e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PENGENALAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK 1 K. Anggun Cahyani, I N. Jampel2, P. Rahayu Ujianti3 1 3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email: [email protected], [email protected],[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif setelah adanya penerapan metode demonstrasi dalam pengenalan sains pada anak kelompok B2 semester II tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Kumara Patemon. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 30 anak kelompok B2 semester II di TK Dharma Kumara Patemon tahun pelajaran 2014/2015. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada peningkatan perkembangan kognitif setelah diterapkan metode demonstrasi dalam pengenalan sains. Pada siklus I sebesar 68,00% yang berada pada kriteria sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 89,83% yang berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains. Kata kunci:, metode demonstrasi, perkembangan kognitif, pengenalan sains, Abstract This study was carried out to find out the increase of cognitive development after the implementation of the demonstration method in the introduction of science for children group B2 at second semester in the academic year 2014/2015 at Dharma Kumara kindergarten, Patemon. This study was designed as a classroom action research that was conducted in two cycles. The subjects of this study were 30 children at second semester of B2 class in the academic year 2014/2015 at Dharma Kumara kindergarten, Patemon. The data of this research that were related to the cognitive development was observation with instrument namely observation sheet. The data were analyzed through descriptive statistical analysis and descriptive quantitative analysis method. The result of the analysis showed that there was an increase of cognitive development after implementing a demonstration method in the introduction of science. At the first cycle about 68.00% which were in the average criteria at the first cycle apparently increased in the second cycle into 89.83% which were in high criteria. Based on the result of this study it can be concluded that the implementation of demonstration method can improve cognitive development of children in recognizing the concept of science. Keywords: demonstration method, cognitive development, the introduction of science. 1 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) PENDAHULUAN Undang-undang No. 20 (2003:3) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai pada anak usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pendidikan anak usia dini membutuhkan peran serta lingkungan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam rangka membangkitkan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan prinsip pendidikan prasekolah yaitu: “Belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar” sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang berisi tentang standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut maka kegiatan belajar di TK disusun untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan-kebutuhan pembangunan nasional serta perkembangan dalam pengetahuan dan kreativitas anak. Aspek kognitif sebagai salah satu bidang pengembangan perkembangan dasar dalam kurikulum TK memegang peranan strategis dalam upaya mengembangkan perkembangan berpikir anak untuk dapat mengolah hasil belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan perkembangan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu serta perkembangan untuk memilah-milah, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan perkembangan berpikir teliti.(Depdiknas, 2003). Jamaris (2003:100) mengemukakan bahwa “perkembangan kognitif anak pada hakekatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation), akomodasi (accommodation) dan organisasi”. Perkembangan kognitif memiliki kaitan dengan pengenalan sains di TK. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2009 yang menyatakan bahwa dalam tugas perkembangan anak 5-6 tahun terdapat perkembangan kognitif yang harus dikembangkan, meliputi kemampuan pengetahuan umum dan sains; konsep bentuk, warna, ukuran dan pola; dan konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Jannah (2013:159) mengatakan “sains bisa diartikan sebagai produk dan proses. Sebagai produk sains adalah pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenal dunia fisik alami. Sedangkan sebagai proses, sains mencakup kegiatan menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan”. Tujuan mendasar dari pengenalan sains dalam pendidikan anak usia dini ialah untuk mengembangkan individu agar mengetahui dan memahami ruang lingkup sains yang memiliki efek penguatan yang menyeluruh pada intelektual yang akan membawa peningkatan kekuatan intelektualnya. Deboer (dalam Sumaji, dkk 2002:120) mengajarkan sains berarti mengajarkan cara berpikir ilmiah untuk digunakan sebagai problem solving dalam kehidupan anak. Artinya bahwa dengan memberikan pembelajaran sains sejak dini, maka akan mempersiapkan anak dalam mengahadapi tantangan dan mampu memecahakan setiap persoalan yang dihadapinya. Anwar (dalam Suleman, dkk., 2005) mengatakan “banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila anak sejak usia dini telah diperkenalkan dengan sains. Sains melatih anak bereksperimen dengan melaksanakan percobaan, memperkaya wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Sehingga Sains mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif” 2 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Sifat dari pembelajaran sains yang ada di TK adalah terintegrasi atau menyeluruh sehingga pembelajaran sains terintegrasi dengan bidang pengembangan lainnya, seperti bidang pengembangan kognitif, motorik, sosial, emosi dan bahasa pada anak. Sains di TK bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan anak terutama kognitif, salah satunya dalam memahami konsepkonsep sains dan ketertarikannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses dan aktivitas belajar untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam semesta. Hasil observasi di TK Dharma Kumara Patemon kelas B2 dalam pembelajaran adalah masih rendahnya tingkat perkembangan peserta didik, khususnya dalam perkembangan kognitif. Hal ini didukung oleh hasil observasi dan wawancara dengan Derie Rahmawati guru kelompok B2 mengatakan bahwa dari 30 (dua puluh) anak hanya 5 (lima) anak atau 17% saja anak yang dapat memahami materi sains sederhana tentang konsep terapung dan tenggelam dengan indikator capaian yaitu menceritakan apa yang terjadi ketika batu dan gabus dicelupkan dalam air dan 25 (lima belas) anak atau 83% anak masih belum memahami tentang materi sains sederhana dengan kegiatan demonstrasi yakni mendemonstrasikan perbedaan yang terjadi saat batu dan gabus dimasukkan dalam air secara bersamaan, sehingga dianggap perlu untuk dilakukan penelitian tindakan kelas. Agar dalam proses pembelajaran anak mampu mengenal konsep sains terapung dan tenggelam, maka diperlukan pemilihan metode yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang efektif yang dapat digunakan dalam pengenalan sains kepada anak usia dini adalah metode demonstrasi. Sagala (2010:210) menerangkan “metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya”. Penerapan metode demonstrasi akan memberikan kesemptan kepada anak secara langsung untuk memahami penjelasan yang diberikan guru, melakukan proses pengamatan, percobaan, membuktikan suatu kebenaran akan objek yang ditampilkan, mencari suatu data baru serta mengolah sendiri dalam pikiran. Sejalan dengan hal tersebut, Moesclichatoen (2004:114) menyatakan “metode demonstrasi dapat digunakan untuk memenuhi dua fungsi. Pertama, dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak TK terutama daya pikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluative” Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar observasi dan lembar penilaian pada indikator kognitif yang diberikan oleh guru, dapat disimpulkan bahwa hanya 5 anak atau 17% yang mampu memperoleh empat bintang (****) dengan ketercapaian yakni mampu lebih dari harapan menceritakan apa yang terjadi jika batu dan gabus dimasukkan kedalam air. 25 (lima belas) anak atau 83% anak masih belum memahami tentang materi sains sederhana dengan kegiatan demonstrasi yakni mendemonstrasikan perbedaan yang terjadi saat batu dan gabus dimasukkan dalam air secara bersamaan, sehingga dianggap perlu untuk dilakukan penelitian tindakan kelas. Anak lebih banyak mendapat satu bintang (*) dan dua bintang (**) yang dalam hal ini jika satu bintang dideskripsikan ialah anak tidak mampu menceritakan apa yang terjadi jika batu dan gabus dimasukkan kedalam air 3 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) serta dua bintang adalah anak mampu dengan bantuan guru apa yang terjadi jika batu dan gabus dimasukkan kedalam air. Setelah peneliti hitung tingkat perkembangan kognitif anak dengan membandingkan rata – rata persen (M%) dengan kriteria PAP skala lima, perkembangan kogntif anak berada pada kategori rendah. Perkembangan kognitif setelah dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55 – 63 yang berarti bahwa tingkat perkembangan kognitif anak berada pada kategori rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena rendahnya minat anak dalam mengikuti kegiatan walaupun guru sudah menjelaskan kegiatan berkali-kali melalui metode percakapan. Guru banyak menggunakan contoh-contoh yang bersifat abstrak sehingga anak sulit untuk memahami sains sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian diatas, pada kesempatan ini akan dirancang sebuah penelitian yang berjudul : “Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pengenalan Sains Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Pada Kelompok B2 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Di TK Dharma Kumara Patemon”. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan mampu melancarkan proses pembelajaran di TK dan perkembangan kognitif anak semakin meningkat. instrument berupa lembar format observasi. Observasi dilakukan pada saat pelaksanaaan tindakan pada masingmasing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum berkembang, (**) mulai berkembang, (***) berkembang sesuai harapan, (****) berkembang sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masingmasing siklus mencakup empat komponen yaitu, rencana, observasi, tindakan dan refleksi Arikunto (Trisyani, 2014:33) Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah pertama menyamakan persepsi metode dan media yang akan digunakan yaitu menggunakan metode demonstrasi, kedua menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM), ketiga menyususun rencana kegiatan harian (RKH), keempat menyiapkan media atau alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran sains, kelima mengatur posisi anak dalam melaksanakan kegiatan pengenalan sains dan keenam menyiapkan instrument penelitian tentang perkembangan kognitif dalam mengenal konsep sains Langkah-langkah yang dilakukan guru pada pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. Guru mengatur posisi duduk anak agar merasa nyaman. Siapkan media yang dapat mengapung dan tenggelam dalam air yang digunakan sesuai dengan tema yang diajarkan. Guru menarik perhatian anak dan mengajak anak untuk fokus kearah guru dengan mengenalkan media yang digunakan dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk memegang media tersebut. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah terjadinya proses tenggelam dan terapung pada suatu benda. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba secara langsung sehingga anak membangun sendiri konsep sains dengan membuktikan sendiri kebenaran atau fakta tentang benda terapung dan tenggelam METODE Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 April 2015 sampai dengan 30 Mei 2015 pada anak kelompok B semester II TK Dharma Kumara Patemon tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B semester II berjumlah 30 orang yaitu 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Variabel dalam penelitian ada dua, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kognitif dalam pengenalan sains. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dikumpulkan dengan metode observasi dengan 4 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan analisis data dari pelaksanaan yang mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemudian barulah ditentukan tindakan yang akan direncanakan selanjutnya dengan pemantapan tindakan atau revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar penyusunan rancangan rencana program tindakan selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan bahasa lisan anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif, diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif anak siklus I sebesar 68% yang berada pada kategori sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dari 30 anak didapatkan 10 anak (32%) yang memiliki perkembangan kognitif tinggi dalam mengenal konsep sains dan 20 anak (68%) memiliki perkembangan kognitif yang sedang. Rata-rata persentase perkembangan kognitif anak siklus II sebesar 89,83%. Apabila dideskripsikan kedalam angka, dari 30 anak didapatkan 27 anak (89,43%) memiliki perkembangan kognitif tinggi dan sisanya 3 anak (10,17%) memiliki perkembangan kognitif yang masih berada pada kategori sedang. Berikut adalah grafik perkembangan kognitif pada siklus I. Mo = 13,6 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari tiga minggu 17 kali pertemuan. 2 kali pertemuan untuk perencanaan tindakan dan 15 kali pertemuan untuk tindakan serta observasi/evaluasi hasil tindakan dilakukan pada akhir pertemuan. Data hasil belajar anak pada perkembangan kognitif disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Mo = 11 Me = 13 Grafik 1. Grafik Perkembangan Kognitif anak dalam Mengenal Konsep Sains Siklus I Kelompok B2 TK Dharma Kumara Patemon Tahun Pelajaran 2014/2015 Grafik polygon di atas menunjukan bahwa Mo<Me<M (11<13<13,6). Berdasarkan gambar tersebut dapat 5 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar perkembangan kognitif dalam mengenal konsep sains pada siklus I cenderung rendah dan kurva juling positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 68, 00%, apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 65-79% yang berarti bahwa hasil kemampuan membilang pada siklus I berada pada kriteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode demonstrasi dalam mengenal konsep sains terapung dan tenggelam. Kendala yang ditemukan tersebut menyebabkan hasil perkembangan kognitif dalam mengenal sains kelompok B2 di TK Dharma Kumara Patemon berada pada kriteria sedang, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka nampak terjadi peningkatan proses pembelajaran siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains anak dapat meningkat. Peningkatan perkembangan kognitif anak dapat dilihat melalui grafik berikut. F r e k u e n s i Grafik 2. Grafik Perkembangan Kognitif anak dalam Mengenal Konsep Sains Siklus II Kelompok B2 TK Dharma Kumara PatemonTahun Pelajaran 2014/2015 Grafik polygon di atas menunjukan bahwa bahwa Mo>Me>M (19>18>17,56), Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan membilang pada siklus II cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II yaitu 89,83% apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 80-89 % yang berarti bahwa hasil perkembangan kognitf anak dalam mengenal konsep sains pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 21,83%. Terjadinya peningkatan persentase perkembangan kognitif anak pada saat penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran sains disebabkan karena perbaikan tindakan pada siklus I. Penggunaan metode demonstrasi yang lebih ditekankan, media yang digunakan pada siklus II lebih menarik minat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, menciptakan suasana yang lebih menyenangkan dan membangkitkan antusias anak dalam belajar. Persentase perkembangan kognitif anak pada siklus I sebesar 68% berada pada kategori sedang. Capaian rata-rata perkembangan kognitif anak pada siklus I ini disebabkan penyampaian materi yang kurang jelas oleh guru yang didominasi dengan percakapan serta penggunaan bahasa yang sulit dipahami untuk anak yang berusia 5-6 tahun. Guru mempergunakan istilah/kosakata seperti terapung, melayang dan tenggelam. Anakanak memperlihatkan wajah bingung saat guru menyampaikan materi diawal kegiatan karena anak-anak belum memahami sepenuhnya istilah terapung dan tenggelam. Kondisi demikian juga mengakibatkan volume anak yang kurang 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 15 16 17 18 19 20 X X = Skor= M= 17,56 Mo=19 Me=18 6 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) keras dan jelas ketika menjawab pertanyaan dari guru karena anak masih ragu atas jawaban sendiri sehingga kurang dapat didengar oleh anak yang lain. Temuan selanjutnya ialah sebagian anak kurang fokus dalam kegiatan dan ada anak yang cenderung ingin menyendiri saja. Hal tersebut diakibatkan karena pengaturan tempat duduk yang kurang tertata yang membuat anak ingin melakukan kegiatan sendiri. Faktor yang lain ialah, pembelajaran yang monoton dan media kurang bervariasi yang berdampak pada kurangnya ketertarikan anak melakukan kegiatan dan cepat merasa bosan sehingga ingin melakukan kegiatan yang lain. Hal ini perlu ditingkatkan dengan penggunaan metode pembelajaran demonstrasi dalam pembelajaran sains, penyampaian materi dengan menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak. Selanjutnya media yang digunakan harus lebih menarik. Secara teoritis, Sagala (2010:210) memaparkan bahwa dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan. Artinya bahwa media yang dipergunakan harus inovatif, sebab dengan penggunaan media yang inovatif akan mempermudah penyampain materi dan pembentukan konsep sains kepada anak. Usaha lain yang dilakukan dalam meningkatkan perkembangan kognitif khususnya pembelajaran sains saat penggunaan metode demonstrasi adalah menciptakan situasi yang menggembirakan dan menyenangkan seperti penataan tempat duduk anak, memberikan penjelasan tentang konsep terapung dan tenggelam dengan memperlihatkan objek dan menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Kepercayaan diri anak akan tumbuh seiring dengan pemberian motivasi dan penghargaan yang diberikan oleh guru pada saat anak berhasil mengerjakan tugas. Motivasi yang diberikan kepada anak berupa pujian, sedangkan penghargaan tersebut berupa tanda bintang. Anak yang mampu mengerjakan tugas dengan baik dan masuk kedalam kategori berkembang sesuai dengan harapan, maka anak akan mendapat empat bintang. Selain itu, upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan perkembangan kognitif ialah guru meminta anak untuk bersungguh-sungguh dalam memperhatikan kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan konsep sains khususnya dalam pengenalan konsep tenggelam dan terapung pada suatu benda. Usaha yang telah dilakukan tersebut terbukti pada siklus II perkembangan kognitif anak mengalami peningkatan menjadi 89,83% yang menunjukkan pada kategori tinggi. Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu jika penerapan metode demonstrasi dalam pengenalan sains dapat terlaksana, maka perkembangan kognitif anak cenderung meningkat pada anak di kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Kumara Patemon. Penyajian hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya memberikan gambaran bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran sains dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak kelompok B2 TK Dharma Kumara Patemon. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran sains ternyata sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak, dan mudah diterapkan untuk berbagi pengetahuan tentang pembelajaran konsep sains terapung dan tenggelam. Secara teoritis Gunarti (2008:9.3) menyatakan “metode demonstrasi adalah suatu metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau kejadian”. Selanjutnya Moesclichatoen (2004:114) menyatakan “metode 7 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) demonstrasi dapat digunakan untuk memenuhi dua fungsi. Pertama, dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak TK terutama daya pikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluative”. Anak mampu memahami informasi yang disampaikan oleh guru dengan menampilkan objek atau media secara langsung kepada anak sehingga memungkinkan anak membuktikan sendiri kebenaran dan fakta dari informasi yang didapat. Adapun keunggulan dari metode demonstrasi. Pertama, dalam proses pelaksanaan kegiatan anak terlihat antusias mengikuti kegiatan atau pembelajaran di kelas. Alasannya karena sebelum pemberian tugas, guru mendemonstrasikan langkah-langkah pengerjaan tugas sehingga anak memahami dan mengerti apa yang harus dikerjakan. Kedua, anak terlihat aktif dalam merespon stimulus dari guru yang diberikan melalui pertanyaan ataupun percakapan antara guru dengan anak. Anak mulai mengerti akan pertanyaan yang diberikan oleh guru dan mampu menjawab terkait dengan apa yang anak lihat saat proses demonstrasi dilakukan. Ketiga, metode demonstrasi yang dilakukan guru dalam pengenalan sains pada anak sangat menarik dan menyenangkan karena anak diajak melihat dan mengamati langsung media yang didemonstrasikan oleh guru. (www.wawasanpendidikan) Metode pembelajaran seperti ini akan memberikan motivasi kepada anak untuk mengenal sains secara sederhana sehingga dapat mencegah kebosanan yang ada pada diri anak-anak. Oleh karena itu, para guru sangat perlu menerapkan strategi pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran sains secara berkelanjutan guna meningkatkan perkembangan kognitif anak. Secara operasional metode demonstrasi terdiri dari beberapa langkah 1) tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) yakni menetapkan rancangan bentuk, alat dan bahan serta langkah demonstrasi, 2) tahap pelaksanaan metode demonstrasi ialah melaksanakan demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, 3) tahap evaluasi yakni melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Terdiri dari dua jenis penilaian yakni otentik assemen, guru melakukan pengamatan tentang kegiatan yang dilakukan anak dan formal assesmen (tes standar) yakni pemberian tugas untuk mengukur karakteristik dan kemampuan anak. Kekuatan metode demonstrasi adalah menunjang munculnya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi anak untuk belajar khususnya dalam mengenal konsep sains. Kelebihan dari metode demonstrasi dalam pembelajaran sains yakni dapat menghindari terjadinya verbalisme sebab siswa disuruh langsung memperhatikan/mengamati bahan pelajaran atau media yang dijelaskan. Melalui kegiatan mengamati, siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Adapun kekurangan dari metode demonstrasi yakni memerlukan keterampilan guru secara khusus, waktu yang banyak, memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan, keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan. Beberapa keunggulan metode demonstrasi dalam pengenalan sains didukung oleh beberapa hasil penelitian. Beberapa penelitian yang dimaksud adalah penelitian oleh Dewi (2014) memberikan hasil bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Dharmapatni Denpasar Barat. Sedangkan penelitian mengenai penerapan metode 8 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) demonstrasi dalam pengenalan sains dilakukan oleh Faradila (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Pengenalan Sains Sederhana Melalui Metode Demonstrasi Anak Usia 5-6 Tahun” menyimpulkan bahwa melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan pengenalan sains sederhana pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak. Berdasarkan pemaparan di atas baik secara teoritis maupun operasional empirik, dapat dikatakan bahwa setelah penerapan metode demonstrasi perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains lebih tinggi dibandingkan sebelum diterapkannya metode demonstrasi. Sejalan dengan hal tersebut, secara deskriptif skor rata-rata perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains dengan metode demonstrasi lebih tinggi dibandingkan sebelum diterapkannya metode demonstrasi dalam mengenalkan kegiatan sains. adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 21,83%. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, bagi guru TK disarankan lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan pada anak, khususnya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak. Selain itu, guru diharapkan agar menggunakan media inovatif agar dapat menarik minat anak untuk fokus dalam mengikuti setiap kegiatan. Kedua, bagi kepala sekolah agar melakukan pembinaan serta memberikan informasi secara intensif kepada para guru mengenai metode pembelajaran, sehingga kemampuan prosefesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak dapat meningkat sesuai dengan target yang diharapkan. Ketiga, bagi peneliti lain, sebagai inspirasi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini serta sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan sebagai penyempurnaan dalam penelitian yang akan dilaksanakan selanjutnya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pengenalan sains dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak di TK Dharma Kumara Patemon pada kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains terapung dan tenggelam dengan rata-rata persentase hasil belajar perkembangan kognitif anak dari siklus I sebesar 68,00% yang dikonversikan kedalam sekala PAP berada pada rentangan 65-79 yang berarti bahwa perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains berada pada kategori sedang. Penelitian ini dilanjutkan ke siklus II sebesar 89,43% yang berada pada kategori tinggi yang dikonversikan kedalam sekala PAP berada pada rentangan 80-89 yang berarti bahwa perkembangan kognitif anak dalam mengenal konsep sains berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan DAFTAR RUJUKAN Agung. A. A. Gede. 2010. “Penelitian tindakan kelas (teori dan analisis data dalam PTK”). Makalah disajikan Pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Singaraja27 September 2010 -------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Aisyah. 2008. “Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini”. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen pendidikan nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen 9 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Lutfiana, dkk. 2010. Jurnal Penelitian: Pengenalan Konsep Sains Pada Anak Usia Dini Menggunakan Experimental Method (Studi Kasus Sains) Pada TK Negeri Pembina Sumenep. Dewi. 2014. Jurnal Penelitian: Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Wadah Telur Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Konsep Bilangan Pada Anak. Moesclichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman KanakKanak. Jakarta: Diva Press Nugraha. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Darendra Faradila. 2013. Jurnal Penelitian: Peningkatan Pengenalan sains Sederhana Melalui Metode Demonstrasi Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Al-Irsyad Al-Islamiyyah Ketapang Nurjatmika. 2012. Ragam Aktivitas Harian untuk TK. Jogjakarta:Diva Press. Pedoman penulisan skripsi dan tugas akhir program sarjana dan diploma Undiksha. 2013. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Hidayaturokhmah. 2009. Jurnal penelitian: Upaya Meningkatkan Kemampuan Sains Melalui Kegiatan Eksplorasi Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Tlagayasa Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2013/2014 Poerwati, dkk. 2013 Jurnal Penelitian: Meningkatkan Kreativitas dan Keterampilan Motorik Melalui Pengenalan Sains Berbasis Eksperimen Sederhana Pada Anak TK Tunas Mekar II Dalung. Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Purnawirawanti, dkk. 2013. Jurnal Penelitian: Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Demonstrasi Dan Stimulasi Dalam Pembelajaran IPA Ditinjau Dari Kecerdasan Spasial Dan Interaksi Sosial Siswa. Tesis (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Jamaris. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Program Studi Pendidikan Usia Dini PPS Universitas Negeri Jakarta. Jannah. 2013. Kesalahan-Kesalahan Guru PAUD yang Sering Dianggap Sepele. Jogjakarta: Diva Press. Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Koyan, Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sujiono, dkk. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Krisnaningrum. 2013. Jurnal Penelitian: Penerapan Metode Inquiry dalam Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Anak Tanan KanakKanak. ---------, 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Suleman. 2013. Jurnal Penelitian: Mengembangkan Konsep Sains 10 e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Melalui Metode Eksperimen Bermain Balon Ajaib DI PAUD Muara Tenang Kelompok B Desa Posso Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Sumaji. 2002. Pendidikan Sains yang Humanistis. Jakarta Supriadi. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: PT Kurnia Kalam Sesmeta. Suryani dan Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jogjakarta: Ombak Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. Syaodiah, Ernawulan. 2005. Bimbingan di taman kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wendra.2007.Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Bumi Angkasa. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset 11