PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA MAKALAH Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara di Bawah Bimbingan Dosen Bpk. FAUZUL ALIWARMAN, SHI., M.Hum. Oleh : KELOMPOK 13 KELAS B PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR SURABAYA 2013 TIM PENYUSUN ALDO WIRA PUTRA (1271010084) RIZALDY ABRIANTO (1271010109) RIZKY ARDIANSHA (127101010007) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah berhasil menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara dengan membahas mengenai “Peradilan Administrasi Negara”. Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua serta dosen yang bersangkutan oleh karena itu kami semua mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi penyempurnaan penulisan makalah ini. Surabaya, 15 Desember 2013 Tim Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i TIM PENYUSUN .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1 1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2 PEMBAHASAN ............................................................................................... 2 2.1. Definisi Peradilan Administrasi Negara ...................................................... 2 2.2. Asas-Asas Peradilan Administrasi Negara ................................................... 3 2.3. Karakteristik Peradilan Administrasi Negara ............................................. 4 2.4. Kompetensi Peradilan Administrasi Negara .......................................... 5 PENUTUP........................................................................................................ 7 3 l. Kesimpulan ................................................................................................ 7 3 l. Saran .......................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8 BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1) Peristilahan Istilah pengadilan dan peradilan berasal dari kata adil yang kemudian mendapatkan imbuhan. Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa pada dasarnya peradilan selalu bertalian dengan pengadilan. Pengadilan bukanlah semata – mata badan saja, akan tetapi juga terkait pengertian yang abstrak, yaitu memberikan keadilan. Rochmat Soemitro membedakan antara peradilan, pengadilan dan badan pengadilan. Titik berat dari peradilan tertuju kepada prosesnya, pengadilan kepada cara, sedangkan badan pengadilan tertuju kepada badan, dewan, hakim atau instansi pemerintah. 2) Pengertian dan unsur – unsur peradilan pada umumnya. Menurut Rochmat Soemitro, yang setelah terlebih dahulu mendudukkan pengadilan dalam kerangka teori John Locke dan Montesquieu, Peradilan merupakan suatu kekuasaan (dalam arti ‘functie’) yang berdiri sendiri berdampingan dengan kekuasaan lainnya. Setelah pengertian tersebut dibandingkan dengan pengertian peradilan menurut Sudikno Mertokusumo dapat disimpulkan bahwa peradilan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan tugas memutus perkara dengan menerapkan hukum, menemukan hukum ‘in concreto’ dalam mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal. Unsur – unsur peradilan pada umumnya adalah: 1. adanya aturan hukum yang dapat diterapkan pada suatu persoalan 2. adanya suatu sengketa hukum yang konkrit 3. ada sekurang – kurangnya dua pihak 4. adanya badan peradilan yang berwenang memutuskan sengketa 5. adanya hukum formal dalam rangka menerapkan hukum (rechtstoepassing) dan menemukan hukum (rechtsvinding) “in concreto” utuk menjamin ditaatinya hukum materil di atas. 1.2 Permasalahan 1. Apa pengertian dari Peradilan Administrasi Negara? 2. Apa saja Asas-Asas Peradilan Administrasi Negara? 3. Apa yang menjadi karakteristik Peradilan Administrasi Negara? 4. Apa kompetensi Peradilan Administrasi Negara? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui pengertian dari Peradilan Administrasi Negara Memahami Asas-Asas Peradilan Administrasi Negara Mengenal karakteristik Peradilan Administrasi Negara Memberikan gambaran kompetensi Peradilan Administras Negara PEMBAHASAN MASALAH 2.1 Pengertian Peradilan Adminisrasi Negara Menurut S. Prayudi Atmosudirjo ada dua macam peradilan administrasi 1. Peradilan administrasi negara dalam arti luas 2. Peradilan administrasi negara dalam arti sempit yang terbagi atas: 1. Peradilan administrasi 2. Peradilan administratif Peradilan administrasi ialah suatu peradilan yang memiliki unsur-unsur umum juga unsurunsur khusus. Unsur-unsur khusus tersebut adalah: 1. Peraturan-peraturan yang harus diterapkan terletak dalam lapangan hukum tata negara dan lapangan hukum administrasi negara 2. Salah satu pihak harus administrasi yang menjadi terikat, karena perbuatan salah seorang pejabat dalam batas wewenangnya Hukum yang diterapkan adalah peradilan administrasi itu dilihat dari pangkal sengketa sebagai salah satu tolak ukur secara horisontal dan atribusi wewenang peradilan administrasi. Yang menjadi pangkal sengketa ialah ketetapan tertulis atau (beschikking). Ketetapan tertulis itu harus mengandung perbuatan administrasi negara yang bertindak di dalam fungsinya, akan tetapi perbuatan itu melawan hukum. ketetapan tertulis itu dapat ditentang dihadapan pengadilan administrasi. Untuk itu hukum yang diterapkanpun hukum administrasi negara. 2.2 Asas-Asas Peradilan Administrasi Negara Menurut Scholten memberikan definisi asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat didalam dan di belakang system hukum masing-masing dirumuskan dalam aturanaturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim yang berkenaan dengannya ketentuanketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya. Asas Hukum 1) Asas praduga Rechtmating ( Vermoeden van rechtmatigheid, prasumptio iustae causa). Ini terdapat pada pasal 67ayat 1UU PTUN. 2) Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan KTUN yang dipersengketakan, kecuali ada kepentingan yang mendesak dari penggugat. Terdapat pada pasal 67ayat 1dan ayat 4 huruf a. 3) Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem) 4) Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik dalam pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun kasasi dengan MA sebagai Puncaknya. 5) Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung dan tidak langsung bermaksud untuk mempengaruhi keobyektifan putusan peradilan. Pasalb 24 UUD 1945 jo pasal 4 4 UU 14/1970. 6) Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan ringan ( pasal 4 UU 14/1970). 7) Asas hakim aktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap pokok sengketa hakim mengadakan rapat permusyawaratn untuk menertapakan apakah gugatan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar atau dilengkapi dengan pertimbangan (pasal 62 UU PTUN), dan pemeriksaan persiapan untuk mengetahui apakah gugatan penggugat kurang jelas, sehingga penggugat perlu untuk melengkapinya (pasal 63 UU PTUN). 8) Asas siding terbuka untuk umum. Asas inimembawa konsekuensi bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila di ucapkan dalam siding terbuka untuk umum (pasal 17 dan pasal 18 UU 14/1970 jo pasal 70 UU PTUN). 9) Asas peradilan berjenjang. Jenjang peradilan di mulai dari tingkat yang paling bawah yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara, kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dan puncaknya adalah Mahkamah Agung. 10) Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan. Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimatum remedium. ( pasal 48 UU PTUN). 11) Asas Obyektivitas. Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan diri, apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau hubngan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau antara hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat hubungan sebagaimana yang di sebutkan di atas, atau hakim atau paniteratersebut mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung dengan sengketanya. (pasal 78 dan pasal 79 UU PTUN). 2.3 Karakterisitk Peradilan Administrasi Negara (1) Pengertian, Unsur dan Ciri Peradilan Administrasi dalam Arti Sempit atau Murni Peradilan administrasi murni ialah suatu peradilan administrasi yang telah memenuhi unsur-unsur peradilan yang menyerupai peradilan yang dilakukan oleh peradilan. Peradilan administrasi murni memiliki ciri khas, berupa : 1. hubungan segitiga antara pihak dan badan atau pejabat yang mengadili 2. badan atau pejabat yang mengadili perkara ini merupakan badan atau pejabat tertentu dan terpisah. Menurut Rochmat Soemitro ciri-ciri peradilan administrasi adalah 1. yang memutuskan adalah hakim 2. penelitian terbatas pada (rechtsmatigheid) keputusan administrasi 3. hanya dapat meniadakan keputusan administrasi, atau bila perlu memberi hukuman berupa uang (denda administratif), tetapi tidak membuat putusan lain yang menggantikan keputusan administrasi yang pertama. Butir ini ditambahkan oleh Sjahran Basah dengan ‘badan yang memutuskan itu tidak tergantung, atau bebas dari pengaruh badan – badan lain apapun juga.’; 4. terikat pada mempertimbangkan fakta – fakta dan keadaan pada saat diambilnya keputusan administrasi dan atas itu dipertimbangkan rechtsmatigheidnya. (3) Pengertian, Unsur dan ciri peradilan administrasi semu Salah satu golongan dari peradilan administrasi dalam arti luas, yang bukan merupakan peradilan administrasi murni atau peradilan administrasi dalam arti sempit, di dalam praktek oleh masing – masing sarjana disebut dengan pelbagai macam istilah, seperti administrative beroep. Administrative beroep terjadi apabila ada permintaan banding mengenai tindakan – tindakan pemerintah, kepada suatu instansi pemerintah yang lebuh tinggi tetapi masih dalam satu jenjang secara vertikal. Ini termasuk ke dalam peradilan administasi dalam arti luas yaitu peradilan administrasi tak murni. Dalam peradilan administrasi dalam arti luas, ada ‘bagian lain’ yang bukan peradilan dalam arti kata sebenarnya. ‘bagian lain’ tersbut kemudian disebut dengan peradilan administrasi semu. Ada beberapa ciri peradilan semu yaitu; 1. yang memutuskan perkara biasanya instansi yang hierarki lebih tinggi dalam satu jenjang secara vertikal atau lain daripadanya yang memberikan putusan pertama; 2. meneliti ‘doelmatigheid’ dan ‘rechtsmatigheid’ dari keputusan administrasi; 3. dapat mengganti, merubah atau meniadakan keputusan administrasi yang pertama; 4. dapat memperhatikan perubahan – perubahan keadaan sejak saat diambilnya keputusan, bahkan juga dapat memperhatikan perubahan yang terjadi selama prosedur berjalan; 5. badan yang memutus dapat di bawah pengaruh badan lain, walapun merupakan badan di luar hirarki. 2.4 Kompetensi Peradilan Administrasi Negara Istilah kompetensi berasal dari bahasa Latin ‘competentia’ yang berarti apa yang menjadi wewenang seseorang. Jadi kompetensi itu merupakan pemberian kekuasaan, kewenangan atau hak kepada badan dan atau pengadilan yang melakukan peradilan. Hal itu penting agar suatu permohonan atau gugatan, yang disampaikan kepada badan atau pengadilan dapat diperiksa dan diputus oleh badan yang berwenang. Wirjono Prodjodikoro menyebutkan bahwa dalam kewenangan atau kekuasaan pengadilan itu tercakup dua masalah yaitu; a) atribusi atau pemberian: apakah Pengadilan Negeri perdata umumnya dan bukan lain macam pengadilan atau badan kekuasaan lain yang berkuasa memeriksa perkara semacam, yang dimaksudkan dalam permohonan gugat. b) Distribusi atau pembagian: apakah Pengadilan Negeri yang disebut dalam permohonan gugat dan bukan pengadilan negeri lain yang berkuasa memeriksa perkara tertentu, yang dimaksudkan dalam permohonan gugat. Atribusi dapat dibedakan menjadi dua masalah, ialah secara: 1. bertingkat dua (veritkal) a) apakah perkara yang bersangkutan masuk kekuasaan hakim biasa, yang pada umumnya terdiri dari 3 macam pengadilan, yaitu: pengadilan negeri pengadilan tinggi, dan Mahkamah Agung b) apakah Pengadilan Negeri dan, bukan Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung yang berkuasa untuk memeriksa perkara yang bersangkutan. 2. berjejeran (horisontal) yang tidak bersifat bertingkat – tingkatan, melainkan berjejeran satu disamping satu yang lain. Ada dua jenis kompetensi, yaitu 1. kompetensi absolut, yang merupakan uraian tentang kekuasaan atau wewenang sesuatu jenis pengadilan. 2. kompetensi relatif, yaitu menetapkan pembagian kekuasaan diantaranya badan – badan pengadilan dari satu jenis. Kompetensi ini berkaitan erat dengan eksepsi, sebagaimana ditentukan dalam pasal – pasal 125 ayat (2) dan 133 HIR untuk distribusi, 134 untuk atribusi. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Peradilan administrasi ialah suatu peradilan yang memiliki unsur-unsur umum juga unsurunsur khusus. Unsur-unsur khusus tersebut adalah: Peraturan-peraturan yang harus diterapkan terletak dalam lapangan hukum tata negara dan lapangan hukum administrasi negara Salah satu pihak harus administrasi yang menjadi terikat, karena perbuatan salah seorang pejabat dalam batas wewenangnya Contoh asas-asas yang digunakan dalam peradilan administrasi negara: Asas Gugatam Asas praduga Rechtmating kompetensi itu merupakan pemberian kekuasaan, kewenangan atau hak kepada badan dan atau pengadilan yang melakukan peradilan. Hal itu penting agar suatu permohonan atau gugatan, yang disampaikan kepada badan atau pengadilan dapat diperiksa dan diputus oleh badan yang berwenang. Dibagi menjadi: Atribusi Distribusi 3.2 Saran Kajian tentang makalah “Peradilan Hukum Administrasi Negara” ini akan memberikan pengetahuan dan wawasan. Hal ini sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan pada gilirannya kelak terhadap pendidikan itu sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan “Peradilan Hukum administrasi Negara” Demikianlah makalah kami yang berjudul “Sumber-Sumber Hukum Islam” kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami terima. Semoga makalah ini sangat berguna bagi kita semua. Amin . Daftar Pustaka Buku : Amrah Muslimin, 1985, Beberapa Asas Dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi Dan Hukum Administrasi, Alumni, Bandung A Siti Soetami, 2005, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Aditama, Bandung. Web Site : http://aniezhatoriqi.blogspot.com/2013/05/hukum-acara-ptun.html http://farahfitriani.wordpress.com/2011/10/30/sejarah-peradilan-administrasiindonesia-sebelum-uu-no-5-th-1986/