RANGKUMAN HUKUM ACARA PERDATA DAN PA Pengertian Pengadilan dan Peradilan Pengadilan adalah tempat/ lembaga/ badannya (pasal 1 ayat (2) UU 7/89, sedangkan peradilan adalah proses pemeriksaan perkara oleh hakim di pengadilan. H.A. PA di peradilan umum Dalam pasal 54 UU 7/89 disebutkan bahwa H.A yang berlaku pada pengadilan di lingkungan peradilan agama adalah H.A Perdata pada pengadilan di lingkungan peradilan umum, kecuali diatur secara khusus di dalam UU ini (UU pengadilan Agama) Pengertian Hukum Acara Perdata - Sudikno Mertokusumo H.A Perdata adalah peraturan yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya H. Perdata materiil dengan perantaraan hakim - R. Wirjono Prodjodikoro Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan, dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan H. perdata. Eigenrechting (Perbuatan Main Hakim Sendiri) Perbuatan ini dilarang oleh hukum, untuk melaksanakan hukum perdata materiil terutama pelanggaran terhadap H. materiil itu, diperlukan peraturan hukum lain disamping H. perdata materiil, yaitu H. Perdata formil atau biasa disebut H. A. Perdata. Pengertian Perkara dan Sengketa Pengertian perkara lebih luas daripada pengertian sengketa. Pengertian perkara didalamnya termasuk juga pengertian sengketa. - Sengketa Sengketa berarti ada yang dipersengketakan/diperselisihkan. Bentuk tuntutan haknya adalah gugatan. Contohnya : A sebagai penggugat menggugat B sebagai tergugat karena telah melakukan wanprestasi. - Perkara Pengertian perkara menurut hukum adalah baik ada yang dipersengketakan/diperselisihkan ataupun tidak ada yang dipersengketakan/diperselisihkan. Perkara yang tidak ada sengketa/perselisihan misalnya penetapan waris, permohonan izin jual, permohonan sebagai wali, dll yang diajukan ke pengadilan dan bentuk tuntutan haknya adalah permohonan. Macam-macam Gugatan 1. Gugatan Permohonan (Voluntair) Permasalahan perdata yang diajukan dalam bentuk permohonan yang ditandatangani pemohon atau kuasanya yang ditujukan kepada Kepala Pengadilan Negeri. Ciri khas permohonan atau gugatan voluntair adalah : a. Masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata for the benefit of one party only) - Benar-benar murni untuk menyelesaikan kepentingan pemohon tentang sesuatu permasalahan perdata yang memerlukan kepastian hukum, misalnya meminta izin pengadilan untuk melakukan tindakan tertentu. - Apa yang dipermasalahkan pemohon, tidak bersentuhan dengan hak dan kepentingan orang lain. b. Tidak ada sengketa dengan pihak lain (without disputes or differences with another party) Berdasarkan ukuran ini, tidak dibenarkan mengajukan permohonan tentang penyelesaian sengketa hak atau pemilikan maupun penyerahan serta pembayaran sesuatu oleh orang lain atau pihak ketiga. c. Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi bersifat ex-parte. Benar-benar murni dan mutlak satu pihak atau bersifat ex-parte. Permohonan untuk kepentingan sepihak (on behalf of one party) atau yang terlibat dalam permasalahan hukum (involving only one party to a legal matter) yang diajukan kedalam kasus itu, hanya satu pihak. 2. Gugatan Perdata (Contentiosa) Gugatan yang mengandung sengketa antara 2 pihak atau lebih. Permasalahan yang diajukan dan diminta untuk diselesaikan dalam gugatan, merupakan sengketa atau perselisihan diantara para pihak (between contending parties). Di masa yang lalu bentuk ini disebut contentiosa rechtspraak. Artinya, penyelesaian sengketa di pengadilan melalui proses sanggah-menyanggah dalam bentuk replik (jawaban dari suatu jawaban), dan duplik (jawaban kedua kali). Atau disebut juga op tegenspraak (proses peradilan sanggah-menyanggah). Para pihaknya adalah: - - Yang mengajukan penyelesaian sengketa disebut dan bertindak sebagai penggugat (plaintiff = planctus, the party who institutes a legal action or claim) Yang ditarik sebagai pihak lawan dalam penyelesaian, disebut dan berkedudukan sebagai tergugat (defendant, the party againts whom a civil action is brought) Dengan demikian, ciri yang melekat pada gugatan perdata : Permasalahan hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa (disputes, differences) Sengketa terjadi diantara para pihak, paling kurang diantara dua pihak. Gugatan perdata bersifat partai (party) dengan adanya penggugat dan tergugat. Bentuk Gugatan 1. Berbentuk Lisan Diatur dalam pasal 120 HIR (144 RBG) “Bilamana si penggugat buta huruf maka surat gugatannya dapat dimasukkan dengan lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri, yang mencatat gugatan itu atau menyuruh mencatatnya.” 2. Bentuk Tertulis Gugatan paling diutamakan adalah gugatan tertulis, ditegaskan dalam pasal 118 ayat (1) HIR (142 RBG). “Gugatan perdata harus dimasukkan kepada PN dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya.” Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan yang dapat mengajukan gugatan perkara perdata bisa penggugat sendiri maupun orang lain yang diberi kuasa untuk mewakilinya. Karena HIR maupun RBG tidak menganut sistem Verplichte Procureur Stelling, yang mewajibkan penggugat harus memberi kuasa kepada yang berpredikat pengacara atau advokat untuk mewakilinya, sebagaimana hal itu dahulu dianut oleh Reglement op de Rechtvordering (Rv). Pihak-pihak Dalam Perkara - Umumnya didalam beracara didepan pengadilan dalam perkara perdata adalah terdapat 2 macam pihak, yaitu puhak materiil dan formil. Yang dimaksud pihak materiil adalah orang yang mempunyai kepentingan hukum langsung terhadap perkara itu, sedangkan yang dimaksud pihak formil adalah pihak yang beracara di depan pengadilan. - Tetapi seseorang dapat pula bertindak sebagai pemohon, penggugat, tergugat dan pelawan di muka pengadilan. Yang Dapat Beracara di Muka Pengadilan Pada asasnya setiap orang yang mempunyai hak dan ingin menuntut/ingin mempertahankan/ membela haknya, berwenang untuk bertindak selaku pihak, baik sebagai pemohon, penggugat, tergugat, pelawan, dsb (legitima persona stondi in justicio). Kemampuan untuk bertindak sebagai pihak merupakan komponen penting daripada kewenangan hukum/kewenangan untuk menjadi pendukung hak. Siapa yang dianggap tidak mampu untuk bertindak, dianggap tidak mampu pula untuk bertindak sebagai pihak di muka pengadilan.