Uploaded by User15434

contoh kasus ptun 2

advertisement
Mengupas Tuntas Putusan PTUN Jakarta Nomor: 58/G/2013/PTUN-JKT
Negara merupakan wadah untuk berlindung dan mencapai tujuan bersama yakni kesejahteraan
dalam untuk seluruh rakyat yang berdiam di dalamnya hidup. Maka dalam Negara di dalamnya
ada struktur-struktur pemerintahan yang mempunyai tugas khusus untuk membuat kebijakankebijakan berupa aturan-aturan demi kesejahteraan yang ingin dicapai bersama. Struktur Negara
tersebut dituntut untuk memberikan kebijakan yang sebijak mungkin demi kepentingan
rakyatnya khususnya rakyat yang berdiam didalamnya.
Sebagai masyarakat yang patuh terhadap segala peraturan yang berlaku, maka sudah sejatinya
seluruh lapisan masyarakat memberikan kepercayaan penuh bahwa struktur-struktur pemerintah
adalah wakil dari seluruh aspirasi rakyat yang ada di dalam negaranya.
Namun, pada nyatanya masih ada struktur Negara di bidang hukum khususnya dunia peradilan
yang tidak berlandaskan prinsip keadilan dan kepastian hukum. Salah satu contoh kebijakannya
adalah putusan putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara mulai dari tingkat
PTUN , Pengadilan Tinggi PTUN sampai tingkat Mahkamah Agung, yang dalam hal ini adalah
dalam salah satu contoh kasus Putusan PTUN Jakarta NOMOR : 58/G/2013/PTUN-JKT
Ringkasan Kasus
Disebutkan Bahwa Penggugat I, Penggugat II, Dan Penggugat III Telah mengajukan gugatan
tehadap Gubernur Provinsi DKI Jakarta, alasan para penggugat mengajukan gugatan dikarenakan
adanya Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 361 Tahun 2013
tanggal 6 Maret 2013 Tentang Persetujuan Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum Tahun
2013 Kepada PT. Hansoll lndo, peraturan ini mengakibatkan hak konstitusi anggota Para
Penggugat dilanggar dan kepentingan anggota Para Penggugat dirugikan, yang mana mereka
merasa dirugikan dalam bentuk tidak dapat hidup secara layak.
Sebab dari itu para penggugat meminta kepada majelis Hakim PTUN Jakarta untuk
memerintahkan tergugat membatalkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta Nomor 361 Tahun 2013 tanggal 6 Maret 2013 Tentang Persetujuan Penangguhan
Pelaksanaan Upah Minimum Tahun 2013 Kepada PT. Hansoll lndo, Kemudian Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memberikan putusan pengabulan atas gugatan dari
penggugat dan memenangkan pihak penggugat dengan mempertimbangkan Pokok gugatan dari
para Penggugat bahwa gugatan terbukti dan beralasan menurut hukum.
Namun, di sisi lain karena tidak puas dengan keputusan pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
atas putusannya, disini PT. Hansol Indo yang melakukan gugatan atau mengajukan banding
dalam statusnya sebagai tergugat II intervensi/pembanding. Padahal, pihak Gubernur DKI
Jakarta sebagai pihak asli tergugat tidak mengajukan banding. Justru, statusnya menjadi turut
terbanding.
Dengan adanya gugatan dari PT Hansol Indo, ternyata pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Jakarta mengabulkan banding dari pihak PT Hansol Indo tersebut selaku tergugat II
Intervensi/Pembanding. Namun, pada akhirnya Pengadilan Tinggi TUN Jakarta justru
Menguatkan kembali Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. : 58/G/2013/
PTUN.JKT, tanggal 07 November 2013, sehingga pihak PT. Hansol Indo dikalahkan kembali.
Maka dari itu, karena merasa tidak puas dan tidak terima atas putusan Pengadilan Tinggi TUN
Jakarta, PT Hansol mengajukan kasasi ke MA, akan tetapi kasasinya langsung ditolak mentahmentah oleh Mahkamah Agung.
Berdasarkan analisa saya, Disini Majelis Hakim Pengadilan TUN Jakarta dalam memberikan
putusan sangatlah tegas, hal ini dapat dicerminkan dalam sikap majelis hakim ketika
mempertimbangkan putusan hukumnya. Yakni memberikan dasar-dasar pertimbangan hukum
yang kuat sehingga putusan-putusan yang diberikan juga tepat dan benar dengan melalui
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, sehingga dengan putusannya, majelis hakim
memenangkan pihak penggugat.
Namun rasanya ada sebuah perbedaan dari cara pandang hakim jika dilihat dari hasil
pemeriksaan, pertimbangan, dan putusan yang dilakukan Hakim, ketika jumlah penggugat atas
nama individu, dengan jumlah penggugat atas nama perwakilan anngota serikat buruh/pekerja,
ataupun atas nama serikat-serikat lainnya, maka di sini hakim lebih mendengarkan suara gugatan
dari wakil serikat pekerja/buruh yang memang jumlah pendukungnya lebih banyak.
Sehingga secara otomatis para mejelis hakim lebih hati-hati dan bersungguh-sungguh dalam
memberikan keputusan, dari kasus ini kita bisa memetik sebuah pembelajaran bahwa tugas
seorang hakim yang sejatinya adalah memberikan putusan terbaiknya atas prinsip keadilan
dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa melihat banyak
sedikitnya jumlah suatu golongan penggugat ataupun tergugat.
Namun dalam putusan majelis hakim pengadilan tinggi TUN, saya rasa membingungkan dan
tidak ada kejelasan dalam putusanya sehingga bagi saya terkesan ragu-ragu dan tidak ada
kepastian hukum, yaitu ketika Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta telah mengabulkan
permohonan banding dari pihak PT Hansol Indo sebagai tergugat II Intervensi, akan tetapi dia
justru memberi putusan Menguatkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. :
58/G/2013/ PTUN.JKT., tanggal 07 November 2013, sehingga saya melihat majelis hakim dalam
memberikan putusanya tidak berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku karena hakim tidak
memiliki ketegasan, sehingga jika hakim mengabulkan permohonan banding dari PT Hansol
indo sebagai tergugat II Intervensi, maka seharusnya PT Hansol indo yang harus dimenangkan.
Namun, pada kenyataanya hakim justru memberi putusan Menguatkan Putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara Jakarta No. : 58/G/2013/ PTUN.JKT., tanggal 07 November 2013, maka dari itu
saya melihat bahwa tidak ada kepastian hukum yang dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara Jakarta.
Sebagai lembaga peradilan di lingkungan peradilan tata usaha Negara yang bertindak sebagai
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha
Negara tingkat banding, Mereka otomatis menjadi sebuah harapan bagi seluruh rakyat di
dalamnya demi tercapainya kesejahteraan dalam mendapatkan keadilan. Maka sangatlah perlu
diperhatikan prinsip keadilan dan kepastian hukum sehingga rasa kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga peradilan yang ada di Negara Indonesia bisa menjadi tolak ukur dari
kesejahteraan rakyatnya.
Download