Persamaan Difusi Penurunan, Solusi Analitik, Solusi Numerik (Beda Hingga, RBF) M. Jamhuri UIN Malang April 7, 2013 M. Jamhuri Persamaan Difusi Penurunan Persamaan Difusi Misalkan u (x, t) menyatakan konsentrasi dari zat pada posisi x dan pada waktu t. Pada selang [x0 , x1 ] , massa zat ˆ x1 u (x, t) dx M= x0 dan perubahan massa ˆ x1 dM ut (x, t) dx (1) = dt x0 Massa pada selang tersebut akan berubah bila ada zat yang masuk atau keluar selang tersebut. Hukum Fick mengatakan rata-rata penyebaran sebanding dengan gradien konsentrasi dM = zat masuk − zat keluar dt = kux (x1 , t) − kux (x0 , t) (2) dimana k adalah konstanta pembanding. dengan menyamakan dM pada persamaan (1) dan (2) diperoleh dt ˆ x1 ut (x, t) dx = kux (x1 , t) − kux (x0 , t) x0 atau ˆ x1 ut (x, t) dx = k x0 M. Jamhuri ˆ x1 uxx (x, t) dx x0 Persamaan Difusi (3) Jika integral kedua ruas dari (3) dihilangkan diperoleh ut = kuxx yang biasa disebut sebagai persamaan difusi atau persamaan panas. M. Jamhuri Persamaan Difusi (4) Solusi Analitik Sebelum menentukan solusi persamaan difusi (4) pada daerah −∞ < x < ∞ dan t > 0, kita tinjau lebih dahulu solusi persamaan difusi dalam bentuk khusus Q (x, t) = g (p) dengan x . 4kt Permasalahan disini adalah bagaimana bentuk dari g , untuk itu akan kita lakukan langkah-langkah sebagai berikut: substitusikan Q pada (4), dengan p= √ ∂Q ∂t = = ∂Q ∂x = = ∂2Q ∂x 2 = = M. Jamhuri dg ∂p dp ∂t 1 − pg ′ (p) 2t dg ∂p dp ∂x 1 √ g ′ (p) 4kt (6) 1 ∂ ′ g (p) ∂x 4kt 1 ′′ g (p) 4kt √ (5) Persamaan Difusi (7) sehingga diperoleh Qt 1 − pg ′ (p) 2t = pg ′ (p) = = kQxx 1 ′′ k g (p) 4kt 1 ′′ − g (p) 2 g ′′ (p) + 2pg ′ (p) = 0 Solusi dari (8) dapat diperoleh sebagai berikut d2 d g (p) + 2p g (p) dp 2 dp dg d + 2p dp dp misalkan dan Solusi dari ODE (10) adalah = 0 = 0 dg =v dp d + 2p v = 0 dp dv dp = −2pv v = C1 e −p M. Jamhuri (8) 2 Persamaan Difusi (9) (10) selanjutnya substitusikan v pada (9), sehingga diperoleh ˆ dg dp = dg = g = 2 C1 e −p ˆ 2 C1 e −p dp ˆ 2 e −p dp + C2 C1 dan Q (x, t) = C1 ˆ √x 4kt 2 e −p dp + C2 0 Konstanta C1 dan C2 diperoleh dengan menggunakan syarat awal khusus, yang diberikan dalam bentuk ( 1, untuk x > 0 Q (x, 0) = 0, untuk x < 0 M. Jamhuri Persamaan Difusi Hitung limit t → 0+ Kasus x > 0 lim Q (x, t) = C1 t→0+ ˆ ∞ e −p 2 dp + C2 = C1 0 √ π + C2 = 1 2 Dalam menghitung integral tak wajar, kita gunakan distribusi normal berbentuk ˆ ∞ 2 1 e −p dp = 1 √ π −∞ Kasus x < 0 lim Q (x, t) = C1 t→0− ˆ ∞ 0 2 e −p dp+C2 = −C1 ˆ 0 −∞ 2 e −p dp+C2 = −C1 √ π +C2 = 0 2 Dari dua limit diatas diperoleh 1 C1 = √ π dan C2 = sehingga Q (x, t) = 1 1 +√ 2 π ˆ √x 4kt 1 2 2 e −p dp 0 untuk t > 0. Dari Q yang sudah diperkenalkan di atas, kita akan menentukan solusi u terkait dengan Q. Tetapi lebih dahulu kita perhatikan sifat-sifat berikut. M. Jamhuri Persamaan Difusi Jika u memenuhi ut − kuxx = 0 maka v = ux juga memenuhi persamaan tersebut. Kita dapat menunjukkan dengan memeriksa apakah v memenuhi persamaan, turunan dari v ∂u ∂ vt = ∂t ∂x = vx = = vxx = ∂2u ∂t∂x ∂ ∂u ∂x ∂x ∂2u ∂x 2 2 ∂ u ∂ ∂x ∂x 2 ∂3u ∂x 3 diatas pada persamaan difusi, yaitu = Selanjutnya terapkan vt , dan vxx vt − kvxx = = = = ∂2u ∂3u −k 3 ∂t∂x ∂x ∂ ∂u ∂2u −k 2 ∂x ∂t ∂x ∂ ·0 ∂x 0 memenuhi persamaan difusi. M. Jamhuri Persamaan Difusi Dengan Q seperti didefinisikan diatas, S (x, t) = ∂Q ∂x juga solusi persamaan panas. Hal ini dapat ditunjukkan, karena Q memenuhi persamaan panas, dan sifat sebelum ini, Begitu juga S (x, y ) memenuhi persamaan panas, dan juga ˆ ∞ S (x − y , t) g (y ) dy W (x, t) = −∞ untuk sebarang g (y ) asalkan integral konvergen. Dengan sifat-sifat diatas dan pendefinisian S terkait dengan Q, maka u dapat didefinisikan sebagai ˆ ∞ u (x, t) = S (x − y , t) φ (y ) dy −∞ untuk t > 0, yang memenuhi persamaan panas. Masalah sekarang adalah apakah u tersebut memenuhi kondisi awal u (x, 0) = φ (x) . Untuk itu, kita tuliskan u dalam dalam Q ˆ ∞ ∂Q u (x, t) = (x − y , t) φ (y ) dy −∞ ∂x sedangkan ∂Q ∂Q ∂ (x − y ) ∂y ∂ (x − y ) ∂Q = =− ∂x ∂y ∂ (x − y ) ∂x ∂y ∂x M. Jamhuri Persamaan Difusi Selanjutnya gunakan integral parsial, sehingga diperoleh ˆ ∞ Q (x − y , t) φ′ (y ) dy u (x, t) = − Qφ|∞ −∞ − −∞ Suku pertama pada ruas kanan bernilai nol dengan menggunakan asumsi φ → 0 untuk |y | → ∞, sehingga diperoleh ˆ ∞ Q (x − y , 0) φ′ (y ) dy u (x, 0) = −∞ Sekarang kita gunakan Q (x, 0) = 1 untuk x > 0 ⇔ Q (x − y , 0) = 1 untuk y <x dan dengan uraian yang sama diperoleh Q (x − y , 0) = 0 untuk y > x. Bila hal ini diterapkan pada integral, didapat ˆ x φ′ (y ) dy = φ (x) u (x, 0) = −∞ memenuhi syarat yang ada, dan secara eksplisit solusinya u (x, t) = √ 1 4πkt M. Jamhuri ˆ ∞ e − (x−y )2 4kt φ (y ) dy −∞ Persamaan Difusi (11) Contoh Tentukan solusi ut − kuxx = 0 untuk −∞ < x < ∞, dengan syarat awal u (x, 0) = e −x Dari persamaan 11 diperoleh u (x, t) = = (x − y )2 + 4kty 4kt = = = = √ √ 1 ˆ 4πkt 1 ˆ 4πkt ∞ e − (x−y )2 4kt − e −y dy −∞ ∞ e (x−y )2 +4kty 4kt dy −∞ i 1 h (x − y )2 + 4kty 4kt 1 2 x − xy + y 2 + 4kty 4kt i 1 h (x − y − 2kt)2 + 4ktx − 4k 2 t 2 4kt x − y − 2kt 2 + (x − kt) √ 4kt sehingga (12) menjadi e −(x −kt) u (x, t) = √ 4πkt M. Jamhuri ˆ ∞ 2 e −s ds = e −(x −kt) −∞ Persamaan Difusi (12) Metode Pemisahan Variabel Diberikan persamaan difusi ut = 3uxx pada 0 < x < π, t>0 (13) dengan kondisi batas u (0, t) = u (π, t) = 0 (14) u (x, 0) = 4 sin (2x) (15) Misalkan u (x, t) = X (x) T (t) dan substitusikan pemisalan tersebut pada (13), sehingga diperoleh XT ′ = 3X ′′ T X ′′ T′ = (16) 3T X Ruas kiri dari (16) hanya bergantung pada variabel t saja, sedangkan ruas kanan hanya bergantung pada variabel x saja, kondisi tersebut hanya mungkin dipenuhi jika keduanya merupakan konstan yaitu X ′′ T′ = = −λ 3T X (17) Misalkan λ = β 2 , maka persamaan (17) dapat dituliskan menjadi dua buah ODE yaitu X ′′ + β 2 X = 0 (18) dan T ′ + 3λT = 0 M. Jamhuri Persamaan Difusi (19) Solusi dari (18) adalah X (x) = C1 e i βx + C2 e −i βx atau dalam bentuk sinusoidal X (x) = A cos (βx) + B sin (βx) (20) Kondisi u (0, t) = 0 memberikan A = 0, sehingga X (x) = B sin (βx) selanjutnya kondisi u (π, t) = 0 memberikan sin (βπ) = 0 βπ = arcsin 0 βπ = nπ, β = n {n = 0, 1, 2, . . . } sehingga diperoleh Xn (x) = sin (nx) (21) Solusi dari persamaan (19) adalah T (t) = Ce −3λt karena λ = β 2 = n2 , maka Tn (t) = Ce −3n M. Jamhuri 2 t Persamaan Difusi (22) Dari persamaan (21) dan (22), maka diperoleh solusi un (x, t) = Cn e −3n 2 t sin (nx) Karena kombinasi linier dari solusi persamaan difusi adalah solusi, maka u (x, t) = ∞ X Cn e −3n 2 t sin (nx) n=1 Selanjutnya gunakan kondisi awal (15) u (x, 0) = 4 sin (2x) sehingga diperoleh 4 sin (2x) = ∞ X Cn sin (nx) n=1 dimana Cn = = 8 π ( ˆ π sin (2x) sin (nx) dx 0 0, 4 jika n 6= 2 n lainnya Substitusikan kembali Cn pada (23) sehingga diperoleh u (x, t) = 4e −12t sin (2x) M. Jamhuri Persamaan Difusi (23) Metode Numerik dengan RBF Persamaan difusi (13) yaitu ut = 3uxx kita aproksimasi dengan jaringan RBF sebagai N X αj N X ∂2 ∂ φ (x, t) = 3 αj 2 φ (x, t) ∂t ∂x j=1 N X αj j=1 j=1 ∂ ∂2 φ (x, t) − 3 2 φ (x, t) = 0 ∂t ∂x dimana φ (x, t) = (24) q (x − c)2 + (t − d)2 + ǫ2 ∂ φ (x, t) ∂t = ∂2 φ (x, t) ∂x 2 = q t −d 2 (x − c) + (t − d)2 + ǫ2 (t − d)2 + ǫ2 h i3 2 (x − c)2 + (t − d)2 + ǫ2 {α}N j=1 adalah koefisien interpolan atau bobot jaringan yang akan ditentukan, sedangkan c dan d adalah center dari jaringan, dan ǫ adalah parameter bebas yang harus dipilih. M. Jamhuri Persamaan Difusi Berikutnya aproksimasi kondisi batas (14) memberikan N X αj φ (0, t) = 0 (25) N X αj φ (π, t) = 0 (26) αj φ (x, 0) = 4 sin (2x) (27) j=1 dan j=1 Dari kondisi batas (15) diperoleh N X j=1 Untuk mendapatkan solusi numerik dari persamaan difusi (13) dengan kondisi batas (14) dan (15), pertama kita harus menentukan koefisien α dari sistem persamaan (24), (25), (26), dan (27). Selanjutnya gunakan α yang didapat untuk menentukan solusi u dengan cara mengaproksimasi u sebagai u (x, t) ≈ M. Jamhuri N X αj φ (x, t) . j=1 Persamaan Difusi Hasil Simulasi Hasil simulasi metode RBF diatas diperoleh dengan menggunakan 16 buah titik untuk 0 < x < π dan 21 buah titik untuk 0 < t < 1. Parameter ǫ dipilih sebagai ǫ= var (x) + var (y ) 2 M. Jamhuri Persamaan Difusi Plot error mutlak antara metode RBF vs hasil eksak M. Jamhuri Persamaan Difusi Metode Beda Hingga: FTCS Pada tulisan ini akan dibahas beberapa metode beda hingga untuk persamaan difusi ut = kuxx (28) dengan k suatu konsatnta. Metode FTCS (Forward Time Central Space) biasa disebut sebagai metode eksplisit untuk persamaan difusi. Pada metode ini, forward time diterapkan pada ut dengan akurasi O (∆t) dan metode beda pusat yang diterapkan pada uxx dengan akurasi O ∆x 2 , sehingga diperoleh persamaan beda sebagai berikut: ujn+1 − ujn ∆t =k n n − 2ujn + uj−1 uj+1 ∆x 2 (29) Persamaan (29) dapat disederhanakan sebagai ujn+1 = atau dengan S = k∆t . ∆x 2 k∆t n n uj+1 − 2ujn + uj−1 + ujn ∆x 2 n n + uj−1 ujn+1 = (1 − 2S) ujn + S uj+1 M. Jamhuri Persamaan Difusi (30) Stencil untuk metode FTCS pada persamaan difusi dapat dilihat pada gambar berikut: Kestabilan: Substitusikan ujn = ρn e iaj pada persamaan (30), sehingga diperoleh ρn+1 e iaj = (1 − 2S) ρn e iaj + S ρn e ia(j+1) + ρn e ia(j−1) ρe iaj , Bagi kedua ruas dari persamaan (31) dengan ρ = (1 − 2S) + S e ia + e −ia = = = sehingga diperoleh (1 − 2S) + S ([cos a + i sin a] + [cos a − i sin a]) (1 − 2S) + 2S cos a 1 + 2S (cos a − 1) Agar skema stabil, maka |ρ| ≤ 1, yaitu |ρ| −1 −2 −1 0 = ≤ ≤ ≤ ≤ |1 + 2S (cos a − 1)| 1 + 2S (cos a − 1) 2S (cos a − 1) S (cos a − 1) (1 − cos a) S M. Jamhuri Persamaan Difusi ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ 1 1 0 0 1 (31) min (1 − cos a) = 0, dan max (1 − cos a) = 2, sehingga 2S ≤ S ≤ 1 1 2 Jadi skema akan stabil jika S=k 1 ∆t ≤ ∆x 2 2 Konsistensi: Diberikan dua hampiran berikut: ujn+1 = n uj±1 = 1 1 1 2 ∆t utt |nj + ∆t 3 uttt |nj + utttt |nj + · · · (32) 2 3! 4! 1 1 1 ujn ± ∆x ux |nj + ∆x 2 uxx |nj ± ∆x 3 uxxx |nj + uxxxx |nj + · (33) ·· 2 3! 4! ujn + ∆t ut |nj + n n uj+1 + uj−1 = 2ujn + ∆x 2 uxx |nj + 1 uxxxx |nj + · · · 12 (34) Substitusikan (32) dan (34) pada persamaan (28), sehingga diperoleh ujn + ∆t ut |nj + 1 2 ∆t utt |nj + · · · 2 M. Jamhuri = (1 − 2S) ujn + 1 uxxxx |nj + · · · S 2ujn + ∆x 2 uxx |nj + 12 Persamaan Difusi Contoh Penerapan Metode FTCS Diberikan persamaan difusi ut = 3uxx pada 0 < x < π, t>0 (35) dengan kondisi batas u (0, t) = u (π, t) = 0 (36) u (x, 0) = 4 sin (2x) (37) Persamaan difusi (35) dengan kondisi batas (36), dan (37) diatas akan kita selesaikan secara numerik menggunakan skema FTCS dengan langkah-langkah sebagai berikut. Persamaan (35) kita diskritkan dengan menggunakan persamaan beda (30), yaitu 3∆t n n , S= + uj−1 ujn+1 = (1 − 2S) ujn + S uj+1 (38) ∆x 2 sedangkan kondisi batas (36) dan (37) sebagai u1n = 0 uj1 dan = n =0 uM x 4 sin 2xj dimana {n = 1, . . . Nt , j = 1, . . . , Mx } dengan Nt = j T −0 ∆t k dan Mx = Contoh, misalkan untuk j = 2 dan n = 1, maka (38) menjadi u22 = (1 − 2S) u21 + S u31 + u11 M. Jamhuri Persamaan Difusi π−0 ∆x . Simulasi metode beda hingga FTCS M. Jamhuri Persamaan Difusi Error mutlak: metode beda hingga vs hasil eksak M. Jamhuri Persamaan Difusi Metode Implisit BTCS Metode BTCS memiliki akurasi O ∆t, ∆x 2 , persamaan beda untuk persamaan difusi dengan menggunakan metode BTCS adalah ujn+1 − ujn ∆t =k n+1 n+1 − 2ujn+1 + uj−1 uj+1 ∆x 2 k∆t n+1 n+1 uj+1 − 2ujn+1 + uj−1 2 ∆x n+1 n+1 = ujn + (2S + 1) ujn+1 − Suj+1 −Suj−1 (39) ujn+1 − ujn = dengan S = k∆t . ∆x 2 Kestabilan: Substitusikan ujn = ρn e iaj ke dalam (40) sehingga diperoleh −Sρe −ia + (2S + 1) ρ − Sρe ia −S e −ia + e ia + (2S + 1) 1 ρ 1 (1 − cos a) 2S + 1 − ρ (1 − cos a) 2Sρ + ρ −2S cos a + 2S + 1 − ρ M. Jamhuri = = 1 1 ρ = 0 = 0 = 1 = 1 (1 − cos a) 2S + 1 Persamaan Difusi (40) Karena untuk setiap S dan a penyebut selalu lebih besar atau sama dengan 1, maka jelas bahwa |ρ| ≤ 1 jadi skema stabil untuk setiap S = k∆t . ∆x 2 Perhtikan persamaan beda (40) diatas, jika diberikan syarat batas bertipe dirichlet yaitu u (0, t) = f1 dan u (L, t) = f2 . Titik-titik yang harus dihitung adalah ujn+1 M. Jamhuri Persamaan Difusi Contoh penerapan metode BTCS Diberikan persamaan difusi ut = 3uxx pada 0 < x < π, t>0 (41) dengan kondisi batas u (0, t) = u (π, t) = 0 (42) u (x, 0) = 4 sin (2x) (43) Persamaan beda skema BTCS untuk persamaan (41) adalah ujn − ujn−1 = ujn−1 = h i n n ujn − S uj+1 − 2ujn + uj−1 = ∆t ujn − n n + (1 + 2S) ujn − Suj+1 −Suj−1 atau = 3 n n − 2ujn + uj−1 uj+1 ∆x 2 i 3∆t h n n uj+1 − 2ujn + uj−1 2 ∆x 3∆t ujn−1 , S= ∆x 2 ujn−1 n n = −ujn−1 − (1 + 2S) ujn + Suj+1 Suj−1 M. Jamhuri Persamaan Difusi (44) Kondisi batas (42) kita diskritkan sebagai u1n = 0, dan n =0 uM x (45) (46) dan (43) kita diskritkan sebagai uj1 = 4 sin 2xj dimana {j = 1, . . . , Mx , n = 1, . . . , Nt } dengan Mx = π−0 ∆x dan Nt = j T −0 ∆t k . Dalam bentuk matrik dapat kita gambarkan persamaan beda (44), (45), dan (46) sebagai j \n 1 2 3 . .. Mx − 1 Mx 1 0 4 sin (2x2 ) 4 sin (2x3 ) . .. 4 sin (2xMx −1 ) 0 2 0 u22 u32 . .. 3 0 u23 u33 . .. 2 uM x −1 0 3 uM x −1 0 M. Jamhuri ··· ··· ··· ··· .. . ··· 0 Persamaan Difusi Nt − 1 0 u2Nt −1 u3Nt −1 . .. Nt −1 uMx −1 0 Nt 0 u2Nt u3Nt . .. Nt uM x −1 0 Sebagai contoh, untuk j = 2, 3, . . . , Mx − 1 dan n = 2 akan kita tentukan ujn , yaitu u22 =? maka dengan menggunakan (44) diperoleh n n = −ujn−1 − (1 + 2S) ujn + Suj+1 Suj−1 j =2 j =3 j =4 .. . j = Mx − 1 ⇒ ⇒ ⇒ .. . ⇒ Su12 − (1 + 2S) u22 + Su32 Su22 − (1 + 2S) u32 + Su42 Su32 − (1 + 2S) u42 + Su52 .. . 2 2 2 + SuM − (1 − 2S) uM SuM x x −1 x −2 = = = .. . = −u21 −u31 −u41 .. . 1 −uM x −1 so we have matrix − (1 + 2S) S 0 S − (1 + 2S) S . . . 0 . . . 0 0 S − (1 + 2S) . . . 0 ··· ··· ··· . . . ··· M. Jamhuri 0 0 0 . . . − (1 + 2S) 2 u2 2 u3 2 u4 . . . 2 uM x −1 Persamaan Difusi = 1 − Su 2 −u2 1 1 −u3 1 −u4 . . . 1 2 −uM − SuM x −1 x