BAB V - Digilib ITS

advertisement
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa:
1.
Geografis areal studi berupa suatu kawasan di lereng gunung
dengan ketinggian mulai dari 1.050 m, kemudian menurun sampai
pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut, dilakukan pada jenis
batuan aluvial. Lokasi penelitian dikelilingi oleh gugusan gunung,
namun tinjauan dalam penelitian ini hanya dilakukan dari satu arah
saja, yaitu sisi Selatan, atau dari arah Gunung Wilis.
2.
Citra Landsat 7 ETM+ dipakai untuk melakukan klasifikasi tutupan
lahan, hasil klasifikasi digunakan sebagai dasar klasifikasi sebaran
batuan. Selanjutnya dari citra yang sama dilakukan digitasi on
screen (deliniasi) untuk memberikan gambaran tentang pola sungai
dan identifikasi patahan geologi (fault) di lokasi penelitian.
Klasifikasi tutupan lahan menggunakan metode klasifikasi terselia,
dan dari hasil klasifikasi ini dapat diketahui jenis vegetasi penutup
lahan di daerah penelitian. Selanjutnya dengan metode geo botani,
jenis batuan yang menjadi media tumbuh masing-masing vegetasi
tersebut dapat diidentifikasi, sehingga dapat dilakukan klasifikasi
sebaran batuan yang ada di lokasi penelitian.
3.
Peta DEM dibangun dari hasil deliniasi Peta Rupa Bumi Indonesia
Sekala 1 : 25.000, sedangkan peta hujan merupakan hasil
pengolahan data curah hujan sepuluh tahunan dari 34 stasiun
pencatat curah hujan di daerah penelitian. Adapun hasil akhir
penelitian berupa Peta Pendugaan Potensi Air Tanah, dengan
kriterian satuan debit yang sifatnya relatif, yaitu sangat kecil, kecil,
sedang, dan besar; satuan ini hanya berlaku di daerah penelitian
saja. Peta Pendugaan Potensi Air Tanah hasil penelitian ini,
dibangun dari tumpang susun Peta Sebaran Batuan, Peta Sungai,
Peta Identifikasi fault, Peta DEM, dan Peta Hujan.
4.
Akurasi peta hasil penelitian, diperoleh dari pengujian terhadap 28
data pemboran sumur air tanah milik P2AT yang ada di lokasi
penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa, dari 28 data sumur yang
ada, terdapat 24 buah sumur atau 85,7% yang debitnya sesuai
dengan debit pada Peta Pendugaan Potensi Air Tanah hasil
penelitian ini, dan hanya ada empat buah sumur air tanah yang
debitnya tak sesuai dengan peta di atas. Sedangkan Peta
Hidrogeologi Indonesia Sekala 1 : 250.000, punya akurasi lebih
rendah, terdapat 14 buah sumur (50%) yang debitnya tak sesuai
dengan peta itu, dan hanya ada 14 buah sumur yang punya debit
sesuai dengan Peta Hidrogeologi Indonesia. Dengan demikian
terbukti bahwa penduguaan potensi air tanah di daerah penelitian
menggunakan Peta Pendugaan Potensi Air Tanah yang dihasilkan
dari penelitian ini, memberikan informasi data yang lebih baik jika
dibandingkan dengan Peta Hidrogeologi Indonesia yang selama ini
dipakai sebagai acuan untuk memilih lokasi pemboran sumur air
tanah.
5.
Dari pengalaman selama pengolahan data penelitian, ditemukan
bahwa kelemahan Citra Landsat 7 ETM+ untuk menduga potensi
air tanah di suatu daerah adalah, membutuhkan tinjauan pada
semua sistim daur hidrogeologi yang mengelilingi daerah tersebut
secara menyeluruh. Ini merupakan pekerjaan rumit, butuh
seperangkat komputer dengan kecepatan tinggi dan kapasitas
memori yang lebih besar. Sedangkan kelebihannya adalah, jika
dibandingkan dengan Peta Hidrogeologi Indonesia yang umumnya
digunakan sebagai acuan pemboran sumur air tanah selama ini,
pada lingkup pemboran air tanah di derah penelitian, penggunaan
Peta Pendugaan Potensi Air Tanah yang dibangun dari data Citra
Landsat 7 ETM+, mampu memberikan informasi potensi air tanah
yang lebih mendekati kebenaran di lapangan.
138
5.2 Saran
1.
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian
sejenis, disarankan melakukan uji validasi metode ini pada jenis
batuan yang sama, tetapi dengan memilih lokasi penelitian yang
relatif datar. Dimungkinkan jika metode ini diterapkan pada daerah
dengan topografi yang relataif datar, memberikan hasil yang
berbeda.
2.
Untuk mengetahui sumber kesalahan pendugaan pada ke empat
sumur air tanah pada penelitian ini, perlu penelitian lanjutan
dengan cakupan evaluasi sisitm peresapan air tanah yang lebih
luas, sebab diperkirakan kesalahan pendugaan tersebut, disebabkan
karena ada sebagian air tanah di daerah penelitian yang mendapat
pasokan air dari hasil peresapan air hujan di gunung-gunung lain
yang mengelilinginya, tetapi tak tercakup dalam wilayah penelitian
sehingga tidak diperhitungkan.
3.
Untuk penentuan lokasi pemboran sumur air tanah di daerah
penelitian, peta hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai pengganti
Peta Hidrogeologi Indonesia yang selama ini digunakan, sebab
telah terbukti bahwa pendugaan potensi air tanah dengan pedoman
peta ini menghasilkan data yang lebih baik.
139
Download