BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan tidak pernah lepas dari peran karyawan dalam setiap produksinya, karyawan merupakan satu yang terpenting dalam proses produksi, terutama pada perusahaan-perusahaan padat karya di mana perusahaan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dari pada tenaga mesin. Karyawan terkadang dihadapan pada resiko kecelakaan dan juga keselamatannya. Hal ini yang melatarbelakangi perusahaan untuk menyediakan program dalam rangka menjamin kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan. Program kesehatan dan keselamatan kerja didasari akan keprihatinan perusahan akan kesehatan dan juga keselamatan kerja karyawan-karyawannya, berbagai kejadian serigkali mengancam kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan saat menjalankan tugasnya dalam sebuah proses produksi di perusahaan, sehingga perusahaan mengembangkan program kesehatan dan keselamatan kerja untuk menjamin kesehatandan keselamatan para karyawan sehingga jika terjadi suatu kejadian pada karyawan perusahaan dapat ditangani berdasarkan program yang ada. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja yang termasuk dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam perusahaan? 2. Bagaimana pelaksanaan program Manajemen Keselamatan? 3. Apa manfaat adanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam perusahaan bagi karyawan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2. Pelaksaan Program Manajeman Keselamatan 3. Manfaat adanya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja dalam perusahaan bagi karyawan BAB II PEMBAHASAN A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 1. Pengertian Istilah kesehatan menunjukkan sebuah keadaan umum dari kesejahteraan jasmani, mental dan emosional. orang yang sehat adalah orang yang bebas dari penyakit, cedera atau permasalahan mental dan emosional yang dapat merusak aktivitas normal manusia. Sedangkan istilah Keselamatan menunjukkan perlindungan kesejahteraan fisik orang. Tujuan utama dari efektifitas program keselamatan dalam organisasi adalah untuk mencegah cedera dan kecelakaan dalam pekerjaan. 2. Pertanggungjawaban Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Dasar pertanggungjawaban Kesehatan dan Keselamatan dalam sebuah perusahaan biasanya berada pada supervisor dan para manajer. Manajer Hr yang menangani K3 dapat dibantu oleh koordinator program K3, investigator kecelakaan, penghasil alat-alat program K3, dan pimpinan pelatihan keselamatan. Departemen supervisor dan manajem memainkan tugas utama dalam pemeliharaan kondisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pekerja. 3. Syarat sah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Persetujuan dengan berbagai lembaga pemerintah pusat dan hukum Negara merupakan hal mendasar dari pekerja dalam mengembangkan Kesehatan dan keselamatan para pekerja dan lingkungan kerja. Area sah yang utama dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah Kompensasi Kerja. Sekarang ini semua Negara memiliki aturan kompensasi kerja pada beberapa peraturan Undang-Undang. Di bawah aturan ini, kontribusi perusahaan dalam membiayai asuransi untuk mengganti kerugian pekerja yang mengalami cedera ketika bekerja. Pembayaran asuransi menggambarkan tingkst kecelakaan pada beberapa perusahaan. Selain itu, aturan ini biasanya dibayarkan melalui pemotongan gaji, untuk pembayaran pengobatan, dan untuk pelatihan pekerja apabila pekerja tidak dapat kembali ke pekerjaan lama. Sebelum adanya hukum mengenai kompensasi kerja, pekerja tidak mendapat ganti kerugian untuk cederanya. Sekalipun jika disebabkan oleh resiko pekerjaan atau karena kelalaian dari rekan sekerja. Pekerja yang meninggal atau menjadi cacat sebagai hasil dari resiko pengobatan atau terkena penyakit tidak memiliki jaminan finansial untuk keluarganya. Pimpinan perusahaan (dan lembaga) menganggap bahwa Kesehatan dan Keselamatan pekerja merupakan pertanggungjawaban pekerja. Perusahaan melihat kecelakaan dan penyakit yang beresiko dalam pekerjaan tidak dapat dihindarkan oleh hasil kerja. Gagasan ini telah diganti dengan konsep dari pencegaha dan kontrol untuk meminimalisir atau menghilangkan resiko Kesehatan dan Keselamatan pada tempat kerja. Ulasan Kompensasi Kerja diperluas di banyak Negara untuk mencantumkan Kerusakan emosional yang mungkin mengakibatkan cedera fisik, serta ketegangan pada pekerjaan, stress, kegelisahan dan tekanan. Beberapa kasus bunuh diri juga memiliki aturan untuk job-related, dengan pembayaran di bawah kompensasi kerja. Tetapi cedera yang paling umum terjadi diantaranya patah tulang dan carpal tunnel. Penyakit yang umum terjadi yaitu stress dan alergi. Kecelakaan kendaraan merupakan penyebab tertinggi kematian dalam pekerjaan, sengan sekitar 22.000 kematian tiap tahun. Apabila pekerja mengalami cidera ketika melakukan employer-related kerja di rumah, perusahaan bertanggungjawab atas cidera tersebut. Untuk mengurangi kecelakaan dan biaya kompensasi pekerja, perusahaan harus mengatur dengan baik program kesehatan dan keselamatan. Macam- macam Programnya yaitu: 1) Pengurangan pembayaran asuransi 2) Penyimpanan biaya pendakwaan 3) Pembayaran uang lebih sedikit untuk pekerja cidera yang kehilangan waktu kerja 4) Pengurangan perbelanjaan untuk training pekerja baru 5) Pengurangan lembur 6) Menaikkan produktivitas 4. Hukum Tenaga Kerja Anak-anak Di lain tempat mengenai keselamatan merupakan gambaran dalam larangan mempengaruhi tenaga kerja muda, terutama yang berusia dibawah 18 tahun. Hukum tenaga kerja anak-anak, ditemukan di golongan XII pada Fair Labor Standards Act (FLSA), pengaturan umur minimal untuk sebagian besar pekerjaan adalah 16 tahun. Untuk “risiko” pekerjaan , minimal 18 tahun. 5. Undang-undang resiko kesehatan dan keselamatan Di Indonesia terdapat 3 UU mengenai K3. Diantaranya: 1) UU Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie) 2) UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 3) UU Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan B. PROGRAM MANAJEMEN KESELAMATAN 1. Efektivitas Program Manajemen Kesehatan Hal yang diperlukan dalam program Manajemen Kesehatan : a) Komitmen organisasi dan tanggungjawab Komitmen organisasi dan tanggung jawab merupakan hal yang utama dalam organisasi karena dapat mempengaruhi banyak hal, termasuk Upaya keselamatan. Upaya ini harus disamakan untuk semua anggota dalam organisasi. Suatu komitmen dibuat untuk keselamatan, usaha perencanaan harus berkoordinasi dengan petugas yang ditugaskan untuk supervisor, manajer, spesialis keselamatan, dan spesialis HR. alaminya, petugas berbeda-beda sesuai ukuran organisasinya dan perusahaannya. Ada 3 perbedaan pendekatan yang boleh dipilih perusahaan dalam pengurusan keselamatan. Program yang berhasil boleh digunakan all three dihadapkan oleh isu keselamatan. Gambar di bawah menunjukkan pendekatan organisasi, teknik, dan individu beserta komponennya. Pendekatan Organisasi Pembentukan pekerjaan Mengembangkan dan menerapkan kebijakan keselamatan Menggunakan komisi keselamatan Mengkoordinasi penyelidikan kecelakaan PENDEKATAN Pembentukan lingkungan kerja YANG Peninjauan peralatan EFEKTIF MANAJEMEN KESELAMAT AN Pendekatan Teknik Menerapkan dasar ergonomis Pendekatan Individu Penguatan motivasi dan sikap keselamatan Menyediakan pelatihan keselamatan bagi pekerja Penghargaan keselamatan melalui program b) Kebijakan keselamatan dan disiplin Desain aturan dan kebijakan keselamatan dan pelanggaran disiplin, merupakan komponen penting dari upaya keselamatan. Frekuensi penguatan dubutuhkan untuk menjaga kebiasaan dan pengadaan imbal balik pada kebiasaan positif keselamatan juga sangat efektif untuk meningkatkan keselamatan pekerja. c) Pelatihan keselamatan dan komunikasi Sejalan dengan mendorong keselamatan karyawan adalah dengan melibatkan seluruh pekerja pada berbagai waktu pada pembahasan training keselamatan dan pertemuan penitia serta mendapatkan setiap pertemuan. Pada penambahan training keselamatan, komunikasi berkelanjutan untuk mengembangkan kebutuhan kesadaran akan keselamatan. Sekedar mengirim catatan keselamatan tidaklah cukup. Membagikan kebijakan dan peraturan keselamatan merupakan bagian dari upaya ini. Perjuangan, dorongan dan poster merupakan segala jalan untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan. Mengubah poster keselamatan, memperbarui papan bulletin secara berkelanjutan, dan memposting informasi keselamatan di area yang strategis juga merupakan rekomendasi. Film keselamatan dan siaran merupakan cara meningkatkan ide-ide komunikasi keselamatan. d) Komisi keselamatan Frekuensi pekerja merupakan kesulitan pada perencanaan keselamatan melewati panitia keselamatan, seringnya pengubahan para pekrja dari variasi tingkatan dan departemen. Komite keselamatan biasanya memiliki jadwal meeting secara tetap, memiliki tanggungjawab tertentu untuk melaksanakan pemeriksaan keselamatan, dan membuat rekomendasi untuk mengubah kebutuhan untuk menghindari kecelakaan di masa yang akan datang. Biasanya, pada akhirnya seorang anggota di komite berasal dari unit HR. Kepedulian harus diterima agar manajer tidak melakukan pengubahan sebagian besar pada panitia keselamatan. Deskripsi kerja komisi keselamatan yaitu : Komitmen : Mengurangi resiko di tempat kerja yang memungkinkan menjadi penyebab cedera atau penyakit. Misi : untuk menumbuhkan semangat komunikasi terbuka dan kerjasama pada penyelesaian semua masalah yang bersinggungan dengan kesehatan dan keselamatan pekerja. Pertanggungjawaban : Komisi keselamatan harus: a) Meninjau hasil inspeksi keselamatan tempat kerja untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko b) Meninjau kecelakaan dan laporan pengobatan (termasuk panggilan dekat) untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko c) Meninjau dan menekankan perhatian pada kesehatan dan keselamatan, saran serta perlu berkomunikasi dengan pekerja dan supervisor. d) Meninjau pemeriksaan resiko tempat kerja e) Mengadakan pemeriksaan keselamatan 6 bulan sekali f) Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan spesifikasi kesehatan dan keselamatan terkait yang dibutuhkan dan kemajuan pada pimpinan, supervisor dan pekerja. g) Mengadakan pemeriksaan keuangan tahunan dari program kesehatan dan keselamatan. e) Inspeksi, investigasi dan penelitian kecelakaan Untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan tidak perlu menunggu inspector OSHA untuk menginspeksi ke area kerja. Inspeksi dapat diselesaikan oleh komisi keselamatan atau coordinator keselamatan. Namun mereka sebaiknya tetap menjaga dengan baik intensitas hari kerja karena OSHA boleh menginspeksi organisasi yang memiliki tingkat hari kerja yang lebih sering. Ketika kecelakaan terjadi, mereka harus segera menginvestigasi komisi keselamatan atau coordinator keselamatan perusahaan. Pada insvestigasi gambaran dari kejadian, hal itu penting untuk menetapkan kondisi fisik dan lingkungan yang menyokong terjadinya kecelakaan. Kekurangan cahaya, kekurangan ventilasi, dan lantai basah merupakan beberapa yang mungkin mendukung. Investigasi pada gambaran harus diselesaikan secepat mungkin setelah kejadian untuk memastikan bahwa kondisi dimana terjadinya kejadian tidak berubah signifikan. Salah satu cara untuk memperoleh ketepatan pandangan dari gambaran kecelakaan adalah dengan foto atau rekaman. Tahap kedua dari investigasi adalah interview dari pekerja yang terluka, supervisinya, dan saksi pada kecelakaan itu. Pewawancara mencoba menentukan apa yang terjadi dan apa penyebab kecelakaan tersebut. Wawancara ini boleh juga menghasilkan beberapa usul untuk mencegah kecelakaan pada masa yang akan datang. Pada tahap ketiga, mendasarkan pada observasi dari gambar dan wawancara, investigator melengkapi laporan investigasi kecelakaan. Bentuk laporan ini sesuai dengan syarat data oleh OSHA. Pada akhirnya, rekomendasi akan membuat penyebab kecelakaan tersingkir, dan merubah kebutuhan untuk menghindari kecelakaan yang sama.mengidentifikasi kenapa kecelakaan terjadi tersebut berguna. Jika terlihat banyak kecelakaan yang sama terjadi pada unit organisasi, program pelatihan pendidikan keselamatan mungkin diperlukan untuk menekankan kebiasaan aman bekerja. Seperti contohnya, salah satu perusahaan penerbitan melaporkan sebagian besar karyawan yang mengangkat kotak berat mengalami cedera belakang. Cara yang tepat pada pelatihan keselamatan untuk meringankan objek telah dimulai untuk menurunkan angka cedera belakang. f) Evaluasi dari upaya keselamatan Organisasi akan mengamati dan menilai upaya keselamatan mereka. Hanya seperti catatan laporan organisasi yang teraudit, upaya keselamatan perusahaan harus teraudit pada waktu tertentu secara baik. Statistik kecelakaan dan cidera harus dibandingkan dengan pola kecelakaan sebelumnya untuk ditinjau apapun perubahannya. Analisis ini harus dibenttuk untuk mengukur kemajuan pada manajemen keselamatan. Manajer sebuah hotel mungkin mengukur upaya keselamatan dari perbandingan rating kecelakaan rumah sakit dengan gambaran industry rumah sakit dan dengan rating pada rumah sakit lain dari ukuran yang sama pada area yang sama. 2. Permasalahan Teknis dalam kesehatan dan Keselamatan Kerja 1) Badan pemeriksaan keadaan pekerjaan Bentuk pekerjaan seyogyanya membutuhkan pertimbangan dari Badan pemeriksaan keadaan pada pekerjaan. Melalui tempat kerja disekitar pekerjaan dimanfaatkan untuk dapat mempengaruhi hasil pekerja dari pekerjaannya sendiri. Beberapa faktor keadaan kerja harus diidentifikasi, termasuk : ukuran area kerja, macam- macam bahan yang digunakan, kondisi sensoris, jarak antara area kerja, dan campur tangan dari noise dan arus perdagangan. Suhu, keributan, dan light levels merupakan kondisi sensoris yang mempengaruhi hasil kerja. Sebagai contohnya, noise mengurangi hasil pada complex mental task, task requiring speed, dan task requiring high level dari kapasitas persepsi. “personal space” adalah faktor lain untuk mempertimbangkan. Beberapa orang membutuhkan ruang lebih dari yang lainnya, dan membutuhkan ruang yang membeda-bedakan dari kebudayaan-kebudayaan. Pelanggaran dari syarat ruang membuat orang merasa terisolasi atau terlalu ramai. Kedua reaksi dapat menyebabkan stress dan berkaitan dengan permasalahan keselamatan dan kesehatan. 2) Sick Building Syndrome (SBS) The Environtmental Protection Agency (EPA) mendefinisikan Sick Building Syndrome merupakan situaasi dimana pekerja mengalami masalah kesehatan yang akut dan ketidaknyamanan yang muncul yang berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di gedung. Sebagai contoh, hakim, pengacara, juri, dan karyawan yang tinggal di Suffolk 546 sektor 5 karyawan dan tenaga kerja hubungan Negara Courthhouse di Boston untuk waktu yang lama mengeluh sakit kepala, pusing, sakit tenggorokan, dan penyakit lainnya. Setelah diteliti, masalah berada pada lapisan waterproof yang digunakan ketika bangunan direnovasi. Selain itu, penyebab Sick Building Syndrome adalah kualitas udara yang buruk pada gedung-gedung yang disegel yang mana jendelanya tidak dapat dibuka. Ventilasi tidak memadai, serta udara terkontaminasi karpet, cetakan, mesin fotokopi, perekat, dan jamur, dapat menyebabkan Sick Building Sydrome. 3) Ergonomis dan Keselamatan Ergonomis adalah bentuk sesuai lingkungan kerja untuk mengatasi tuntutan fisik dialami oleh orang. Istilah ini berasal dari Yunani ergon berarti “bekerja” dan –omics berarti “manajemen”. Penelitian psikologi, fisiologi dan bentuk teknis aspek pekerjaan, termasuk faktor-faktor seperti kelelahan, pencahayaan, alat, tata letak peralatan dan pengaturan penempatan. Prinsip ergonomis pada desain workstation dapat kita lihat pada gambar dibawah. Workstation, peralatan, dan pekerjaan harus “cocok” dengan orangnya, seperti sepasang sepatu harus cocok, apabila tidak cedera dapat terjadi. Banyak masalah kelelahan mata yang berhubungan dengan kecerahan layar. Fokus ergonomis workstation yang benar pada penyesuaian dan dorongan kursi, area dan kualitas Video Display Terminal, pemancar yang tinggi, pencahayaan, silauan, tingkat kebisingan, penempatan dokumen, dan kedipan layar; pengistirahatan dan pelatihan karyawan juga ditekankan. 4) Teknis peralatan dan bahan kerja Pimpinan dapat mencegah beberapa kecelakaan dengan merancang mesin, peralatan, dan area kerja sehingga pekerja yang melamun secara berkala atau yang melakukan pekerjaan berbahaya tidak melukai diri sendiri dan orang lain. Penyediaan peralatan keselamatan dan penjaga pada mesin serta menginstal tombol darurat sering mencegah kecelakaan. Tindakan memasang tangga keamanan, menjaga lorong dan memasang ventilasi yang cukup, pencahayaan, pemanasan dan AC dapat membantu lingkungan kerja lebih aman. 5) Himpunan trauma dan Stress yang berulang Cedera stress yang berulang, C. MANFAAT ADANYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN (K3) DALAM PERUSAHAAN BAGI KARYAWAN Program K3 yang dimaksudkan untuk mencapai sasaran melalui penyeragaman unsur-unsur program dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada kedalam satu strategi K3 antara lain sebagai berikut: a. Membina, dan melaksanakan sarana K3 yang baik untuk fasilitas produksi yaitu permesinan peralatan, cara kerja, dan alat pelindung maupun hasil produksi, sedikitdikitnya didasarkan atas undang-undang penarikan, rekomendasi, dan standar. b. Inspeksi keselamatan kerja yang suatu unutk pengenalan bahaya-bahaya yang potensial dalam produksi dan produk. c. Prosedur penyelidikan dan masalah kecelakaan untuk menentukan sebab musababnya kecelakaan dan mendapatkan langkah-langkah keselamatan yang disesuaikan d. Catatan dan analisis kecelakaan untuk menentukan kecenderungan kecelakaan dan mnemukan tindak keselamatan yang diperlukan. e. Menyelenggarakan latihan tentang azas-azas keselamatan kerja secara umum dan tekniknya untuk semua tenaga kerja yang diperlukan dan instruksi K3 selama bekerja oleh pengawas untuk semua pekerja f. Hubungan pengawasan secara berkala unutk instruksi-instruksi baru, motivasi lanjutan dan menggairahkan K3 secara umum harus pula dilakukan. g. Peralatan perlindungan harus disediakan guna perlindungan diri lingkungan yang berbahaya. h. Penelitian tentang hygiene perusahaan untuk pengenal bahaya kesehatan yagn potensial dan untuk mengambil langkah-langkah perlindungan yang sesuai. i. Fasilitas dan jasa-jasa kesejahteraan unutk menyediakan air minum, tempat/kantin untuk makan yang nyaman dan bersih serta kemungkinan untuk pemeriksaan medis dan pengobatan j. System pertolongan pertama untuk penngobatan dari luka-luka dan kegiatan lain yang diperlukan k. Pembentukan organisasi kesehatan kerja dalam bentuk petuga keselamatan kerja (safety officer) (s) dan P2K3 (safety committee) dengan penyediaan fasilitas yang memadai dan waktu yang cukup guna memajukan keselamatan kerja. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau yang sering disebut K3 adalah keahlian suatu perusahaan dalam pengelolaan bahaya bentuk pengelolaan tersebut berupa antisipasi, rekognisi, evalusi dan pengendalian di tempat kerja. Ketika melihat lingkungan kerja yang aman dan sehat maka produktivitas suatu tersebut akan meningkat dan menunjang. Proses kesehatan dan keselamatan kerja tidak boleh dilakukan dengan seadanya oleh perusahaan karena mengingat perusahaan harus mementingkan kesehatan dan keselamatan karyawannya. Pelaksanaan program K3 wujud nyata menjaga SDM agar tidak terjadi suatu hal tidak menyenangkan, program K3 sendiri harus dilakukan dalam selama kurun waktu yang rutin, tidak hanya SDM tapi juga alat kerja yang digunakan, proses pengecekan kondisi peralatan dan bahan kerja. B. Saran Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 dalam perusahaan harus dilakukan secara rutin dan terjadwal dikarenakan dalam perusahaan harus ada program menjamin karyawan dalam proses kerja. Untuk mewujudkan suatu perusahaan yang bermutu kategorinya adalah menjaga SDM dari kesalahan-kesalahan saat melakukan kerja. Program K3 sendiri dilakukan untuk secara awal, berkala, atau khusus. Melakukan pengendalian, latihan, pembinaan serta praktik K3. Perusahaan yang baik akan menjamin mutu SDM dan proses perawatan alat kerja. DAFTAR PUSTAKA Mathis, Robert. L dan Jackson, John. H. Human Resource LAMPIRAN : Wawancara WAWANCARA 1 PT. MATRIX INDO GLOBAL BAPAK NURJITO KEPALA SUPERVISI/VISINI (MANAGER) Pertanyaan 1 : Bagaimana pelaksanaan program K3 diperusahaan PT. Matrix Indo global ? Narasumber : Untuk melaksankan program K3 diperusahaan kami terdapat pelatihan-pelatihan tentang K3 yang diadakan sebulan sekali oleh dinas kesehatan meliputi pemadam kebakaran, P3K, dan program kesehatan lainnya. Pertanyaan 2 : Kendala dalam pelaksanaan K3 ? Narasumber 2 : Sejauh ini tidak ada kendala dalam pelaksanaan K3 dalam perusahaan ini. Pertanyaan 3 : Apakah program K3 dalam perusahaan ini sudah mencukupi karyawan ? Narasumber 3 : Untuk pemenuhan karyawan sudah terpenuhi Pertanyaan 4 : Apakah dalam pelaksanaan k3 sendiri terdapat complain atau aduan oleh karyawan ? Narasumber 4 : Belum ada complain untuk saat ini, dalam perusahaan ini terdapat poliklinik, tersedia dokter dalam pemenuhan kesehatan, jika terdapat complain kami langsung menindak lanjuti baik dalam kesehatan maupun yang lain Pertanyaan 5 : Apakah perusahaan atau pabrik menanggung dana kompensasi ketika terdapat karyawan yang kecelakaan selama melakukan perjalanan dinas ataupun tidak dalam kondisi dinas ? Narasumber 5 : Kita memberikan kompensasi berupa asuransi, asuransi biasanya dulu Jamsostek sekaranng BPJS karyawan tidak dipungut biaya dan jika tidak dalam kondisi dinas perusahaan hanya menyumbang atau menyantuni seada tetapi tergantung kecelakaan yang seperti apa dulu. Pertanyaan 6 : Kecelakaan yang biasa terjadi dalam pabrik ini seperti apa ? Narasumber 6 : Seperti jatuh di kamar mandi, dan paling sering itu pingsan karena tidak makan. Pertanyaan 7 : Bagaimana cara mengatasi untuk mengatasi stress karyawan ? Narasumber 7 : Di pabrik ini terdapat ruangan khusus untuk karyawan yang mengalami stress tersebut, biasanya HRD menangani masalah tersebut. Jika kesehatan tidak memungkinkan pabrik memberikan cuti atau diijinkan untuk pulang Pertanyaan 8 : Apakah dalam program K3 ini terdapat pengecekan kesehatan secara rutin ? Narasumber 8 : Pelaksanaan cek kesehatan dilakukan selama 7 bulan sekali, biasanya meliputi tes mata, tes darah Pertanyaan 9 : Apakah pabrik ini sudah mencukupi dalam proses K3 ? Narasumber 9 : Sudah selama belum ada complain apapun WAWANCARA 2 PT UNGARAN SARI GARMENT BAPAK NURDIN MAKRUB ANGGOTA P2K3 (PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) 1. Apa saja yang menjadi cakupan bagi karyawan dalam Kesehatan dan Keeselamatan Kerja? Jawab: Keselamatan dan kesehatan pada saat karyawan bekerja Keselamatan: Pekerja diberikan fasilitas berupa alat-alat pelindung diri dan alat keselamatan kerja. Contohnya, mesin jahit diberi alat pengaman needle goat untuk melindungi jari dari tusukan jarum ; eye goat fungsinya untuk melindungi mata dari kemungkinan terjadinya lontaran jarum yang patah pada saat menjahit ;’ pully goat untuk melindungi rambut operator dari putaran bet mesin pada saat digunakan Kesehatan : semua karyawan beserta keluarga diberikan jaminan kesehatan berupa BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan (meliputi jaminan kecelakaan kerja, kematian dan jaminan hari tua) 2. Dalam pengurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerjs hanya HRD K3 atau terdapat tim lain yang membantu? Jawab: 1) Dalam perussahaan ini, terdapat HR Wellfare: yang bertugas kesejahteraan karyawanan berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan jaminan mencakup keseluruhan mengenai K3 dan menyediakan fasilitas k3serta melaporkan kejadian yang terjadi yang berhubungan dengan K3. 2) tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) : yang bertugas Melakukan pemantauan pada alat-alat kesehatan kerja, memberikan training k3 (1 bulan sekali), mensosialisasikan tentang kesadaran K3, dan melakukan rapat setiap bulan tentang program K3. P2K3 ini berada di dibawah HR Wellfare. 3. Permasalahan kesehatan apa saja yang sering dialami karyawan? Jawab: Karena di perusahaan garment resikonya terlalu rendah dan karena semua fasilitas ada jadi tidak ada keluhan. 4. Saat terjadi kecelakaan kerja di luar jam kerja, apakah karyawan tetap mendapatkan kompensasi kerja? Jawab: Dalam atursn K3 “karyawan mendapatkan lindungan dari berangkat kerja hingga pulang kerja”. Jadi bila karyawan mengalami kecelakaan diluar jam kerja, tidak mendapat jaminan. 5. Ketika karyawan meninggal, apakah keluarga karyawan mendapatkan kompensasi? Jawab: Saat karyawan meninggal dalam jam kerja, keluarga mendapatkan kompensasi berupa pesangon berdasarkan masa kerja 6. Kendala apa saja yang sering dialami dalam pelaksaan Kesehatan dan keselamatan Kerja? Jawab: Kendalanya sulit meyadarkan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Karena pekerja terlalu meremehkan resiko pekerjaan yang ringan(contohnya, disarankan memakai masker, namun banyak karyawan yang tidak mau menggunakan masker) MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) Mata Kuliah Personalia Dosen Pengampu : Amri Hana Muhammad, S. Psi, M.A Rahmawati Prihastuty, S. Psi, M.Si Disusun Oleh: Rifanda Nur Fadilah 1511414138 Dewangga Pradanayantaka 1511414141 Nurieka Aulia Fatmalasari 1511414157 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015