irama cepat atau lambat, sustain atau stakato.
69
Gerakan dan Durasi
Suatu hal yang mutlak ada dalam musik adalah “sense” akan pergerakan.
Hal ini terutama disebabkan oleh terdapatnya irama dalam musik, dan emosi yang
diciptakan di dalamnya dapat mempengaruhi manusia secara psikologis.
Gerakan pada arsitektur sangat erat hubungannya dengan pola pengalaman
ruang. Konsep ini kita temui seperti pada lansekap taman-taman Jepang dan
Eropa. Bentuknya sendiri merekonstruksi unsur-unsur alam ke dalamnya, antara
lain dengan menganalogikannya dengan unsur lain.
Gambar 5.32. Sabatini Gardens, Palacio Real, Madrid, Spain
(Sumber: Encarta Reference Library)
Gambar 5.33. Japanese Dry Garden, Kyōto
(Sumber: Encarta Reference Library)
70
Bernard Tschumi dalam essainya menulis bahwa gerakan dapat berupa alat
/ cara maupun sekuens yang mengikuti. Seperti halnya cerita naratif yang
menuntun suatu progress atau cerita yang open-ended berdasarkan pilihan
pembacanya. Arsitektur seharusnya dapat membangkitkan imajinasi pengamatnya
sendiri,
berdasarkan
pengalaman-pengalamannya
sebelumnya,
untuk
menginterpretasikan suatu bentuk. Hal ini juga ditemui dalam musik yang
memiliki interpretasi keindahan yang berbeda-beda bagi pendengarnya.
Musik yang dibawa Beethoven dalam Fifth Symphony-nya mengandung
gerakan yang berubah-ubah sepanjang lagunya. Kombinasi antara tempo cepat
dan lambat, keras dan halus, membawa pendengarnya ke dalam pengalaman akan
suasana yang membawa hasrat, passion, semangat, ekspresif sesuai dengan yang
dirasakan sang komposernya ketika membuat komposisi tersebut.
Dengan sendirinya, suatu gerakan melahirkan pengalaman akan adanya
durasi. Henri Bergson, berpendapat dalam bukunya Matter and Memory (1911) 9 ,
kita tidak dapat merasakan waktu, kita hanya dapat merasakan durasi. Manusia
merasakan durasi melalui pengalaman-pengalaman ruang yang didapatkannya.
Durasi, merupakan “y-condition” tempo dan ritme dari musik.
Steven Holl, dalam proyeknya pool house & sculpture studio di Scarsdale,
New York, bereksperimen mewujudkan gagasan ini. Konsep yang diajukan adalah
“walls within walls”, dinding di dalam dinding. Dinding batu eksisting yang
dibangun pada abad ke-18 menjadi penanda simbol terdapatnya perubahan jaman
dalam lansekap tersebut. Sedangkan waktu dan musim yang sedang berlangsung
pada saat ini diwujudkan dalam perubahan sudut sinar matahari. Dinding baru di
dalamnya memunculkan adanya pengalaman perspektif ruang yang berubah saat
mendekati rumah.
9
Filusuf Henri Bergson dikutip Steven Holl (2000) dalam bukunya Paralax.
71
Gambar 5.34. Pool house & sculpture studio di Scarsdale, New York
(Sumber: Parallax)
Air
Air merupakan unsur alam yang memiliki gerakan, simbol dari keberadaan
kehidupan. Memasukkannya ke dalam desain dapat menjadikan kesan ekspresif
berupa pemantulan cahaya ke dalam bangunan atau ke bagian luar bangunan.
Reflection pool pada Kapel St. Ignatius rancangan Steven Holl merupakan
salah satu elemen cahaya di antara tujuh cahaya yang dijadikan tema. Di pinggir
kolam ini para mahasiswa Seattle University dapat menikmati suasana yang
hangat, saling bercengkrama satu sama lain. Cahaya matahari yang dipantulkan
oleh permukaan kolam (efek kaustik) menghasilkan apa yang dinamakan Steven
Holl “ruang kromatik”.
“I simply think that water is the
image of time, and every New
Year’s Eve, in some pagan fashion, I
try to find myself near water…
preferably an ocean… to watch the
emerge of a new helping, a new
cupful of time from it.”
(Joseph Brodsky)
Gambar 5.35. Refleksi air Kapel St. Ignatius
(Sumber: Parallax)
72
5.4. Komposisi Symphony No. 5 oleh Beethoven
pada Komposisi Bentuk Arsitektural
Elemen-elemen yang telah dikaji di atas (cahaya, material, gerakan / durasi
dan air) akan dieksplorasi dan diterjemahkan secara analogi ke dalam elemenelemen arsitektur. Eksperimentasi bentuk dilakukan dengan menghubungkan
elemen-elemen yang ada pada komposisi Fifth Symphony, baik secara literal
(berdasarkan susunan nada), maupun secara esensial (makna kepahlawanan).
Peranan persepsi pendengar terhadap komposisi symphony tersebut adalah
sangat
penting
dalam
menentukan
gubahan
bentuk
arsitektural
yang
mempengaruhi persepsi penglihatnya. Namun dengan melihat, kita juga berharap
akan adanya persepsi ruang yang tercipta, sesuai dengan faktor manusia dan
faktor rasional, di dalam interiornya.
Tema “Empat Nada” merupakan penegasan bahwa terdapatnya panduan
untuk keseluruhan lagu. Penegasan dilakukan di awal, berbagai variasinya
dilakukan seterusnya, sementara di beberapa waktu kembali “diingatkan” kembali
panduan sebenarnya. Interpretasi bentuk arsitekturalnya adalah terdapatnya
bentuk-bentuk stabil sebagai panduan bagi bentuk-bentuk lain yang dimodifikasi.
Di sinilah Beethoven sebenarnya menegaskan makna kepahlawanan, yaitu nadanada yang tegas, kuat, berpengaruh.
Namun, pada variasi-variasinya, tema empat nada yang tegas ini berubah
wujud menjadi nada-nada yang halus, lembut, bahkan ada variasi nada yang
sahut-menyahut
semakin
lirih,
seakan-akan
Beethoven
merefleksikan
pendengarannya yang semakin berkurang. “Temukan suara-suara indah dalam
kesunyian”. Kira-kira itulah yang ingin disampaikan Beethoven. Menggebu-gebu
tetapi tetap anggun, gelap dan terang, yin dan yang, inilah dua keberadaan (being)
yang membentuk kekuatan alam.
Dalam interpretasi tema empat nada Fifth Symphony ke dalam wujud
bentuk dasar, dapat ditempuh dalam dua kerangka pemikiran:
73
5.4.1. Secara literal (harafiah)
Secara literal, keempat nada dalam tema Fifth Symphony dapat langsung
diterjemahkan sebagai:
a). tiga bentuk yang berulang dan berdensitas tinggi, serta satu bentuk yang
berbeda dan berdensitas rendah.
Densitas tinggi
Densitas rendah
b). tiga bentuk yang bersifat stabil dan sempurna, serta satu bentuk yang
bersifat labil dan dinamis.
Stabil
Dinamis
Stabil
Labil
Sempurna
Dinamis
74
5.4.2. Secara esensial
Keempat nada tersebut berupa ekspresi kegigihan, ketangguhan, cahaya
yang menembus kegelapan. Ekspresi yang sama dapat diinterpretasikan sebagai
bentuk yang masif, monumental, solid; seakan-akan terdapat suatu ruang tertutup
yang di tengahnya diterangi oleh cahaya matahari sebagai satu-satunya sumber
cahaya.
Perjuangan Beethoven melawan ketuliannya dapat diinterpretasikan
sebagai ruangan gelap berupa lorong panjang dengan bukaan di ujungnya sebagai
metafora perjuangan menuju kesuksesan.
5.5. Rekapitulasi
Penggubahan arsitektur berdasarkan musik ternyata memerlukan lebih
daripada analogi-analogi. Kekuatan yang ada pada musik terletak pada pemikiran
yang terdapat di belakangnya. Oleh karena itulah pemakaian metafora diperlukan
dalam proses perancangan. Proses seperti ini juga sejalan dengan apa yang
dilakukan oleh komposer pada era musik Romantik.
Komposisi nada pada Fifth Symphony sarat dengan simbolisasisimbolisasi yang merepresentasikan cerita heroik baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam diri Beethoven. Keteraturan angka-angka seperti deret
Fibonacci pada musik Bella Bartok yang diterapkan di Stretto House, atau Menger
Sponge pada musik Morton Feldman yang diterapkan di Sarphatistraat Office
tidak terlihat secara signifikan pada Fifth Symphony. Satu-satunya pola dasar
yang terdengar adalah adanya pola “pendek-pendek-pendek-panjang” atau sering
disebut sebagai “tema empat nada” (four-note theme). Pola ini muncul secara
variatif pada bagian-bagian selanjutnya, bahkan sampai pada gerakan kedua dan
akhir.
Setelah adanya penentuan metafora yang cocok untuk Fifth Symphony,
barulah dipakai elemen-elemen yang analog dengan musik, seperti cahaya,
bayangan, warna, material, air (seperti studi yang telah dilakukan).
Mengambil esensi suatu musik berarti juga meninggalkan atribut-atribut
kebudayaan yang mempengaruhinya. Kebudayaan Eropa yang melekat pada Fifth
75
Symphony tidak diikut-sertakan dalam proses perancangan karena perbedaan
konteks dan waktu.
76
Download