penerapan metode demonstrasi dalam pengenalan

advertisement
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PENGENALAN
SAINS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK
1
K. Anggun Cahyani, I N. Jampel2, P. Rahayu Ujianti3
1 3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2
Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email: [email protected], [email protected],[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif setelah
adanya penerapan metode demonstrasi dalam pengenalan sains pada anak kelompok B2
semester II tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Dharma Kumara Patemon. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam
penelitian ini adalah 30 anak kelompok B2 semester II di TK Dharma Kumara Patemon
tahun pelajaran 2014/2015. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dikumpulkan
dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data dianalisis
dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada peningkatan perkembangan kognitif
setelah diterapkan metode demonstrasi dalam pengenalan sains. Pada siklus I sebesar
68,00% yang berada pada kriteria sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II
menjadi 89,83% yang berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan perkembangan
kognitif anak dalam mengenal konsep sains.
Kata kunci:, metode demonstrasi, perkembangan kognitif, pengenalan sains,
Abstract
This study was carried out to find out the increase of cognitive development after the
implementation of the demonstration method in the introduction of science for children
group B2 at second semester in the academic year 2014/2015 at Dharma Kumara
kindergarten, Patemon. This study was designed as a classroom action research that was
conducted in two cycles. The subjects of this study were 30 children at second semester
of B2 class in the academic year 2014/2015 at Dharma Kumara kindergarten, Patemon.
The data of this research that were related to the cognitive development was observation
with instrument namely observation sheet. The data were analyzed through descriptive
statistical analysis and descriptive quantitative analysis method. The result of the analysis
showed that there was an increase of cognitive development after implementing a
demonstration method in the introduction of science. At the first cycle about 68.00% which
were in the average criteria at the first cycle apparently increased in the second cycle into
89.83% which were in high criteria. Based on the result of this study it can be concluded
that the implementation of demonstration method can improve cognitive development of
children in recognizing the concept of science.
Keywords: demonstration method, cognitive development, the introduction of science.
1
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 (2003:3)
tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya yang ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai pada anak
usia 6 tahun yang dilakukan melalui
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan yang lebih
lanjut. Sehubungan dengan hal tersebut di
atas,
pendidikan
anak
usia
dini
membutuhkan peran serta lingkungan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak, dalam rangka
membangkitkan suasana belajar yang
menarik dan menyenangkan sesuai
dengan prinsip pendidikan prasekolah
yaitu: “Belajar sambil bermain dan bermain
seraya
belajar”
sesuai
dengan
karakteristik anak usia dini.
Permendiknas No. 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini yang berisi tentang standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan
standar isi, proses dan kompetensi lulusan
serta penetapan kerangka dasar dan
standar kurikulum oleh pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut maka
kegiatan belajar di TK disusun untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional yang
disesuaikan
dengan
lingkungan,
kebutuhan-kebutuhan
pembangunan
nasional serta perkembangan dalam
pengetahuan dan kreativitas anak.
Aspek kognitif sebagai salah satu bidang
pengembangan perkembangan dasar
dalam kurikulum TK memegang peranan
strategis dalam upaya mengembangkan
perkembangan berpikir anak untuk dapat
mengolah
hasil
belajarnya,
dapat
menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah, membantu anak
untuk mengembangkan perkembangan
logika matematikanya dan pengetahuan
akan
ruang
dan
waktu
serta
perkembangan
untuk
memilah-milah,
mengelompokkan serta mempersiapkan
pengembangan perkembangan berpikir
teliti.(Depdiknas,
2003).
Jamaris
(2003:100)
mengemukakan
bahwa
“perkembangan kognitif anak pada
hakekatnya merupakan hasil proses
asimilasi
(assimilation),
akomodasi
(accommodation) dan organisasi”.
Perkembangan kognitif memiliki
kaitan dengan pengenalan sains di TK.
Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 58 tahun 2009 yang
menyatakan
bahwa
dalam
tugas
perkembangan anak 5-6 tahun terdapat
perkembangan kognitif
yang harus
dikembangkan,
meliputi
kemampuan
pengetahuan umum dan sains; konsep
bentuk, warna, ukuran dan pola; dan
konsep bilangan, lambang bilangan dan
huruf.
Jannah (2013:159) mengatakan
“sains bisa diartikan sebagai produk dan
proses. Sebagai produk sains adalah
pengetahuan yang terorganisir dengan
baik mengenal dunia fisik alami.
Sedangkan
sebagai
proses,
sains
mencakup
kegiatan
menelusuri,
mengamati dan melakukan percobaan”.
Tujuan mendasar dari pengenalan
sains dalam pendidikan anak usia dini
ialah untuk mengembangkan individu agar
mengetahui dan memahami ruang lingkup
sains yang memiliki efek penguatan yang
menyeluruh pada intelektual yang akan
membawa
peningkatan
kekuatan
intelektualnya. Deboer (dalam Sumaji, dkk
2002:120) mengajarkan sains berarti
mengajarkan cara berpikir ilmiah untuk
digunakan sebagai problem solving dalam
kehidupan anak. Artinya bahwa dengan
memberikan pembelajaran sains sejak
dini, maka akan mempersiapkan anak
dalam mengahadapi tantangan dan
mampu memecahakan setiap persoalan
yang dihadapinya.
Anwar (dalam Suleman, dkk.,
2005) mengatakan “banyak manfaat yang
dapat diperoleh apabila anak sejak usia
dini telah diperkenalkan dengan sains.
Sains melatih anak bereksperimen dengan
melaksanakan percobaan, memperkaya
wawasan anak untuk selalu ingin
mencoba dan mencoba. Sehingga Sains
mengarahkan dan mendorong anak
menjadi seorang yang kreatif dan penuh
inisiatif”
2
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Sifat dari pembelajaran sains yang
ada di TK adalah terintegrasi atau
menyeluruh sehingga pembelajaran sains
terintegrasi
dengan
bidang
pengembangan lainnya, seperti bidang
pengembangan kognitif, motorik, sosial,
emosi dan bahasa pada anak. Sains di TK
bermanfaat
untuk
meningkatkan
perkembangan anak terutama kognitif,
salah satunya dalam memahami konsepkonsep sains dan ketertarikannya dengan
kehidupan
sehari-hari,
memiliki
keterampilan proses dan aktivitas belajar
untuk
mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap
ilmiah untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya dengan lebih
menyadari kebesaran dan kekuasaan
pencipta alam semesta.
Hasil observasi di TK Dharma
Kumara Patemon kelas B2 dalam
pembelajaran adalah masih rendahnya
tingkat perkembangan peserta didik,
khususnya dalam perkembangan kognitif.
Hal ini didukung oleh hasil observasi dan
wawancara dengan Derie Rahmawati guru
kelompok B2 mengatakan bahwa dari 30
(dua puluh) anak hanya 5 (lima) anak atau
17% saja anak yang dapat memahami
materi sains sederhana tentang konsep
terapung dan tenggelam dengan indikator
capaian yaitu menceritakan apa yang
terjadi ketika batu dan gabus dicelupkan
dalam air dan 25 (lima belas) anak atau
83% anak masih belum memahami
tentang materi sains sederhana dengan
kegiatan
demonstrasi
yakni
mendemonstrasikan
perbedaan
yang
terjadi saat batu dan gabus dimasukkan
dalam air secara bersamaan, sehingga
dianggap perlu untuk dilakukan penelitian
tindakan kelas.
Agar dalam proses pembelajaran
anak mampu mengenal konsep sains
terapung dan tenggelam, maka diperlukan
pemilihan metode yang tepat. Salah satu
metode pembelajaran yang efektif yang
dapat digunakan dalam pengenalan sains
kepada anak usia dini adalah metode
demonstrasi.
Sagala (2010:210) menerangkan
“metode demonstrasi adalah pertunjukan
tentang proses terjadinya suatu peristiwa
atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
diketahui dan dipahami oleh peserta didik
secara nyata atau tiruannya”.
Penerapan metode demonstrasi
akan memberikan kesemptan kepada
anak secara langsung untuk memahami
penjelasan
yang
diberikan
guru,
melakukan
proses
pengamatan,
percobaan, membuktikan suatu kebenaran
akan objek yang ditampilkan, mencari
suatu data baru serta mengolah sendiri
dalam pikiran.
Sejalan dengan hal tersebut,
Moesclichatoen (2004:114) menyatakan
“metode demonstrasi dapat digunakan
untuk memenuhi dua fungsi. Pertama,
dapat digunakan untuk memberikan
ilustrasi dalam menjelaskan informasi
kepada anak. Kedua, metode demonstrasi
dapat membantu meningkatkan daya pikir
anak TK terutama daya pikir anak dalam
peningkatan
kemampuan
mengenal,
mengingat, berpikir konvergen dan berpikir
evaluative”
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan lembar observasi
dan lembar penilaian pada indikator
kognitif yang diberikan oleh guru, dapat
disimpulkan bahwa hanya 5 anak atau
17% yang mampu memperoleh empat
bintang (****) dengan ketercapaian yakni
mampu lebih dari harapan menceritakan
apa yang terjadi jika batu dan gabus
dimasukkan kedalam air. 25 (lima belas)
anak atau 83% anak masih belum
memahami
tentang
materi
sains
sederhana dengan kegiatan demonstrasi
yakni mendemonstrasikan perbedaan
yang terjadi saat batu dan gabus
dimasukkan dalam air secara bersamaan,
sehingga dianggap perlu untuk dilakukan
penelitian tindakan kelas. Anak lebih
banyak mendapat satu bintang (*) dan dua
bintang (**) yang dalam hal ini jika satu
bintang dideskripsikan ialah anak tidak
mampu menceritakan apa yang terjadi jika
batu dan gabus dimasukkan kedalam air
3
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
serta dua bintang adalah anak mampu
dengan bantuan guru apa yang terjadi jika
batu dan gabus dimasukkan kedalam air.
Setelah
peneliti
hitung
tingkat
perkembangan kognitif anak dengan
membandingkan rata – rata persen (M%)
dengan
kriteria
PAP
skala
lima,
perkembangan kogntif anak berada pada
kategori rendah. Perkembangan kognitif
setelah dikonversikan kedalam PAP skala
lima berada pada tingkat penguasaan 55 –
63
yang
berarti
bahwa
tingkat
perkembangan kognitif anak berada pada
kategori rendah.
Salah satu penyebabnya adalah
karena rendahnya minat anak dalam
mengikuti kegiatan walaupun guru sudah
menjelaskan kegiatan berkali-kali melalui
metode
percakapan.
Guru
banyak
menggunakan contoh-contoh yang bersifat
abstrak sehingga anak sulit untuk
memahami sains sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, pada
kesempatan ini akan dirancang sebuah
penelitian yang berjudul : “Penerapan
Metode Demonstrasi Dalam Pengenalan
Sains Untuk Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak Pada Kelompok B2
Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Di
TK Dharma Kumara Patemon”. Dengan
adanya penelitian tersebut diharapkan
mampu melancarkan proses pembelajaran
di TK dan perkembangan kognitif anak
semakin meningkat.
instrument
berupa
lembar
format
observasi. Observasi dilakukan pada saat
pelaksanaaan tindakan pada masingmasing siklus dengan menggunakan
instrument penelitian berupa lembar
observasi. Setiap kegiatan diobservasi
dikategorikan ke dalam kualitas yang
berpedoman pada Permendiknas No.58
Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum
berkembang, (**) mulai berkembang, (***)
berkembang sesuai harapan, (****)
berkembang sangat baik. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Masingmasing siklus mencakup empat komponen
yaitu, rencana, observasi, tindakan dan
refleksi Arikunto (Trisyani, 2014:33)
Kegiatan yang dilakukan pada
tahap perencanaan ini adalah pertama
menyamakan persepsi metode dan media
yang akan digunakan yaitu menggunakan
metode demonstrasi, kedua menyusun
rencana kegiatan mingguan (RKM), ketiga
menyususun rencana kegiatan harian
(RKH), keempat menyiapkan media atau
alat dan bahan yang digunakan dalam
pembelajaran sains, kelima mengatur
posisi anak dalam melaksanakan kegiatan
pengenalan
sains
dan
keenam
menyiapkan instrument penelitian tentang
perkembangan kognitif dalam mengenal
konsep sains
Langkah-langkah yang dilakukan
guru pada pelaksanaan tindakan adalah
sebagai berikut. Guru mengatur posisi
duduk anak agar merasa nyaman.
Siapkan media yang dapat mengapung
dan tenggelam dalam air yang digunakan
sesuai dengan tema yang diajarkan. Guru
menarik perhatian anak dan mengajak
anak untuk fokus kearah guru dengan
mengenalkan media yang digunakan
dengan cara memberikan kesempatan
kepada anak untuk memegang media
tersebut.
Guru
mendemonstrasikan
langkah-langkah
terjadinya
proses
tenggelam dan terapung pada suatu
benda. Kemudian, guru memberikan
kesempatan kepada anak untuk mencoba
secara
langsung
sehingga
anak
membangun sendiri konsep sains dengan
membuktikan sendiri kebenaran atau fakta
tentang benda terapung dan tenggelam
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dari
tanggal 10 April 2015 sampai dengan 30
Mei 2015 pada anak kelompok B semester
II TK Dharma Kumara Patemon tahun
pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini
adalah anak-anak kelompok B semester II
berjumlah 30 orang yaitu 18 orang laki-laki
dan 12 orang perempuan. Variabel dalam
penelitian ada dua, yakni variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode demonstrasi.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perkembangan kognitif dalam pengenalan
sains.
Data
penelitian
tentang
perkembangan
kognitif
dikumpulkan
dengan
metode
observasi
dengan
4
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
refleksi adalah merenungkan kembali
tentang rencana dan pelaksanaan yang
dilakukan berdasarkan analisis data dari
pelaksanaan yang mengacu pada kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan.
Kemudian barulah ditentukan tindakan
yang akan direncanakan selanjutnya
dengan pemantapan tindakan atau revisi
terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Hal ini dimaksudkan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap rencana
dan pelaksanaan program tindakan yang
telah dilakukan dan sebagai dasar
penyusunan rancangan rencana program
tindakan selanjutnya.
Penelitian
tindakan
kelas
ini
menggunakan dua metode analisis data
yaitu, metode analisis statistik deskriptif
dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut
Agung (2012) menyatakan bahwa metode
analisis statistik deskriptif ialah suatu cara
pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menerapkan rumus-rumus statistik
desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan
yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka
rata-rata, median, modus, mean dan
standar deviasi. Metode analisis deskriptif
kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan
data yang dilakukan dengan jalan
menyusun secara sistematis dalam bentuk
angka-angka dan atau presentase,
mengenai objek yang diteliti, sehingga
diperoleh kesimpulan umum” (Agung,
2012:67). Metode analisis deskriptif
kuantitatif ini digunakan untuk menentukan
tinggi rendahnya kemampuan bahasa
lisan anak yang dikonversikan kedalam
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala
lima.
Modus (Mo), Median (Me), Mean (M),
grafik polygon, serta membandingkan
rata-rata atau mean dengan model PAP
skala lima.
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif,
diperoleh
rata-rata
persentase
perkembangan kognitif anak siklus I
sebesar 68% yang berada pada kategori
sedang.
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan dari 30 anak didapatkan 10
anak (32%) yang memiliki perkembangan
kognitif tinggi dalam mengenal konsep
sains dan 20 anak (68%) memiliki
perkembangan kognitif yang sedang.
Rata-rata
persentase
perkembangan
kognitif anak siklus II sebesar 89,83%.
Apabila dideskripsikan kedalam angka,
dari 30 anak didapatkan 27 anak (89,43%)
memiliki perkembangan kognitif tinggi dan
sisanya 3 anak (10,17%) memiliki
perkembangan kognitif yang masih
berada pada kategori sedang. Berikut
adalah grafik perkembangan kognitif pada
siklus I.
Mo = 13,6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus, dimana masing-masing siklus
terdiri dari tiga minggu 17 kali pertemuan.
2 kali pertemuan untuk perencanaan
tindakan dan 15 kali pertemuan untuk
tindakan serta observasi/evaluasi hasil
tindakan dilakukan pada akhir pertemuan.
Data hasil belajar anak pada
perkembangan kognitif disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi, menghitung
Mo = 11
Me = 13
Grafik 1. Grafik Perkembangan Kognitif
anak dalam Mengenal Konsep Sains
Siklus I Kelompok B2 TK Dharma Kumara
Patemon Tahun Pelajaran 2014/2015
Grafik polygon di atas menunjukan
bahwa
Mo<Me<M
(11<13<13,6).
Berdasarkan gambar tersebut dapat
5
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
diinterpretasikan bahwa kebanyakan data
hasil belajar perkembangan kognitif dalam
mengenal konsep sains pada siklus I
cenderung rendah dan kurva juling positif.
Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 68,
00%, apabila dikonversikan ke dalam PAP
skala
lima
berada
pada
tingkat
penguasaaan 65-79% yang berarti bahwa
hasil kemampuan membilang pada siklus I
berada pada kriteria sedang.
Dari hasil pengamatan dan temuan
yang dilakukan selama siklus I terdapat
beberapa kendala dalam penerapan
metode demonstrasi dalam mengenal
konsep sains terapung dan tenggelam.
Kendala
yang
ditemukan
tersebut
menyebabkan
hasil
perkembangan
kognitif dalam mengenal sains kelompok
B2 di TK Dharma Kumara Patemon
berada pada kriteria sedang, sehingga
masih perlu ditingkatkan pada siklus II.
Melalui perbaikan proses pembelajaran
dan pelaksanaan tindakan pada siklus I,
maka nampak terjadi peningkatan proses
pembelajaran siklus II.
Proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang direncanakan oleh
peneliti, sehingga perkembangan kognitif
anak dalam mengenal konsep sains anak
dapat
meningkat.
Peningkatan
perkembangan kognitif anak dapat dilihat
melalui grafik berikut.
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Grafik 2. Grafik Perkembangan Kognitif
anak dalam Mengenal Konsep
Sains Siklus II Kelompok B2 TK
Dharma Kumara PatemonTahun
Pelajaran 2014/2015
Grafik polygon di atas menunjukan
bahwa bahwa Mo>Me>M (19>18>17,56),
Berdasarkan gambar tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kebanyakan data
hasil belajar kemampuan membilang pada
siklus II cenderung tinggi dan kurva juling
negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II
yaitu 89,83% apabila dikonversikan ke
dalam PAP skala lima berada pada tingkat
penguasaaan 80-89 % yang berarti bahwa
hasil perkembangan kognitf anak dalam
mengenal konsep sains pada siklus II
berada pada kriteria tinggi.
Hal
ini
menunjukkan
adanya
peningkatan rata-rata persentase hasil
belajar perkembangan kognitif anak dari
siklus I ke siklus II sebesar 21,83%.
Terjadinya
peningkatan
persentase
perkembangan kognitif anak pada saat
penerapan metode demonstrasi dalam
pembelajaran sains disebabkan karena
perbaikan tindakan pada siklus I.
Penggunaan metode demonstrasi yang
lebih ditekankan, media yang digunakan
pada siklus II lebih menarik minat anak
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
menciptakan
suasana
yang
lebih
menyenangkan
dan
membangkitkan
antusias anak dalam belajar.
Persentase perkembangan kognitif
anak pada siklus I sebesar 68% berada
pada kategori sedang. Capaian rata-rata
perkembangan kognitif anak pada siklus I
ini disebabkan penyampaian materi yang
kurang jelas oleh guru yang didominasi
dengan percakapan serta penggunaan
bahasa yang sulit dipahami untuk anak
yang
berusia
5-6
tahun.
Guru
mempergunakan istilah/kosakata seperti
terapung, melayang dan tenggelam. Anakanak memperlihatkan wajah bingung saat
guru
menyampaikan
materi
diawal
kegiatan
karena
anak-anak
belum
memahami sepenuhnya istilah terapung
dan tenggelam. Kondisi demikian juga
mengakibatkan volume anak yang kurang
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
15
16
17
18
19
20
X
X = Skor=
M= 17,56
Mo=19
Me=18
6
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
keras dan jelas ketika menjawab
pertanyaan dari guru karena anak masih
ragu atas jawaban sendiri sehingga
kurang dapat didengar oleh anak yang
lain.
Temuan selanjutnya ialah sebagian
anak kurang fokus dalam kegiatan dan
ada
anak
yang
cenderung
ingin
menyendiri saja. Hal tersebut diakibatkan
karena pengaturan tempat duduk yang
kurang tertata yang membuat anak ingin
melakukan kegiatan sendiri. Faktor yang
lain ialah, pembelajaran yang monoton
dan media kurang bervariasi yang
berdampak pada kurangnya ketertarikan
anak melakukan kegiatan dan cepat
merasa bosan sehingga ingin melakukan
kegiatan yang lain.
Hal ini perlu ditingkatkan dengan
penggunaan
metode
pembelajaran
demonstrasi dalam pembelajaran sains,
penyampaian
materi
dengan
menggunakan bahasa sederhana yang
mudah dipahami anak. Selanjutnya media
yang digunakan harus lebih menarik.
Secara
teoritis,
Sagala
(2010:210)
memaparkan bahwa dengan metode
demonstrasi peserta didik berkesempatan
mengembangkan kemampuan mengamati
segala benda yang sedang terlibat dalam
proses
serta
dapat
mengambil
kesimpulan-kesimpulan. Artinya bahwa
media yang dipergunakan harus inovatif,
sebab dengan penggunaan media yang
inovatif akan mempermudah penyampain
materi dan pembentukan konsep sains
kepada anak.
Usaha lain yang dilakukan dalam
meningkatkan perkembangan kognitif
khususnya pembelajaran sains saat
penggunaan metode demonstrasi adalah
menciptakan
situasi
yang
menggembirakan dan menyenangkan
seperti penataan tempat duduk anak,
memberikan penjelasan tentang konsep
terapung
dan
tenggelam
dengan
memperlihatkan objek dan menggunakan
bahasa
yang
lebih
sederhana.
Kepercayaan diri anak akan tumbuh
seiring dengan pemberian motivasi dan
penghargaan yang diberikan oleh guru
pada saat anak berhasil mengerjakan
tugas. Motivasi yang diberikan kepada
anak
berupa
pujian,
sedangkan
penghargaan tersebut berupa tanda
bintang. Anak yang mampu mengerjakan
tugas dengan baik dan masuk kedalam
kategori berkembang sesuai dengan
harapan, maka anak akan mendapat
empat bintang. Selain itu, upaya yang
dilakukan guru untuk meningkatkan
perkembangan kognitif ialah guru meminta
anak untuk bersungguh-sungguh dalam
memperhatikan kegiatan yang berkaitan
dengan pembentukan konsep sains
khususnya dalam pengenalan konsep
tenggelam dan terapung pada suatu
benda.
Usaha yang telah dilakukan tersebut
terbukti pada siklus II perkembangan
kognitif anak mengalami peningkatan
menjadi 89,83% yang menunjukkan pada
kategori tinggi. Hasil penelitian ini telah
membuktikan hipotesis yang diajukan,
yaitu jika penerapan metode demonstrasi
dalam pengenalan sains dapat terlaksana,
maka
perkembangan kognitif
anak
cenderung meningkat pada anak di
kelompok B2 semester II tahun pelajaran
2014/2015 di TK Dharma Kumara
Patemon.
Penyajian hasil penelitian yang telah
dipaparkan
sebelumnya
memberikan
gambaran bahwa penerapan metode
demonstrasi dalam pembelajaran sains
dapat
meningkatkan
perkembangan
kognitif pada anak kelompok B2 TK
Dharma Kumara Patemon. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa penerapan metode
demonstrasi dalam pembelajaran sains
ternyata
sangat
efektif
untuk
meningkatkan perkembangan kognitif
anak, dan mudah diterapkan untuk
berbagi
pengetahuan
tentang
pembelajaran konsep sains terapung dan
tenggelam.
Secara teoritis Gunarti (2008:9.3)
menyatakan “metode demonstrasi adalah
suatu metode untuk memperagakan
serangkaian tindakan berupa gerakan
yang menggambarkan suatu cara kerja
atau urutan proses sebuah peristiwa atau
kejadian”. Selanjutnya Moesclichatoen
(2004:114)
menyatakan
“metode
7
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
demonstrasi dapat digunakan untuk
memenuhi dua fungsi. Pertama, dapat
digunakan untuk memberikan ilustrasi
dalam menjelaskan informasi kepada
anak. Kedua, metode demonstrasi dapat
membantu meningkatkan daya pikir anak
TK terutama daya pikir anak dalam
peningkatan
kemampuan
mengenal,
mengingat, berpikir konvergen dan berpikir
evaluative”. Anak mampu memahami
informasi yang disampaikan oleh guru
dengan menampilkan objek atau media
secara langsung kepada anak sehingga
memungkinkan anak membuktikan sendiri
kebenaran dan fakta dari informasi yang
didapat.
Adapun keunggulan dari metode
demonstrasi. Pertama, dalam proses
pelaksanaan kegiatan anak terlihat
antusias
mengikuti
kegiatan
atau
pembelajaran di kelas. Alasannya karena
sebelum
pemberian
tugas,
guru
mendemonstrasikan
langkah-langkah
pengerjaan
tugas
sehingga
anak
memahami dan mengerti apa yang harus
dikerjakan.
Kedua, anak terlihat aktif dalam
merespon stimulus dari guru yang
diberikan melalui pertanyaan ataupun
percakapan antara guru dengan anak.
Anak mulai mengerti akan pertanyaan
yang diberikan oleh guru dan mampu
menjawab terkait dengan apa yang anak
lihat saat proses demonstrasi dilakukan.
Ketiga,
metode
demonstrasi
yang
dilakukan guru dalam pengenalan sains
pada
anak
sangat
menarik
dan
menyenangkan karena anak diajak
melihat dan mengamati langsung media
yang
didemonstrasikan
oleh
guru.
(www.wawasanpendidikan)
Metode pembelajaran seperti ini
akan memberikan motivasi kepada anak
untuk mengenal sains secara sederhana
sehingga dapat mencegah kebosanan
yang ada pada diri anak-anak. Oleh
karena itu, para guru sangat perlu
menerapkan strategi pembelajaran melalui
penerapan metode demonstrasi dalam
pembelajaran sains secara berkelanjutan
guna
meningkatkan
perkembangan
kognitif anak.
Secara
operasional
metode
demonstrasi terdiri dari beberapa langkah
1)
tahap
persiapan
(kegiatan
pendahuluan)
yakni
menetapkan
rancangan bentuk, alat dan bahan serta
langkah
demonstrasi,
2)
tahap
pelaksanaan metode demonstrasi ialah
melaksanakan
demonstrasi
dengan
menarik perhatian seluruh peserta didik, 3)
tahap evaluasi yakni melakukan evaluasi
terhadap
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan. Terdiri dari dua jenis
penilaian yakni otentik assemen, guru
melakukan pengamatan tentang kegiatan
yang dilakukan anak dan formal assesmen
(tes standar) yakni pemberian tugas untuk
mengukur karakteristik dan kemampuan
anak.
Kekuatan
metode
demonstrasi
adalah menunjang munculnya proses
pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan memotivasi anak
untuk belajar khususnya dalam mengenal
konsep sains. Kelebihan dari metode
demonstrasi dalam pembelajaran sains
yakni dapat menghindari terjadinya
verbalisme sebab siswa disuruh langsung
memperhatikan/mengamati
bahan
pelajaran atau media yang dijelaskan.
Melalui kegiatan mengamati, siswa akan
memiliki
kesempatan
untuk
membandingkan
antara
teori
dan
kenyataan. Adapun kekurangan dari
metode demonstrasi yakni memerlukan
keterampilan guru secara khusus, waktu
yang banyak, memerlukan kematangan
dalam perancangan atau persiapan,
keterbatasan dalam sumber belajar, alat
pelajaran, situasi yang harus dikondisikan
dan waktu untuk mendemonstrasikan.
Beberapa
keunggulan
metode
demonstrasi dalam pengenalan sains
didukung oleh beberapa hasil penelitian.
Beberapa penelitian yang dimaksud
adalah penelitian oleh Dewi (2014)
memberikan hasil bahwa penerapan
metode demonstrasi berbantuan media
wadah
telur
dapat
meningkatkan
perkembangan kognitif konsep bilangan
pada anak kelompok B semester II di TK
Dharmapatni Denpasar Barat. Sedangkan
penelitian mengenai penerapan metode
8
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
demonstrasi dalam pengenalan sains
dilakukan oleh Faradila (2013) dalam
penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Pengenalan Sains Sederhana Melalui
Metode Demonstrasi Anak Usia 5-6
Tahun” menyimpulkan bahwa melalui
metode demonstrasi dapat meningkatkan
pengenalan sains sederhana pada anak
usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak.
Berdasarkan pemaparan di atas baik
secara teoritis maupun operasional
empirik, dapat dikatakan bahwa setelah
penerapan
metode
demonstrasi
perkembangan kognitif anak dalam
mengenal konsep sains lebih tinggi
dibandingkan sebelum diterapkannya
metode demonstrasi. Sejalan dengan hal
tersebut, secara deskriptif skor rata-rata
perkembangan kognitif anak dalam
mengenal konsep sains dengan metode
demonstrasi lebih
tinggi dibandingkan
sebelum
diterapkannya
metode
demonstrasi dalam mengenalkan kegiatan
sains.
adanya peningkatan rata-rata persentase
hasil belajar perkembangan kognitif anak
dari siklus I ke siklus II sebesar 21,83%.
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan dalam penelitian ini, dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut. Pertama, bagi guru TK disarankan
lebih kreatif dalam memilih metode
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran
yang akan diterapkan pada anak,
khususnya
untuk
meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Selain itu,
guru diharapkan agar menggunakan
media inovatif agar dapat menarik minat
anak untuk fokus dalam mengikuti setiap
kegiatan. Kedua, bagi kepala sekolah agar
melakukan pembinaan serta memberikan
informasi secara intensif kepada para guru
mengenai metode pembelajaran, sehingga
kemampuan prosefesional para guru,
perbaikan proses dan hasil belajar anak
dapat meningkat sesuai dengan target
yang diharapkan. Ketiga, bagi peneliti lain,
sebagai inspirasi dalam melakukan
penelitian yang berkaitan dengan masalah
ini serta sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan sebagai penyempurnaan
dalam penelitian yang akan dilaksanakan
selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah di uraikan, dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode
demonstrasi dalam pengenalan sains
dapat
meningkatkan
perkembangan
kognitif anak di TK Dharma Kumara
Patemon pada kelompok B2 semester II
tahun
pelajaran
2014/2015.
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
peningkatan perkembangan kognitif anak
dalam mengenal konsep sains terapung
dan
tenggelam
dengan
rata-rata
persentase hasil belajar perkembangan
kognitif anak dari siklus I sebesar 68,00%
yang dikonversikan kedalam sekala PAP
berada pada rentangan 65-79 yang berarti
bahwa perkembangan kognitif anak dalam
mengenal konsep sains berada pada
kategori sedang. Penelitian ini dilanjutkan
ke siklus II sebesar 89,43% yang berada
pada kategori tinggi yang dikonversikan
kedalam sekala PAP berada pada
rentangan 80-89 yang berarti bahwa
perkembangan kognitif anak dalam
mengenal konsep sains berada pada
kategori sedang. Hal ini menunjukkan
DAFTAR RUJUKAN
Agung. A. A. Gede. 2010. “Penelitian
tindakan kelas (teori dan analisis
data dalam PTK”). Makalah
disajikan Pada Workshop Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
FIP
Undiksha.
Singaraja27
September 2010
-------.
2012.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Aisyah. 2008. “Perkembangan dan
Konsep Dasar Pengembangan
Anak
Usia
Dini”.
Jakarta:
Universitas Terbuka
Departemen
pendidikan
nasional.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
Republik
Indonesia
Nomor 58 Tahun 2009 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia
Dini.
Jakarta:
Departemen
9
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat
Pembina TK dan SD.
Lutfiana, dkk. 2010. Jurnal Penelitian:
Pengenalan Konsep Sains Pada
Anak Usia Dini Menggunakan
Experimental Method (Studi Kasus
Sains) Pada TK Negeri Pembina
Sumenep.
Dewi. 2014. Jurnal Penelitian: Penerapan
Metode Demonstrasi Berbantuan
Media
Wadah
Telur
Untuk
Meningkatkan
Perkembangan
Kognitif Konsep Bilangan Pada
Anak.
Moesclichatoen.
2004.
Metode
Pengajaran di Taman KanakKanak. Jakarta: Diva Press
Nugraha.
2005.
Pengembangan
Pembelajaran Sains Untuk Anak
Usia Dini. Jakarta: Darendra
Faradila.
2013.
Jurnal
Penelitian:
Peningkatan Pengenalan sains
Sederhana
Melalui
Metode
Demonstrasi Anak Usia 5-6 Tahun
Di TK Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Ketapang
Nurjatmika. 2012. Ragam Aktivitas Harian
untuk TK. Jogjakarta:Diva Press.
Pedoman penulisan skripsi dan tugas
akhir program sarjana dan diploma
Undiksha.
2013.
Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Hidayaturokhmah. 2009. Jurnal penelitian:
Upaya Meningkatkan Kemampuan
Sains Melalui Kegiatan Eksplorasi
Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi
Tlagayasa Kecamatan Bobotsari
Kabupaten Purbalingga Tahun
Pelajaran 2013/2014
Poerwati, dkk. 2013 Jurnal Penelitian:
Meningkatkan
Kreativitas
dan
Keterampilan
Motorik
Melalui
Pengenalan
Sains
Berbasis
Eksperimen Sederhana Pada Anak
TK Tunas Mekar II Dalung.
Gunarti,
dkk.
2008.
Metode
Pengembangan
Perilaku
dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka
Purnawirawanti,
dkk.
2013.
Jurnal
Penelitian:
Pendekatan
Kontekstual
Melalui
Metode
Demonstrasi Dan Stimulasi Dalam
Pembelajaran IPA Ditinjau Dari
Kecerdasan Spasial Dan Interaksi
Sosial
Siswa.
Tesis
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Sains Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
Jamaris. 2003. Perkembangan dan
Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Program
Studi Pendidikan Usia Dini PPS
Universitas Negeri Jakarta.
Jannah. 2013. Kesalahan-Kesalahan Guru
PAUD yang Sering Dianggap
Sepele. Jogjakarta: Diva Press.
Sagala. 2010. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Koyan, Wayan. 2012. Statistik Pendidikan.
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sujiono,
dkk.
2005.
Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Krisnaningrum. 2013. Jurnal Penelitian:
Penerapan Metode Inquiry dalam
Pembelajaran
Sains
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Pemecahan Anak Tanan KanakKanak.
---------, 2007. Metode Pengembangan
Kognitif.
Jakarta:
Universitas
Terbuka.
Suleman.
2013.
Jurnal
Penelitian:
Mengembangkan Konsep Sains
10
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Melalui
Metode
Eksperimen
Bermain Balon Ajaib DI PAUD
Muara Tenang Kelompok B Desa
Posso
Kecamatan
Kwandang
Kabupaten Gorontalo Utara
Sumaji. 2002. Pendidikan Sains yang
Humanistis. Jakarta
Supriadi. 2012. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: PT Kurnia
Kalam Sesmeta.
Suryani dan Agung. 2012. Strategi Belajar
Mengajar. Jogjakarta: Ombak
Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD.
Yogyakarta: Pedagogia.
Syaodiah, Ernawulan. 2005. Bimbingan di
taman
kanak-kanak.
Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Tegeh,
I
Made.
2008.
Media
Pembelajaran. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Wendra.2007.Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Bandung: Bumi Angkasa.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian
Sosial dan Pendidikan. Jakarta:
Sinar Grafika Offset
11
Download