bab i laporan kasus

advertisement
PENDAHULUAN
Electrical injuries, walaupun relatif tidak umum, tapi pasti ditemui oleh kebanyakan
dokter emergency. Electrical injury pada dewasa biasanya terjadi dalam pekerjaan, sedangkan
anak-anak terutama terluka oleh barang rumah tangga. Spektrum cedera listrik sangat luas,
mulai dari cedera minimal sampai keterlibatan multiorgan berat, komplikasi langsung dan
yang tertunda, sampai meninggal
Di Amerika Serikat, sekitar 1000 kematian per tahun akibat dari electrical injuries,
dengan tingkat kematian 3-5%. Klasifikasi cedera listrik umumnya berfokus pada sumber
daya (petir atau listrik), tegangan (tegangan tinggi atau rendah ), dan jenis arus (bolak-balik
atau langsung), yang masing-masing dikaitkan dengan pola cedera tertentu.
1
BAB I
LAPORAN KASUS
Seorang pemuda pelajar SMA datang ke UGD dengan keluhan terkena sengatan listrik 1 jam
yang lalu pada telapak tangan dan lengan bawah kanan.
Biodata pasien
Nama
: Nurdin
Usia
: 17 tahun
Pekerjaan
: buruh pabrik
Status
: belum menikah
Status generalis
Saat menumpang di atap kereta api, pasien tanpa sengaja menyentuh besi yang dialiri listrik
tegangan tinggi. Pasien langsung terlempar ke belakang namun masih tetap sadar. Kepala
tidak terbentur, tidak mengalami muntah dan mual. Pasien tetap sadar tetapi lemah tampak
syok, sehingga tidak mampu jalan.
Airway
: bebas
Breathing
: spontan 20x/ menit
Circulation
: akral hangat
TD
: 120/70 mmHg
N
: 110x/ menit
Disability
: compos mentis
Jantung
: dalam batas normal
Paru-paru
: dalam batas normal
Ekstremitas
: motorik dan sensoris dalam batas normal
Status lokalis
Pada sebagian area palmar manus dekstra tampak luka bakar kehitaman, kering di sekitarnya
sampai lengan tampak oedema hiperemis dan bulae (+). Pada area kehitaman tes pin prick (-).
EKG
: dalam batas normal
2
Lab darah
Hb
: 13 g/dL
Leukosit
: 10.000
Eritrosit
: 4,5 juta
Trombosit
: 250.000
SGOT
: 17 U/mL
SGPT
: 15 U/mL
Creatinin
:1
Ureum
: 27 mg/dL
Albumin
: 3,5 g/dL
Globulin
:?
Na
: 138 mEq/L K
Lab urine
Makroskopik
: jernih kemerahan
Eritrosit
: (-)
Leukosit
: (-)
Myoglobin dan Hemoglobin : (+)
Glukosa
: (-)
3
: 4 mEq/L
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama
: Nurdin
Umur
: 17 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Pekerjaan
: buruh pabrik
Status
: belum menikah
Alamat
:-
Agama
:-
Suku bangsa
:-
Riwayat Penyakit
● Keluhan Utama
:
Terkena sengatan listrik 1 jam yang lalu pada telapak tangan dan lengan bawah
kanan
● Keluhan Tambahan
Tidak diungkapkan
● Riwayat Perjalan Penyakit:
Saat menumpang di atap kereta api, pasien tanpa sengaja menyentuh besi yang
dialiri listrik tegangan tinggi. Pasien langsung terlempar ke belakang namun
masih tetap sadar. Kepala tidak terbentur, tidak mengalami muntah dan mual.
Pasien tetap sadar tetapi lemah tampak syok, sehingga tidak mampu jalan.
hal-hal yang perlu ditanyakan utntuk menunjang hipotesis dalam anamnesis:
1. Kapan tersengat listrik?
4
2. Berapa lama tersengat listrik?
3. Apakah saat tersengat listrik sempat terjadi penurunan kesadaran?
(alloananamnesis)
4. Kalau sempat terjadi penurunan kesadaran, berapa lama waktunya?
5. Saat tersengat listrik, apakah sempat terjatuh? Kalau terjatuh, apakah ada
bagian tubuh lain yang terasa sakit? (untuk memikirkan terjadinya trauma
lain)
● Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Tidak diketahui
● Riwayat Keluarga:
Tidak diketahui
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
◦ Keadaan Umum
▪ Kesan keadaan sakit: lemah, tampak syok dan tidak mampu berjalan
▪ Kesadaran: compos mentis
◦ Tanda vital
▪ Nadi
: 110x/ menit
▪ Tekanan darah
: 120/ 70 mmHg
▪ Pernapasan
: 20x/ menit
▪ Suhu tubuh
: tidak diketahui
▪ Berat badan
: tidak diketahui
▪ Tinggi badan
: tidak diketahui
5
Ditinjau dari keadaan umumnya, pasien mengalami:
Dari tanda vitalnya, pasien mengalami takikardia akibat kompensasi dari daerah
sekitar luka bakar yang membutuhkan aliran darah yang mengandung oksigen
lebih banyak agar tidak terjadi kerusakan jaringan.

Inspeksi
Kulit
Pada sebagian area palmar manus dekstra tampak luka bakar kehitaman, kering
disekitarnya sampai lengan tampak oedema hiperemis dan bula (+). Pada area
kehitaman tes pin prick (-).
Area palmar manus dekstra tampak luka bakar kehitaman, kering disekitarnya
derajat luka bakar III. warna kehitaman diakibatkan sudah terjadinya nekrosis
pada jaringan yang disebut sebagai zona koagulasi. Kering disekitarnya merupakan
zona statis di sekitar zona koagulasi yang mengalami penurunan aliran darah dan
sudah terjadi inflamasi
Lengan tampak oedema hiperemis dan bulae (+) oedema terjadi akibat adanya
gangguan vaskularisasi yang menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat, tekanan
osmotik koloid menurun sehingga air, protein yang terkandung dalam vascular
berpindah ke jaringan interstisial. Hiperemis terjadi akibat adanya peningkatan aliran
darah pada zona ini, dimana belu terjadi kerusakan jaringan namun tubuh sudah
mempersiapkan untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan dengan meningkatkan
aliran darah pada daerah ini. Bulae (+) menandakan terjadinya perpindahan cairan
dari jaringan interstisial (2nd spacing) menuju 3rd spacing di atas dermis yang
selanjutnya akan membentuk bulae tersebut.
Pada area kehitaman, tes pin prick (-) menandakan sudah terjadinya defisit
neurologis atau kerusakan saraf perifer pada lokasi yang tersengat listrik.
6

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Jantung
: dalam batas normal
Paru-paru
: dalam batas normal
Ekstremitas
Motorik dan sensorik dalam batas normal
Keluhan Utama
Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik
Pemicu
Hipotesis
Tersengat listrik
pada telapak tangan
Luka bakar
kehitaman dan
kering disekitarnya
Energi listrik yang
terkonversi menjadi
energi panas dalam
tubuh
Tersengat listrik
pada lengan bawah
kanan
Oedema hiperemis
dan bulae (+)
Energi listrik yang
terkonversi menjadi
energi panas dalam
tubuh yang
merupakan hasil
penjalaran panas
dari sumber yang
terpajan langsung
(telapak tangan)
Sudah terjadi
nekrosis jaringan
yang termasuk dalam
fase subakut dari
luka bakar
Derajat luka bakar
tipe 2a
II.
Keterangan
Bulae yang
terbentuk akibat
perpindahan cairan
yang berasal dari
jaringan interstisial
yang mengawali
terjadinya oedema
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk membantu menegakkan diagnosis, maka dilakukan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini dengan hasil:
EKG
: dalam batas normal
7
Laboratorium darah
Hasil pemeriksaan
Kadar normal
Keterangan
Hemoglobin
13 g/ dL
13 – 18 g/ dL
normal
Leukosit
10.000
5.000 – 10.000
Normal
Eritrosit
4,5 juta
4,5 – 6,2 juta
Normal
Trombosit
250.000
150.000 – 350.000
Normal
SGOT
17 U/ mL
5 – 40 U/ mL
Normal
SGPT
15 U/ mL
0 – 40 U/ mL
Normal
Creatinin
1
0,7 – 1,5
Normal
Ureum
27
10 – 38 mg/ dL
Normal
Albumin
3,5 g/ dL
3,0 – 5,5 g/ dL
Normal
Globulin
?
2,0 – 3,5
-
Na
138 mEq/ L
135 – 145 mEq/ L
Normal
K
4
3,5 – 5,2 mEq/ L
Normal
Hasil pemeriksaan
Kadar normal
keterangan
Makroskopik
Jernih kemerahan
Jernih dan bening
Abnormalitas
Eritrosit
(-)
(-)
Normal
Leukosit
(-)
(-)
Normal
Myoglobin
(+)
(-)/ tidak terdeteksi
Abnormalitas
Hemoglobin
(+)
(-)/ tidak terdeteksi
Abnormalitas
Glukosa
(-)
(-) tidak terdeteksi
Normal
Laboratorium urin
secara kualitatif
8
Dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium urine, terdapat abnormalitas pada hasil
makroskopik yaitu warna urine jernih namun kemerahan akibat terjadinya hemolisis
yang menyebakan hemoglobin terdapat dalam urine dan mewarnai urine tersebut.
Terdapat myoglobin pada urine myoglobinuria yang disebabkan adanya kerusakan
jaringan otot
Patofisiologi
Listrik tegangan tinggi DC →kontak dengan tangan →masuk ke dalam jaringan,yang
resistensinya paling tinggi (tulang)→energi listrik berubah jadi energy panas→ merusak
jaringan sekitar
Pada Kulit →luka bakar berat karena kontak langsung
Pada Otot → serat otot rusak →rhabdomyolysis →myoglobin masuk aliran darah →
melewati ginjal →myoglobinuria
Pada Pembuluh darah → panas merusak tunika intima →terjadi thrombosis → menyumbat
aliran darah → compartment syndrome → tidak teratasi → nekrosis jaringan
Pada Saraf →tahanan paling rendah →(pada kasus ini) rusak →parestesi →luka bakar berat
Rhabdomyolyisis
Panas → merusak sarcolemma sel otot → merusak (Na/K-ATPase) pump yang berada pada
sarcolemma → gangguan keseimbangan antara kalium dan natrium → calcium ikut masuk ke
dalam reticulum sarcoplasma dan mithocondria →menyebabkan hiperaktivitas dari protease
dan proteolyitic enzim →enzim tersebut mendegradasi myofilaments dan merusak
phospholipid membran →kebocoran isi intrasellular (myoglobin , creatinin kinase, kalium,
fosfat dan asam urat) →masuk ke dalam aliran darah (plasma)
9
10
Myoglobinuria
Myoglobin hasil dari kerusakan sel otot → masuk aliran darah → masuk ke ginjal → mudah
melewati glomerulus → mudah di eksreksikan ke urin → myoglobinuria
Bila dalam jumlah yang besar → melewati glomerulus → memasuki tubulus ginjal →
berinteraksi dengan protein Tamm-Horsfall pada lumen tubuli ginjal → terpresipitasi
III.
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik yang dilakukan, kami menyimpulkan
bahwa Saudara Nurdin yang berumur 17 tahun mengalami luka bakar fase subakut
derajat III
IV.
PENATALAKSANAAN
Pada fase akut dapat dilakukan pertolongan pertama untuk bantuan hidup dasar,
yakni:
1. Airway, yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap bernafas
secara normal
2. Breathing, mengecek kecepatan pernafasan yakni sekitar 20x/ menit
3. Circulation, melakukan palpasi pada nadi untuk mengecek pulsasi yang pada
orang normal berkisar antar 60 – 100x/ menit
Dilakukan observasi ABC terus menerus sampai keadaan pasien benar-benar stabil.
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting. Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan
cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
11

Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang
terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia – Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka
bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang
mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat
dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.
12
Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan
dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Terapi cairan

Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline).

Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat
badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam).

Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8
jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.

Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu
1cc/kgBB/jam.
VI.
PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad Bonam
Ad sanationam
: Dubia Ad Bonam
Ad Functionam
: Dubia Ad Malam
Ad Cosmeticum
: Ad Malam
13
BAB III
Tinjauan pustaka
Histologi Musculoskeletal System
Sistem Muskuloskeletal Terdiri Dari:

Tulang

Otot skelet

Tendo

Kartilago
Kartilago

Jaringan konektive yang bentuknya agak kaku/keras.

Tersusun atas sel mesenchymal (jaringan ikat embrionik dalam mesoderm yang
membentuk jaringan ikat tubuh dan pembuluh darah) dan matrix ekstraseluler
berkolagen.
Tulang

Tersusun atas sel dan matriks ekstraseluler kolagen yang menjadi mineral melalui
deposisi kalsium hydroxyapatite.

Kalsium ini memberikan bentuk yang keras dan kuat pada tulang.
Stretched Skeletal Muscle, Longitudinal Section
Pewarnaan: HE

Pada pemotongan longitudinal, bentuknya silindris.

Terdapat membrana myocyti (sarcolemma).

Letak nucleus di tepi, berbentuk pipih.

Pada myofibrilae (area densa) terdapat:
o Endomysium
o Perimysium
o Epimysium

Discus A = garis melintang gelap.

Discus I = garis melintang terang.

Discus Z = garis hitam yang dapat dilihat dengan memotong discus I.
14
Skeletal Muscle, Transverse Section
Pewarnaan: Orcein-anilin blue

Pada pemotongan transversal bentuknya polyhedral dan warnanya abu-abu
coklat.

Nukleus sel otot pada permukaan sel berbentuk oval berwarna hitam.

Celah antara fasciculus diisi oleh jaringan konektif longgar.

Kolagen pada jaringan konektif ini berwarna biru.
15
Fibrocartilage Of Discus Intervertebralis
Pewarnaan: HE

Fibrokartilago banyak ditemukan di jaringan ikat padat pada kapsul sendi dan
ligament.

Matrix mengandung serabut kolagen kasar dan berlapis.

Arah serabut kolagen pada lapisan bersilangan dengan arah serabut pada lapisan
lain, sehingga seperti bulu ayam.

Kartilago jenis ini tidak memiliki perikondrium.
16
Tendon
Pewarnaan: HE

Tendo adalah jaringan konektif yang teratur dan tersusun rapat.

Tendo dibentuk oleh serabut dari kolagen.

Fibroblastus (tendosit substantia intercellularis) mengandung serabut kolagen
yang membentuk berkas padat sekali yang disebut fasciculus tendinosus.

Fasciculus tendinosus dikelilingi jaringan ikat longgar.

Fibroblastus yang mensekresikan kolagen berada pada jaringan konektif dalam
bentuk inaktif.

Bentuk nukleus dari fibroblastus adalah pipih.
17
Compact Bone
Persiapan: digosok-tidak di cat

Periosteum bagian permukaan tulang kompak.

Lamella mengelilingi canalis centralis.

Lamella mengandung:
o Pembuluh darah
o Pembuluh limfa
o Saraf

Pembuluh dan saraf dihubungkan oleh canalis volkman yang menembus canalis
centralis.

Lamella circumferentialis eksterna dibawah periosteum.

Osteonum, tersusun oleh:
o Lamella osteoni dengan lacuna ossea.
o Osteocyte terdapat pada lacuna ossea.
o Canalis centralis.
o Canalis perforans (tegak lurus canalis centralis).
o Canaliculi ossei (saluran halus keluar dari lacuna ossea).

Lamella interstitialis, Lamella circumferentia interna.

Endosteum melapisi bagian terdalam jaringan tulang hanya tampak sebagai sisa.
18
19
Electrical injury
Cedera listrik adalah salah satu jenis trauma dengan patofisiologi yang agak berbeda
dari trauma pada umumnya.
Untuk memahami cedera listrik, diperlukan pemahaman-pemahaman tertentu listrik
dasar.
Arus searah (DC) Arus dalam arah yang konstan. Baterai, misalnya, memberikan
energy langsung saat itu juga. arus searah tegangan tinggi digunakan sebagai alat untuk
transmisi sebagian besar tenaga listrik.
Alternating current (AC) adalah arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur.
Setiap interval gerak maju-mundur disebut siklus. Gelombang sirkuit listrik AC adalah
gelombang sinus, karena gelombang ini menghasilkan energy dalam transmisi paling efisien ,
tetapi, pada saat yang sama, juga lebih berbahaya daripada DC.
Volt adalah satuan gaya gerak listrik atau tekanan yang menyebabkan arus mengalir.
Sengatan listrik yang kebanyakan berasal dari sumber tegangan yang konstan, yaitu yang
voltasenya tidak berubah dari waktu ke waktu.
Penggunaan tegangan lebih mengarah ke transmisi yang lebih efisien daya, sehingga itu
menguntungkan selama transmisi sejumlah besar kekuatan untuk mendistribusikan power
dengan tegangan yang sangat tinggi (kadang-kadang setinggi ratusan kilovolt). Namun,
tegangan tinggi juga memiliki kekurangan, yang utama adalah bahaya meningkat menjadi
siapa pun yang datang ke dalam kontak dengan mereka, isolasi tambahan yang diperlukan,
dan kesulitan meningkat dalam menangani aman mereka.
Ampere adalah suatu satuan arus listrik. Lebih tepatnya, itu adalah aliran sejumlah
elektron per detik.
Ohm adalah suatu satuan hambatan listrik. Konduktansi didefinisikan sebagai
1/resistance (yaitu, invers perlawanan). Pada ketahanan suatu material arus tergantung pada
sifat fisik dan kimia dari material. Jumlah arus yang sering menentukan besarnya cedera.
Hukum Ohm menyatakan bahwa arus berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
20
terbalik dengan resistensi (I = V / R) dan dapat berguna untuk menghitung arus selama
sengatan listrik.
Panas yang dihasilkan dalam bahan akibat arus ditentukan oleh kekuatan listrik yang
masuk. Watt adalah unit tenaga listrik yang disampaikan ketika arus 1 ampere melalui 1 ohm
selama 1 detik. Power adalah sama dengan tegangan dikalikan dengan arus (P = VxI). Energi
didefinisikan dalam istilah sebuah watt kedua. Satu watt-kedua adalah sama dengan 1 joule.
Satu watt daya yang disampaikan selama 1 detik menghasilkan 0,24 kalori panas.
Patofisiologi
Mekanisme utama akibat luka listrik adalah sebagai berikut:
1. Energi listrik menyebabkan kerusakan jaringan langsung, mengubah potensial sel
membran istirahat, dan tetany memunculkan otot.
2. Konversi energi listrik menjadi energi panas, menyebabkan kerusakan jaringan besar dan
nekrosis coagulative.
3. cedera mekanis dengan trauma langsung akibat jatuh atau kontraksi otot kekerasan.
Faktor-faktor yang menentukan derajat cedera termasuk besarnya energi yang
disampaikan, resistensi dari jaringan yang kontak dengan arus listrik, jenis arus, jalur arus,
dan lamanya kontak. Efek sistemik dan kerusakan jaringan secara langsung proporsional
dengan besarnya arus yang. Jumlah arus (ampere) secara langsung berhubungan dengan
tegangan dan berbanding terbalik dengan perlawanan, sebagaimana ditentukan oleh hukum
Ohm (I = V / R, dimana I = arus, V = tegangan, R = resistansi). Dari parameter yang
dijelaskan oleh hukum Ohm, tegangan biasanya dapat ditentukan dan digunakan untuk
mengukur besarnya potensi pemaparan saat ini dan besarnya cedera yang disebabkan.
Sengatan listrik diklasifikasikan sebagai tegangan tinggi (> 1000 volt) atau tegangan
rendah (<1000 volt). Sebagai aturan umum, tegangan tinggi dikaitkan dengan morbiditas dan
kematian yang lebih besar, meskipun cedera fatal dapat terjadi pada tegangan rendah.
AC secara substansial lebih berbahaya daripada DC. Kontak dengan AC dapat
menyebabkan kontraksi otot yang berakhir pada tetani otot. Otot dada tetany melibatkan
21
diafragma dan otot interkostal dapat mengakibatkan kegagalan pernapasan. Sifat pengulangan
dari AC meningkatan kemungkinan pengiriman arus ke miokardium yang dapat memicu
fibrilasi ventrikel. Sebaliknya, DC biasanya menyebabkan kontraksi otot tunggal , sering
menyebabkan korban terlempar jauh dari sumber listrik tersebut. Petir adalah arus searah
besar yang berlangsung dari 1 / 10 sampai 1 / 1000 per detik, tetapi sering telah tegangan
yang melebihi 10 juta volt.
Tubuh memiliki tahanan yang berbeda-beda. Secara umum, jaringan dengan cairan
yang tinggi dan mengandung banyak elektrolit mampu mengkonduksi listrik lebih baik.
Tulang memiliki tahanan paling tinggi. Sedangkan jaringan saraf memiliki tahanan paling
rendah, dan bersama-sama dengan pembuluh darah, otot, dan selaput lender juga memiliki
tahanan yang rendah terhadap listrik. Kulit memberikan tahanan “intermediate” dan
merupakan faktor yang paling penting menghambat aliran arus. Kulit adalah resistor utama
terhadap arus listrik, dan derajat resistensi ditentukan oleh ketebalan dan kelembaban. Ini
bervariasi dari 1000 ohm untuk kulit tipis lembab untuk beberapa ribu ohm untuk kulit
kapalan kering.
Jalur arus menentukan jaringan yang berisiko dan apa jenis cedera yang dihasilkan.
Arus listrik yang melewati kepala atau dada lebih mungkin menghasilkan luka fatal. Arus
transthoracic dapat menyebabkan aritmia fatal, kerusakan jantung langsung, atau pernapasan.
Transcranial arus dapat menyebabkan cedera otak langsung, kejang, pernapasan, dan
kelumpuhan.
Hasil cedera Electrothermal jaringan edema jaringan, sehingga pengembangan sindrom
kompartemen dapat terjadi dalam kompartemen tubuh. kaki ini adalah situs yang paling
sering terlibat untuk pengembangan sindrom kompartemen
Jenis Luka Bakar LIstrik

Direct contact : Arus masuk melewati tubuh, menyebabkan panas menyebabkan
“electrothermal burns”. Luka jenis biasanya terdapat titil kontak sumber dan titik arus
keluar.
22

Electrical arc : biasa disebut arus pendek. Bunga api yang terpancar antara objek
listrik yang memeiliki potensi berbeda ketika bersentuhan langsung. Lalu arus juga
masuk ke dalam tubuh.

Flame :biasanya disebabkan karena pakaian yang terbakar akibat electrothermal burns
atau electrical arc sehingga kulit terbakar karena kontak dengan api langsung yang
berasal dari pakaian yang terbakar

Flash : ketika panas dari electrical arc bersentuhan langsung dengan tubuh, akan
menyebabkan luka bakar. Namun pada flash, arus tidak masuk kedalam tubuh.
Rhabdomyolisis
Definisi
Rhabdomyolysis adalah sindrom yang disebabkan oleh cedera pada otot rangka dan
melibatkan kebocoran cairan intraseluler dalam jumlah besar ke dalam plasma. Hal ini
diterjemahkan menjadi "penghancuran otot rangka" dan merupakan hasil akhir dari berbagai
proses yang perubahan dan perusakkan. Pada orang dewasa, rhabdomyolysis mempunyai 3
ciri khas yaitu kelemahan otot,myalgia dan urin yang berwarna kecoklatan gelap. Namun
ketiga karakter ini terkadang jarang muncul bersamaan.
Patofisiologi
Rhabdomyolysis disebabkan oleh banyak etiologi namun pada dasarnya ini merupakan
dari kerusakan pada sarcolemma dan pelepasan komponen intraseluler sel otot. Mekanisme
kerusakan dalam rhabdomyolysis mencakup kerusakan membrane sel,hipoksia sel otot,
deplesi ATP dan gangguan elektrolit pada pompa natrium-kalium.
Sarcolemma merupakan selaput tipis yang membungkus serat otot lurik, disana terdapat
banyak pompa yang mengatur gradient elektrokima seluler. Konsentrasi natrium intraseluler
biasanya dijaga pada 10 mEq/L oleh pompa natrium-kalium adenosine triphosphatase (Na/KATPase) yang terletak di sarcolemma tersebut.
Pompa Na/K-ATPase secara memompa natrium dari dalam sel ke luar sel. Akibatnya
bagian dalam sel lebih negative daripada bagian luar sel. Gradient ini menarik natrium ke
dalam sel sebagai pergantian dari keluarnya kalsium, melalui mekanisme protein carrier.
Selain itu, pertukaran kalsium secara aktif juga terjadi, yaitu kalsium masuk kedalam
23
sarkoplasmic reticulum dan mitokondria. Pompa Na/K-ATPase ini bekerja menggunakan
ATP (energy)
Bila, ada gangguan dari fungsi pompa NA/K-ATPase ini yang bisa disebabkan oleh
kerusakan membran sel atau kurangnya energy, keseimbangan komposisi elektrolit. Sehingga
terjadi peningkatan kalsium intraseluler. Peningkatan kalsium dalam sel ini akan
mengakibatkan hiperaktivitas dari protease dan enzim proteolitik dan memacu terbentuknya
radikal bebas oksigen. Enzim-enzim tersebut dapat mendegradasi myofilamen dan merusak
membrane fosfolipid dari sel sehingga terjadi kebocoran cairan intraseluler ke dalam plasma.
Cairan ini terdiri dari kalium,fosfat,creatinin kinase, asam urat dan myoglobin. Cairan intrasel
ini juga dapat terakumulasi pada jaringan otot sekitarnya.
Etiologi
Rhabdomyolysis mungkin terjadi setelah peristiwa traumatis, termasuk yang berikut:
1. trauma tumpul
24
2. Cedera listrik tegangan tinggi
3. Luka bakar
Rhabdomyolysis mungkin terjadi setelah aktivitas otot yang berlebihan, seperti berikut:
1. Sporadis berat latihan (misalnya, maraton, jongkok, push-up, sit-up)
2. Status epilepticus
3. Status asthmaticus
4. Psikosis akut
Rhabdomyolysis Toksin-dimediasi dapat dihasilkan dari penyalahgunaan zat.
Myoglobinuria
Definisi
Myogolbinuria, diartikan dari kata pembentuknya yaitu terdapatnya myoglobin di
dalam urin. Myoglobinuria biasanya merupakan akibat dari rhobdomyolysis yaitu perusakan
sel otot. Semua proses yang mengganggu penyimpanan atau penggunaan energy oleh sel otot
dapat menyebabkan myoglobinuria.
Patofisiologi
Mioglobin dilepaskan dari jaringan otot oleh kerusakan sel dan perubahan dalam
permeabilitas membran sel otot rangka. Dalam kondisi normal, pompa natrium kalium
ATPase mempertahankan kandungan natrium sangat rendah intraselular. Saluran natriumkalsium terpisah maka berfungsi untuk memompa tambahan natrium ke dalam sel dalam
pertukaran untuk ekstrusi kalsium dari sel. Selain itu, sebagian kalsium intraseluler biasanya
diasingkan dalam organel. Kerusakan pada sel-sel otot mengganggu dengan kedua
mekanisme, yang menyebabkan peningkatan kalsium terionisasi bebas dalam sitoplasma.
Kalsium intraseluler tinggi mengaktifkan enzim kalsium yang lebih banyak tergantung
memecah membran sel, menyebabkan pelepasan isi intraselular seperti mioglobin dan
creatine kinase ke sirkulasi. Sebuah model dari domain heliks dari mioglobin ditampilkan
pada gambar di bawah.
25
Mioglobin adalah, gelap-merah-17,8 kDa, protein heme monomer yang mengandung
zat besi dalam bentuk ferro (Fe +2). Hal ini mudah disaring oleh glomerulus dan cepat
diekskresikan ke dalam urin. Ketika jumlah besar mioglobin memasuki lumen tubulus ginjal,
berinteraksi dengan protein Tamm-Horsfall dan terpresipitasi, proses ini dibantu dengan
keasaman urin. obstruksi tubulus terutama terjadi pada tingkat tubulus distal. Selain itu,
spesies oksigen reaktif yang dihasilkan oleh kerusakan baik otot dan sel-sel epitel ginjal yang
mempromosikan oksidasi oksida besi untuk oksida besi (Fe +3), sehingga menghasilkan
radikal hidroksil. Baik gugus heme dan radikal bebas hidroksil besi bisa menyebabkan
mediator kritis dan bersifat toksis tubulus langsung, yang terutama terjadi di tubulus
proksimal.
Dengan demikian, terjadi pengendapan mioglobin dalam tubulus ginjal dengan
obstruksi sekunder dan keracunan tubular, atau keduanya merupakan penyebab utama untuk
cedera ginjal akut selama myoglobinuria.
26
Syndrome Kompartemen
Syndrome kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
interstitial pada kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga mengakibatkan
berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan.
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang
menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler dan nekrosis
jaringan lokal akibat hipoksia. Ketika tekanan dalam kompartemen melebihi tekanan darah
dalam kapiler dan menyebabkan kapiler kolaps. Pertama-tama sel akan mengalami oedem,
kemudian sel akan berhenti melepaskan zat-zat kimia sehingga menyebabkan terjadi oedem
lebih lanjut dan menyebabkan tekanan meningkat.Aliran darah yang melewati kapiler akan
berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti. Terjadinya hipoksia
menyebabkan sel-sel akan melepaskan substansi vasoaktif yang meningkatkan permeabilitas
endotel.Dalam kapiler-kapiler terjadi kehilangan cairan sehingga terjadi peningkatan tekanan
jaringan dan memperberat kerusakan disekitar jaringan dan jaringan otot mengalami nekrosis.
Gejala klinis yang umum ditemukan pada sindroma kompartemen meliputi :
1. Pain
: Nyeri pada pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena.
2. Pallor
: Kulit terasa dingin jika di palpasi, warna kulit biasanya pucat.
3. Parestesia
: Biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi.
4. Paralisis
: Diawali dengan ketidakmampuan untuk menggerakkan sendi.
5. Pulselesness : Berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya gangguan perfusi
arterial.
Penatalaksanaan

Terapi Bedah
Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30 mmHg. Tujuan
dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.
Jika tekanannya < 30 mm Hg maka cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi
pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan membaik, evaluasi terus dilakukan hingga fase
berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera lakukan fasciotomi.
Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam.
27
Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda.Insisi
ganda lebih sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal
membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena.

Terapi non-bedah
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam bentuk dugaan
sementara. Yaitu dengan cara :
Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemen
yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih
memperberat iskemia
Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.
Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat mengurangi
tekanan kompartemen. Manitol dapat mereduksi edema seluler, dengan memproduksi
kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel otot yang nekrosis.
Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar derajat 1 (superficial burns)
-
Hanya mengenai epidermis
-
Kering dan kemerahan
-
Nyeri tekan dan sakit
-
Diraba terasa hangat
-
Edema dapat terjadi, tapi tidak terdapat bula
-
Pucat
-
Biasanya sembuh dalam waktu 7 hari
28
Gambar luka bakar Superficial burns (derajat 1)
Luka bakar derajat 2
-
Mengenai epidermis dan dermis
-
Lembab dan berkilau
-
Merah muda kemerahan
-
Menyakitkan (saraf-saraf teriritasi)
-
Tidak semua ada bula
-
Dibagi 2:
1. Derajat 2 (superficial dermal burns)
- Mengenai epidermis dan 1/3 dermis
- Merah ke merah mudaan
- Basah
- Bula dengan dinding tipis dan berisi cairan
- Ringan atau sampai ukuran sedang edema
- Sangat menyakitkan
- Sembuh spontan dalam waktu 2 minggu
- Minimal jaringan parut
29
Gambar luka bakar Superficial dermal burns (derajat 2)
2. Derajat 2 (deep dermal burns)
- Mengenai epidermis dan 2/3 dermis
- Belang: merah, merah muda atau putih
- Lembab
- Tidak ada bula
- Ukuran sedang edema
- Menyakitkan, tapi biasanya tidak parah (saraf-saraf sudah rusak)
- Sembuh spontan dalam waktu 2-6 minggu
- Jaringan parut yang besar
- Bisa eksisi jaringan nekrotik dan transplantasi kulit
Gambar luka bakar Deep dermal burns (derajat 2)
30
Luka bakar derajat 3 (full-thickness burns)
- Mengenai keseluruhan epidermis dan dermis
- Kering, keras, dan kaku
- Eschar + (keras dan kaku)
- Merah, putih, kuning, coklat, atau hitam
- Edema berat
- Tidak sakit dan tidak sensitif (saraf-saraf rusak semua)
- Tidak ada bula
- Penyembuhan tidak spontan
- Eksisi jaringan luka dan transplantasi kulit
Gambar luka bakar Full-Thickness burns (derajat 3)
 Sering tidak mudah untuk menentukan kedalaman luka bakar pada fase akut.
Beberapa luka bakar derajat 2 akan berubah menjadi luka bakar derajat 3 karena
infeksi. Oleh karena itu, jika meragukan disebut luka bakar derajat 3.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Wedro Benjamin. Rhabdomyolysis. Available at :
http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=105056&pf=3&page=1.
Accessed on : 13 April 2011. Updated on : 9 Februari 2011.
2. Devarajan Prasad. Myoglobinuria. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/982711-overview#showall. Accessed on: 13 Aoril
2011. Updated on : 4 januari 2010.
3. Cushing Tracy. Electrical injuries in emergency medicine. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/770179-clinical#showall. Accessed on : 14 april
2011. Updated on : 12 April 2010.
4. Nabili Siamak. Rhabdomyolysis. Available at :
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=99154&pf=3&page=1.
Accessed on : 14 April 2011. Updated on 8 April 2009.
5. Daley Brian. Electrical Injuries. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/433682-overview#showall. Accessed on: 14 April
2011. Udpated on : 12 Juni 2008.
6. Craig Sandy. Rhabdomyolysis in Emergency Medicine. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/827738-overview#showall. Accessed on : 13 april
2011. Updated on : 6 Desember 2010
32
Download