ARSITEKTUR VERNAKULAR JAWA TIMUR ARSITEKTURAL KALIANDRA (PASURUAN) SAVITRI KUSUMA WARDHANI 0851010059 Arsitektur vernakular adalah istilah yang digunakan untuk mengkategorikan metodekonstruksi yang tradisi untuk menggunakan sumber daya memenuhi kebutuhan dan lokal yang tersedia keadaan serta setempat. Arsitektur vernakular cenderung berkembang dari waktu ke waktu untuk mencerminkan konteks lingkungan, budaya dan sejarah yang ada. “Vernacular architecture is based on a knowledge of traditional practices”. Arsitektur vernacular tumbuh dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik. Dengan demikian arsitektur tersebut sejalan dengan paham kosmologi, pandangan hidup, gaya hidup dan memiliki tampilan khas sebagai cerminan jati diri yang dapat dikembangkan secara inovatif kreatif dalam pendekatan sinkretis ataupun eklektis. Modernisasi dan kemajuan teknologi serta interaksi sosial ekonomi menuntut kehadiran arsitektur yang mampu berdialog dengan tuntutan baru. Diharapkan Arsitektur Vernakular menjadi salah satu jembatan menuju evolusi arsitektur Indonesia modern yang tetap berjati diri dan berakar pada tradisi. 1. Pembahasan Umum Dari Asal Obyek Arsitektur Letak geografis wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Pasuruan berada pada posisi sangat strategis yaitu jalur regional juga jalur utama perekonomian Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Hal tersebut menguntungkan dalam pengembangan ekonomi dan membuka peluang infestasi di Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan mempunyai luas wilayah 147.401,50 Ha (3,13 % luas Propinsi Jawa Timur) terdiri dari 24 Kecamatan, 24 Kelurahan, 341 Desa dan 1.694 Pedukuhan. Keadaan Geografi Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 112 0 33` 55” hingga 113 30` 37”Bujur Timur dan antara 70 32` 34” hingga 80 30` 20” Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah: Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura Selatan : Kabupaten Malang Timur : Kabupaten Probolinggo Barat : Kabupaten Mojokerto Keadaan Geologis Daratan Pemerintah Kabupaten terbagi menjadi 3 bagian: 1. Daerah Pegunungan dan Berbukit, dengan ketinggian antara 180m s/d 3000m. Daerah ini membentang dibagian Selatan dan Barat meliputi: Kec. Lumbang, Kec Puspo, Kec. Tosari, Kec. Tutur, Kec. Purwodadi, Kec. Prigen dan Kec. Gempol. 2. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6m sampai 91m, dataran rendah ini berada dibagian tengah, merupakan daerah yang subur. 3. Daerah Pantai, dengan ketinggian antara 2m sampai 8m diatas permukaan laut. Daerah ini membentang dibagian Utara meliputi Kec. Nguling, Kec. Rejoso, Kec. Kraton dan Kec. Bangil. Keadaan Topografi Kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan berbukit dan daerah dataran rendah, yang secara rinci dibagi menjadi 3 bagian : a. Bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan tanah antara 186 meter sampai 2.700 meter yang membentang mulai dari wilayah kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen. b. Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya relatif subur. c. Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah ini membentang dari timur yakni wilayah kecamatan Nguling Kearah Barat yakni Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil. 2. Elemen Arsitektural dan Tektonika 2.1. Elemen dan Makna Arsitektural Kaliandra merupakan suatu tempat pelatihan dan pendidikan di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Tempat ini terdapat beberapa penginapan yang bentuknya mengusung konsep arsitektur vernakular Jawa. Selain dari segi bentuk, penginpanpenginapan tersebut juga menggunakan beberapa elemen yang diambil dari kepercayaan orang Jawa. Seperti pada rumah Ringgit yang merupakan salah satu bangunan penginapan di Kaliandra bagian Kampoeng Bharataputra, nama Ringgit diambil dari nama gunung di Jawa Timur. Rumah ini bentuk atapnya merupakan atap Joglo, penggunaan atap berbentuk Joglo memiliki makna yang mendalam karena atap Joglo menunjukkan pada satu pusat vertical menuju pada satu titik Yang Maha Kuasa (Shang Yang Widhi) dan secara horizontal berpusat pada bagian tengah di bawah atap yang paling tinggi. Pintu dengan ukiran sulur Pada bagian dalam, terdapat sebuah pintu ukiran yang menuju kamar mandi, pintu tersebut terbuat dari sebuah kayu jati dengan warna asli dari kayu jati itu, sehingga menampilkan karekteristik alami dari kayu tersebut. Ukiran yang terdapat pada pintu ini berbentuk sulur-sulur yang tentu dari motif ukiran ini memiliki makna tersendiri, yaitu kemuan untuk selalu menjaga silahturahmi, menjaga networking, merawat hubungan keluarga, sosial, maupun bisnis. Selain pintu ini, terdapat pula sebuah gebyok yang menjadi sebuah pintu penghubung antar ruang. Pada pintu gebyok ini terdapat sebuah ukiran dengan bentuk rangkaian bunga, atau yang biasa disebut dengan lung-lungan. Makna dari motif ini sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, symbol ini berupa tangkai, buah, bunga, dan daun yang disilir. Symbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka bumi. Terdapat pula pendapat mengenai makna ukiran lung-lungan, yaitu dimana pun dia berada wangi akhlak nya, suci hatinya. Pada pintu gebyok ini terdapat pula sebuah pahatan berbentuk naga. Naga dalam budaya Jawa memiliki makna sebagai penjaga. Selain itu, naga dalam budaya Jawa diibaratkan memiliki wibawa yang tinggi. Oleh karenanya, pintu gebyok yang menyambungkan antar teras dengan ruang bagian dalam ini diberi pahatan naga yang menghadap bagian luar rumah, hal ini pasti dimaksudkan pula sebagai penjaga dan juga untuk meningkatkan strata sosial dari rumah ini. Pahatan Naga pada Pintu Gebyok 2.2. Tektonika dalam Obyek Arsitektur Atap berbentuk joglo pada rumah Ringgit ini menggunakan material kayu polos. Hal ini mengakibatkan beban yang harus disalurkan untuk sampai ke tanah oleh masingmasing soko cukup berat. Rangka atap joglo ini dibentuk oleh beberapa elemen bangunan, yaitu: Reng, Usuk, “Molo”, “Ander”, “Dudur” dan “Blandar”. Sedangkan Tumpang Sari adalah balok-balok yang disusun dengan teknik tumpang, dan berfungsi untuk mendukung berat atap. Tumpang Sari dapat dibagi atas dua bagian,yaitu: Bagian sayap (“elar”) dan Bagian dalam (“ulen”). Tektonika Struktur Atap dan Tumpang Sari Rumah joglo Ringgit mempunyai 8 buah tiang atau kolom sebagai penopang konstruksi atap yang terdiri dari 4 buah “saka guru” dengan masing masing tiang berukuran (15cm x15cm) dan 4 buah tiang emper masing-masing berukuran (11cm x 11cm). Keseluruhan dari tiang yang ada menggunakan material kayu jati, dengan polesan warna yang natural. Tiang-tiang pada Rumah Ringgit 3. Karakteristik Bentuk dan Ruang Arsitektural Karakteristik yang dimiliki pada arsitek vernacular Jawa Timur ialah anutan sinkretisme yang tercermin pada tatanan maupun peletakan antar elemennya. Karakteristik Bentuk Bentuk pada rumah Joglo secara rancangan arsitektur sangat unik. Punya cirri khas berupa bentuk atap yang merupakan perpaduan antara dua buah bidang atap segi tiga dengan dua buah bidang atap trapezium. Masing-masing memiliki sudut kemiringan yang berbeda dan tidak sama besar. Atap Joglo selalu terletak di tengah-tengah dan lebih tinggi serta diapit oleh atap serambi. Dari bentuk atap yang unik inilah bangunannya kemudian dikenal dengan nama rumah Joglo. Berdasarkan bentuk keseluruhan tampilan dan bentuk kerangka, bangunan joglo dapat dibedakan menjadi 4 bagian : Muda (Nom) : Joglo yang bentuk tampilannya cenderung memanjang dan meninggi (melar). Tua (Tuwa) : Joglo yang bentuk tampilannya cenderung pendek (tidak memanjang) dan atapnya tidak tegak / cenderung rebah (nadhah). Laki-laki (lanangan) : Joglo yang terlihat kokoh karena rangkanya relatif tebal. Perempuan (wadon / padaringan kebak) : Joglo yang rangkanya relatif tipis / pipih. Atap Joglo jenis Wadon/Padaringan Kebak Karakteristik Ruang Keterangan: 1. regol 2. rana 3. sumur 4. langgar 5. kuncung 6. kandang kuda 7. pendopo 8. longkang 9. seketheng 10. pringgitan 11. dalem 12. senthong kiwa 13. senthong tengah 14. senthong tengen 15. gandhok 16. dapur, gadri, dll II. halaman luar III. halaman dalam (belakang) Organisasi Ruang Rumah Joglo Terjadi penerapan prinsip hirarki dalam pola penataan ruangnya. Setiap ruangan memiliki perbedaan nilai, ruang bagian depan bersifat umum (publik) dan bagian belakang bersifat khusus (pribadi/privat). Uniknya, setiap ruangan dari bagian teras, pendopo sampai bagian belakang (pawon dan pekiwan) tidak hanya memiliki fungsi tetapi juga sarat dengan unsur filosofi hidup etnis Jawa. Unsur religi/kepercayaan terhadap dewa diwujudkan dengan ruang pemujaan terhadap Dewi Sri (Dewi kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga) sesuai dengan mata pencaharian masyarakat Jawa (petani-agraris). Krobongan merupakan ruang khusus yang dibuat sebagai penghormatan terhadap Dewi Sri yang dianggap sangat berperan dalam semua sendi kehidupan masyarakat Jawa. Pendopo bagian depan Kaliandra Bentuk salah satu ruang dalam rumah tradisi Jawa tersebut memperlihatkan adanya konsep filosofis tentang makna ruang yang dalam dimana keberadaan pendoposebagai perwujudan konsep kerukunan dalam gaya hidup masyarakat Jawa. Pendopotidak hanya sekedar sebuah tempat tetapi mempunyai makna filosofis yang lebih mendalam, yaitu sebagai tempat untuk mengaktualisasi suatu bentuk/konsep kerukunan antara penghuni dengan kerabat dan masyarakat sekitarnya (Hidayatun, 1999:7). Pendopo merupakan aplikasi sebuah ruang publik dalam masyarakat Jawa. 4. Keunikan dari Obyek Arsitektur Dalam wujud yang lebih kontemporer, Kaliandra mengusung peradaban arsitektur Jawa Timur dalam wacana bangunan-bangunan yang dapat diapresiasi sebagai bagian dari menyambung kembali peradaban masa lalu. Seperti halnya pada penggunaan material batu bata pada pelapis dinding maupun lantai interior rumah Ringgit, penggunaan batu bata ini akan mengingatkan kita terhadap candi peninggalan Kerajaan Majapahit. Material batu bata sebagai Pelapis Dinding dan Lantai Sementara untuk rumah Ringgit, salah satu penginapan di Kaliandra, memiliki keunikan pada bagian interiornya. Pada bagian interior, terlihat bahwa fariasinya lebih terletak pada kekayaan ornamentasi, kehalusan konstruksi pada elemen bangunannya. Serta penyesuaian ruang dari aktifitas sehari-hari yang khas pada kegiatan yang disajikan Kaliandra itu sendiri. Fariasi Ornament pada Rumah Ringgit