BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa, prioritas pembangunan bidang penyelenggaraan negara selama tahun 2006 tetap diarahkan pada reformasi birokrasi dengan fokus pada: upaya-upaya peningkatan kinerja birokrasi pemerintah agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat; meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; dan mengurangi secara signifikan tingkat penyalahgunaan kewenangan di lingkungan aparatur pemerintahan; meningkatkan kualitas pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat serta mempercepat tindak lanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka penerapan kepemerintahan yang baik, antara lain: (1) menyusun RUU Etika Penyelenggara Negara, yang merupakan salah satu prioritas dalam Prolegnas tahun 2007; (2) melakukan koordinasi Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) tingkat nasional secara lebih baik; (3) melakukan sosialisasi dan koordinasi pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; (4) menyelenggarakan sosialisasi dan penajaman reformasi birokrasi dan percepatan penerapan good public governance (GPG) di berbagai instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah; (5) penataan kelembagaan, ketatalaksanaan aparatur dan sumber daya manusia aparatur; (6) pemetaan tentang praktik terbaik (best practices) penerapan GPG, peningkatan pelayanan publik, percepatan pemberantasan korupsi, peningkatan pengawasan dan pemeriksaan, serta saran-saran tindak lanjut hasil pemeriksaan. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik, pemerintah terus berupaya agar konsep RUU tentang Pelayanan Publik yang telah disampaikan Pemerintah kepada DPR dan masuk ke dalam Prolegnas 2007 segera ditetapkan sebagai undang-undang. Di samping itu, juga telah (1) dilaksanakannya pengembangan dan penerapan etika dalam pelayanan publik; (2) disusunnya pedoman supervisi pelayanan publik; (3) disusunnya pedoman deregulasi dan debirokratisasi di bidang pelayanan publik; (4) diterapkannya pelayanan publik yang lebih baik oleh pemerintah daerah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan pemerintah daerah dalam menyusun dan melaksanakan SPM untuk setiap Satker; (5) diselenggarakannya e-procurement sebagai bagian dari akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara, telah dicapai hasil-hasil antara lain: (1) diterbitkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pengganti UndangII.13 - 1 Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; (2) tersusunnya rumusan kebijakan bidang pengawasan fungsional sekaligus naskah akademik RUU Sistem Pengawasan Fungsional; (3) disusunnya konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (RPP-SPIP); (4) diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang antara lain berisi perlunya menyusun Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan laporan keuangan dengan laporan kinerja sebagai bagian dari penerapan kebijakan anggaran berbasis kinerja; (5) dilakukannya persiapan pemberdayaan aparat pengawasan fungsional pemerintah (APFP) terutama aparat badan pengawas daerah (Bawasda) dan aparat inspektorat jenderal melalui pendidikan S-1 dan S2 bidang pengawasan keuangan dan pengawasan/evaluasi kinerja; (6) diselenggarakannya berbagai asistensi bagi perbaikan manajemen instansi pemerintah termasuk BUMN dan BUMD; (7) diselenggarakannya pembinaan fungsional auditor dalam rangka peningkatan kompetensi APFP; serta (8) dilakukannya tindak lanjut atas hasil-hasil pengawasan. Sedangkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia aparatur antara lain: (1) disusunnya naskah akademis RUU Tata Hubungan Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; (2) disusunnya RUU Administrasi Pemerintahan; dan (3) terlaksananya evaluasi atas kelembagaan perangkat daerah. Selain itu, untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur (PNS), pemerintah juga telah melakukan upaya, antara lain: (1) disusunnya RPP tentang Remunerasi PNS; (2) pemberian gaji ke-13 untuk PNS; (3) dilakukannya penataan data/informasi PNS seluruh Indonesia; (4) disusunnya naskah akademik perbaikan atas Undang-Undang Kepegawaian; (5) dilaksanakannya penerimaan PNS untuk formasi PNS tahun 2005 dan penetapan formasi tahun 2006 yang dilaksanakan pada tahun 2007; (6) disusunnya peta kebutuhan diklat teknik manajemen dan kebijakan pembangunan; (7) terlaksananya pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dan (8) diperolehnya gambaran tentang profil manajemen di instansi pemerintah pusat dan daerah; serta (9) tersusunnya berbagai kajian di bidang SDM aparatur sebagai masukan pengambilan kebijakan. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya perbaikan terhadap birokrasi pemerintahan sebagaimana diuraikan di atas, pada kenyataannya kinerja birokrasi masih belum sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, antara lain dicerminkan dengan masih banyaknya keluhan masyarakat, baik menyangkut prosedur, kepastian, tanggung jawab, moral petugas, serta masih terjadinya praktek pungli yang memperbesar biaya pelayanan, dan masih kurang profesionalnya aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga seringkali birokrasi masih dianggap sebagai penghambat pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu, pada tahun 2007 pembangunan bidang penyelenggaraan negara diprioritaskan untuk melanjutkan reformasi birokrasi. Pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut diharapkan mampu menghasilkan birokrasi yang mampu berperan sebagai fasilitator dan dinamisator penyelenggaraan pembangunan dan turut menciptakan iklim yang mendukung lancarnya proses pemerintahan dan pembangunan serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan memberantas berbagai jenis penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk KKN. Pelaksanaan reformasi birokrasi II.13 - 2 difokuskan kepada upaya-upaya: (1) melanjutkan penataan sistem administrasi negara untuk menjaga keutuhan NKRI dan mempercepat proses desentralisasi melalui upaya pembenahan sistem perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi kinerja kebijakan dan program pembangunan; (2) melanjutkan pembenahan manajemen SDM aparatur (kepegawaian) mencakup sistem remunerasi, peningkatan kompetensi aparatur, pembinaan karier berdasarkan prestasi kerja, dan penerapan reward dan punishment dalam pembinaan pegawai; (3) menyelesaikan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan dan mulai disusunnya SPM sektoral bidang pendidikan; (4) optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (e-services) dalam pelayanan publik terutama di bidang administrasi kependudukan melalui upaya penataan nomor induk kependudukan (NIK atau single identity number) dan sistem koneksi (inter-phase) tahap awal NIK dengan sistem informasi di kementerian/lembaga terkait. Selain prioritas di atas, penyelenggaraan aparatur negara juga akan tetap melanjutkan berbagai penyempurnaan lainnya yang diperlukan dalam rangka penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Selain itu, dukungan terhadap reformasi birokrasi juga diberikan oleh legislatif. DPR berinisiatif mengajukan RUU Kementerian Negara yang juga dimaksudkan untuk membenahi birokrasi pemerintahan dan membangun tata kepemerintahan yang baik. Kemudian, pada tahun 2008 pemerintah akan menempuh langkah-langkah percepatan dan penajaman pelaksanaan reformasi birokrasi. Percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi difokuskan kepada upaya-upaya: (1) peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang pertanahan, investasi, samsat, perpajakan, dan kepabeanan serta pengadaan barang dan jasa pemerintah/publik; (2) mendorong terbentuknya sistem pelayanan terpadu (pelayanan satu atap/pintu) di pusat dan daerah; (3) peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah di dalam penerapan standar pelayanan minimal (SPM) antara lain di bidang pendidikan dan kesehatan; (4) penyempurnaan sistem koneksi (inter phase) Nomor Induk Kependudukan yang terintegrasi antar instansi yang terkait; (5) penyempurnaan sistem remunerasi PNS yang adil, layak dan dapat mendorong peningkatan kinerja; (6) penyempurnaan sistem penilaian kinerja PNS, untuk menggantikan DP3 yang tidak akuntabel; (7) penyusunan pedoman penerapan sistem manajemen kinerja untuk instansi pemerintah; (8) penyusunan sistem pengawasan; dan (9) penataan kelembagaan quasi birokrasi dan kelembagaan birokrasi. Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan birokrasi pemerintah mampu sebagai pilar kekuatan pemerintahan dan pembangunan di segala bidang. Namun demikian disadari pula, bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi masih akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan tantangan. Permasalahan yang dihadapi, antara lain adalah masih tingginya pelanggaran disiplin dan tingkat penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk tindak pidana korupsi; masih rendahnya kinerja sumber daya manusia aparatur; belum memadainya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan birokrasi pemerintah untuk dapat menunjang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan secara efisien dan efektif; dan belum optimalnya penerapan teknologi informasi dan komunikasi (e-services) di setiap instansi pelayanan publik yang berakibat pada rendahnya kualitas pelayanan publik. Sedangkan tantangan yang harus dihadapi antara lain: (1) perlu dibangunnya komitmen moral bersama secara utuh dari segenap unsur aparatur negara untuk II.13 - 3 menciptakan tata pemerintahan yang baik (good public governance) dalam mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi; (2) perbaikan manajemen internal di instansi pemerintah yang fokus pada peningkatan kinerja instansi, kinerja unit kerja dan kinerja individu; (3) peningkatan kesejahteraan PNS; (4) penyempurnaan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan penyelenggaraan negara secara komprehensif; (5) perlunya dibangun pemahaman yang sama di antara aparatur negara dalam penerapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip good public governance di setiap pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan; dan (6) pentingnya terjalin sinergitas antara aparatur negara, dunia usaha dan masyarakat dalam upaya membangun tata kepemerintahan yang baik. Di samping itu, birokrasi juga dihadapkan pada tantangan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dan ketidakpastian yang terjadi sebagai akibat globalisasi, yang kemudian dapat mempengaruhi sistem dan kinerja birokrasi pemerintahan saat ini. Untuk itu, dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan tersebut, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan komitmen moral segenap aparatur negara dan dunia usaha serta masyarakat untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain dengan melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan efektivitas sistem pengawasan dan audit publik; mempercepat tindak lanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan; meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia aparatur; meningkatkan kesejahteraan PNS dan pembenahan manajemen kepegawaian; menata sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan birokrasi pemerintahan; serta mendorong percepatan penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (e-services) di setiap instansi pelayanan publik. Semua upaya tersebut harus dilaksanakan dengan baik, terencana, dapat dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan agar penciptaan tata pemerintahan yang baik dan berwibawa (good public governance) pada semua tingkatan lini pemerintahan dan kegiatan pembangunan baik di pusat maupun daerah dapat segera diwujudkan secara akuntabel. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2008 Sasaran pembangunan penyelenggaraan negara adalah meningkatnya kinerja birokrasi pemerintahan dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di bidang-bidang lainnya, yang antara lain ditandai dengan: makin efisien dan efektifnya penggunaan anggaran, meningkatnya kualitas pelayanan publik, dan berkurangnya penyalahgunaan kewenangan (KKN) di lingkungan birokrasi pemerintah. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2008 Untuk mencapai sasaran pembangunan penyelenggaraan negara dalam tahun 2008, maka kebijakan penyelenggaraan negara diarahkan pada: 1. Peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang pertanahan, investasi, perpajakan dan kepabeanan, Samsat, serta pengadaan barang dan jasa publik; 2. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal pada bidang kesehatan dan pendidikan di 15 provinsi; II.13 - 4 3. Pengembangan sistem koneksi (inter phase) Nomor Induk Kependudukan; 4. Penyusunan sistem remunerasi PNS yang adil, layak dan dapat mendorong peningkatan kinerja; 5. Penyusunan dan penetapan sistem penilaian kinerja PNS yang akuntabel, penggantian DP-3 yang dinilai tidak akuntabel; 6. Penyusunan pedoman penerapan sistem manajemen kinerja untuk instansi pemerintah; 7. Penyusunan sistem pengawasan yang efisien, efektif, dan tidak tumpang tindih, serta dapat mendorong peningkatan kinerja instansi pemerintah; 8. Penataan atas tugas dan fungsi lembaga/badan quasi birokrasi dan lembaga-lembaga di dalam birokrasi. II.13 - 5