Modul Psikologi Komunikasi [TM10]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Komunikasi
Pengantar
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
MK85005
Dicky Andika, M.Si
Abstract
Kompetensi
Setelah mempelajari konsepkonsep pokok-pokok dan
cabang-cabang filsafat,
pembahasan lebih mendalam
difokuskan pada isu yang
dihadapi oleh pelaku komunikasi
dalam profesi dan masyarakat,
khususnya berkaitan dengan
dilemma-dilema etik
Dalam pokok bahasan ini adalah
memperkenalkan dan membahas
terhadap filsafat sebagai induk
etika. Setelah mempelajari
konsep-konsep pokok-pokok dan
cabang-cabang filsafat,
pembahasan lebih mendalam
difokuskan pada isu yang dihadapi
oleh pelaku komunikasi dalam
profesi dan masyarakat,
khususnya berkaitan dengan
dilemma-dilema etik
I. Pengantar
Bahasa adalah teknik pengendalian perilaku orang lain, termasuk perilaku dalam
berkomunikasi. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan akta-kata , Anda dapat
mengatur perilaku orang lain.
Contoh :
-
Ibu Anda dari Amerika dapat Anda gerakkan untuk datang ke
rumah kontrakan Anda di Jakarta dengan mengirimkan kata-kata
lewat telepon atau surat.
-
Dengan teriakan “Bapak” seorang anak kecil dapat menggerakkan
lelaki besar di seberang jalan untuk mendekati anak tersebut.
-
Dengan aba-aba “maju-jalan” seorang sersan dapat menggerakkan
puluhan tentara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan
langkah tegap.
Semua contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bagaimana kekuatan bahasa
atau kekuatan kata-kata (the power of word).
Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut pesan linguistik.
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik. Di
samping itu manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan
bahasa, misalnya dengan isyarat, yang disebut pesan ekstralinguistik.
‘13
2
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
II. Pesan Linguistik
Ada dua cara untuk mendefenisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Pertama; Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa
diartikan sebagai “ alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”.
Kedua; Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Tata bahasa meliputi 3 unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik.
Untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama,
kita harus mempunyai informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut.
Misalnya, kita harus bisa membedakan bunyi ‘th’ dalam “the” dengan “th” dalam
“think”. Pada tahap kedua, kita harus mempunyai
pengetahuan tentang sintaxis, yaitu cara pembentukan kalimat. Misalnya dalam bahasa
Inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimat-kalimat nominal. Pada tahap
ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata.
Misalnya, kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada tahap keempat,
kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia
yang kita bicarakan. Dan pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam
kepeercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
‘13
3
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
III. Teori Belajar
Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses,
yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan.
Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu.
Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya.
Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak
mengucapkan kata-kata yang benar.
B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip ini ketika menjelaskan 3 macam respon yang
terjadi pada anak-anak, yang disebutnya respon mand, tact, dan echoic.
Respon mand ketika anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Misalnya,
anak mengeluarkan bunyi “u-u” dan orangtuanya menganggapnya sebagai
permintaan(command atau demand) agar diberi air. Kemudian orang tuanya segera
memberinya air. Sejak saat itu, kalau si bayi menginginkan air, maka ia segera
mengucapkan “u-u”.
Respon tact terjadi bila anak menyentuh objek, kemudian secra sembarangan ia
mengucapkan bunyi. Orang tuanya Mengira ia menyebutkan satu kata, dan memberikan
ganjaran. Misalnya, anak menyentuh gelas yang berisi air, lalu secara sembarangan ia
mengucapkan “u-u”. Orang tuanya beranggapan bahwa
anak itu mengatakan minum, lalu Sejak itu ketika anak mengucapkan “u-u”, maka orang
tuanya memberinya minum.
‘13
4
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Respon echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang tuanyadalam hubungan
dengan stimuli tertentu. Misalnya, setiap kali ibu memberikan air segar, ia mengatakan
‘minum”. Anak mencoba menirunya dan mengucapkan “u-u”. Sang ibu gembira
mendengar ucapan itu, lalu memeluk, memangkunya sambil mengucapkan kata-kata
yang lembut. Inilah yang disebut seabgai peneguhan terhadap upaya imitasiyang
dilakukan anak.
Menurut Noam Chomsky, setiap anak mampu menggunakan satu bahasa karena adanya
pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah diprogram secara genetik
dalam otak kita. Chomsky menyebutnya sebagai L.A.D
(Language Acquisition Device). LAD tidak mengandung kata, arti, atau gagasan, tetapi
hanyalah satu sistem yang memungkinkan manusia menggabungkan komponenkomponen bahasa. Walaupun bentuk luar bahasa-bahasa di dunia ini berbeda-beda,
akan tetapi bahasa-bahasa itu mempunyai kesamaan dalam struktur pokok yang
mendasarinya. Inilah yang disebut Chomsky sebagai linguistik universal.
Adanya dasar fisiologis dari kemampuan dasar berbahasa dibuktikan dengan penemuan
bidang Broca dan bidang Wernicke pada otak manusia.
Bidang Broca mengatur sintaxis, sehingga gangguan atau kerusakan pada bidang ini
menyebabkan orang berbicara terpatah-patah dengan susunan kata yang tidak teratur.
Kerusakan pada bidang Wernicke menyebabkan orang berbicar lancar tetapi tidak
mempunyai arti.
IV. Bahasa dan Proses Berpikir
Menurut teori principle of linguistic relativity, bahasa menyebabkan kita memandang
realitas sosial dengan cara tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Von Humboldt, Sapir,
dan Whorf.
‘13
5
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Whorf, pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan karena
bahasa berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga berbeda.
Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan bahasa yang
berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
Menurut Whorf, kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif dari
pemakai bahasa itu. Seperti halnya tentang persepsi, kita melakukan persepsi dengan
menggunakan kategori kognitif. Kita juga berpikir dengan memakai kategori-kategori ini.
Kita memberikan arti kepada apa yang kita lihat, yang kita dengar, atau yang kita rasa
sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa kita.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep-konsep dalam suatu bahasa cenderung
menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu.
Ada bahasa yang dengan mudah dapat digunakan untuk memikirkan masalah-masalah
filsafat, tetapi ada juga bahasa yang sukar dipakai bahkan untuk memecahklan masalahmasalah matematika yang sederhana.
Bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan
persoalan, dan menarik kesimpulan.
Bahasa memungkinkan kita untuk menyandi peristiwa-persitiwa dan objek-objek dalam
bantuk kata-kata. Dengan bahasa, kitaa mengabstraksikan pengalaman kita, dan
mengkomunikasikannya pada orang lain.
Yang perlu diingat adalah , bahwa kata-kata juga dapat menghambat proses berpikir. Hal
ini terjadi bila ada kebingungan dalam mengartikan kata-kata.
‘13
6
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
V. Kata-kata dan Makna
Ada 3 jenis makna sebagai berikut :
1. Makna Inferensial,yaitu makna satu lambang atau kata adalah objek.
Proses pemberian makna ini terjadi ketika kita menghubungkan lambang
dengan yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau referent). Satu lambang
dapat menunjukkan banyak rujukan.
Misalnya “jari-jari” dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda
sepeda, atau bagian dari tangan.
2. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksudkan
oleh seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris
atau dicarikan rujukannya. Makna ini terdapat pada pikiran orang, dan hanya
dimiliki oleh dirinya saja.
Dari perspektif psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran
orang atau pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, pendidikan yang sama, status sosial yang sama,
ideologi yang sama, dan seterusnya.
Orang-orang dalam kelompok yang sama bahkan sering mengembangkan kata-kata
yang dimiliki secara khusu oleh kelompok mereka saja.
Dengan perkataan lain, setiap profesi mengembangkan bahasanya sendiri.
‘13
7
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yang perlu ditekankan adalah bahwa isomorfisme total tidak pernah terjadi. Kita
semua menyimpan makna perseorangan, terutama kalau kita berbicara tentang
makna konotatif.
Makna konotatif menunjukkan asosiasi emosional yang mempengaruhi reaksi kita
terhadap kata-kata. Misalnya kata-kata babu, pelayan, pembantu, pramuwisma,
mempunyai makna konotatif yang berbeda. Begitu pula kata kuli, buruh, pegawai,
dan karyawan. Kata demokrasi bermakna konotatif baik, sedangkan diktatur
bermakna konotatif jelek.
Kita sedapat mungkin menghindari kata-kata dengan konotasi negatif dan
menggantinya dengan kata-kata yang berkonotasi positif. Misalnya pejabat
melaporkan adanya “daerah rawan pangan”, tidak menyebutkan “daerah
kelaparan”. Bapak X tidak ditahan, akan tetapi “diamankan”. Putra ibu tidak bodoh,
hanya “lambat belajar”. Harga-harga tidak naik, hanya “disesuaikan”.
Pesan Nonverbal
Mark L. Knapp mengemukakan 5 fungsi pesan nonverbal sebagai berikut :
1. Repetisi
Artinya mengulang kembali gagasan yang sudah disjikan secara verbal.
Contoh : setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya lalu menggelengkan
kepala berkali-kali.
2. Substitusi
Artinya menggantikan lambang-lambang verbal.
Contoh : Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut Anda, Anda dapat
menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi
‘13
8
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Artinya menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap
pesan verbal.
Contoh : Anda memuji prestasi teman Anda dengan mencibirkan bibir Anda
“Hebat, kau memang hebat”.
4. Komplemen
Artinya melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Contoh : Air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata.
5. Aksentuasi
Artinya menegaskan atau menggarisbawahi pesan verbal
Contoh : Anda mengungkapkan kejengkelan Anda dengan memukul meja.
Dale G. Leathers menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal penting :
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal
Misalnya, ketika kita mengobrol dengan tamu kita, kita banyak menyampaikan
gagasan dengan pesan-pesan nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
Mahrabian telah meneliti bahwa hanya 7% rasa kasih sayang dapat
dikomuniaksikan dengan kata-kata. Selebihnya 38% lewat suara,
dan 55% dikomunikasikan lewat wajah (senyum, kontak mata, dll).
‘13
9
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif
Bebas dari manipulasi, distorsi, dan kerancuan.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang
memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efektif
dibandingkan dengan pesan verbal.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau
emosi secara langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu
kepada orang lain secara implisit.
Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal.
‘13
10
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Referensi:
De Vito, Joseph. Human Comunication
Krech dkk.1962. Individual in Society
Rakhmat, Jalaluddin.1991. Psikologi Komunikasi
Mutmainah, Siti dan Fauzi Ahmad. 2004. Psikologi Komunikasi.
1. Bertens, K, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
2. Day, Louis, Ethics in Media Communications: Cases and Controversies,
Wadsworth, 1991
3. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya
Bakti, 1993
4. Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
5. Mulyana, Deddy, Etika Komunikasi, Remaja Rodakarya, Bandung, 1996
6. M Mufid. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: PT Kencana
‘13
11
Psikologi Komunikasi
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download