Modul Pendidikan Agama Islam [TM14]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ISLAM DAN GLOBALISASI
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Penyiaran
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
MK43011
Dicky Andika, M.Si
Abstract
Kompetensi
Membahas gambaran secara
umum dari Komunikasi
Antarbudaya, mulai dari
pengertian Perbedaan antar
budaya
Setelah memperoleh materi ini
mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan
kembali tentang Perbedaan
dalam Kebudayaan
A. MUSLIM DAN FENOMENA GLOBALISASI
Dunia berubah, komunikasi antar manusia menjadi tanpa batas, kemajuan
ilmu teknologi, komunikasi, transportasi, dan turisme, telah menjadikan dunia
sebagai ‘desa besar’. Ditengah situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam
mencanangkan abad ke-15 Hijriyah ini sebagai abad kebangkitan kembali
Islam.Walaupun
pelecehan
menerpa,
umat
Islam
harus
tetap
optimis
menghadapinya.
Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan mambanggakan
kejayaan manusia masa lalu (glory of the past), melainkan dengan mengangkat
derajat umat melalui kualitas iman dan ilmu. Bukan tugas yang ringan bagi kaum
muslimin untuk mengangkat kualitas yang besar jumlahnya, apalagi mayoritas
negara-negara Islam berpendapatan rendah.
Banyak tantangan menghadang umat, tanpa analisa dan perencanaan
strategis, umat tidak akan mencapai tujuan bersama untuk mencapai kebangkitan.
Umat Islam dapat belajar dari sejarah renaissance Barat. Mantan presiden
Amerika Serikat, Richard Nixon, dalam buku terakhirnya sebelum meninggal,
Seize The Moment: America’s Challenge in a One-Superpower World,
mengatakan Barat berhutang besar kepada umat Islam di dunia untuk renaissance
pada abad ke-15.
B. ISLAM AGAMA UNIVERSAL
Secara tekstual sejak abad ke 14 yang lalu Al-quran telah menegaskan
bahwa Islam adalah ajaran universal. Kebenaran ajaranya melampaui batas-batas
suku, etnis, bangsa dan bahasa. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika
berbagai seruan Al-Quran banyak sekali menggunakan ungkapan yang berciri
kosmopolitanisme ataupun globalisme. misalnya saja banyak firman allah swt
yang memulai seruan-Nya dengan ungkapan “wahai manusia….” Lebih dari itu,
karena Islam sebagai agama penutup, maka dengan sendirinya jangkauan dakwah
dalam Islam mestilah mendunia, Islam bukan agama suku, rasial dan parochial
sebagaimana agama-agama tedahulu yang hanya dialamatkan pada suatu kaum
tertentu.
‘13
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Islam satu-satunya agama universal dan memiliki kesempurnaan di segala
aspek yang dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupannya. Islam satusatunya ideologi yang dapat menuntun manusia untuk mencari kesempurnaan
yang menjadi idamannya. Walaupun agama Islam merupakan agama terakhir
tetapi di sinilah letak keutamaan dan kesempurnaan agama ini dibandingkan
dengan agama-agama lainnya, baik itu agama samawi yang turun dari Allah
maupun agama atau jalan hidup yang lahir dari ide dan pengalaman spiritual
seseorang.
Islam datang sebagai penyempurna bagi agama-agama yang telah datang
sebelumnya. Dan Rasulullah sebagai pembawa dan pengemban risalah Ilahi
merupakan nabi terakhir yang setelahnya tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul.
Allah berfirman dalam surat al-Maidah yang masyhur sebagai ayat yang terakhir
turun:
ِ
ِ
ِ
ِْ ‫يت لَ ُكم‬
)3 :‫اْل ْس ََل َم ِدينًا(املائدة‬
ُ ‫ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَْْتَ ْم‬
ُ ‫الْيَ ْوَم أَ ْك َم ْل‬
ُ ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم ِِت َوَرض‬
“Hari ini telah aku sempurnankan bagi kamu agamamu (Islam) dan telah aku
sempurnakan segala nikmatku kepadamu dan akupun ridha Islam sebagai
agamamu.” Al-Maidah (5): 3
Ayat ini menyiratkan bahwa sejak hari itu, setelah segala perintah dan
hukum-hukum Allah kurang lebih selama 23 tahun lamanya secara sempurna
sampai kepada Rasulullah SAW, maka tugas dan risalah Rasulullah pun berakhir.
Artinya era kenabian atau nubuwah telah berakhir. Ayat ini banyak dibicarakan
dan dibahas oleh para mufassir, sebab ayat ini memiliki posisi yang sangat penting
dan krusial dalam kelangsungan aqidah dan keyakinan.
Oleh karena itu, dengan sifat kesempurnaan yang dimilki oleh Islam maka
ia mampu menjawab segala tantangan dan persoalan hidup yang dihadapi oleh
manusia, tidak ada suatu masalah dan problem kehidupan kecuali Islam mampu
menjawab dan memberikan solusi untuknya. Islam sebuah agama yang tidak
membedakan satu kelompok dengan kelompok yang lainnya, di mata Islam semua
manusia adalah sama, tidak terdapat perbedaan jasmani antara satu dengan yang
lainya. Kulit putih sama dengan orang kulit hitam, orang Arab sederajat dengan
‘13
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
non-Arab, Si kaya sama posisinya dengan si miskin, dan sebagainya. Tetapi bukan
berarti Islam tidak mengenal perbedaan dan tingkatan, tetapi Islam membedakan
derajat dan tingkatan seseorang bukan dari segi lahiriah, semuanya sama sebagai
insan tetapi yang membedakannya adalah dari tingkat eksistensinya. Semakin
dekat ia dengan sumber wujud (Tuhan) maka semakin kuat keimanan dan
ketakwaannya.
Rahasia keuniversalan Islam terletak pada doktrin dan ajarannya yang
sesuai dan sejalan dengan fitrah manusia, sehingga tidak terjadi kebimbangan dan
keraguan bagi orang yang telah percaya dan meyakini agama tesebut, lain halnya
dengan agama-agama yang lainnya, misalnya agama Kristen, dimana doktrin dan
ajaran serta keyakinan yang terdapat di dalamnya, antara satu dengan yang
lainnya terdapat pertentangan sehingga tidak membuat pemeluknya tenang dan
mantap, malah sebaliknya membuat mereka bimbang dan ragu dengan apa yang
mereka yakini.
Keyakinan kepada Tuhan yang satu tetapi tiga atau trinitas sampai detik ini
tidak mampu terjawab dengan baik dan memuaskan. Semakin dipikirkan dan
direnungi bukannya menambah ketenangan dan keyakinan tetapi sebaliknya
malah memunculkan keraguan dan kebimbangan. Sehingga yang terjadi di
kalangan pemeluk kristen adalah semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka
semakin
tinggi tingkat keraguan dan kebimbangan dia kepada keyakinan agama Kristen.
Dan kenyataannya orang-orang yang tidak percaya dengan trinitas adalah dari
golongan ilmuan dan cendekiawan.
Bukankah dalam sejarah pernah terjadi pertentangan yang sengit dan tajam
antara ilmuan dan golongan gereja dimana pengikut gereja ingin mempertahankan
doktrin gereja atau Kristen yang bertentangan dengan akal pikiran dan logika.
Di sisi lain para ilmuan yang lebih mendahulukan akal dan logika dalam
kehidupannya tidak mampu merasionalkan keyakinan dan doktrin Kristen tersebut
sehingga konsekuensinya mereka menolak dan tidak menerima doktrin-doktrin
tersebut.
‘13
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terjadinya pertentangan antara akal dan keimananan disebabkan oleh
jauhnya keyakinan dan ajaran-ajaran kristen atau gereja dari fitrah manusia. Jika
sebuah agama atau ideologi telah bertentangan dengan fitrah manusia maka
sebagai konsekuensinya agama itu tidak akan kekal dan akan ditinggalkan oleh
pengikutnya, sebab fitrah tidak lain perwujudan dari diri manusia itu sendiri dan
telah ada sejak manusia itu diciptakan dan dia tidak akan pernah mengalami
perubahan, senantiasa eksis serta memilki sifat suci, karena itu hanya padanyalah
Allah mentajallikan atau mewujudkan diri-Nya, sebab terdapat kesesuaian sifat
dari keduanya, yaitu Allah memilki sifat yang eksis, kekal dan tidak pernah
mengalami perubahan, demikian pula dengan fitrah atau ruh manusia. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 172 yang terkenal dengan
ayat mitsaq (pengambilan bai’at atau perjanjian).
ِ
ِ
ِ
ِ َ ُّ‫وإِ ْذ أَخ َذ رب‬
‫ت بَِربِ ُك ْم‬
َ ‫ك م ْن بَِن‬
ُ ‫آد َم م ْن ظُ ُهوِره ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َوأَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى أَنْ ُفس ِه ْم أَلَ ْس‬
َ َ َ
ِِ
ِ ِ
)172 :‫ي (األعراف‬
َ ‫قَالُوا بَلَى َش ِه ْد َن أَ ْن تَ ُقولُوا يَ ْوَم الْقيَ َامة إِ َّن ُكنَّا َع ْن َه َذا َغافل‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A’raf: 172)
Oleh karena itu, fitrah tidak pernah salah dalam menentukan misdaq
kebenaran dan tidak akan binasa dan sirna dari diri manusia, hanya saja kekuatan
cahayanya bisa mengalami keredupan. Jadi hanya Islamlah satu-satunya agama
yang mampu menyelamatkan dan menjawab segala problema dan dilema
kehidupan manusia.
ِ ِ
ِْ ِ‫اّلل‬
)19 :‫اْل ْس ََل ُم (آل عمران‬
َّ ‫ين ِعْن َد‬
َ ‫إ َّن الد‬
”Sesungguhnya agama yang diterima disisi Allah hanya Islam saja”. (Qs. alImran
[3]
:
19)
Oleh karena itu, Islam tidak pernah bertentangan dengan syariat yang
dibawa oleh nabi-nabi ulul azmi sebelumnya. Dan kalaupun terdapat perbedaan
‘13
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
antara syariat nabi yang satu dengan yang lainnya maka itu hanya terletak pada
masalah-masalah juz’i saja dan bukan pada inti dari ajaran itu serta itu juga tidak
bermakna sebagai pembatalan terhadap syariat yang lain (sebelumnya), sebab
terkadang sebuah ajaran atau syariat disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki dan
dihadapi oleh daerah atau zaman itu. Adapun nasakh-mansukh yang berfungsi
sebagai pembatalan atau bermakna tidak benarnya syariat nabi-nabi sebelumnya,
hal ini tidak pernah terjadi di dalam agama samawi, sebab pengatur dan pembuat
undang-undang bagi manusia hanya Allah semata dan segala sesuatu yang datang
dari Allah mempunyai sifat hak dan benar. Allah berfirman dalam surah al-Ahzab
ayat 4 :
ِ َّ ‫اْلَ َّق وُهو يَ ْه ِدي‬
)4 :‫يل (األحزاب‬
ُ ‫اّللُ يَ ُق‬
َّ ‫َو‬
َ َ ْ ‫ول‬
َ ‫السب‬
“Dan Allah hanya berkata yang benar dan hanya Dialah satu-satunya yang
menunjuki jalan kebenaran”.(Qs. al-Ahzab [33] : 4)
Berdasarkan pemikiran di atas, maka kita akan mampu membuktikan akan
universalitas agama Islam terhadap agama-agama lainnya. Manusia sebagaimana
makhluk hidup lainnya dalam mempertahankan dirinya supaya tetap eksis maka ia
harus berusaha dan bekerja keras sehingga segala harapan dan tujuan hidupnya
dapat tercapai. Adapun tujuan hidup manusia sangat jauh berbeda dengan
makhluk yang lainnya, karena manusia walaupun pada satu sisi memiliki
persamaan dengan makhluk lainnya akan tetapi pada sisi eksistensinya sangat jauh
berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, Tuhan memberikan dua kelebihan
yaitu akal dan ruh atau fitrah kepada manusia, sehingga ia dapat mewujudkan
kesempurnaan dirinya.
Adapun kesempurnaan atau keutamaan yang menjadi target dan tujuan
manusia tidak terletak pada sesuatu yang bersifat materi seperti harta, pangkat dan
jabatan, sebab semua itu akan punah dan binasa. Sedangkan fitrah (ruh) manusia
memilki sifat yang kekal dan tidak akan binasa. Namun terkadang manusia
menyangka bahwa semua keindahan dan kesempurnaan yang ada di dunia ini
adalah sesuatu yang hakiki dan kekal dan menjadi tujuan dari hidupnya.
‘13
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Karena tidak adanya relevansi antara hakikat penciptaan manusia dengan
segala ajaran dan aturan hidup yang ada di dalam kitab-kitab agama lainnya atau
yang diajarkan oleh agama-agama lainnya maka ia tidak dapat diterima sebagai
jalan untuk menyelamatkan dan mengantarkan manusia kepada kesempurnaan
hidupnya.
Kendatipun manusia memiliki fitrah, namun tidak secara otomatis dia dapat
mengetahui hakikat kesempurnaan dirinya dan cara dapat meraihnya. Hal ini
disebabkan
oleh
banyaknya
godaan,
tipu
daya,
serta
rintangan
yang
mengganggunya sehingga membuatnya tertipu dengan berbagai fatamorgana
kebenaran. Oleh sebab itu Sang Pencipta yang sangat mengetahui kapasitas dan
kemampuan yang dimiliki oleh manusia, tidak membiarkan manusia begitu saja di
dalam kebingungan dan keraguan tentang apa yang harus dia lakukan untuk
meraih kesempurnaan dan kebahagian hidup, namun dengan kebesaran-Nya Dia
tetap menuntun dan mengawasinya. Dan hal ini sesuai dengan firman-Nya:
)50 :‫قَ َال َربُّنَا الَّ ِذي أ َْعطَى ُك َّل َش ْيء َخ ْل َقهُ ُثَّ َه َدى (طه‬
“…Tuhan Kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada
segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.“ (Qs. Thaha [21]:50)
Oleh karena itu, penyempurna (mukammil) dan penuntun hakiki hanya
milik Allah saja, sebab untuk terjalinnya sebuah hubungan yang erat dan selaras
antara dua bagian yaitu antara pencipta kesempurnaan dan penuntun atau pembuat
konstitusi sangat membutuhkan keahlian yang luar biasa, sementara yang paling
mengetahui tentang hakikat antara keduanya serta kebutuhan manusia hanya sang
pencipta saja, oleh karena itu kedua hal ini merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan.
Dan yang dimaksud dengan penyempurna dan berfungsi sebagai jalan
hidayah bagi manusia tidak lain adalah agama. Yakni suatu agama yang tidak
bertentangan
dengan
hakikat
penciptaan
manusia,
sehingga
dia
dapat
mengantarkan manusia kepada tujuan yang ingin diraihnya (kesempurnaan dan
kebahagiaan hakiki). Oleh karena itu, kita tidak akan melihat terjadinya
pertentangan antara akal dan ilmu pengetahuan sebagai tempat amal shalih dengan
‘13
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
fitrah atau ruh manusia yang menjadi tempat tajallinya sang pencipta. Maka itu
dalam al-Qur’an, iman dan amal shalih tidak pernah terpisahkan.
Dengan demikian, pada hakikatnya secara fitrah manusia butuh kepada
agama dan itupun hanya agama samawi, dan di antara agama samawi hanya
agama Islam yang dengan al-Qur’annya tetap terpelihara keorisinilannya, agama
yang turun dan datang dari Sang ٍPencipta. Dan apabila manusia mencari
kesempurnaan maknawi dan hakiki melalui agama selain agama samawi (Islam)
maka niscaya ia tidak akan mendapatkannya dan ini telah diibuktikan oleh sejarah
dan pengalaman.
C. ISLAM DAN PERDAMAIAN
Wajah Islam di pentas global, agaknya selalu beriring dengan label anarkis
dan anti kebebasan. Cap fundamental, ektrim dan bahkan teroris seakan sangat
akrab dengan komunitas ‘orang’ yang memeluk Islam. Generalisasi perilaku
‘sekelompok’ muslim seringkali menjadi justifikasi muka Islam sebagai agama,
sehingga label-label negatif tadi selalu pantas untuk diembelkan dengan Islam.
Lantas, benarkah Islam sebagai dogma mempunyai agenda kekerasan? atau justru
Islam itu sebenarnya yang selalu membawa pesan perdamaian? Disini penulis
mencoba menelisik kebenaran asumsi-asumsi di atas.
Perdamaian merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia,
karena dalam kedamaian itu terciptanya dinamika yang sehat, harmonis dan
humanis dalam setiap interaksi antar sesama. Dalam suasana aman dan damai,
manusia akan hidup dengan penuh ketenangan dan kegembiraan juga bisa
melaksanakan kewajiban dalam bingkai perdamaian. Oleh karena itu, kedamaian
merupakan hak mutlak setiap individu sesuai dengan entitasnya sebagai makhluk
yang mengemban tugas sebagai pembawa amanah Tuhan untuk memakmurkan
dunia ini. Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan setiap mahluk merupakan
tuntutan, karena dibalik ungkapan damai itu menyimpan keramahan, kelembutan,
persaudaraan dan keadilan.
Dari paradigma ini, Islam diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi
dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus kepada seluruh manusia untuk
‘13
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menjadi rahmat bagi seluruh alam, (QS. 21:107) dan bukan hanya untuk pengikut
Muhammad semata. Islam pada intinya bertujuan menciptakan perdamaian dan
keadilan bagi seluruh manusia, sesuai dengan nama agama ini: yaitu al-Islām.
Menurut Muhammad al-Ghazāli, dalam bukunya al-Ta’aşşub wa al-Tasāmuh
Bayn al-Masihiyah wa al-Islām, secara leksikal dalam bahasa al-Qur`ān, Islam
bukan nama dari agama tertentu, melainkan nama dari persekutuan agama yang
dibawa oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut mereka.
Itulah misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu,
Islam diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam
kesumat di antara umat manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam
menunjukan, bagaimana sikap tasāmuh (toleran) dan kasih sayang kaum muslimin
terhadap pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke dalam ahl al-Kitab maupun
kaum mushrik, bahkan terhadap seluruh makhluk, Islam mendahulukan sikap
kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian.
Di antara bukti konkrit dari perhatian Islam terhadap perdamaian adalah
dengan dirumuskannya Piagam Madinah (sahifah al-madinah) yang oleh
kebanyakan penulis dan peneliti sejarah Islam serta para pakar politik Islam
disebut sebagai konstitusi negara Islam pertama.
Piagam Madinah menjadi instrumen penting atas kelahiran sebuah institusi
yang berorientasi pada perdamaian dan kebersamaan. Hal inilah yang menarik,
sehingga para pakar sejarah dan ilmuwan sangat interested terhadap permasalahan
ini. Karena lahirnya sebuah negara yang mengusung nilai-nilai kemanusiaan,
persamaan hak dan kebebasan kepada rakyatnya belum pernah terjadi di seantero
jagad raya ini, terlebih di kawasan Arab. Penting untuk diingat, bahwa nilai-nilai
kemanusiaan universal yang terkandung dalam Piagam Madinah sangat jauh lebih
tua ketimbang isu HAM yang dijual oleh PBB yang tercermin dalam The
Universal Declaration of Human Right pada Desember 1948.
Dalam ungkapan teks agama, perdamaian sering dibahasakan dengan alaman, kemudian oleh ulama fiqh, dalam terjemahan sistem formalnya,
perdamaian sering dibahasakan dengan al-sulh, al-hudnah, al-mu’ahadah dan aqd
al-zimmah. Dalam kamus al-Muhit karangan Fairus Abadi, al-sulh disepadankan
‘13
9
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan al-salam. Keduanya mempunyai arti yang sama yaitu peace, yang jika
diterjemahkan berarti perdamaian dan kerukunan. Namun dalam terminologinya,
al-şulh adalah perpindahan dari hak atau pengakuan dengan konpensasi untuk
mengakhiri atau menghindari terjadinya perselisihan.
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya perdamaian setelah
adanya pertikaian atau takut terjadinya perselisihan dengan melakukan upaya
preventif terhadap hal tersebut. Lain lagi menurut Ibn Qudāmah, al-Sulh berarti
sebuah kesepakatan (ma’āqadah) yang berorientsi pada perbaikan antara dua
pihak yang bertikai. Sedangkan Prof Zuhayli mendefinisikan al-Şulh sama dengan
al-Hudnah yaitu berdamai (muşalahah) dengan ahl al-harb (musuh perang) untuk
menghentikan perang dalam batas waktu tertentu dengan konpensasi dan tetap
mengakui agamanya atau tidak, meskipun tidak di bawah otoritas pemerintah
Islam. Sedangkan terminologi al-amān, adalah sebuah kesepakatan untuk
menghentikan peperangan dan pembunuhan dengan pihak musuh.
Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa konsep al-Şulh
lebih umum, karena tidak spesifik berkaitan dengan perdamaian dalam posisi
sebagai lawan perang. Hal ini karena al-sulh merupakan solusi atas dimensi
konflik yang terjadi dalam semua lini interaksi sosial, dari komunitas yang paling
kecil hingga yang paling besar. Hal ini terlihat dari beberapa bentuk klasifikasi alSulh yang di antaranya adalah:
1. Perdamaian antara penegak keadilan dengan kelompok separatis (ahl albaghy).
2. Perdamaian antara suami istri ketika takut terjadinya perceraian.
3. Perdamaian antara dua sengketa pembunuhan.
4. Perdamaian antara kaum muslimin dengan kaum kafir.
5. Perdamaian dua sengketa dalam harta.
Sedangkan al-amān terdiri dari dua bentuk, yaitu yang bersifat khusus
(khās) dan umum (‘ām). Perjanjian perdamaian yang bersifat khusus yaitu yang
terdiri dari kelompok dengan jumlah terbatas, sedangkan yang umum adalah dari
jumlah yang tidak terbatas dan yang berhak melakukan negoisasi perundingan
perdamaian adalah pemimpin.
‘13
10
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Semua konsepsi pengertian perdamaian seperti yang tersurat di atas
merupakan wacana damai dari sudut pandang fiqhiyah (juristik), dan itu
umumnya masih dilatarbelakangi oleh adanya klasifikasi wilayah yang
berdasarkan identitas agama, seperti dār al-islām dan dār al-harb. Bahkan lebih
spesifik lagi, menurut Sidiq Hasan, bentuk wilayah Islam ada tiga kategori, yaitu:
(a. wilayah al-haram yang tidak boleh dikunjungi oleh kaum kafir dalam kondisi
apapun baik kafir dhimmi maupun harbi. (b). Hijaz yaitu daerah yang meliputi
Yamamah, Yaman, Najd dan Madinah. Daerah kawasan ini boleh dikunjungi
oleh kaum kafir dengan proses perizinan, akan tetapi tidak boleh bermukim
melebihi tiga hari seperti halnya musafir. (c). Seluruh daerah-daerah kawasan
Islam. Daerah ini bermukim bagi kaum kafir setelah ada perjanjian damai. (M
Sidiq Hasan, al-Din al-Kholis, 1995). Meskipun saat ini ada yang beranggapan
bahwa klasifikasi itu tak lebih dari fiksi belaka, mengingat realitas hubungan
dunia global, hampir semua negara dari pelbagai latar belakang ideologi telah
menjamin persahabatan.
Banyak kalangan memahami perdamaian sebagai keadaan tanpa perang atau
konflik. Pemahaman seperti ini merupakan contoh dari definisi negatif
perdamaian. Secara negatif, perdamaian didefinisikan sebagai situasi absennya
perang dan/atau berbagai bentuk kekerasan lainnya. Definisi ini memang
sederhana dan mudah difahami, namun melihat realitas yang ada, banyak
masyarakat tetap mengalami penderitaan akibat kekerasan yang tidak nampak dan
ketidakadilan. Melihat kenyataan ini, maka terjadilah perluasan definisi
perdamaian dan muncullah definisi perdamaian positif. Definisi positif dari
perdamaian adalah absennya kekerasan struktural atau terciptanya keadilan sosial.
Perdamaian dalam konsep ini meliputi semua aspek tentang masyarakat yang
baik, seperti: terpenuhinya hak asasi yang bersifat universal, kesejahteraan
ekonomi, keseimbangan ekologi dan nilai-nilai pokok lainnya. Berdasarkan
konsep ini, perdamaian bukan hanya merupakan masalah pengendalian dan
pengurangan tercapainya semua aspek tersebut, namun perdamaian merupakan
konsep yang cukup luas dan pencapaiannya membutuhkan proses yang panjang.
Untuk mencapai kondisi tersebut, kita memerlukan suatu gerakan yang sinergis,
‘13
11
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bukan gerarakan yang terpisah-pisah. Maka, gerakan yang memperjuangkan hak
kaum puriveral, tuntutan supremasi hukum, atau gerakan yang menentang
pelanggaran hak azazi manusia, dan sebagainya seharusnya tidak lagi dilihat
sebagai suatu gerakan yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan suatu gerakan yang
selaras dengan tujuan yang sama, yaitu perdamaian.
Nah, dari uraian tadi, akankah masih relevan untuk melabelkan Islam
dengan kekerasan? Atau justru, orang-orang yang menuding Islam sebagai
‘referensi’ kekerasan, merupakan kelompok yang sedang menciptakan kekerasan
itu sendiri!
Wallahuálam.
D. MISI KEMANUSIAAN DAN ISLAM
Allah SWT berfirman dalam surat al-Fath[48]: 29:
ِ َّ َِّ ‫ول‬
)29 :‫ين َم َعهُ أ َِشدَّاءُ َعلَى الْ ُكفَّا ِر ُر ََحَاءُ بَْي نَ ُه ْم(الفتح‬
ُ ‫ُُمَ َّمد َر ُس‬
َ ‫اّلل َوالذ‬
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka……”. [TQS. Al-Fath : 29]
Apabila kita menyaksikan tayangan yang paling sering muncul di layar
kaca akhir-akhir ini, pasti kita akan mendapatkan betapa luar biasanya kebrutalan
tentara Israel membantai warga Palestina dan menyerang rombongan Freedom
Flotilla. Padahal seluruh dunia mengetahui bahwa misi yang dibawa oleh
rombongan tersebut adalah memberi bantuan untuk warga Palestina yang telah
lama diinvasi, diblokade dan ditutup aksesnya dari dunia internasional.
Dengan akal sehat tentu kita akan sepakat menilai bahwa tindakan Israel
adalah tindakan yang biadab. Namun, apabila kita melihat respon yang diberikan
oleh para pemimpin dunia internasional justru malah menunjukkan sikap yang
aneh dan cenderung hipokrit. Mereka tidak berani memberikan tindakan yang
tegas atas kebrutalan tindakan Israel tersebut. Dengan dalih misi kemanusiaan
mereka menyembunyikan sifat pengecut mereka. Misi kemanusiaan yang mereka
maksud adalah hanya sebatas mengirimkan bantuan makanan, pakaian, dan obatobatan semata. Padahal kita tahu bahwa di Palestina saat ini ada dua pihak yang
‘13
12
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
harus diselesaikan dengan penyelesaian yang berbeda. Pihak pertama adalah
korban invasi, yang memang bisa dibantu atau diselesaikan dengan mengirimkan
bantuan logistik dan lain-lain untuk dapat memulihkan kondisi mereka. Pihak
kedua adalah penjajah, yang hanya bisa diusir oleh bala bantuan tentara yang
dikirim untuk memberi perimbangan perlawanan atau bahkan mampu mengusir
tentara penjajah Israel dari bumi Palestina. Dua pihak ini harus diselesaikan
dengan segera dan secara simultan agar dapat menciptakan perdamaian di
kawasan Palestina.
Ironis rasanya apabila kita hanya memberikan bantuan logistik pada para
korban invasi, namun tidak mengusir penjajahnya. Sama halnya dengan ketika
kita melihat anak kecil yang sedang dipukuli oleh orang dewasa hingga babak
belur kemudian kita hanya memberi permen karet dan obat-obatan pada anak kecil
tersebut agar tidak menangis, tanpa menghentikan penyiksaan dan mengusir/
menjauhkan orang dewasa yang menyiksa dari anak kecil tersebut. Tindakan ini
merupakan tindakan yang tidak bisa diterima akal. Padahal sebagai manusia, kita
diberikan kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya yaitu
berupa potensi indera yang sempurna dan akal yang sehat. Allah swt mencela dan
mengancam orang-orang yang tidak mau berpikir dan mengerahkan segenap
potensi yang dimilikinya dengan perumpamaan yang cukup tegas, yaitu
disamakan dengan hewan ternak di dunia dan dikumpulkan di neraka kelak di
akhirat. Allah SWT berfirman:
ِ ِ
ِ ‫س ََلم قُلُوب َل ي ْف َقهو َن ِِبا وََلم أ َْعي َل ي ب‬
ِ
ِْ ‫اِلِ ِن و‬
‫ص ُرو َن‬
ُْ ُ ُْ َ َ ُ َ
ُْ ِ ْ‫اْلن‬
َ ْ ‫َولََق ْد َذ َرأْ َن ِلَ َهن ََّم َكث ًريا م َن‬
‫ك ُه ُم الْغَافِلُونَ َولََق ْد ذَ َرأْ َن‬
َ ِ‫َض ُّل أُولَئ‬
َ ِ‫ِِبَا َوََلُْم آذَان َل يَ ْس َمعُو َن ِِبَا أُولَئ‬
َ ‫ك َك ْاألَنْ َع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬
ِ ِ
ِ ‫س ََلم قُلُوب َل ي ْف َقهو َن ِِبا وََلم أ َْعي َل ي ب‬
ِ
ِْ ‫اِلِ ِن و‬
‫ص ُرو َن ِِبَا َوََلُْم‬
ُْ
ُ ُْ َ َ ُ َ
ُْ ِ ْ‫اْلن‬
َ ْ ‫ِلَ َهن ََّم َكث ًريا م َن‬
)179 :‫ك ُه ُم الْغَافِلُو َن(األعراف‬
َ ِ‫َض ُّل أُولَئ‬
َ ِ‫آ َذان َل يَ ْس َمعُو َن ِِبَا أُولَئ‬
َ ‫ك َك ْاألَنْ َع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
‘13
13
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai” [TQS. Al-A’raf: 179)
Baik nash syara maupun fakta dilapangan menggambarkan bahwa Israel
merupakan bangsa biadab yang tidak mengenal bahasa perdamaian. Bahkan
istilah bangsa kera pun dinisbatkan khusus untuk mereka. Israel sudah sering kali
melanggar perjanjian perdamaian yang telah disepakati. Mereka hanya mengerti
bahasa perang, bahkan rombongan relawanpun mereka serang dan perangi tanpa
ada
keraguan
apalagi
penyesalan.
Oleh karena itu, misi kemanusiaan yang saat ini dijalankan oleh
masyarakat dunia masih belum cukup. Logika berpikir yang digunakan harus
lebih diperdalam dengan memberikan solusi kongkrit dalam mewujudkan
perdamaian di Palestina yaitu dengan mengerahkan pasukan untuk mengusir
penjajah Israel dari bumi Palestina. Dengan terusirnya penjajah maka perdamaian
akan segera terwujud dan misi kemanusiaan di Palestina akan dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
Hal itu dapat diwujudkan apabila umat Islam memiliki kekuatan politik
yang riil untuk melindungi kaum muslim di seluruh dunia. Kekuatan itu adalah
Daulah Khilafah Islamiyah yang akan menjaga umat Islam dari serangan musuh.
Oleh karena itu, dakwah dalam rangka memberikan penyadaran kepada
masyarakat akan urgensi Khilafah menjadi penting. Agar musuh-musuh Islam
akan berpikir ribuan kali sebelum mereka menyerang umat Islam. Allahumma
inna nas-aluka daulatan khilafatan rasyidatan ‘ala minhaji an-nubuwwah, tu’izzu
biha al-Islama wa ahlahu wa tudzillu bila al-kuffara wa ahlahu. Wallahu a’lam bi
ash-shawab
‘13
14
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Agustian A.g. 2001. ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual. Arga. Jakarta.
Al-Hufiy, A.M. 2000. Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Pustaka
Setia. Bandung.
Al-Sya'rani, A A. 2004. 99 Akhlak Sufi: Meniti jalan surga bersama orangorang suci. Mizan Media Utama. Bandung.
Departemen Agama. 1971. Al-Quran dan terjemahannya. Departemen
Agama. Jakarta.
Sanusi A. 2006. Jalan Kebahagiaan. Gema Insani Press. Jakarta.
‘13
15
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download