Point of Interest Field Trip Sabang, Sabtu, 23 Februari 2013. 1. Pantai Kasih, Kota Sabang. Pulau Weh adalah sebuah pulau karang atau atol yang terbentuk dari kerangka hewan-hewan karang yang hidup jutaan tahun yang lalu dalam laut dangkal. Karena posisinya sebagai pulau karang, tanah yang membentuk daratan Pulau Weh adalah tanah karbonat, hasil penggerusan dari karang yang sudah mati ditambah dengan endapan yang dibawa oleh air dari daratan. Salah satu tempat yang bagus untuk mengamati penggerusan karang yang sudah mati oleh air dan membentuk butiran pasir adalah di Pantai Kasih. Posisi Pantai Kasih yang menghadap ke Teluk Sabang membuat airnya relatif tenang dan ombak yang tidak terlalu besar. Padahal tidak jauh dari situ garis pantai berhadapan dengan samudera Hindia dengan laut yang bergelora. Di pantai ini, mahasiswa akan mengamati (a) proses penghancuran karang oleh air yang relative tenang dan proses sedimentasi di pantai, pengamatan ini dilakukan tepat di daerah pantai yang selalu digerus oleh air, (b) sedimentasi yang baru terbentuk di bagian atas dari muka air, dan (c) sedimentasi yang sudah lebih tua di bagian pantai yang tidak lagi terjangkau oleh air. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sedimen pasir dan pecahan karang di pantai, mulai dari yang tempat yang terus digenangi air laut hingga ke tempat yang tidak digenangi oleh air laut, lalu melihat butirannya di bawah lup. Butiran hasil gerusan air secara perlahan lahan akan berbentuk bundar dengan sisi-sisi yang tumpul, disebabkan oleh gesekannya dengan butiran yang lain dalam waktu lama. Jika ada karang yang patah dengan sisi tajam, atau butiran pasir dengan sisi-sisi yang datar dan sudut yang tajam, butiran ini berasal dari proses penggerusan batuan yang dahsyat dan tiba-tiba seperti badai besar dan tsunami. Ambillah sampel pasir dan pecahan karang untuk dibawa pulang. Foto Pantai Kasih, Kota Sabang 2. Sumur Tiga. Di tempat ini mahasiswa akan melihat sumur berair tawar yang terletak di pinggir pantai. Sumur ini sudah dibuat sebelum masa Belanda memasuki wilayah ini, terlihat dari batubatu yang digunakan untuk membentuk pinggir sumur. Dari namanya, terindikasi ada tiga sumur di daerah ini, sebuah masih berfungsi dengan baik dan dua lagi terletak cukup dekat dengan air laut dan sudah rusak. Di lokasi ini mahasiswa dapat memahami keadaan hidrologi sebuah pulau karang. Air memasuki rongga-rongga tanah yang tersusun dari pasir dan pecahan karang, lalu langsung menuju tempat terendah di atas muka air asin. Di tempat yang memiliki struktur tanah liat, muka air tanah (water table) relative tidak begitu jauh dari permukaan tanah, namun di sini karena struktur tanah yang sangat berpori, muka air tanah (tawar) dekat dengan muka air asin. Jadi meskipun ada bukit yang tinggi yang sekarang tertutupi dengan tanah, pori-pori tanah berkarang tidak sanggup menahan air tanah di tempat yang tinggi. Karena itu untuk wilayah dengan pola seperti ini, sumur air tawar hanya dapat digali di pinggir pantai saja. Air tawar memiliki rapat massa yang lebih rendah daripada air laut, sehingga dalam keadaan setimbang, air tawar akan berada di atas dan air laut yang asin berada di bawah. Cadangan air tawar di tempat seperti ini tidak banyak, sehingga jika terlalu banyak yang dipompa ke atas, curah air hujan tidak mampu mengganti air tawar yang dipompa, air tawar akan habis dan air asin mengisi posisi air tawar, dan sumur pun menjadi asin. Selama berada di sini, mahasiswa perlu mengamati jenis batuan dan lapisan tanah mulai dari atas bukit hingga di pinggir pantai. Ambillah pecahan batu karang dengan palu dan amati bentuk karangnya di bawah lup. Perhatikan juga ukuran dan variasi butiran tanah di atas bukit dan pasir di pinggir pantai. Hal yang juga perlu dicermati di sini adalah proses dalam siklus hidrologi dimana air masuk ke dalam pori-pori tanah dan kemudian menjadi air tanah. Hal yang tidak kalah menariknya adalah mencermati teknologi sederhana yang dulu digunakan oleh masyarakat pada masa itu dalam membuat sumur ini. Pada masa dulu, batu karang dicungkil dengan peralatan sederhana seperti beliung. Sebelum batu karang dicungkil, tentu mereka harus dapat mengetahui dengan cermat posisi yang tepat untuk menggali sumur supaya penggalian lapisan batu karang yang melelahkan tidan menjadi sia-sia. Saya berpikir, masyarakat dulu sudah memahami konsep hidrologi air tanah, sehingga mampu memilih tempat penggalian sumur yang tepat. Ini adalah kearifan local yang perlu kita apresiasi. Perhatikan juga batu-batu yang disusun untuk membuat dinding sumur. Apakah ini batu dari tempat sekitar Sumur Tiga atau dari tempat lain? FOTO SUMUR TIGA 3. Benteng. Situs ini adalah bekas benteng Jepang yang dibangun dengan cara memotong dan menggali bukit karang dan membangun benteng di dalamnya. Hasilnya adalah benteng pertahanan (dalam bahasa Inggris dinamakan dengan Pillbox) yang tidak dapat terlihat dari pantai, namun tentara yang berada dalam benteng dapat dengan mudah mengawasi pantai. Ada bagusnya jika para mahasiswa mencoba memperhatikan jenis semen yang digunakan untuk bangunan ini, sehingga dapat bertahan hingga 70 tahun (ya, 71 tahun yang lalu Jepang memasuki wilayah kita, yaitu di Februari 1942). Hal yang menjadi tujuan kita untuk berada di benteng ini adalah untuk mengamati lapisan bukit karang, khususnya pada bagian yang dipotong untuk membangun jalan (atau lebih tepanya lorong) menuju ke dalam pillbox. Kita dapat melihat dengan jelas bentuk karang yang berbeda yang berasal dari spesies Coelenterata yang berbeda. Untuk ini mohon diamati dengan cermat sejak dari tangga naik pertama di kaki bukit, baik di tangga atau di sekitarnya. Di sini mahasiswa dapat mempelajari bagaimana sebuah pulau karang dapat terbentuk. Semua karang hidup di dalam air. Jika air turun hingga karang tidak lagi terbenam oleh air, mereka akan mati. Jadi bayangkanlah bahwa seluruh bukit yang sekarang terletak sekitar 20an meter dari permukaan laut dulunya terletak beberapa meter di bawah permukaan air laut. Hal yang dapat mengangkat karang ini adalah gempa bumi. Jika diperhatikan bagian karang yang terpotong di dinding lorong, dapat disimpulkan bahwa seluruh karang tersebut terangkat ke atas menjadi daratan dalam waktu yang sama. Artinya ada suatu gempa hebat di masa lalu yang membuat bagian daratan dari Pulau Weh ini terangkat dari dalam laut. Dengan memperhatikan lapisanlapisan karang dan tingkat erosi di permukaan, saya memperkirakan (wild guess, bukan pengukuran sistematik) bahwa bukit ini muncul di atas permukaan laut sekitar 100.000 hingga 400.000 tahun yang lalu. Jika ada yang tertarik dengan paleobiologi, spesies karang di sini dapat menceritakan keadaan biota wilayah pesisir pada masa lalu. Jika ada yang tertarik dengan bidang paleoclimate, maka keadaan setiap lapisan karang, yang tentunya hidup pada masa yang berbeda, dapat memberikan informasi keadaan cuaca pada masa lalu hingga ratusan ribu tahun yang lalu. Dari posisi Benteng, perhatikan ke laut di arah timur. Di bagian ini air laut terbagi menjadi dua arus, satu arus mengalir melalui selat antara Pulau Weh dengan Banda Aceh, dan arus lain mengalir di utara Pulau Weh. Setahu saya belum ada nama khusus pada arus laut ini, sehingga kita memiliki hak untuk memberi nama. Arus yang mengalir di selatan lebih deras dari arus yang mengalir ke utara. Namun arus di utara banyak mendapat pengaruh angin dari arah timur (dari Laut Cina Selatan) sehingga ombak di pantai ini sangat besar, kondisi yang bagus untuk surfing (selancar). FOTO BENTENG 4. Ano Itam. Seperti namanya, pasir pantai di sini berwarna hitam pekat, berbeda dengan pasir pantai yang lain yang berwarna putih. Perbedaan jenis pasir mengindikasikan bahwa proses pembentukannya berbeda. Pasir putih terbentuk karena proses erosi terhadap karang. Pasir hitam ini saya pikir berasal dari proses vulkanik, dimana sebuah gunung api pada masa lalu menghasilkan semburan pasir seperti ini. Karena proses sedimentasi pantai, di banyak tempat pasir hitam ini sudah bercampur dengan pasir putih. Pasir putih ini diendapkan ke pantai oleh ombak yang terus menerus menghempas pantai. Pengamatan yang perlu dilakukan adalah mengamati pasir hitam ini di bawah lup. Ambillah segenggam pasir lalu perhatikan ukuran butirannya di bawah mikroskop. Perhatikan juga bentuk butiran, apakah memiliki sisi yang bundar atau cenderung persegi dengan sudut tajam. Butiran yang bundar menunjukkan hasil erosi secara perlahan-lahan oleh air, sementara bentuk sisi datar berujung tajam menunjukkan proses pembentukan yang dahsyat dan tiba-tiba seperti semburan gunung api. Kemudian bagi yang memiliki magnet, dapat melakukan pengujian sifat magnetic dari pasir hitam tersebut. Taruhlah magnet dalam pasir hitam dan perhatikan apakah pasir ini ditarik oleh magnet atau tidak. Amati juga berapa banyak pasir yang dapat tertarik oleh magnet dibandingkan dengan yang tidak ditarik oleh magnet. Butiran pasir yang dapat ditarik oleh magnet mengandung bahan ferromagnetic. Secara alami, hanya ada tiga bahan ferromagnetic yaitu besi, nikel, dan kobal. Potensi yang bnyak di tempat kita adalah besi, sehingga jika dapat ditarik oleh magnet, pasir tersebut mengandung besi yang dominan. Catatlah sifat-sifat yang teramati melalui eksperimen tersebut. Ambillah sampel kedua jenis pasir untuk dibawa pulang. Sampel ini dapat diamati lebih lanjut menggunakan mikroskop di laboratorium. Perhatikan topografi wilayah di sekitar Benteng dan Ano Itam. Jika memang pada masa lalu ada gunung api yang meletus dan menyemburkan pasir ini, kira-kira di manakah posisi kawah dan kaldera gunung apinya? FOTO ANO ITAM 5. Balohan. Balohan adalah sebuah teluk yang sempit dan dibatasi oleh tebing yang curam. Perhatikan bentuk tebing tersebut. Jika ada singkapan batuan yang terletak di pinggir jalan, amatilah untuk melihat bagaimana pola strike/dip pada batuan, jika memungkinkan. Teluk Balohan merupakan zona graben yang memiliki satu pola yang sama dengan zona graben di Krueng Raya, yang memanjang terus ke arah Teluk Sabang, khususnya di kawasan Lhok Periya Laot. Ini merupakan satu system zona patahan yang dimulai dari Seulimeuem. Zona patahan yang terbentuk di pulau Weh merupakan sesar normal, geser mendatar yang berarah utara – selatan dan baratlaut–tenggara. Pada saat berada di Balohan, perhatikan topografi setempat, jenis tanah permukaan dan jenis batuan. Coba perhatikan perbedaan antara batuan di daerah Ano Itam dengan di daerah Balohan. Perhatikan juga lembah yang terbentuk karena sesar ini, dan untuk diketahui, danau Aneuk Laot berada di bagian lembah ini juga. 6. Jaboi. Jaboi adalah sebuah gunung api muda yang berada di sisi barat dari system patahan yang juga membentuk teluk Balohan dan teluk Sabang. Berbeda dengan formasi batuan di wilayah lain dari Pulau Weh yang berupa batuan karang, Jaboi terbentuk dari lapisan batuan sedimen dan metamorf. Kawah dari gunung Jaboi membentuk fumarola/solfatara dan batuan teralterasi hidrotermal. Ada dua kawah fumarol di Jaboi, yaitu kawah Leumo Matee dan kawah Seumeureugoh. Kedua kawah menyemburkan sulfur setiap saat sehingga aroma sulfur sangat dominan di daerah tersebut. Untuk mencapai kawah tersebut kita perlu berjalan kaki sekitar 100 meter melintasi semak dan hutan sekunder. Perlu diketahui bahwa kawasan ini berada dalam kawasan konservasi sehingga pepohonan di sini tidak boleh ditebang dan hutannya tidak boleh dirusak. Dalam perjalanan menuju ke Jaboi, perhatikan topografi setempat, sejak dari dataran rendah di Balohan hingga memasuki perbukitan. Saat tiba di kawah fumarol Jaboi (Seumeureugoh dan Leumo Mate), bersiaplah dengan bau sulfur yang menyengat. Perhatikan lubang-lubang pada tanah tempat gas sulfur terpancar keluar dan amati gas yang keluar tersebut. Jika berlama-lama, gas ini dapat menyebabkan mata terasa perih. Kemudian perhatikan batuan yang berada di sekitar fumarol, akan terlihat terbalut dengan Kristal berwarna kuning. Ini adalah Kristal sulfur yang menyublim dari bentuk gas ketika keluar dari lubang-lubang di tanah. Perhatikan Kristal sulfur ini dengan menggunakan lup. Dalam bahasa Aceh, Kristal sulfur dinamakan “tanoh cempaga” yang dimanfaatkan oleh masyarakat kita sebagai obat, terutama obat-obat infeksi kulit. Perhatikan jenis-jenis dan posisi batuan di sekitar kawah Jaboi. Batu-batu itu terlihat berserakan, yang menunjukkan bahwa selalu ada getaran yang menyebabkan batu berpindah dari posisinya. Cobalah perkirakan berapa banyak batuan sedimen dan batuan metamorf di situ. Apakah terdapat batuan beku di situ? 7. Kilometer Nol. Kilometer Nol adalah titik yang berada di paling utara dari Pulau Weh. Perlu diketahui, titik ini bukanlah titik paling utara atau titik paling barat dari Indonesia. Titik paling utara berada di Pulau Rondo, sebuah formasi batuan setinggi 60 meter yang terletak beberapa mil di sebelah utara/barat laut dari Kilometer Nol. Sementara itu titik paling barat berada di Pulau Benggala, sebuah pulau tropic yang diselimuti hutan hujan seluas 4 hektar, terletak di laut lepas sebelah utara/barat laut Pulau Breueh, atau di sebelah barat daya Pulau Rondo. Saat berada di Kilometer Nol, cobalah amati formasi batuan di sana. Perhatikan apakah terdapat batuan beku dan batuan metamorf di sana? Jika hari cerah, Pulau Rondo terlihat di lepas pantai. Cobalah amati Pulau Rondo sedapat mungkin. Coba juga amati Pulau Breueh dari situ. Foto Kilometer Nol 8. Iboh. Iboh adalah tempat yang sangat menarik. Yang pertama adalah pantainya yang asri, ombaknya yang tenang, sehingga menyenangkan untuk berenang dan snorkeling. Sejak tahun 1990an Iboh menjadi sebuah tujuan wisata favorit bagi pelancong, baik yang tinggal di Sabang ataupun pelancong dari tempat lain. Dahulunya yang sangat menarik untuk dilihat adalah taman laut yang penuh dengan berbagai macam karang dan ekosistemnya. Berbagai macam ikan karang dapat dilihat di sana. Namun dalam empat tahun terakhir ini sebagian besar karang sudah mati, dan matinya karang membuat ikan juga hilang. Ada yang mengatakan bahwa matinya terumbu karang ini disebabkan oleh pemanasan global dan meningkatnya suhu air laut. Namun pengaruh perburuan liar ikan karang yang sangat cantik ini untuk dikonsumsi tidak dapat diabaikan. Hanya sebagian kecil terumbu karang yang masih utuh. Selain itu di banyak tempat dalam sela-sela batu karang terdapat bulu babi. Bulu babi memiliki bulu yang keras seperti duri dan jika terinjak, duri ini akan patah dan tertinggal di dalam kulit kaki. Hal ini sangat menyakitkan. Karena itu berhati- hatilah ketika berada dalam air. Hindari dan jangan menginjak bulu babi. (jika sampai ada yang terinjak bulu babi, segera minta pertolongan). Semoga semua dapat menikmati keindahan pantai Iboh.