Tuntutan Hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “eigenrichting” (Perbuatan main hakim sendiri). Macam-macamTuntutan Hak (Permohonan dan Gugatan) 1. Gugatan Permohonan (Voluntair) Permasalahan perdata yang diajukan dalam bentuk permohonan yang ditandatangani pemohon atau kuasanya yang ditujukan kepada Kepala Pengadilan Negeri. Ciri khas permohonan atau gugatan voluntair adalah : a. Masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata for the benefit of one party only) - Benar-benar murni untuk menyelesaikan kepentingan pemohon tentang sesuatu permasalahan perdata yang memerlukan kepastian hukum, misalnya meminta izin pengadilan untuk melakukan tindakan tertentu. - Apa yang dipermasalahkan pemohon, tidak bersentuhan dengan hak dan kepentingan orang lain. b. Tidak ada sengketa dengan pihak lain (without disputes or differences with another party) Berdasarkan ukuran ini, tidak dibenarkan mengajukan permohonan tentang penyelesaian sengketa hak atau pemilikan maupun penyerahan serta pembayaran sesuatu oleh orang lain atau pihak ketiga. c. Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi bersifat ex-parte. Benar-benar murni dan mutlak satu pihak atau bersifat ex-parte. Permohonan untuk kepentingan sepihak (on behalf of one party) atau yang terlibat dalam permasalahan hukum (involving only one party to a legal matter) yang diajukan kedalam kasus itu, hanya satu pihak. 2. Gugatan Perdata (Contentiosa) Gugatan yang mengandung sengketa antara 2 pihak atau lebih. Permasalahan yang diajukan dan diminta untuk diselesaikan dalam gugatan, merupakan sengketa atau perselisihan diantara para pihak (between contending parties). Di masa yang lalu bentuk ini disebut contentiosa rechtspraak. Artinya, penyelesaian sengketa di pengadilan melalui proses sanggah-menyanggah dalam bentuk replik (jawaban dari suatu jawaban), dan duplik (jawaban kedua kali). Atau disebut juga op tegenspraak (proses peradilan sanggah-menyanggah). Para pihaknya adalah: - - Yang mengajukan penyelesaian sengketa disebut dan bertindak sebagai penggugat (plaintiff = planctus, the party who institutes a legal action or claim) Yang ditarik sebagai pihak lawan dalam penyelesaian, disebut dan berkedudukan sebagai tergugat (defendant, the party againts whom a civil action is brought). Dengan demikian, ciri yang melekat pada gugatan perdata : Permasalahan hukum yang diajukan ke pengadilan mengandung sengketa (disputes, differences) Sengketa terjadi diantara para pihak, paling kurang diantara dua pihak. Gugatan perdata bersifat partai (party) dengan adanya penggugat dan tergugat. Bentuk Gugatan 1. Berbentuk Lisan Diatur dalam pasal 120 HIR (144 RBG) “Bilamana si penggugat buta huruf maka surat gugatannya dapat dimasukkan dengan lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri, yang mencatat gugatan itu atau menyuruh mencatatnya.” 2. Bentuk Tertulis Gugatan paling diutamakan adalah gugatan tertulis, ditegaskan dalam pasal 118 ayat (1) HIR (142 RBG). “Gugatan perdata harus dimasukkan kepada PN dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya.” Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan yang dapat mengajukan gugatan perkara perdata bisa penggugat sendiri maupun orang lain yang diberi kuasa untuk mewakilinya. Karena HIR maupun RBG tidak menganut sistem Verplichte Procureur Stelling, yang mewajibkan penggugat harus memberi kuasa kepada yang berpredikat pengacara atau advokat untuk mewakilinya, sebagaimana hal itu dahulu dianut oleh Reglement op de Rechtvordering (Rv).