BAB 13 - Bappenas

advertisement
BAB 13
PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN
YANG BERSIH DAN BERWIBAWA
A. KONDISI UMUM
Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan
reformasi birokrasi. Upaya-upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja birokrasi
dan memberantas berbagai jenis penyalahgunaan kewenangan. Meskipun upaya ini
telah dilakukan dengan sungguh-sungguh, masih ditemukan adanya praktik-praktik
KKN di lingkungan pemerintah pusat dan daerah. Untuk itu, pemerintah telah
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi sebagai bukti keseriusannya dalam menangani masalah
tersebut. Di samping itu, juga telah diterbitkan beberapa peraturan yang mendukung
upaya dimaksud yang antara lain Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; dan
Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi,
Administrasi, dan Finansial Sekretariat Jenderal Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara ke Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pada tahun 2005, prioritas pembangunan bidang penyelenggaraan negara diarahkan
pada upaya peningkatan profesionalisme birokrasi agar mampu menciptakan kondisi
yang kondusif bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat; meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat; dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan di
setiap instansi pemerintah, legislatif dan yudikatif dengan mengoptimalkan pengawasan
internal, eksternal dan pengawasan masyarakat; serta mempercepat tindak lanjut hasilhasil pengawasan dan pemeriksaan.
Selanjutnya, pada tahun 2006, pemerintah berupaya untuk mempercepat
pelaksanaan reformasi birokrasi dengan agenda utamanya mewujudkan
penyelenggaraan negara yang profesional, partisipatif, berkepastian hukum, transparan,
akuntabel, memiliki kredibilitas, bersih dan bebas KKN; peka dan tanggap terhadap
segenap kepentingan dan aspirasi masyarakat; dan berkembangnya budaya dan perilaku
aparatur pemerintahan yang mengindahkan nilai dan prinsip tata pemerintahan yang
baik, dan aktivitas aparatur pemerintahan yang didasari moral, etika, integritas,
profesionalisme dalam pengabdian, pengayoman, pelayanan, dan pertanggungjawaban
publik melalui upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur yang diikuti
dengan upaya meningkatkan kesejahteraan PNS; menata kembali sistem kelembagaan
dan ketatalaksanaan penyelengaraan negara, memperbaiki sistem pengawasan dan
mempercepat penerapan E-Government pada setiap instansi pelayanan publik. Namun
demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi masih dihadapi oleh berbagai permasalahan
dan tantangan.
Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah masih tingginya pelanggaran
disiplin dan lemahnya sistem pengawasan baik internal, eksternal maupun pengawasan
masyarakat dan sistem pertanggung jawaban publik yang berakibat masih tingginya
tingkat penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk KKN, rendahnya kinerja sumber
daya manusia aparatur, belum memadainya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan
yang berakibat pada rendahnya mutu pelayanan publik.
Sedangkan tantangan yang harus dihadapi antara lain adalah belum terbangunnya
komitmen moral bersama secara utuh dari segenap unsur aparatur negara dalam
menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance); belum terlaksananya
upaya meningkatkan kesejahteraan PNS; belum terlaksananya penataan sistem
kelembagaan dan ketatalaksanaan penyelenggaraan negara secara komprehensif yang
berakibat pada belum tercapainya efektivitas dan efisiensi kerja, dan sekaligus berakibat
pada rendahnya mutu pelayanan publik; dan masih lemahnya pemahaman dan
keterampilan para aparatur negara terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip good
governance sehingga berakibat pada belum terimplementasikan dalam setiap
pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembanguan; serta belum terjalinnya sinergitas
antara aparatur negara, dunia usaha dan masyarakat dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Di samping itu, birokrasi juga
dihadapkan pada perkembangan revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang
begitu cepat dan ketidakpastian yang terjadi akibat globalisasi yang kemudian
berdampak pada sistem birokrasi pemerintahan.
Untuk itu, dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan tersebut, upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur yang diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan PNS; penataan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan; peningkatan
efektivitas sistem pengawasan dan percepatan tindak lanjut hasil pengawasan dan
pemeriksaan; dan percepatan penerapan E-Government pada setiap instansi pelayanan
publik harus dilaksanakan dengan baik, terencana, terakunkan dan berkesinambungan
sehingga terwujud penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance)
pada semua tingkatan dan lini pemerintahan dan semua kegiatan baik di pusat maupun
daerah.
B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006
Sasaran pembangunan penyelenggaraan negara adalah mempercepat terwujudnya
aparatur negara yang profesional, bertanggung jawab dan bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN), dan tersedianya pelayanan kepada masyarakat yang lebih cepat,
tepat, adil, manusiawi, murah dan transparan.
C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006
Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan penyelenggaraan negara dalam
tahun 2006, kebijakan penyelenggaraan negara diarahkan untuk:
II.13 – 2
a. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk
praktik-praktik KKN melalui:
1) Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance)
pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua kegiatan;
2) Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku KKN sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
3) Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan
sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat;
4) Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif dan
bertanggung jawab;
5) Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan
pemeriksaan; dan
6) Peningkatan pemberdayaan penyelenggara negara, dunia usaha dan
masyarakat dalam pemberantasan KKN.
b. Meningkatkan kualitas penyelengaraan administrasi negara melalui:
1) Penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan agar dapat
berfungsi secara lebih memadai, efektif, dengan struktur lebih proporsional,
ramping, luwes dan responsif;
2) Peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada
semua tingkat dan lini pemerintahan;
3) Penataan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur agar
lebih profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;
4) Peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem karier
berdasarkan prestasi; dan
5) Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-Government, dan
dokumen/arsip negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.
c. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
melalui:
1) Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan
umum dan pelayanan unggulan;
2) Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan
dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya
pemerintahan; dan
3) Peningkatan tranparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui
peningkatan akses dan sebaran informasi.
II.13 – 3
Download