Sinopsis Tutorial Nama : Ariesta Indriani P. NIM : 08/269335/KH/06027 Blok : 19 “Hewan Kesayangan II” UP : 6 “Intususepsi” Learning Objective 1. Mengetahui tentang intususepsi pada anjing (etiologi, patogenesis, gejala klinis, perubahan patologi, diagnosis, diferensial diagnosis, terapi dan penanganan). Intususepsi adalah invaginasi dari satu segmen intestinal (Intususeptum) ke dalam lumen segmen yang berdekatan (intususipiens). Lokasi intususepsi yang paling sering terjadi adalah pada jejunum (jejunojejunalis) dan antara ileum-colon (ileocolis). Gambar 1. Anatomi intususepsi. Etiologi Kejadian intususepsi sering menjadi ikutan bagi penyakit gastrointestinal seperti enteritis akibat parasit, infeksi parvovirus, keradangan akibat bakteri dan juga akibat dari penelanan benda asing. Riwayat operasi yang memungkinkan terjadinya infeksi sekunder dan adhesia kibat penjahitan yang kurang baik juga dapat mengarah terjadinya intususepsi. Beberapa faktor predisposisi yangbberpengaruh anatara lain usia dan ras. Usia di bawah 1 tahun memilik prevalensi lebih tinggi dibanding usia dewasa. Pada ras tertentu seperti anjing gembala jerman dan kucing siam memiliki prevelansi yang lebih tinggi dibandingkan ras lain. Patogenesis Enteritis ataupun penelanan benda asing membuat terjadinya hipermotilitas disertai menurunnya integritas jaringan usus. Hal tersebut dapat meningkatkan gerakan peristaltik yang dapat dibarengai oleh adanya gerakan anti peristaltik yang arahnya berlawanan pada segmen usus 1 selanjutnya. Ketika kedua gerakan terjadi di segmen yang berdekatan maka segmen proksimal akan membentuk invaginasi ke dalam lumen segmen usus yang lebih distal. Maka, terbentuklah intususepsi yang terdiri atas segmen proksimal sebagai intususeptum dan segmen distal sebagai intususipien. Terbentuknya intususepsi akan mengakibatkan terjadinya obstruksi parsial segmen usus. Obstruksi ini dapat menyebabkan vasa darah pada submukosa dan mesenterium kolaps. Selain itu terjadi juga peningkatan tekanan intraluminal yang dapat membuat dinding usus edematous, sel-sel inteestinal juga dapat mengalami ischemia akibat ketidaklancaran sirkulasi darah pada usus (kongesti). Bila terus menerus terjadi, akan menyebabkan peningkatan turgiditas yang lama kelamaan akan terjadi ekstravasasi darah ke lumen usus maupun keluar dari serosa menuju peritonium. Hal tersebut dapat memacu terjadinya peritonitis dan juga nekrosis pada bagian yang mengalami intususepsi (Fossum, 2007). Gejala klinis Gejala yang dapat terinspeksi antara lain sakit abdominal, anoreksia, depresi, diare (intermitten sampai melena bergantung akut atau kronis), muntah yang terkadang diikuti hematemesis. Gejala dehidrasi juga biasanya terjadi diikuti membran mukosa yang anemis (Tilley dkk, 2004). Perubahan patologi Nekrosis sel epitel intestinum, udema, kongesti dan sianosis, dan pembuluh darah di usus membesar Diagnosis Beberapa hal yang mendasari diagnosis intususepsi antara lain : Anamnesa dan sinyalemen: Ras, usia, riwayat penyakit intestinal, riwayat operasigejala diare atau muntah Pemeriksaan fisik: Palpasi abdominal disertai rasa sakit dan adanya bentukan seperti sosis yang merupakan loop usus yang menebal akibat intususepsi (terutama intususepsi jejunojenjunal) Radiografi: dengan menggunakan media kontras bubur barium, terjadi daerah radiopaque akibat akumulasi media kontras pada lumen intususeptum dan intususipien. USG: bentukan cincin hiperekogenik dan hipoekogenik akibat akumulasi cairan pada proksimal intususepsi Endoskopi: terlihat invaginasi dari lumen intususipien Pemeriksaan laboratoris: bersifat pendukung, terjadi leukositosis akibat stress, kenaikan PCV, anemia (Fossum, 2007). Differensial diagnosis Obstruksi benda asing, volvulus, torsi, adhesi, tumor usus, hematoma, granuloma, abses, malformasi kongenital, laserasi usus atau obstruksi (Merck dan Co, 1986). 2 Terapi dan penanganan Perbaikan abnormalitas cairan, elektrolit dengan infus secara IV. Enterotomi Persiapan sebelum operasi: a. Makanan tidak boleh diberikan: 12-18 jam sebelum operasi (hewan dewasa) dan 4-8 jam sebelum operasi (hewan muda). b. Laksatif dan enema air hangat. c. Enema 10% povidon iodin. d. Pemberian antibiotik. e. Hewan diberi premedikasi tropin sulfat 0.025% dosis 0,04 mg/kg BB, apabila sudah ada pengaruhnya, maka mukosa mulut tampak kering. Kemudian suntikan kombinasi xylazin 2% dan ketamin HCL 10% dosis 10-15 mg/kg BB secara intramuskuler sesuai dengan dosis. Teknik operasi : Hewan rebah dorsal, incisi caudal midline, cari usus yang mengalami gangguan, sayatan sejajar panjang usus menembus mucosa, bila ada benda asing/ tumor dikeluarkan lalu bagian usus yang melipat direduksi dengan dipotong sehingga bukaan usus besarnya sama lalu bagian disambung di jahit end to end anastomosis dengan pola jahitan lambert/cushing (seromuskuler), penutupan dinding usus dan abdomen dengan pola sederhana menerus atau tunggal (Fossum, 2007). Gambar 2. Penanganan operasi intususepsi di ileocolis. Daftar Pustaka Merck dan Co., 1986. The Merck Veterinary Manual, Eight Edition, A Merck and RhonePoutene Company. Fossum, T.W., 2007. Small Animal Surgery 3rd ed. Missouri, Mosby Inc. Tilley, L.P., dan Smith, F.W.K., 2004. The 5-Minute Veterinary Consult Canine and Feline Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 3 4