Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur 4 HIDROGEOLOGI 4.1. Siklus hidrologi Tatanan hidrogeologi suatu wilayah tidak terlepas dari siklus hidrologi. Siklus ini menggambarkan keseimbangan perjalanan air yang jatuh ke permukaan bumi. Air yang berasal dari lautan atau daratan mengalami penguapan karena adanya sinar matahari menjadi awan dan jatuh ke bumi sebagai hujan (presipitasi) dan sebagian tertahan pada daun, ranting serta batang pohon dan teruapkan kembali (evapotranspirasi). Sebagian yang lain jatuh ke permukaan tanah menjadi aliran permukaan (run off) mengalir menuju sungai. Bagian yang lain masuk kedalam tanah dan tersimpan didalam pori-pori atau celah batuan menjadi air tanah. Seiring dengan perjalanan waktu air tanah akan muncul secara alami di permukaan tanah/batuan menjadi mata air dan selanjutnya mengalir menuju daerah rendahan ataupun sungai dan mengalir menuju lautan. Demikian proses tersebut berulang menjadi suatu siklus secara terus menerus. 4-1 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur Gambar 4.1. Peta daerah aliran sungai dan titik lokasi potensi PLTMH di Kabupaten Sumba Tengah 4-2 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur 4.2. Hidrogeologi Kabupaten Sumba Tengah 4.2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai utama dan anak sungai bersatu membentuk pola jaring aliran dalam suatu daerah aliran sungai (DAS). Secara garis besar aliran air permukaan di bagi menjadi dua bagian utama yaitu aliran air mengarah ke utara yang bermuara di Selat Sumba serta aliran yang mengarah ke selatan dan bermuara di Samudera Hindia. Daerah aliran sungai yang mengarah ke utara lebih luas di bandingkan yang mengarah ke selatan. DAS di Kabupaten Sumba Tengah dan titik pengukuran yang disajikan pada gambar 4.1. Hasil survei lapangan menunjukkan sebagian besar sungai yang berada di Pulau Sumba, khususnya di Kabupaten Sumba Tengah pada umumnya merupakan sungai berjeda (Intermitten), dimana pada musim hujan debit sungai meningkat tajam dan pada saat musim kemarau (Juni – September) aliran air menyusut bahkan pada beberapa anak sungai kering sama sekali. Berairnya sungai pada musim kemarau disuplai oleh air tanah yang mengalir kepermukaan menuju sungai (gaining stream). Manipestasi aliran air tanah menuju permukaan ditandai dengan kehadiran mata air atau rembesan. Dijumpai berbagai tipe mata air kars yang keluar pada lereng batugamping. Bahkan pada beberapa tempat terdapat sungai bawah tanah seperti di Lapopu dan Wangga. 4-3 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur Tipe sungai termasuk dendritik dengan lembah-lembah yang sangat curam, dalam dan sempit dibagian hulu. Sedangkan kearah hilir disekitar dataran pantai sungai berkelok dengan lembah yang dangkal dan lebar. Sungai-sungai yang masih berair dengan debit bervariasi disaat survei dilakukan adalah Sungai Mamboro (DAS. Loko Pamalar), Sungai Mata Yangu (DAS. Labariri), Sungai Wangga (DAS. Loko Maharang), Sungai bawah tanah Lapopu (DAS. Labariri), Sungai Harunda (DAS Loko Maharang), Sungai Bola (DAS Loko Pamalar), Sungai Waikapori (DAS Loko Palamedo), Sungai Harangi (DAS Loko Pamalar). 4.2.2. Air Tanah Air tanah yang tersimpan di dalam tanah atau batuan berkaitan dengan kehadiran pori-pori tanah atau batuan yang saling berhubungan sehingga dapat meloloskan air dalam jumlah yang berarti. Kabupaten Sumba Tengah terutama didominasi oleh batugamping yang memiliki rongga (secondary porosity) sebagai hasil pelarutan yang lama kelamaan rongga tersebut membesar menjadi celah membentuk goa-goa bawah permukaan dan air tanah mengalir menjadi mata air ataupun sungai bawah tanah. Contoh daerah yang ditinjau adalah mata air Waisoka dan sungai bawah tanah Lapopu dan mata air Wangga. 4-4 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur Daerah prospektif yang mengandung air tanah dalam jumlah yang berarti terdapat di sekitar Cekungan Katikutana, termasuk didalamnya daerah Anakalang – Waibakul dan sekitarnya. Tinggi muka air tanah pada daerah tersebut berkisar antara 5 m – 14 m dari muka tanah setempat. Dibagian utara daerah prospektif air tanah terdapat di sekitar Mamboro. Oleh karena keberadaan air tanah pada batugamping dikontrol oleh sistem celah maka boleh jadi tidak disetiap tempat dijumpai air tanah yang prospektif. Tipologi akuifer celah terdapat pada gambar 4.2. Gambar.4.2. Sketsa tipologi hidrogeologi daerah batugamping (tanpa skala) 4-5 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur 4.3. Hidrogeologi Sekitar Tapak PLTMH Terdapat dua sistem hidrogeologi disekitar tapak Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang ditinjau yakni sistem hidrogeologi batuan gamping dan sistem hidrogeologi batuan beku. Sistem hidrogeologi batuan gamping terdapat disekitar tapak lokasi Bola, Wangga, Praikalala, Waisoka, Matayangu, Lapopu, dan Harangi. terumbu Dimana bagian atas biasanya berupa batugamping yang (porositas mengandung sekunder} banyak sedangkan rongga bagian hasil bawah pelarutan berupa batugamping bersifat kompak dan hanya sedikit mengandung porositas sekunder. Sedangkan sistem hidrogeologi batuan beku terdapat pada tapak lokasi Harunda dan Waikapori. Batuan beku bertindak sebagai lapisan kedap air (impermeabel layer) dan tidak dapat meluluskan air (aquiklud) serta bersifat kompak. Diatas batuan beku umumnya berupa napal ataupun tufa yang bertindak sebagai akuitar yang bisa menyerap air tetapi tidak bisa meloloskan air. Pengamatan dan pengukuran kualitas air secara insitu dilapangan menunjukan hampir setiap air yang diukur bersifat jernih, tawar dan bersifat basa. Selanjutnya data kualitas air disajikan pada tabel 4.1. Penampang hidrogeologi terdapat dalam gambar 4.3 dan peta hidrogeologi untuk masing-masing lokasi potensi PLTMH terdapat pada lampiran. 4-6 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur Gambar 4.3. Penampang sistim hidrogeologi sekitar tapak PLTMH yang di survei (Tanpa Skala) 4-7 Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur Tabel 4.1.Hasil pengukuran lapangan, kualitas air permukaan di Kabupaten Sumba Tengah Lokasi No Koordinat Nama Desa Kecamatan 1 Harunda Soru U. Ratu Nggay 2 Bola Wayengu 3 Waikapori 4 x y Jenis Sumber air Jenis Batuan Debit Sesaat (m3/dt) pH DHL (Us/cm) TDS (ppm) T udara (oC) T Air (oC) Sungai Batuan beku 3,1 8,61 240 160 29,4 29,1 Sungai Batugamping 0,02 8,38 320 200 25,2 24,9 U. Ratu Nggay 119' 51' 17.604" 119'37' 58.285" 9' 34' 03.720" 9' 31' 37.704" Maradesa U. Ratu Nggay 119' 42' 24.696" 9' 33' 32.904" Sungai Batuan beku 0,198 8,76 130 80 29,8 27,2 Wangga Bawah Padiratana U. Ratu Nggay 119' 50' 53.052" 9' 37' 48.755" Mata Air Batugamping 0,06 7,54 420 270 28,8 25,8 5 Wangga Atas Padiratana U. Ratu Nggay 119' 50' 58.236" 9' 37' 49.224" Mata Air Batugamping 0,08 7,54 420 270 28,8 25,8 6 Praikalala W. Timur Memboro 119' 36' 27.108" 9' 27' 15.480" Sungai Batugamping 0,5 8,31 340 220 28,9 27,5 7 Waisoka Ole Ate Memboro 119' 30' 20.196" 9' 29' 06.540" Mata Air Batugamping 0,005 7,62 340 270 30,2 25,4 8 Matayangu Waimanu Katikutana Selatan 119' 30' 16.881" 9' 40' 25.694" Sungai Batugamping 15 7,7 520 330 27,8 24,9 9 Lapopu Manorara Katikutana Selatan 119' 29' 45.743" 9' 40' 25.694" Mata Air Batugamping 1,6 7,92 290 190 27,7 26,6 10 Harangi Umbu Kawolu U. Ratu Nggay Barat 119' 37' 16.356" 9' 33' 16.488" Sungai Batugamping 0,117 8,26 360 240 29,5 26,5 4-8