A. PERENCANAAN PEMBANGUNAN Pada hakekatnya setiap manusia di dunia diciptakan dalam kondisi yang sama, namun demikian, kesamaan ini tidak dapat dijadikan sebagai sebuah jaminan bagi seseorang untuk memiliki kesejahteraan yang sama. Akibatnya menciptakan kesenjangan antara jumlah orang kaya relatif kecil dibandingkan orang yang tidak mampu. Untuk mengatasi persoalan akibat kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan berbagai upaya pembangunan yang terencana sehinggga upaya pembangunan yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkannya, sebuah perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan. B. PENGERTIAN PERENCANAAN Perencanaan dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah. Perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan berdasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut Pada hakekatnya, perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif (perubahan pada sistem sosial secara menyeluruh). Ketidakseimbangan yang bersifat akumulatif adalah konsep lingkaran setan yang diderita oleh sebagian besar penduduk dunia. Wujud nyata dari lingkaran setan ini adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat meningkatkan kesejahteraan sebagai akibat ketidakmampuan generasi sebelumnya untuk lepas dari kemiskinan. Hubungan tersebut disebut lingkaran setan (Vicious circle). Menurut Arsyad (1993), upaya untuk mengatasi lingkaran setan yaitu: Pertama, melakukan pembangunan dengan mencari modal dari luar negeri dan Kedua, menghimpun tabungan wajib dari dalam negeri. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 1 C. PENGERTIAN PEMBANGUNAN Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional untuk tercapainya tujuan awal. Pembangunan dijelaskan dengan menggunakan dua pandangan yang berbeda, yaitu pertama, berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah. Dalam Pendangan tradisonal dikenal dengan istilah Efek Penetesan Ke Bawah (trickle down effeck). yakni sebagai upaya pembangunan pada sektor ekonomi, X akan bermanfaat terhadap meningkatkan ekonomi, selain itu diharapkan pula dirasakan di sektor lain yang berhubungan dengan sektor, Y dalam bentuk perluasan kesempatan kerja serta berbagai peluang ekonomi lainnya (Gambar 1). Pembangunan Sektor Industri Sektor Jasa Sektor Pertanian Sektor Pemukiman Gambar 1. Efek Penetesan Ke Bawah Pembangunan dilakukan di sektor industri yang kemudian akan memberikan efek kepada sektor jasa, pertanian, dan sektor pemukiman. Pandangan kedua, pembangunan dilihat sebagai upaya peningkatan PDB saja melainkan pengangguran, tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, serta penyediaan lapangan kerja yang mampu menyerap angka kerja produktif. Dari dua definisi pembangunan di atas, Todaro (2002) mengemukakan proses pembangunan haruslah memilki tiga nilai dan tiga tujuan pembangunan : 1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (sustenance). Kebutuhan dasar meliputi pangan, sandang, kesehatan, dan proteksi. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 2 2. Manusia terhormat (self-esteem). Salah satu komponen universal hidup adalah harga diri. 3. Kebebasan (freedom from servitude). Kebebasan disini dipahami sebagai yang terkait dengan emansipasi, kepedulian, penderitaan dan lain-lain. Sementara tujuan pembangunan adalah : 1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan, kesehatan, pendidikan hingga keamanan). 2. Peningkatan standar hidup (pendapatan, lapangan kerja, pendidikan dan kehidupan masyarakat). 3. Perluasan pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu. D. PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI Perkembangan teori ini didominasi oleh empat aliran pembangunan ekonomi : yaitu (1) Teori tahapan linier, (2) Model perubahan struktural, (3) Revolusi ketergantungan internasional, (4) Kontrarevolusi pasar bebas neoklasik. Dalam Teori Dasar Linear, terdapat dua teori dasar, yang pertama teori tahapan pertumbuhan, dimana dalam setiap pembangunan yang dilakukan sebuah negara haruslah melewati beberapa tahapan. Hingga ke tahapan Tinggal landas (Negara Maju), dengan strategi melakukan dana tabungan guna menciptakan investasi yang memadai untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Teori kedua tentang upaya untuk memobilisasi dana tabungan disebuah negara. Teori Model Perubahan Struktural mengemukakan bahwa pembangunan yang dilakukan akan mencapai suatu keberhasilan ketika pembangunan yang dilakukan mampu untuk mengubah struktural perekonomian yang telah ada, yang didukung teori lewis. Menurut Teori Lewis bahwa : 1) Sektor tradisional yang dicirikan oleh sebuah sistem perdesaan yang subsistem dimana di pedesaan tersebut menjadi tenaga kerja sehingga produktivitas marginal di desa tersebut sama dengan nol; 2) Memiliki tingkat produktivitas marginal yang cukup tinggi karena jumlah tenaga kerja yang tersedia relatif sama dengan (atau lebih sedikit) dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diminta oleh sektor produksi. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 3 E. PENGERTIAN DAERAH Pembangunan yang dilakukan tidak hanya di tingkat tetapi pembangunan dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih kecil yaitu daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dll. Biasanya pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil ini memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih besar. F. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN EKONOMI a) Kemiskinan Secara sederhana kemisinan absolut dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan sejumlah penduduk untuk hidup di atas kemiskinan atau batas kemiskinan yang ditetapkan berdasarkan kategori tertentu. Indikator ini mengukur total pendapatan yang dibutuhkan oleh penduduk miskin agar dapat hidup diatas garis kemiskinan (Gambar 2). Pendapatan Tahunan Pendapatan Tahunan Kurva Distribusi Kurva Distribusi Kumulatif P Kumulatif V P V Jurang Kemiskinan 0 Jurang Kemiskinan 65 Persentase Penduduk 100 0 25 100 Persentase Penduduk Gambar 2. Kurva Distribusi Kurva distribusi kumulatif adalah kurva yang menunjukkan antara tingkat pendapatan tahunan (sumbu vertikal) dan persentase penduduk (sumbu horizontal) bahwa di negara A terdapat 65% penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan, sedangkan di negara B terdapat 25% penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan. Semakin luas permukaan yang berada di bawah garis PV, maka tingkat kemiskinan yang terdapat di negara tersebut semakin besar pula. Pola kemiskinan yang terjadi adalah, (1) Kemiskinan pada umumnya terjadi di daerah setingkat pedesaan dengan mata pencaharian utama PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 4 berhubungan dengan sektor ekonomi tradisional. (2) Umumnya kemiskinan diderita oleh kaum wanita, (3) Kemiskinan pada umumnya adalah penduduk pribumi di sebuah negara. b) Pemerataan Ketimpangan terjadi karena pendapatan per kapita masyarakat di daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan. Perbedaan disebabkan variasi pekerjaan yang berbeda. Tetapi jika di bandingkan ketimpangan terbesar antara pedesaan dan perkotaan, maka jawabannya adalah ketimpangan terbesar ada pada kawasan perkotaan. Karena di perkotaan jenis/variasi pekerjaan sangat beraneka ragam. Pekerjaan di perkotaan dipegaruhi oleh perkembangan teknologi. Oleh sebab itu mempengaruhi tingkat upah seseorang, tingkat upah seseorang tersebut berbeda karena disebabkan oleh tingkat pendidikan. c) Pertumbuhan Prof. Kuznets, dengan teori mengenai perkembangan ketimpangan distribusi pendapatan dimana ketimpangan yang dialami oleh negara yang sedang membangun akan tinggi ketika pembangunan yang dilakukan pada tahap awal pembangunan. Tingkat ketimpangan ini akan terus naik seiring dengan pembangunan yang dilakukan hingga pada titik tertentu tingkat ketimpangan ini akan turun. Teori yang diajukan oleh Kuznets, kemudian dikenal luas dengan Kuznets yang berbentuk U terbalik ditunjukkan oleh Gambar 3 Ketimpangan (koefisien gini) Kurva Kuznets Produk Nasiona Bruto Per Kapita Gambar 3. Kurva Kuznets berbentuk U terbalik Teori Kuznets tentang ketimpangan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh petumbuhan pendapatan (produk domestik bruto). Akan tetapi teori ini masih berlaku bila diterapkan di negara yang termasuk negara dengan tingkat pendapat menengah ke bawah. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 5 G. PENTINGNYA PERENCANAAN Perencanaan berkaitan dengan pelaksanaan program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan. Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembangunan. 1. Perkembangan teknologi & ilmu pengetahuan, menyebabkan perubahan yang sangat cepat di dalam masyarakat. Cepatnya perubahan yang dialami oleh masyarakat dapat merusak tatanan yang dimiliki oleh masyarakat. 2. Perencanaan merupakan tahap yang penting apabila dilihat dari dampak pembangunan yang akan muncul setelah proses tersebut selesai. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan harus memperhatikan dampak negatif dari proses pembangunan. 3. Proses pembangunan yang dilakukan tentu saja memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan, biaya seta ruang lingkup pelaksanaannya. Perencanaan yang baik dapat memberikan berbagai manfaat kepada daerah, antara lain: 1) Gambaran proyeksi ke depan mengenai penggunaan lahan; 2) Perencanaan pembangunan yang dilakukan menjadi paduan bagi para pelaku ekonomi tentang arahan pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah. H. ASPEK PERENCANAAN Sebuah perencanaan yang baik haruslah melibatkan masyarakat, swasta, dan pemerintah dikarenakan agar proses pembangunan akan dirasakan manfaatnya oleh pihak-pihak terkait. Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan akan mengurangi penerapan sistem pembangunan Top-Down karena masyarakat tidak tau arah tujuan pembangunan. Diharapkan sistem pembangunan menggunakan sistem Bottom up. Dalam proses perencanaan pembangunan akan menghadapi permasalahan.Untuk mengatasi maka harus memperhatikan beberapa aspek: 1) Aspek Lingkungan Aspek lingkungan, mencakup bidang sosial, budaya, ekonomi, politik hingga pertahanan dan keamanan. Dan juga perencana dapat memotret kondisi daerah tersebut serta kondisi daerah yang dijadikan partner pembangunan daerah. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 6 2) Aspek Kekuatan Dan Hambatan Seorang perencana haruslah memiliki gambaran mengenai segala sesuatu yang dimiliki oleh daerah yang dapat menjadi sumber kekuatan daerah dalam melaksanakan pembangunan serta kelemahan yang berpotensi untuk menghambat proses pembangunan. 3) Aspek Badan Perencana Pembangunan Pusat/Daerah Badan perencana membutuhkan informasi mengenai peran dan fungsinya dalam pembangunan daerah, kemampuan yang dimilikinya dalam pengembangan program pembangunan serta kemampuannya dalam memperoleh informasi unutk melakukan perencanaan daerah. Disamping itu, badan perencana membutuhkan informasi peran dan fungsi elemen pendukung pembangunan, seperti pemahaman masyarakat atas arah dan tujuan pembangunan yang akan dilaksanakan, kemampuan pihak swasta, kemampuan pembiayaan. 4) Aspek Ruang dan Waktu Diharapkan perencana dapat membuat rencana yang tepat untuk dilaksanakannya yang mencakup bidang-bidang fisik seperti tata letak, kondisi tanah hingga kualitas lingkungan dari populasi yang mungkin terjadi dari proses pembangunan serta dibutuhkan ketepatan waktu dari sisi lokasi pembangunan. I. CIRI PERENCANAAN PEMBANGUNAN Ciri yang sangat melekat dalam perencanaan pembangunan adalah : 1. Perencanaan yang berisi upaya untuk perkembangan ekonomi yang kuat akan tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang positif. 2. Berisi upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. 3. Berupaya untuk melakukan perubahan struktur perekonomian. 4. Bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. 5. Terjadinya pemerataan pembangunan. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 7 A. PENDAHULUAN Ilmu ekonomi berkaitan dengan banyak variabel kuantitatif seperti pendapatan, harga, suku bunga, tenaga kerja dan lain-lain. Cabang ilmu ekonomi salah satunya yaitu ilmu ekonomi makro yang berkaitan dengan ekonomi secara keseluruhan. Terdapat tiga isu penting dalam ekonomi makro yaitu, (1) Pertumbuhan, (2) Pengangguran, (3) Stabilitas harga. Cabang ilmu ekonomi lainnya adalah ilmu ekonomi mikro yaitu lebih kepada perilaku masingmasing individu pelaku ekonomi. B. ILMU EKONOMI : KELANGKAAN DAN EFISIENSI Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat dapat menggunakan sumber daya yang terbatas/langka untuk memproduksi barang yang berharga dan didistribusikan. Samuelson dan Nordhaus memberikan definisi: “Economic is the study of how societies choose to use scare productive resources that have alternative used, to produce commodities of various kinds and to distribute them among different group“. Sebab kita mempelajari ilmu ekonomi adalah : 1. Kebutuhan atau keinginan manusia banyak 2. Alat pemuas kebutuhan. 3. Sumber–sumber alam tersebut dalam keadaannya yang asli tidak dapat langsung digunakan untuk memenuhi keinginan manusia, tetapi harus diubah bentuknya. Dengan terbatasnya sumber daya maka maka perekonomian akan berusaha menggunakan sumber daya tersebut dengan efisien. Sumber daya disini adalah SDA dan SDM. Sumber daya yang terbatas membuat manusia harus memilih penggunaan SDA agar ia dapat memaksimalkan kepuasannya. SDA terbagi dua yaitu SDA dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 8 C. PERMASALAHAN EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI 1) Masalah Ekonomi Ada tiga pertanyaan yang menjadi masalah utama dalam ekonomi : Apa yang di produksi (What), Bagaimana memproduksi (How), Untuk siapa produksi tersebut (For Whom). Keterbatasan Sumber Daya Kemampuan Memproduksi Barang dan Jasa Kebutuhan Manusia Tidak Terbatas Apa yang diproduksi (What)? Bagaimana Memproduksi (How)? Untuk siapa Produksi tersebut (For Whom)? Barang dan Jasa Yang Dibutuhkan Gambar 4. Tiga Masalah Ekonomi Ilmu ekonomi normatif adalah imu ekonomi yang memasukkan unsur etika, filsafat, norma, keadilan dan sebagainya. Selain Normatif, ilmu ekonomi juga dikelompokkan menjadi tiga yaitu ekonomi deskriptif, teori ekonomi dan ekonomi terapan. Ekonomi Dekriptif untuk mengumpulkan keterangan- keterangan faktual yang relevan mengenai suatu masalah. Teori ekonomi atau prinsip ekonomi berperan utama untuk menerangkan secara umum perilaku sistem perekonomian. Sedangkan ekonomi terapan adalah ilmu ekonomi yang menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan oleh deskriptif. 2) Sistem Perekonomian Untuk menjawab What, Who, dan For Whom tergantung pada sistem perekonomian suatu negara. Secara ekstrim terdapat dua sistem perekonomian yaitu sistem komando (Commond) adalah perekonomian dimana pemerintah yang membuat keputusan. Sistem kedua yakni sistem pasar di mana hampir seluruh keputusan ekonomi ditentukan oleh mekanisme pasar, seluruh individu dan perusahaan yang secara sukarela melakukan jual-beli barang dan jasa, PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 9 dengan menggunakan uang. Sistem ini tidak terdapat campur tangan pemerintah. Sistem yang dianut Negara Indonesia yakni sistem campuran dimana ada unsur pasar dan unsur komando. Sistem Pasar (MARKET) Sistem Campuran (MIXED) Sistem Komando (COMMAND) Gambar 5. Swing Of Pendulum (bandul yang berayun) D. BATAS KEMUNGKINAN PRODUKSI Setiap negara memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya seperti tenaga kerja, pengetahuan dan teknologi, mesin, tanah, dan energi. Didasarkan pada keterbatasan sumber daya tersebut, masyarakat harus memutuskan barang apa yang potensial untuk diproduksi, memililih alternatif, menentukan siapa yang akan mengkonsumsi hasil produksi tersebut. 1) Masukan dan Keluaran Masyarakat harus memutuskan pilihan tentang input (masukan) dan keluaran (output) perekonomian. Masukan : Tanah, Tenaga Kerja, Komoditi, Jasa, Teknologi, Mesin, Dan Lain-lain Proses Produksi Keluaran Dikonsumsi Masukan : Tanah, Tenaga Kerja, Komoditi, Jasa, Teknologi, Mesin, Dan Lain-lain Proses Produksi Keluaran Gambar 6. Proses Produksi PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 10 Tanah atau lebih umum lagi adalah sumber daya alam adalah semua yang berasal dari bumi, Tenaga Kerja atau Sumber Daya Manusia, Modal (Capital) ialah Barang Habis Pakai . 2) Batas Kemungkinan Produksi Batas Kemungkinan Produksi ialah maksimum output yang dapat dihasilkan oleh perekonomian dengan menggunakan seluruh sumber daya dan teknologi yang ada. Jadi Batas Kemungkinan Produksi Dibatasi oleh dua hal, ketersediaan sumber daya dan teknologi guna memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Negara akan mengalokasikan sekian persen dari dana yang ada untuk pertahanan dan sebagian dana lainnya dipergunakan untuk membiayai aktivitas lainnya. Tabel 1. Kombinasi Produksi Beras (X) dan Senjata (Y) TITIK A B C D E F BERAS (X) 0 1 2 3 4 5 SENJATA (Y) 16 14 12 9 5 0 Titik A dan F merupakan titik ekstrim, karena sumber daya yang ada digunakan hanya untuk memproduksi salah satu output saja. SENJATA 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 A B C D E 0 2 4 F 6 Gambar 7. Beberapa kemungkinan Kombinasi Produksi PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 11 Masih banyak kombinasi, contohnya titik– titik A s/d F pada gambar diatas, jika huruf tersebut di hubungkan maka akan didapat semua alternatif kombinasi X dan Y. Kurva A,B,C,D,E,F disebut kurva batas kemungkinan produksi (productions possibility frontier, PPF). Jadi kurva PPF adalah kurva yang menggambarkan kombinasi 2 jenis barang yang mampu di produksi oleh perekonomian dengan menggunakan seluruh sumber daya dan teknologi yang ada. 3) Efisiensi Kombinasi yang berada tepat pada garis batas kemungkinan produksi menunjukkan bahwa semua sumber daya yang ada sudah digunakan dan tidak ada sumber daya yang menganggur. Efisiensi berarti bahwa seluruh sumber daya sudah digunakan seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Salah satu aspek terpenting adalah efisiensi produktif. Efisiensi ini terjadi ketika produksi terjadi pada batas kemungkinan tanpa harus menurunkan output yang lain. 4) Pemerintah dan Perencanaan Pembangunan Todaro dan smith (2003) mencatat karateristik umum negara sedang berkembang : 1. Taraf hidup yang rendah (pendapatan yang rendah, distribusi pendapatan yang tidak merata (ketimpangan pendapatan), kondisi kesehatan yang buruk dan tingkat pendidikan yang tidak memadai). 2. Produktivitas yang rendah. Rasio output per tenaga kerja yang rendah disebabkan oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang relatif rendah. 3. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan angka ketergantungan. Angka ketergantungan adalah rasio antara jumlah penduduk usia produktif dan tidak produktif. 4. Ketergantungan yang tinggi pada produksi pertanian dan ekspor produk primer. 5. Pasar tidak sempurna dan informasi terbatas. 6. Ketergantungan internasional dan yang kerentangan lakukan melalui perekonomian dua jalur dalam yaitu: hubungan perdangangan internasional dan aliran modal. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 12 Sumber daya terbatas Tujuan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Memenuhi Kebutuhan Masyarakat yang tidak terbatas Kesenjangan Masyarakat Perencanaan Pembangunan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Gambar 8. Sumber Daya dan Perencanaan E. PASAR BEBAS DALAM TEORI EKONOMI Pasar adalah suatu mekanisme dimana penjual dan pembeli berinteraksi untuk menentukan harga dan bertransaksi barang dan jasa. Harga adalah nilai suatu barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan uang. Pasar output sangat berhubungan dengan pasar faktor produksi. Keseimbangan pasar tidak selalu dipengaruhi oleh tawar menawar, namun kesesuaian antara pembeli dan penjual. Keseimbangan pasar akan sama dengan titik efisiensi maksimum adalah Pareto Optimum, maksudnya Mekanisme pasar akan mendorong efisiensi. F. PERDAGANGAN, UANG DAN KAPITAL Di dalam perdagangan, uang merupakan pelumas terjadinya perdagangan. Uang sebagai alat pembayaran akan mempermudah perdagangan yang terjadi. Kapital (Modal) merupakan salah satu faktor produksi yang penting selain tanah dan tenaga kerja. Kapital adalah faktor produksi yang diproduksikan dan merupakan input habis pakai. G. KETIDAKSEMPURNAAN PASAR DAN DISTORSI HARGA Faktor yang menyebabkan sistem pasar tidak bekerja secara maksimal di negara berkembang adalah monopoli di semua faktor, dampak atas gangguan harga dan komunitas yang disebabkan oleh campur tangan dari institusi yang PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 13 sebenarnya tidak ada. Selain itu banyak institusi yang membuat distorsi harga, keputusan pemerintah yang penentu munculnya distorsi paling besar dibandingkan dengan institusi lain. Cara yang paling baik untuk menghilangkan distorsi harga adalah memperbaiki seluruh mekanisme pasar agar berjalan dengan baik. H. PERAN PEMERINTAH Terdapat fungsi pemerintah dalam perekonomian pasar yaitu 1) meningkatkan efisiensi dengan mendorong mendorong ke arah persaingan, menginternalkan eksternalitas polusi dan menyediakan barang publik; 2) mengusahakan pemerataan dengan mengaplikasikan sistem pajak dan transfer untuk mendistribusikan kembali pendapatan; 3) mendorong stabilitas ekonomi makro dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menurunkan inflasi dengan kebijakan fiskal dan moneter. I. KEGAGALAN PASAR Masalah ini disebabkan oleh dua jenis ketergantungan, yaitu perekonomian eksternal yang statis dan perekonomian eksternal yang dinamis, alternatif pemecahannya adalah munculnya barang publik. J. STRUKTUR EKONOMI Kebijakan yang terdesentralisasi akan mengakibatkan biaya yang terlalu tinggi dan tidak efisien. Dapat terjadi pada sebuah proyek pembangunan sistem transportasi kereta api dan pembangunan jalan bebas hambatan. Akibatnya terjadi excess capacity kedua bangunan tersebut. Perkembangan yang terjadi dalam sebuah perekonomian sering kali memiliki sifat yang kumulatif daripada bersifat menyeimbang. Kesimpulan perubahan sistem harga harus dilakukan sehingga mampu memberikan sinyal yang baik kepada para pelaku ekonomi. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 14 K. METODE PERENCANAAN DENGAN KONDISI DAERAH Aspek penting sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan adalah sistem perekonomian yang semakin terpisah-pisah, sektor industri belum berkembang, besarnya proporsi perdagangan luar negeri, serta kebutuhan luar negeri, serta kebutuhan reformasi lembaga pemerintahan yang semakin besar. Robinson memberikan 2 pendekatan, yaitu pertama, pendekatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan pada daya tarik pengembangan perumahan dan industri, kedua pembangunan ekonomi agar dilaksanakan untuk membangun penduduk lokal yang dirugikan oleh aktivitas pembangunan sebelumnya. Pembagian oleh robinson memandang bahwa pembangunan ekonomi daerah merupakan pembangunan yang bersifat process oriented dimana pembangunan dilakukan mencakup pembentukan lembaga/institusi baru, pembangunan industry alternative, pengembangan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan produk yang berkualitas, transfer teknologi dan pertumbuhan. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 15 A. PERENCANAAN JANGKA PENDEK PADA AWAL KEMERDEKAAN Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang dibentuk dengan Penetapan Presiden (Penpres) No. 3 Tahun 1947 yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta, dengan anggota A.K Gani, Mohammad Roem, Sjafroedin Prawiranegara, menghasilkan suatu dokumen perencanaan yang disebut Dasar Pokok daripada Plan Mengatur Ekonomi Indonesia. Perencanaan tersebut merupakan awal dari perencanaan jangka pendek,menengah dan jangka panjang yang selanjutnya kita kenal dalam sejarah perencanaan kita. 1) Plan Mengatur Ekonomi Indonesia (1947) Dengan penetapan Presiden No. 3 tanggal 12 April 1947, Presiden Republik Indonesia memutuskan unutk membentuk Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang diketuai oleh Wakil Presiden. Panitia tersebut bertugas menyusun Plan Mengatur Ekonomi Indonesia. Program yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat yang merata, melalui cara: (a) mengintensifkan usaha produksi; (b) memajukan perdagangan internasional; (c) meningkatkan standar hidup masyarakat dan; (d) meningkatkan kecerdasan bangsa. Tujuan ini dicapai melalui kegiatan : 1. Meningkatkan impor barang sandang, alat transportasi dan perhubungan, barang modal dan barang-barang keperluan lainnya, 2. Meningkatkan ekspor yang diprioritaskan pada hasil perkebunan hasil kehutanan, minyak dan logam, 3. Memperbaiki organisasi ke dalam melalui : (i) penetapan upah minimum, (ii) perbaikan perumahan rakyat, (iii) transmigrasi, (iv) peningkatan pembangunan jalan dan kereta api baru, bendungan, tenaga listrik dan pelabuhan, (v) industrialisasi, (vi) tambang dan minyak tanah, (vii) industri pertanian, (viii) pertanian dan perikanan, (ix) penanaman hutan, (x) pelayaran dan perhubungan antar pulau. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 16 Panitia pemikir siasat ekonomi ini dibagi atas 8 bagian, yaitu : Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian 7 Bagian 8 : Soal Ekonomi Umum : Hal ikwal Perkebunan : Industri, Tambang dan Minyak : Harta Benda Asing : Hal ikwal Keuangan : Listrik, Kereta Api dan Tram : Perburuhan : Daerah Pendudukan Belanda Pada tanggal 25 Maret 1947, tiga bulan setelah Surat Keputusan Presiden tentang Pembentukan Panitia Pemikir Siasat Ekonomi ini ditandatangani, Perang Kemerdekaan I mulai berkecamuk. Rencana ini tidak menyebutkan batas waktu sehingga tidak dapat dikatakan apakah jenis rencana ini merupakan rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Di samping itu materi pembicaraan dari para kelompok Panitia Pemikir juga masih sangat sederhana dan sering tidak disertai data-data yang lengkap. Biaya untuk perencanaan ini diharapkan diperoleh dari : a. Pemerintah yang terdiri dari: pinjaman dalam negeri dan tabungan masyarakat. b. Pinjaman Luar Negeri c. Penyertaan Perusahaan-perusahaan swasta. Plan mengatur ekonomi ini dalam pelaksanaannya mengalami banyak gangguan, antara lain : a. Terjadinya Perang Kemerdekaan I dilancarkan pada tanggal 21 Juli 1947, hanya empat bulan setelah ditandatangani Persetujuan Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947. Perang kemerdekaan I berakhir pada tanggal 1 Agustus 1947 setelah Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata kepada pemerintah. b. Pemberontakan komunis pada tanggal 18 September 1948 yang berpusat di kota Madiun. 2) Rencana Kasimo (1948-1950) Dalam kedudukannya sebagai Menteri Muda Kemakmuran, I.J.Kasimo menyusun rencana pertama yang berdimensi waktu, yaitu rencana produksi PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 17 jangka menengah (3 tahun) dari tahun 1948-1950. Konsep perencanaan yang sangat sederhana ini bertujuan untuk menanggulangi keadaan darurat pada waktu itu, mengingat perang masih terus berkecamuk. Menurut Rencana Kasimo, swasembada pangan dilakukan melalui usaha intensifikasi dengan menggunakan bibit unggul, maupun usaha ekstensifikasi di daerah-daerah yang masih banyak lahan tidurnya. 3) Rencana Urgensi Perkembangan Industri dan Industri Kecil (1951-1952) Rencana ini didasarkan atas pemikiran bahwa industrialisasi dipandang sebagai bagian yang integral dari kebijakan umum untuk menambah kekuatan ekonomi rakyat Indonesia sebagai dasar perkembangan ekonomi nasional yang sehat. Dalam rencana ini industri besar diharapkan dapat menciptakan extenal economies sehingga dapat merupakan faktor yang strategis untuk perkembangan sektor-sektor lainya. Konsep dasar rencana ini meliputi kegiatan: a) memperbaiki dan memperluas balai penelitian dan pendidikan untuk mempercepat perkembangan industri, b) menambah pinjaman kepada perusahaan kerajinan rumah tangga dan industri kecil untuk memperkuat kedudukan ekonomi dan memungkinkan meningkatkan mekanisme perusahaan, c) mendirikan induk-induk perusahaan dengan bantuan langsung dari pemerintah di pusat industri di daerah agraria, d) mendirikan perusahaan industri besar pada sektor-sektor yang dipandang penting dengan biaya pemerintah dan swasta. B. RENCANA JANGKA MENENGAH Dalam rencana Jangka menengah tercakup aspek pembangunan yang lebih luas dari rencana pembangunan sebelumnya. Di lihat dari metode perencanaan, maka RPLT (1956-1960) disusun lebih jelas dan sistematis. Namun masalah yang dihadapi dalam rencana pembangunan ini adalah masalah klasik yaitu pembiayaan. Pembiayaan pembangunan direncanakan untuk digali dari sumber dalam negeri dan pinjaman luar negeri termasuk hibah dan pampasan perang Jepang. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 18 1) Rencana Pembangunan Lima Tahun (1956-1960) Walaupun rencana Undang-undang tentang PRLT (1955-1960) telah disetujui oleh DPR pada tanggal 1 November 1958, ternyata di dalam perjalanan memerlukan perubahan. Perubahan-perubahan ini berkisar pada sumber pembiayaannya, mengingat situasi selama periode tersebut kurang stabil yang disebabkan karena 4 hal, yaitu : a) Sengketa mengenai Papua, memerlukan biaya yang tidak sedikit b) Perkiraan biaya untuk RPLT yang didasarkan pada tahun-tahun sebelumnya yang dianggap “normal” akibat dari Korea Boom ternyata meleset c) Data-data statistik yang kurang akurat d) Jangka waktu rencana yang cukup panjang (5 tahunan) mengakibatkan perkiraan yang salah atau menyimpang dari rencana Keadaan ini mengakibatkan cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan. Untuk itu pemerintah terpaksa memperketat impor, yang bukan saja impor barang-barang konsumsi tetapi juga barang-barang modal. Kekurangan impor barang-barang modal ini menambah makin parahnya pelaksanaan RPLT. Keadaan politik dalam negeri juga mempengaruhi pelaksanaan RPLT. Adanya ketegangan-ketegangan antara pusat dan daerah yang mengakibatkan daerah menentukan kemauannya sendiri. Semuanya ini sangat merugikan pendapatan negara. 2) Dewan Perancang Nasional (Depernas) Dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1958 dibentuklah Dewan Perencanaan Nasional yang pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1959. Rencana pembangunan yang akan disusun oleh Dewan Perancang Nasional ini bersifat menyeluruh (overall-planning). Tugas Dewan Perancang Nasional adalah : a) Mempersiapkan rancangan UndangUndang Pembangunan Nasional yang berencana; b) Menilai penyelenggaraan pembangunan yang bersangkutan. Pimpinan Dewan Perancang Nasional membentuk seksi pembangunan untuk menyiapkan perencanaan pembangunan di bidang kemasyarakatan, kenegaraan, pertahanan dan ekonomi keuangan. Depernas mulai bekerja pada tanggal 28 Agustus 1959 dan dalam waktu 10 bulan Depernas telah berhasil PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 19 menyusun rumusan akhir mengenai rencana pembangunan nasional semesta tahapan pertama (1961-1969). 3) Rencana Pembangunan Semesta Berencana Tahapan Pertama (19611969) Rencana pembangunan semesta berencana ini adalah rencana jangka menengah yang terpanjang dalam sejarah perencanaan pembangunan di Indonesia. Jangka waktu 8 tahun, jangka waktu yang cukup panjang dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu. Rencana pembangunan jangka menengah ini ditentukan melalui Ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama (1961-1969). Tujuan pembangunan nasional semesta berencana adalah untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau pada waktu itu disebut masyarakat sosialis ala Indonesia. Berdasarkan tujuan tersebut, Depernas berusaha untuk mengatasi faktor-faktor yang menghambat dan merugikan pembangunan serta merintis jalan untuk melancarkan pembangunan di segala bidang kehidupan dan penghidupan. Dalam perjalanan pembangunan nasional semesta berencana diperlukan kesinambungan perencanaan di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan suatu badan perencanaan yang lebih berwibawa dan mempunyai wewenang untuk mengoordinasikan perencanaan sektoral dan regional serta melakukan pengawasan dan penilaian atas rencana yang disusun. Karena itu, dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, melalui Penetapan Presiden RI No. 12 Tahun 1963. Penetapan Presiden diperbaharui secara berturut-turut dengan Penetapan Presiden No. 31 Tahun 1965, Keputusan Presiden No. 80 Tahun 1967 dan Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1973. Oleh karena itu, melalui Keputusan Presiden No. 19 Tahun 1964 dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang bertugas mengoordinasikan perencanaan di daerah. Untuk menanggulangi masalah ini pemerintah mengambil tindakan di bidang moneter yaitu melakukan sanering yang kedua pada bulan Desember 1968 melalui penetapan nilai rupiah Rp. 1000 menjadi Rp. 1. Tingginya tingkat inflasi ini sangat menyulitkan pembangunan proyek-proyek yang direncanakan, PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 20 mengingat harga-harga barang ditambah lagi dengan pemberontakan G-30-S PKI yang meporak-porandakn seluruh sistem yang ada. Akhirnya rencana pembangunan semesta berencana ini menghadapi kegagalan total. C. TIM STABILITAS EKONOMI Sebagai langkah pertama ke arah pelaksanaan usaha-usaha tercapainya stabilitas ekonomi, pemerintah telah mengambil tindakan sebagai berikut : a. Penyederhanaan dan penyempurnaan aparatur pemerintah b. Meningkatkan penerimaan pajak c. Penghematan pengeluaran pemerintah d. Penyehatan perkreditan e. Penangguhan utang-utang luar negeri f. Mengusahakan kredit luar negeri g. Mengusahakan devisa pemerintah secara rasional h. Meningkatkan ekspor i. Memperbaiki sistem impor dan meningkatkan penerimaan negara dan bea impor j. Membenahi bidang harga, tarif dan subsidi di bidang moneter Program yang dilaksanakan pertama tentu saja mengendalikan tingkat inflasi yang kemudian disusul dengan program-program lainnya seperti pencukupan kebutuhan pangan, rehabilitasi prasarana ekonomi, peningkatan ekspor, dan pencukupan kebutuhan sandang. Usaha-usaha ini juga di barengi dengan penataan keuangan negara seperti pemisahan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Selama Orde Baru, pengeluaran dilaksanakan dengan sistem anggaran defisit yang kekurangannya dibiayai pencetakan uang. Keadaan ini lebih mendorong inflasi dalam negeri sehingga perlu dirombak menjadi pengeluaran dengan sistem anggaran berimbang yang dinamis, yang berarti pengeluaran sama dengan penerimaannya. Kebijakan lain yang ditempuh adalah mengubah ekonomi dari ekonomi terpimpin keekonomi berorientasi pada mekanisme pasar. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 21 A. PENDAHULUAN Otonomi daerah menuntut agar perencanaan dan keuangan daerah yang komprehensif dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratis, desentraliasi dan partisipasi masyarakat. Otonomi dan desentralisasi didukung oleh beberapa perubahan peraturan perundangan, antara lain : a. UU 17/2003 Keuangan Negara b. UU 1/2004 Perbendaharaan Negara c. UU 25/2004 Sistem Perencanaan Pembangunaan Nasional d. UU 33/2004 Perimbangan Keuangan e. UU 20/2004 Rencana Kerja Pemerintah Satuan alokasi anggaran dan anggaran berbasis kinerja adalah penyusunan anggaran yang didasarkan atas perencanaan kinerja, yang terdiri dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu entitas anggaran. B. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA Perencanaan adalah proses persiapan secara sistematis kegiatankegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Dari pengertian tersebut ada 4 elemen dasar perencanaan pembangunan yaitu, (1) merencanakan berarti memilih, (2) Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, (3) Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, (4) Perencanaan untuk masa depan. Perencanaan terpadu diartikan sebagai suatu perencanaan uyang disusun dengan melibatkan unit-unit yang lebih kecil dan memperhatikan aspek-aspek bidang lainnya. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 22 C. MACAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Perencanaan dikelompokkan berdasarkan: 1) jangka waktu; 2) sifat perencanaan; 3) alokasi sumberdaya; 4) tingkat keluwesan; 5) sistem ekonomi; 6) arus informasi; 7) dimensi pendekatan (Arsyad, 1999; Kunarjo). 1) Perencanaan Berdasarkan Jangka Waktu Dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Perencanaan jangka panjang (Perspektif). Rentang waktu 10-25 Tahun. Misalnya GBHN, Pola Dasar dan Pembangunan Daerah, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan nasional yang didalamnya terkandung (RPJP) b. Perencanaan jangka menengah. Rentang waktu 4 – 6 tahun UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan nasional yang didalamnya terkandung (RPJM). c. Perencanaan Jangka Pendek. Rentang waktu 1 tahun, perencanaan ini sering disebut juga rencana operasional tahunan. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan nasional yang didalamnya terkandung Rencana Kerja Pemerintah, APBN, dan APBD. d. 2) Perencanaan Berdasarkan Alokasi Sumber Daya Berdasarkan Pengalokasian sumber daya, dibagi menjadi dua bagian : a. Perencanaan Keuangan. Adalah teknik perencanaan berkaitan dengan pengalokasian uang. Keuangan adalah kunsi pokok implementasi perencanaan ekonomi. b. Perencanaan Fisik. Adalah usaha utuk menjabarkan usaha pembangunan melalui pengalokasian faktor-faktor dan hasil produksi sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan. Masukan (Input) Keluaran (Output) Primer (Fisik) : Staf Material Gedung Komputer, dll. Hasil (Outcome) Manfaat (Benefit) Dampak (Impact) Sekunder (Biaya, Rp): Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Gambar 9. Perencanaan Fisik dan Keuangan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 23 3) Perencanaan Berdasarkan Arus Informasi Di Lihat dari pelaksanaannya perencanaan dibagi menjadi : a. Perencanaan Sentralistik (Top Down Planning). Pusat yang mengendalikan pembangunan, menetap semua harga, upah, dll. b. Perencanaan Desentralistik (Bottom up Planning). Pusat merumuskan sesuai dengan rencana daerah. Rencana di tingkat daerah dirumuskan oleh Bappeda sesuai dengan potensi dan kondisi potensi daerah serta aspirasi masyarakat. Harga ditentukan oleh mekanisme posar. 4) Perencanaan Berdasarkan Tingkat Keluwesan Di Bagi menjadi dua : a. Perencanaan ini bersifat luwes. Pemerintah memberikan rangsangan kepada sektor swasta melalui hibah, pembebasan pajak. b. Perencanaan Imperatif, Kegiatan dan sumber daya ekonomi berjalan sesuai menurut komando negara. 5) Perencanaan Berdasarkan Sistem Ekonomi Dibagi Menjadi : a. Perencanaan dalam Kapitalisme, tidak difokuskan pada rencana yang terpusat. b. Perencanaan dalam sosialisme, diarahkan pada rencana yang terpusat. c. Perencanaan dalam Ekonomi Campuran, tidak bersifat menyeluruh seperti dalam pengertian perencanaan sosialis. Serta membagi perekonomian negara menjadi sektor pemerintah dan sektor swasta. 6) Perencanaan Berdasarkan Sifat Perencanaan Dibagi menjadi dua : a. Perencanaan dengan Komando (Planning by direction), menuntut adanya liberalism. Sistem ini pusat merencanakan, mengatur, memerintahkan mencakup keseluruhan perekonomian. b. Perencanaan dengan rangsangan (Planning by inducement), perencanaan yang demokratis, sistem ini dilakukan dengan memanipulasi pasar. 7) Perencanaan Berdasarkan Dimensi Pendekatan Terdiri dari : a. Perencanaan Makro. Perencanaan pembangunan nasional dalam skala menyeluruh. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 24 b. Perencanaan Sektoral. Dilakukan dengan pendekatan berdasarkan sektor. Sektor adalah kumpulan dari kegiatan atau program yang mempunyai persamaan ciri-ciri serta tujuan c. Perencanaan Regional. Menitik beratkan pada aspek lokasi dimana kegiatan dilakukan. d. Perencanaan mikro. Skala rinci dalam perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran rencana-rencana sektoral maupun regional ke dalam susunan proyek dan kegiatan-kegiatan. D. DOKUMEN TERKAIT DAN PENGANGGARAN Dokumen mempunyai tujuan yang pertama, dapat digunakan sebagai pemilihan program serta kegiatan prioritas. Kedua, landasan penentuan program dan kegiatan tahunan daerah. Ketiga, menjamin kesepakatan awal atau mengenai program dan kegiatan yang sudah dibahas secara partisipatif antar semua stakeholders pembangunan daerah. Dokumen tersebut berfungsi sebagai arahan dan rujukan pembangunan daerah. Perencanaan haruslah memperhatikan potensi, aspirasi, kondisi. Perencanaan Marjinal komprehensif adalah perencanaan yang bersifat menyeluruh tentang pembangunan daerah, baik yang dilaksanakan dengan sumber dana APBN, APBD, BLN, SWASTA, dan MASYARKAT. PRIORITAS KEBIJAKAN NASIONAL RENSTRAD A PROPENAS POLDAS VISI,MISI,TUJUAN PROPEDA REPETADA RAPBD REALITAS DAN KEBUTUHAN DAERAH LPJ RESTRA DINAS AKIP Gambar 10. Keterkaitan Dokumen Perencanaan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 25 E. KOORDINASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Koordinasi merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan, koordinasi bertujuan sebagai mensingkronkan antara kebijakan dan rencana tindak pelaksanaannya yang dilakukan oleh masing-masing lembaga organisasi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Koordinasi perencanaan dilakukan melalui 4 tahapan yaitu, metode perencanaan, antar tingkat perencanaan, proses perencanaan, usaha-usaha perencanaan. Tahapan Perencanaan terdiri dari : penyusunan kebijakan, penyusunan program, penyusunan pembiayaan, pemantauan dan evaluasi, penyempurnaan program pembangunan koordinasi antara tahap perencanaan pembangunan. Perencanaan sektoral memproyeksikan berbagai sasaran pembangunan sektor dalam mencapai pendapatan nasional yang ditentukan. Perencanaan sektoral sering menggunakan alat analisis input output dan linear program. Dalam melaksanakan pembangunan tidak dapat mengandalkan sumber pembiayaan dari pemerintah saja. Usha-usaha swasta harus dimotivasi dan diigerakkan dalam proses pembangunan. Untuk menggerakkan peran sektor swasta pemerintah harus memberikan rangasangan berupa kebijaksanaan perpajakn, retribusi, subsidi, kebijaksanaan harga, kebijaksanaan perijinan, dan upah. PERENCANAAN MAKRO kebutuhan Sektor keunggulan daerah kebutuhan Kaitan spasial Regional Aspek Ruang PERENCANAAN SEKTORAL Aspek Produktivitas PERENCANAAN REGIONAL PERENCANAAN MIKRO Input Output Outcome Benefit Impact Gambar 11. Koordinasi Antar Tingkat Perencanaan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 26 F. TEKNIK PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Perencanaan pembangunan ekonomi daerah terdiri dari 6 tahap yaitu, pengumpulan data dan analisis dan pembangunan daerah, pemilihan proyek pembangunan, pembuatan rencana tindakan, pemantauan rincian proyek, persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi (Tabel 2). Tabel 2 Teknik Perencanaan dan Penganggaran TAHAP I II III IV V VI KEGIATAN Pengumpulan dan Analisis Data Penentuan Basis Ekonomi Analisis Struktur Tenaga Kerja Evaluasi Kebutuhan Tenaga Kerja Analisis Peluang dan Kendala Pembangunan Analisis Kapasitas Kelembagaan Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah Penentuan Tujuan Kriteria Penentuan Kemungkinan-kemungkinan Tindakan Penyusunan Strategi Pemilihan Proyek–Proyek Pembangunan Indentifikasi Proyek Penilaian Viabilitas Proyek Pembuatan Rincian Tindakan Prapenilaian Hasil Proyek Pengembangan Input Proyek Penentuan Alternatif Sumber Pembiayaan Indentifikasi Struktur Proyek Penentuan Rencana Tindakan Pelaksanaan Studi Kelayakan Secara Rinci Penyiapan Rencana usaha (Bussiness Plan) Pengembangan, Monitoring, dan Pengevaluasian program Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan Implementasi Penyiapan Jadwal Implementasi Rencana Proyek Penyusunan Program Pembangunan Secara Keseluruhan Pemasaran kebutuhan Keuangan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 27 G. SUMBER PEMBIAYAAN Terdapat 4 faktor penting dalam penyusunan pembiayaan pembangunan daerah, yaitu (1) Sumber – sumber penerimaan daerah, (2) Tujuan dan arah, (3) Prinsip – prinsip, (4) Proses penyusunan. 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber yang ada dalam wilayah daerah tersebut. Sumber – sumber PAD terdiri dari : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi c. Hasil perusahaan milik negara d. Pendapatan asli daerah lainnya yang sah 2. Dana Perimbangan Pinjaman Daerah Dana perimbangan berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah melaksanakan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas : a. Bagian daerah dari penerimaan PBB dan BPHTB, dan penerimaan SDA b. DAU yang berasal dari APBN untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah c. DAK yang berasal dari APBN untuk membiayai kenutuhan khusus. 3. Pinjaman Daerah Segala macam transaksi yang menyebabkan daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang dan daerah berkewajiban untuk membayar kembali, dalam hal ini tidak termasuk jangka pendek yang lazim dalam perdagangan. 4. Lain – lain Penerimaan yang sah Berupa penjualan aset tetap daerah, penerimaan sumbangan dari pihak ketiga. Tujuan penggunaan anggaran pembangunan adalah untuk membiayai proyek-proyek yang diprioritaskan dalam angka : a) Menyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana b) Memperluas Lapangan Kerja c) Menunjang secara langsung atau tidak langsung program d) Mengembangkan kualitas sumber daya manusia e) Menjaga dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sarana dan prasarana PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 28 f) Meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri g) Memanfaatkan dan meningkatkan penguasaan IPTEK h) Mendukung upaya-upaya pelestarian SDA dan lingkungan Evaluasi kinerja proyek pembangunan merupakan bagian dari kegiatan manajemen pembangunan Evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data informasi sistem untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan. Dalam pelaksanaan evaluasi kinerja proyek pembangunan menggunakan indikatorindikator : 1) Indikator Masukan 2) Indikator Keluaran 3) Idikator Manfaat 4) Indikator Dampak Evaluasi Kinerja dibagi menjadi dua : 1) Tahapan Perencanaan, menggunakan analisis hirarkis yang disebut kerangka kerja logis, sehingga dapat mengetahui tingkat kelayakan proyeknya. 2) Tahapan Pasca proyek, dilakukan dengan melaksanakan studi evaluasi kinerja dari proyeksi pembangunan. Tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk menilai kelayakan dan pencapaian sasaran serta tujuan pembangunan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pasca proyek, melalui pendekatan : 1) Studi evaluasi kinerja 2) Hasil evaluasi kinerja digunakan sebagi umpan balik 3) Penilaian terhadap prosedur dan proses pelaksanaan proyek 4) Dibatasi pada proyek yang mempunyai tujuan akhir sama 5) Proyek yang diusulkan haruslah mencantumkan indikator dan sasaran serta kinerja 6) Evaluasi dilakukan penyusunan indikator dan sasaran kinerja proyek pembangunan Evaluasi terhadap kinerja proyek pembangunan memerankan beberapa funsi antara lain: PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 29 1) Memberikan informasi yang valid tentang kinerja proyek pembangunan. 2) Memberikan klarifikasi serta kritik terhadap nilai-nilai yang menjadi dasar sasaran dan tujuan, dengan mempertimbangkan manfaat dan dampak pembangunan terhadap kelompok sasaran, masyarakat, dan lingkungan. 3) Memberikan sumbangan pada applikasi serta analisis, perumusan, serta rekomendasi terhadap suatu kebijakan. UU 25/2004 UU 17/2003 UU 80/2003 Perpres No. 7/2005 UU 01/2004 PERENCANAAN PENGANGGARAN Bappenas, Bappeda Departemen Keuangan PELAKSANAAN Departemen/LPND PENGAWASAN Intern : BPKP, Irjen, Bawasda Ekstern : BPK, KPK, MASYARAKAT UU 15/2004 (BPK) UU 80/2003 (BKP, ITJEN, BAWASDA) Gambar 12. Hubungan Perencanaan dan Penganggaran PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 30 INVESTASI/LAYANAN UMUM PEMERINTAH INVESTASI MASYARAKAT BARANG JASA Kegiatan pembangunan yang Pemerintah menyediakan barang dan jasa yang belum dapat disediakan oleh dibiayai dan dilaksanakan oeh masyarakat secara mandiri. Secara umum, penyedian barang dan jasa dibagi masyarakat menjadi tiga aspek utama, yaitu Manusia, Usaha, dan Lingkungan Pembangunan oleh masyarakat harus berjalan sesuai dengan prinsip – prinsip kebersamaan, berkeadilan, berwawasan lingkungan, I. Pembangunan Manusia I. Pelayanan/Jasa a) Subsidi pendidikan berbentuk fisik. fisik. Manusia b) Tenaga Kesehatan c) Sistem Pendidikan, dll. berkesinambungan. c) Subsidi Sosial (Sesuai pasal 33 Ayat (4) UUD RI II. Pembangunan Usaha 1945) II. Palayanan/Jasa Pemb a) Sistem penyaluran modal b) Bantuan modal b) Mekanisme subsidibunga c) Subsidi Bunga. III. Pelayanan/Jasa Pemb Bidang III. Pembangunan Lingkungan (Sarana Prasarana) a) Jalan Lingkungan a) Sistem Pembangunan Infrastruktur b) Jembatan, dll) Tugas Pemerintah : mendorong memfasilitasi agar dan kegiatan masyarakat dapat tumbuh dan Bidang Usaha a) Pasar a) Mengatur, Bidang a) Gaji b) Subsidi Kesehatan Berbentuk kemandirian, serta Pemb Tugas Pemerintah : a) Wajib menyediakan barang dan jasa melalui “Kerangka Anggaran” berkembang b) Melalui “ Kerangka Regulasi” REGULASI MEKANISME DAN PELAKSANAAN ANGGARAN Diawasi oleh MA dan MK. Misalnya MK membatalkan berlakunya UU Tenaga Listrik yang dianggap merugikan masyarakat luas. Diawasi Oleh BPK, KPK, MENPAN, BPKP, Deputi Pengawasan ITJEN, BAWASDA Gambar 13. Mekanisme Pengawasan Pengadaan Barang dan Jasa PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 31 A. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas masyarakat dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan akurat. Pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah yang komprehensif dan terpadu, terdapat 2 syarat utama yang harus dipenuhi oleh pembuat rencana pembangunan. 1. Seluruh elemen masyarakat serta lembaga yang (akan) bertanggung jawab atas proses pembangunan harus dilibatkan dalam proses perencanaan sehingga setiap elemen tersebut dapat merasakan proses dan hasil pembangunan yang telah dilakukan. 2. Pemusatan area pembangunan ekonomi pada satu titik. Pemusatan ini tidak harus memperhatikan batasan wilayah suatu daerah, karena daerah A dapat bekerja sama dengan daerah B untuk membangun daerah B sebagai pusat industri namun daerah A bertindak sebagai supplier input bagi industri yang berada di kawasan B tersebut. B. DETERMINASI EFEKTIVITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN Di dalam melakukan perencanaan pembangunan, pembuat rencana akan memperhatikan beberapa hal yang berpotensi sebagai penghambat pelaksanaaan rencana tersebut maupun yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan. Beberapa faktor yang menjadi perhatian tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kondisi Lingkungan Efektivitas perencanaan pembangunan daerah ini mencakup beberapa sektor yaitu sosial dan budaya, ekonomi serta kondisi politik yang berkembang di daerah tersebut. Pada sektor sosial dan budaya, rencana yang telah dibuat akan efektif untuk diterapkan pada kondisi masyarakat yang memiliki tingkat kehidupan yang tinggi (quality of life). PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 32 2) Sumber Daya Perencana Pembangunan Kunci utama keberhasilan sebuah pembangunan terletak pada kualitas perencanaan pembangunan tersebut. Sektor yang harus memperoleh perhatian yakni sektor sumber daya alam yang terkandung di daerah tersebut, sektor sosial ekonomi serta sektor fisik dan infrastruktur. 3) Sistem Perencanaan Yang Dianut di Daerah Sudut perencanaan pembangunan berdasarkan : a. Berdasarkan ruang lingkup tujuan dan sasarannya. b. Berdasarkan jangkauan pembangunan. c. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaanya pembangunan. d. Berdasarkan hirarki penyusunan perencanaan, apakah secara top-down planning atau bottom up planning. Dilihat dari sisi ideologi yang dianut oleh wilayah tersebut, perencanaan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi tiga kategori besar, yaitu : a. Perencanaan yang bersifat kapitalis b. Perencanaan yang bersifat komunis c. Perencanaan yang bersifat sosialis 4) Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Biaya yang rendah dengan hasil yang optimal merupakan salah satu tujuan utama dilaksanakan pembangunan. Sehingga perencanaan pembangunan yang dilakukan harus mampu mengoptimalkan penggunaan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan memperhatikan sumber daya manusia yang menjalankannya. 5) Dana Pembangunan Kebutuhan dana ini memang tidak harus disediakan dana yang mencukupi untuk dilaksanakannya pembangunan. Kebutuhan dana tidak harus disediakan oleh pemerintah daerah sepenuhnya, Karena pemerintah dapat menarik investor dari luar untuk membangun perusahaan baru di daerahnya. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 33 C. TIPOLOGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN Blakley (1994) mengemukakan terdapat beberapa tipe pandangan dalam pembangunan ekonomi, pandangan pertama yang dikemukakan mengatakan bahwa pembangunan ekonomi yang dilakukan harus memperhatikan kebutuhan investor. Kedua, lebih memperhatikan pada kebutuhan lokal darerah. 1) Recruitment Planning Pada model ini Pemerintah Daerah berusaha untuk menarik minat investor untuk menamkan modalnya ke daerah. 2) Impact Planning Model perencanaan ini didasarkan atas penutupan perusahaan akibat pelarian modal ke luar daerah oleh investor terhadap tenaga kerja perusahaan. Jenis Perencanaan ini hanya bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek saja, mengingat untuk melakukan program penjamin bagi tenaga kerja ini membutuhkan dana yang besar. 3) Contingency Planning Model perencanaan ini merupakan model dari sudut pandang pembangunan ekonomi yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan lokal. Model ini merupakan model alternatif. Perencanaan ini akan efektif bila masyarakat yang inisiatif untuk melaksanakan pembangunan dan pemerintah berperan sebagai fasilitator. 4) Strategic Planning Perencanaan strategik yang merupakan perencanaan pembangunan yang memiliki jangka waktu yang panjang yang didasarkan pada kebutuhan daerah tersebut. Kondisi ini memberikan manfaat kepada pemerintah daerah karena pemerintah daerah tidak harus memberikan perlakuan khusus kepada calon investor yang bersedia untuk menanamkan modalnya di daerah D. TAHAP PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN Menurut Blakley (1994), terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah : 1. Pengumpulan data dan analisis. Pemerintah mampu untuk mengevaluasi kebutuhan daerah. 2. Pemilihan Strategi Pembangunan Ekonomi daerah. Pemerintah daerah harus menentukan tujuan akhir. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 34 3. Pemilihan rancangan pembangunan daerah. Pemerintah daerah melakukan indentifikasi terhadap proyek yang layak. 4. Pengembangan kegiatan perencanaan. Mempersiapkan input yang dibutuhkan oleh proyek 5. Penentuan kegiatan pembangunan secara detil. Melakukan studi kelayakan 6. Persiapan dan Pelaksanaan rencana pembangunan. Tahapan ini rencana kegiatan yang telah terseleksi diterjemahkan ke dalam proses pelaksanaan secara teknis yang mencakup jadwal pelaksanaan hingga penentuan program kegiatan pembangunan. E. INDENTIFIKASI DAERAH PERENCANAAN Pembangunan mencakup pemahaman terhadap kondisi tata ruang wilayah di daerah tersebut. 1) Rapid District Appraisal (RDA) Metode ini merupakan suatu cara bagi perencana untuk memperoleh data dengan melakukan dialog langsung dengan masyarakat daera yang berkepentingan. Prinsip utama dalam menggunakan RDA yaitu : a) Optimal Ignorance. Perencana harus memiliki skala perioritas. b) Proportionate Accuracy. Perencana harus mampu bersifat obyektif. 2) Indentifikasi Kebijakan Pembangunan Hal ini perlu dilakukan karena guna mengetahui berbagai kebijakan yang sedang diimplementasikan oleh pemerintah daerah atau yang pernah diimplementasikan dalam proses pembangunan. 3) Pemetaan Wilayah Daerah Pengetahuan yang baik oleh perencana mengenai daerah tersebut merupakan bukti perencana mampu memberikan hasil yang terbaik dalam perumusan rencana pembangunan daerah. 4) Indentifikasi Sumber Keuangan Daerah Terdapat 4 sumber pendanaan, yaitu : PAD, Pendapatan BUMD, pengelolaan kekayaan daerah, dan pendapata lain yang sah. Pembangunan ekonomi yang baik merupakan pembangunan daerah yang melibatkan penduduk daerah, karena masyarakat adalah innovator pembangunan, subyek, obyek pembangunan. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 35 F. ASPEK PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Aspek penting dalam pembangunan yaitu penentuan kebutuhan yang dihadapi oleh derah. Ada 2 kategori informasi yang dapat digunakan oleh perencana : 1) Analisa Berbasis Sosial Ekonomi Masyarakat Berusaha untuk menganalisa kondisi sosial ekonomi yang dihadapi oleh daerah. a) Demografi Area Fokus utama adalah kondisi penduduk di daerah tersebut. Analisa yang dilakukan terhadap kondisi penduduk bertujuan untuk mengetahui sektor apa yang menjadi dasar pengembangan ekonomi serta mengetahui target populasi yang akan bekerja di sektor tersebut sehingga dapat merumuskan kegiatan yang dapat mendukung pengembangan daerah. b) Kondisi Pasar Tenaga Kerja Analisis mengenai proses tarik menarik antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. c) Karakteristik Ekonomi Pengetahuan perencana mengenai keadaaan ekonomi dapat memberikan pemahaman bagi perencana menyangkut potensi daerah, kekayaan daerah. d) Tata Letak Letak Dan Kekayaan Alam Sangat berhubungan dengan sektor ekonomi, contoh kecil sebuah daerah berbasis wisata tidak dapat berkembang jika tidak dapat memberikan sarana transportasi yang baik e) Pelayanan Publik Seorang perencana harus dapat membedakan daerah dengan tingkat kualitas hidup tinggi dengan daerah yang memilki kualitas hidup rendah. Kaitannya dengan pelayanan publik, persepsi masyarakat dengan hal itu ialah sebagai kondisi sosial, tingkat pendidikan, serta tingkat kesehateraan. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 36 2) Metode Analisis Kuantitatif Metode ini digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian daerah. Ada beberapa metode dalam menganalisi perekonomian : a. Shift Share Analisis Metode ini menggambarkan hubungan yang dimiliki sebuah daerah dengan daerah lain. Tujuan untuk mengetahui produktivitas daerah tersebut. b. Location Quotient Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor. Xr LQ = RVr Xn RVn Ket : Xr = Jumlah tenaga kerja di industri X daerah Xn = Jumlah tenaga kerja di industry X level nasional RVr= Nilai variabel patokan daerah RVn = Nilai variabel patokan nasional Hasil perhitungan diartikan sebagai berikut : LQ > 1 = Daerah tersebut memiliki spesialisasi di sektor yang sedang diteliti dibandingkan sektor yang sama pada level nasional. LQ < 1 = Daerah tersebut bukan merupakan spesialisasi di sektor yang sedang diteliti dibandingkan sektor yang sama pada level nasional. LQ = 1 = Sektor tersebut terspesialisasi baik di tingkat nasional maupun di daerah. c. Analisis Hirarki Menggunakan skala Guttman untuk mengumpulkan data empiris pada tingkat kelompok masyarakat yang lebih kecil. Lebih lanjut analisis structural dapat dibagi dalam tiga sub-kelas. Pertama, menggunakan sistem ekonomi sebagai dasar analisa yang kemudian disebut sebagai differentiation. Sub kelas kedua, didasarkan pada tingkat solidaritas masyarakat yang dimiliki di daerah. Sub kelas ketiga, didasarkan pada keadaan ekonomi dan politik. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 37 d. Ukuran Pendapatan Regional Alat analisis ini dapat memberikan gambaran mengenai kesejahteraan ekonomi dimiliki daerah tersebut baik secara kelompok maupun individual. e. Analisis Basis Ekonomi Metode ini mengasumsikan bahwa daerah mampu melakukan ekspor ke seluruh dunia sehingga pertumbuhan ekonomi daerah akan tergantung dari besarnya ekspor yang dilakukan. Dalam metode ini perencana harus melewati beberapa tahapan hingga pada tahapan perhitungan : Base Multiplier = Total Pendapatan Pendapatan Sektor Usaha Dimana pendapatan merupakan penjumlahan pendapatan per sektor utama dengan pendapatan yang diterima oleh sektor non-utama. Base Multiplier = Total Pendapatan 1 − Proporsi Pendapatan Sektor Non − Utama Maka dengan memadukan proporsinya terhadap total pendapatan regional akan diperoleh formula : Regional Base Multiplier = 1 1 − ( Proporsi pengeluaran regional untuk sektor non utama) X (proporsi yang dapat menghasilkan pendapatan) Dengan memahami formula tersebut, dimana base multiplier merupakan penjumlahan dari rasio sektor utama dengan sektor non-utama perubahan total pendapatan daerah = (Perubahan Pendapatan di sektor utama) x regional base multiplier Dari formula diatas perencana dapat mengetahui perubahan apa yang terjadi pada pendapatan daerah ketika perencana melakukan pengembangan sektor tertentu. f. Input Output Suppliers Metode ini berusaha melacak berbagai pengeluaran yang dilakukan oleh satu sektor industyri di daerah. Tujuan guna mengetahui keterkaitan yang terjadi diantara sektor-sektor ekonomi PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 38 3) Kapasitas Pengembangan Ekonomi Masyarakat Untuk mampu melakukan penilaian terhadap masyarakat serta keinginan masyarakat untuk berkembang. Seorang perencana harus memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan lembaga yang terdapat dalam masyarakat : a) Institusi Yang Berbasis Masyarakat. Perencana fokus pada sistem yang berlaku dalam organisasi masyarakat. b) Struktur Ekonomi. Pemahaman perencana mengenai organisasi yang berhubungan langsung dengan perekonomian c) Lembaga Politik. Kapasitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam mendorong masyarakat untuk melaksanakan program pembangunan. d) Lembaga Keuangan. Pembiayaan proses pembangunan daerah melibatkan lembaga keuangan. Lembaga keuangan disini dianggap adalah Bank Perkreditan rakyat. e) Lembaga Pendidikan. Kualitas pendidikan yang diperoleh oleh penduduk sebuah daerah akan mempengaruhi kualitas ekonomi daerah di masa yang akan datang. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 39 Sistem ekonomi negara-negara di dunia sangat bervariasi. Ini bukan berarti sistem yang satu lebih baik daripada sistem yang lain, tetapi semuanya itu tergantung dari sistem politik yang berkembang di masing-masing negara pada zamannya. A. SISTEM EKONOMI YANG BEBAS DAN SISTEM EKONOMI YANG BERENCANA Sistem ekonomi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perekonomian bebas dan perekonomian berencana. 1) Perekonomian bebas Sistem ini dipelopori oleh Adam Smith dalam bukunya yaitu An Inquiry Into the Nature and Cause of Wealth of Nations (1776). Dalam sistem ini Adam Smith menolak adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Atau perekonomian bebas berkembang sesuai hukum alam. Terjadinya inflasi, penggangguran yang melanda perekonomian dunia pada tahun 1929, tidak dijelaskan dalam sistem ini sehingga ahli ekonomi Inggris John Mynard Keynes dalam bukunya “The General Theory of Employment Interest and Money” (1936) mengusulkan solusi pemecahannya. Bagaimanapun juga campur tangan pemerintah terutama dalam kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan perpajakan merupakan senjata untuk memerangi penggangguran. Dalam sistem ini produsen dan distribusi barang berjalan sesuai dengan permintaan dan penawaran, sehingga harga yang tebentuk merupakan hasil dari mekanisme pasar. Kelemahan-kelemahan dalam sistem perekonomian bebas yakni : 1. Pendapatan tidak terbagi secara adil. 2. Gaji dan upah buruh juga didasarkan pada mekanisme permintaan dan penawaran. 3. Ekonomi pasar ini akan menimbulkan fluktuasi perekonomian, yang sewaktuwaktu secara siklus akan membuat kebangkrutan perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan penggangguran bagi para pekerjanya. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 40 2) Ekonomi Berencana Walaupun negara yang sedang berkembang menginginkan ekonomi yang berencana tetapi tidak berarti bahwa mekanisme pasar dihilangkan sama sekali, sekurang-kurangnya negara dapat campur tangan dalam mengatur melalui kebijakan-kebijakan yang terarah. Kebijakan seperti tingkat bunga, pajak, subsidi dan lain-lain dapat mendorong swasta untuk berinvestasi sesuai yang dikhendaki oleh pemerintah. B. PERENCANAAN DALAM NEGARA YANG SEDANG BERKEMBANG 1) Kriteria negara Miskin Simon Kuznets mengusulkan tiga pengertian tentang keterbelakangan yaitu: Pertama, negara yang mengalami kegagalan memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan menggunakan tingkat pengetahuan teknologi yang ada. Kedua, negara miskin dapat berarti keterbelakangan dalam kinerja ekonominya dibanding dengan negara maju. Ketiga, negara miskin dapat berarti miskin dalam bidang ekonomi atau kegagalan untuk menyediakan biaya hidup yang memadai bagi sebagian terbesar penduduk. Beberapa sebab Kemiskinan di Negara yang Sedang Berkembang: 1. Tingkat pendapatan perkapita yang rendah 2. Mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi (± 2% per tahun) 3. Sebagian besar dari tenaga kerja bekerja di sektor pertanian 4. Terbelenggu dalam lingkaran setan Alasan lain mengapa suatu negara menjadi miskin adalah karena kurangnya sumber-sumber alam yang dimiliki negara yang bersangkutan, tingkat kepadatan penduduk. Ragnar Nurske bahwa The Country is poor negara satu dibandingkan dengan or, because it is poor. Apabila dikaji lebih lanjut, kenyataannya suatu negara menjadi miskin karena terbelenggu dalam lingkaran setan atau lingkaran yang tidak berujung pangkal. Yang dapat menghindarkan dari kemiskinan adalah kemauan pemerintah dalam mengorganisasikan SDM dan SDM untuk mencapai sasaran yang terpadu secara efisien. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 41 2) Lingkaran Setan Dalam pendapatan lingkaran yang setan, rendah. pokok pangkal Pendapatan dari yang kemiskinan rendah bukan adalah hanya mempengaruhi tingkat tabungan yang rendah, tetapi juga mempengaruhi tingkat pendidikan, kesehatan yang rendah sehingga produktivitas sumberdaya yang ada juga menjadi rendah. Investasi dan peningkatan produktivitas merupakan faktor yang tidak bisa lepas dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan investasi oleh masyarakat suatu negara tidak bisa lepas dari kemampuan masyarakat untuk menabung. Dalam teori pertumbuhan selalu ditujukan kepada 2 segi khusus, yaitu : a. Pengembangan tabungan b. Peningkatan investasi serta produktivitas Karena itu agar lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan investasi yang cukup memadai. Dan untuk itu secara nasional diperlukan tingkat tabungan yang cukup meningkatkan pendapatan perkapita. Menurut Henry C. Bruton untuk meningkatkan tabungan, dilakukan dengan cara : a. Dorongan moral untuk melakukan tabungan. b. Memberikan rangsangan langsung untuk menabung c. Meningkatkan kesempatan menanam modal d. Mengenalkan lembaga keuangan. 3) Perlunya Pembangunan Pembangunan harus diartikan lebih dari pemenuhan kebutuhan materi di dalam kehidupan manusia. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan hanya menciptakan peningkatan pada produksi nasional riil, tetapi juga harus ada perubahan dalam kelembagaan, struktur administrasi, perubahan sikap dan bahkan kebiasaan. Pembangunan ekonomi adalah sebagai perubahan yang meningkat pada kapasitas produksi nasional. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya dilihat secara materiil, seperti meningkatnya pendapatan perkapita tetapi juga peningkatan formasi modal non materiil. Pembangunan di negara-negara berkembang masih mempunyai hambatan-hambatan. Hambatannya antara lain : PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 42 a. Hambatan alam (kekurangan sumber-sumber daya alam). b. Hambatan yang berhubungan dengan ciptaan manusia (kekurangan peraturan yang mendukung). c. Hambatan Objektif (Kekurangan modal). d. Hambatan Subjektif (kekurangan jiwa kepemimpinan). 4) Perencanaan Sebagai Suatu Alternatif Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu. Perencanaan Ekonomi baru dikenal tahun 1950-an, terutama oleh negara-negara yang sedang berkembang. Perencanaan di negara dengan perekonomian bebas menggunakan mekanisme harga pasar sebagai indikator untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan produksinya. Banyaknya Pelaku ekonomi dikuasai oleh swasta maka pengendalian oleh pemerintah biasanya dilakukan dengan menciptakan kebijakan. Pada Negara Sosialis, sebagian besar pelaku ekonomi dikuasai oleh negara, sehingga negara dapat merencanakan secara menyeluruh mulai dari tingkat produksi sampai tingkat distribusi. Tony Killick mengidentifikasikan terdapatnya 6 sifat dalam perencanaan pembangunan nasional, yaitu : 1. Perencanaan pembangunan menyajikan tujuan kebijakan pemerintah, terutama dengan penekanan pada pembangunan ekonomi. 2. Strategi untuk pencapaian tujuan harus dikenali. 3. Suatu rencana harus dilaksanakan secara konsisten menurut pedoman yang terarah. 4. Perencanaan mencoba untuk memahami dan mempengaruhi seluruh kehidupan perekonomian. 5. Suatu rencana menggunakan suatu model ekonomi makro untuk meramal suatu kinerja perekonomian yang diinginkan. 6. Perencanaan dibagi menurut jangka waktu tertentu. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 43 Perencanaan terdiri dari berbagai tingkat. Dilihat dari segi luas wilayah, perencanaan dibagi menjadi dua yaitu: a) Perencanaan Nasional; b) Perencanaan Daerah. Perencanaan Nasional disusun oleh lembaga perencanaan yang di masing-masing negara mempunyai organisasi yang berlainan. Jenis lain tentang penyusunan perencanaan adalah perencanaan yang komprehensif dan parsial. Perencanaan Komprehensif yaitu suatu perencanaan yang menyeluruh dan integrated, sedangkan Perencanaan Parsial yaitu perencanaan yang sepotongpotong walaupun satu sama lain sambung menyambung secara rekoordinasikan. Dari segi waktu, perencanaan dilaksanakan dalam jangka panjang, jangka menengah dan pendek. A. MACAM-MACAM PERENCANAAN Perencanaan dapat di susun berdasarkan empat kriteria, antara lain : 1) Jangka Waktu; 2) Ruang Lingkup; 3) Tingkat Keluwesan; 4) Arus Informasi 1) Dilihat dari Jangka waktu Perencanaan dapat dibagi menjadi tiga jenis : a) Perencanaan Jangka Panjang (sekitar 10 sampai dengan 25 tahun) Di Indonesia, Garis-Garis Haluan Negara (GBHN) dapat dikategorikan sebagai perencanaan jangka panjang. Dalam perencanaan Jangka Panjang ini sasarannya belum dapat disajikan secara kuantitatif hanya biasanya dicerminkan dengan sasaran yang kualitatif, yaitu merupakan kebijakan yang akan ditempuh. b) Perencanaan Jangka Menengah Perencanaan Jangka Menengah biasanya dikaitkan dengan kebutuhan secara politis yang didasarkan karena jangka waktu yang disesuaikan dengan jabatan penguasa pemerintahan. Biasanya jangka waktu 5 tahunan adalah jangka waktu yang ideal mengingat presiden dan kabinetnya akan memerintah paling sedikit lima tahun. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 44 Perencanaan Jangka Menengah mempunyai kurun waktu 4 sampai 6 tahun. Dalam perencanaan jangka menengah, walaupun sasarannya masih bersifat umum, tetapi secara kasar telah dapat dilihat arah sasaran sektor dan sub sektornya. c) Perencanaan Jangka Pendek Perencanaan Jangka Pendek atau juga Perencanaan Operasional Tahunan biasanya mempunyai kurun waktu 1 tahun. Dilihat dari sudut penyimpangan antara rencana dan sasaran yang akan dicapai, perencanaan jangka pendek mempunyai penyimpangan yang lebih kecil dibandingkan perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Bintoro Tjokroamidjojo menyebutkan bahwa perencanaan operasional tahunan merupakan mdifikasi dari cara rolling plan. Rolling plan adalah perencanaan yang pada tiap akhir tahun pelaksanaan rencana dilakukan perubahan serta penyesuaian kembali dari perkiraan sasaran program dan proyek untuk rencana tahun berikutnya. 2) Dilihat dari Ruang Lingkup Perencanaan dapat dibagi menjadi tiga bagian,yaitu : a) Perencanaan Agregatif atau Komrehensif Perencanaan agregatif atau meliputi perencanaan seluruh perekonomian global. Perencanaan ini dimulai dengan proyeksi peningkatan pendapatan atau produksi nasional dalam periode tertentu. Menurut Albert Waterson, perencanaan komprehensif bagi negara-negara yang sedang berkembang agaknya terlalu ambisius. Negara-negara yang sedang berkembang cenderung memulai dengan perencanaan-perencanaan parsial, yaitu project by project. Perhitungan untuk pertumbuhan ekonomi seperti Capital Output Ratio merupakan kelemahan apabila dipergunakan sebagai cara untuk meningkatkan sulit pendapatan. Perencanaan Komprehensif secara teknis lebih sulit dari perencanaan parsial dan juga tidak selalu bermanfaat untuk negara-negara yang sedang berkembang. b) Perencanaan Parsial Perencanaan ini dimulai secara sepotong-sepotong melalui pembangunan program atau proyek-proyek yang biasanya untuk menanggulangi PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 45 sasaran jangka pendek, misalnya untuk meningkatkan ekspor impor, menanggulagi kemiskinan dan lain sebagainya. 3) Dilihat dari Tingkat Keluwesan Perencanaan Perencanaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a) Perencanaan Preskriptif Perencanaan seperti ini biasanya sangat kaku, sasarannya harus dapat dicapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Perencanaan preskriptif biasanya dilaksanakan oleh negara yang menganut sistem sosialis totaliter. b) Perencanaan Indikatif Perencanaan Indikatif adalah perencanaan yang sasarannya merupakan indikasi dari apa yang diinginkan untuk dicapai. Perencanaan ini mempunyai persyaratan seperti : 1) Mengarah pada tujuan; 2) Mempunyai urutan prioritas; 3) Tidak didasari atas model yang kaku. Negara yang sedang berkembang, yang data-datanya biasanya kurang lengkap, menerapkan perencanaan indikatif, termasuk Indonesia. 4) Dilihat dari Arus Informasi Perencanaan dapat dibagi menjadi 2 kategori : a) Perencanaan dari atas ke bawah ( top down planning) b) Perencanaan dari bawah ke atas ( bottom up planning) Perencanaan tingkat mikro, digunakan untuk menunjang pencapaian sasaran perencanaan makro. Apabila alokasi dari “atas” berlebihan dari yang seharusnya dibutuhkan, maka akan timbul penciptaan proyek yang tidak efisien, dan menyimpang dari sasaran makronya. Sebaliknya, perencanaan dari bawah ke atas mempunyai kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya sasaran program yang tidak konsisten atau seimbang sehingga tidak mencapai manfaat yang maksimal. B) SYARAT-SYARAT PERENCANAAN YANG BAIK Persyaratan perencanaan pembangunan yaitu sebagai berikut : 1) Perencanaan harus didasari dengan tujuan pembangunan; 2) Perencanan harus konsisten dan realistis; 3) Perencanaan harus dibarengi dengan pengawasan yang kontiniu; 4) Perencanaan harus mencakup aspek fisik dan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 46 pembiayaan; 5) Para perencana harus memahami berbagai perilaku dan hubungan antar variabel ekonomi; 6) perencanaan harus mempunyai koordinasi. 1) Didasari Tujuan Pembangunan Tujuan pembangunan berbeda antar negara dan antar negara yang menganut sistem ekonomi yang satu dengan yang lain. Negara sosialis akan memilih tujuan pembangunnan yang berbeda dengan negara-negara yang menganut sistem perekonomian campuran atau negara-negara maju atau yang sedang berkembang. Secara umum terutama negara-negara yang sedang berkembang, pembangunan biasanya mempunyai tujuan yang meliputi hal-hal pokok seperti : (a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi (b) Meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat (c) Meningkatkan kesempatan kerja (d) Meningkatkan pemerataan pembangunan antar daerah 2) Konsisten dan Realistis Kebijakan pengeluaran anggaran yang disesuaikan dengan penerimaannya merupakan usaha untuk melaksanakan perencanaan yang lebih realistis. Indonesia mempunyai pengalaman dengan pengeluaran yang melebihi penerimaannya atau yang sering disebut defisit spending. Usaha ini kurang berhasil karena mengakibatkan adanya tekanan inflasi. 3) Pengawasan yang Kontiniu Perencanaan tanpa pengawasan akan mengakibatkan penyimpanganpenyimpangan yang justru akan merugikan perencanaan itu sendiri. Pengawasan dapat dilakukan secara preventif maupun represif. Perencanaan secara preventif adalah pengawasan yang dilakukan secara built in dengan perencanaanya. Perencanaan secara represif dapat dilakukan secara intern yaitu pengawasan dari pimpinan langsung kepada bawahannya maupun secara ekstern yaitu yang dilakukan oleh Badan Pengawas di luar instansinya. 4) Mencakup Aspek Fisik dan Pembiayaan Perencanaan mencakup pengeluaran uang, tetapi juga sasaran yang akan dicapai dengan sejumlah uang yang dikeluarkan. Kebutuhan masyarakat terdiri dari kebutuhan fisik dan non fisik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu direncanakan secara konsisten dan menurut prioritas. Dengan biaya yang PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 47 terbatas seorang perencana harus mampu untuk melakukan pilihan menurut skala prioritas dari kebutuhan fisik yang diperlukan. 5) Memahami Berbagai Perilaku dan Hubungan Antar variabel Ekonomi Perencanaan berarti pula membuat suatu proyeksi. Proyeksi merupakan hasil dari koordinasi beberapa variabel yang berkaitan, walaupun masingmasing mempunyai ciri-ciri yang berlainan.dalam koordinasi antar variabel, yang paling sulit adalah memilih variabel yang mempunyai hubungan satu sama lain. Beberapa hubungan variabel dapat dibedakan antara lain : 1. Hubungan Kausal. Yaitu dua variabel atau lebih yang apabila terjadi perubahan variabel yang satu dapat mempunyai dampak terhadap perubahan variabel yang lain, tetapi tidak terjadi sebaliknya. 2. Hubungan Fungsional. Yaitu dua variabel atau lebih yang dapat mempengaruhi variabel lainnya dan terjadi pula sebaliknya. 3. Hubungan karena perilaku manusia. Yaitu perubahan pada suatu variabel dalam pengaruhnya terhadap perubahan variabel lainnya berbeda-beda tergantung dari perilaku manusia. 4. Hubungan Akunting. Yaitu seimbang pada sisi yang satu dengan sisi lainnya seperti pada pembukuan. 5. Hubungan Teknis. Yaitu hubungan yang dihasilkan oleh teknologi di mana selama teknologi yang ada belum berubah, maka dua variabel tersebut mempunyai koefisien teknis yang tetap. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 48 Pentingnya koordinasi adalah untuk menghindari inkonsistensi antar kebijakan, antar perencanaan dan pelaksanaan. Proses perencanaan mempunyai pentahapan yang panjang, maka pentahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Penelitian tentang Sumber Daya Alam Penentuan Tujuan Menjabarkan dalam program-program Menyusun Kebijakan Pelaksanaan Penilaian Revisi apabila Diperlukan Evaluasi Keberhasilan Gambar 14. Siklus Proyek A. POLITIK DAN PERENCANAAN Rencana adalah merupakan proyeksi. Penyusunan rencana menggunakan metode perhitungan matematik, statistik, input output dan metode PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 49 perhitungan lainnya. Penyusunan rencana adalah sangat kompleks dan bahkan kadang-kadang berhadapan dengan konflik di antara para aktor yang menangani penyusunan rencana itu. a) Koordinasi Metode Perencanaan Dalam tahap penyusunan rencana yang berkaitan dengan penentuan strategi pembangunan diperlukan koordinasi untuk menghindarkan inkonsistensi antarpola pikir para perencana dan wakil-wakil rakyat yang mempunyai latar belakang berbeda. b) Konflik Dalam Kelembagaan Rencana pembangunan melibatkan 4 lembaga yakni Bappenas Departemen Keuangan, Departemen teknis, Lembaga Legislatif dan kelompok masyarakat yang terlibat. Bappenas dan Departemen Keuangan adalah lembaga yang menyusun Departemen teknis adalah rencana dan pembiayaan secara terpusat. lembaga yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program, sehingga lembaga ini bertanggung jawab untuk mempersiapkan program dari awal. Lembaga legislatif adalah DPR yang mempunyai 3 fungsi pokok: 1) Fungsi Legislatif (membuat peraturan perundangan); 2) Fungsi Anggaran; 3) Fungsi Pengawasan. Kelompok masyarakat yang terlibat adalah kelompok yang mempunyai kepentingan dari program-program yang disusun oleh Bappenas dan Departemen Keuangan. Penyusunan rencana telah dirancang agar : 1) Rencana harus mempunyai arah dalam ekonomi yang menekankan pada penggunaan sumber-sumber dalam masyarakat; 2) Rencana harus mempunyai tujuan, antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan kesempatan kerja, stabilitas harga dan kebijakan moneter yang lain. Karena itu, penyusunan rencana tidak dapat dipisahkan dari unsur politik. c) Koordinasi Antar Tingkat Perencanaan Dalam perencanaan dapat dibagi menjadi kelompok perencanaan yang satu sama lain berkaitan. Kelompok perencanaan tersebut adalah: a) Perencanaan Makro; b) Perencanaan Sektoral; c) Perencanaan Regional dan d) Perencanaan Mikro atau proyek. Koordinasi antara perencanaan makro dengan perencanaan mikro (proyek) disebut koordinasi vertikal, sedangkan koordinasi antara perencanaan sektoral dengan perencanaan regional disebut koordinasi horizontal. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 50 Perencanaan Makro yakni mengoordinasikan hubungan variabelvariabel ekonomi mengenai tingkat konsumsi, investasi, baik investasi pemerintah maupun swasta, tingkat ekspor, impor, perpajakan, tingkat bunga dan lain sebagainya. Perencanaan ini disusun oleh BAPPENAS, sebagai pedoman pembuatan kebijakan maupun pelaksanaan proyek pembangunan. Teknik untuk perhitungan-perhitungan dengan menggunakan proyeksi secara agregat dalam hubungan dengan variabel ekonomi. Perencanaan Sektoral yakni memproyeksikan sasaran-sasaran pembangunan sektor dalam pencapaian sasaran pendapatan nasional yang telah ditentukan. Perencanaan ini disusun oleh BAPPENAS yang dipergunakan sebagai pedoman penyusunan rencana program dan proyek oleh departemen/lembaga. Teknik yang dipergunakan untuk perhitungan antar sektor ini dipergunakan input-output analisis atau teknik linear programming. Perencanaan Regional : Memproyeksikan perkiraan pertumbuhan untuk masing-masing propinsi dan proyek yang akan dibangun di propinsi yang bersangkutan dalam rangka keseimbangan pembangunan. Proyeksi mengenai pertumbuhan disusun oleh BAPPENAS setelah mendapat masukan dari bappeda masing-masing. Sedangkan penyusunan program atau proyek di propinsi disusun oleh BAPPEDA dan dikonsultasikan kepada BAPPENAS. Dalam penyusunan proyek regional perlu diperhatikan konsistensi antara proyek yang lainnya, agar satu sama lain tidak terjadi kelebihan atau kekurangan produksi. Untuk itu diperlukan koordinasi yang menyangkut : Jenis Proyek, Besarnya Proyek, Waktu penyelesaian proyek, Lokasi proyek. Perencanaan Proyek dilaksanakan oleh departemen/lembaga. Pemilihan proyek yang akan dibangun harus diarahkan pada proyek-proyek yang dapat menunjang sasaran makro tanpa mengabaikan efisiensi dari masingmasing proyek yang bersangkutan. Dalam hal ini teknik-teknik seperti CostBenefit Analysis, Net Present Value dan Internal Rate of Return dapat dipergunakan. Semuanya ini diperlukan suatu organisasi pengelola proyek yang biasanya terdiri dari: (a) pemimpin proyek, (b) pengelola keuangan proyek bendahara proyek, (c) Pengelola proyek, (d) Pengelola teknis pengelola proyek. Disamping terdapat juga organisasi pelaksana proyek yang terdiri dari pihakPERENCANAAN PEMBANGUNAN I 51 pihak yang ditunjuk oleh pemimpin proyek untuk melaksanakan pelerjaan/kegiatan proyek melalui prosedur yang berlaku, terdiri atas : 1. Manajemen Konstruksi: lembaga ini digunakan apabila dibutuhkan koordinasi teknis pelaksanaan antara para pelaksana dalam pelaksanaan proyek yang karena sifatnya tidak dapat dilakukan oleh pengelola proyek. 2. Konsultan Perencana: digunakan pada semua tahap pembangunan mulai dari persiapan, perancangan konstruksi fisik maupun pemanfaatan pembangunan. 3. Konsultan Pengawas : Konsultan pengawas digunakan apabila perancangan dilakukan oleh suatu konsultan perencana dan pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan oleh satu kontraktor. 4. Pelaksana Value Engineering 5. Kontraktor/pelaksana konstruksi. d) Koordinasi Usaha-usaha Masyarakat Usaha untuk menggerakan dan mengiring swasta sesuai dengan tujuan pembangunan yang diinginkan oleh masyarakat, perlu diciptakan peraturan dan perangsang yang meliputi seluruh aspek yang dapat mendorong swasta untuk berpartisipasi. Peraturan dan perangsang yang dimaksud adalah kebijakan mengenai perpajakan, subsidi, kebijakan harga, upah dan sebagainya dapat dipakai oleh pemerintah untuk mendorong swasta melakukan investasi sesuai sektor-sektor yang dikehendaki pemerintah untuk pertumbuhan (Tabel 3). PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 52 Tabel 3. Hubungan Suatu Kebijakan dan Variabel yang Dipengaruhi No Wilayah Kebijakan (1) Peralatan Kebijakan (2) Tingkat bunga 1. Moneter 2. Perpajakan 3. Perdagangan Internasional 4. Penanaman Modal 5. Ketenagakerjaan 6. Produksi Pajak subsidi dan pengawasan harga 7. Investasi a) Tingkat harga a) Pajak pendaan perorangan b) Pajak perusahaan c) Kurs Perpajakan dan keuntungan perusahaan asing Tingkat upah Variabel yang dipengaruhi (3) (1) Tingkat Investasi (2) Biaya produksi Konsumsi dan tabungan (1) Keuntungan (2) Investasi (1) Biaya Impor (2) Harga Ekspor (3) Neraca pembayaran Tingkat penanaman modal Peralatan Operasional (4) Operasi pasar terbuka Pengeluaran Pemerintah Variabel Yang Dipengaruhi (5) (1) Uang yang beredar Bursa valuta asiing Kurs Pinjaman luar negeri (1) Sumber investasi (2) Penanaman devisa (1) (2) (3) (1) Emigrasi dan imigrasi Penawaran tenaga kerja Pengeluaran Pemerintah Tingkat produksi Investasi Pemerintah Pembatasan impor Kuota impor Tingkat investasi (1) Harga dan keuntungan (2) Tingkat investasi (1) Tingkat impor (2) Harga dalam negeri Survei, investasi Tingkat komposisi pertumbuhan pendapatan Konsumsi bagi golongan pendapatan yang berbeda Biaya buruh Keuntungan Pendapatan buruh Keuntungan dan produksi (2) Investasi (1) Keuntungan (2) Investasi sektoral b) Pembebasan pajak 8. Perdagangan Subsidi 9. Sumber-sumber alam Pajak dan subsidi 10. Konumsi PERENCANAAN PEMBANGUNAN I Pajak penjualan (1) Harga pada konsumen (2) Keuntungan produksi dalam negeri (1) Biaya produksi (2) Tingkat eksploitasi Konsumsi di kalangan golongan pendapatan yang berbeda 53 Jasa-jasa Pemerintah (pendidikan, kesehatan, dsb) (1) Pendapatan nasional Kelemahan perencanaan pembangunan di Indonesia adalah kurangnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaannya. Sebab utamanya antara lain karena luasnya wilayah Republik Indonesia dan kurangnya saran serta prasarana komunikasi yang berakibat pada minimalnya arus informasi dan menghambat pelaksanaan yang telah dirancang semula. Untuk menanggulangi masalah ini Indonesia harus melaksanakan desentralisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Sebagian penulis berpendapat bahwa desentralisasi dalam suatu negara meliputi pengalihan kekuasaan dalam pelayanan kepada masyarakat atau di dalam pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah yang lebih dekat dengan masyarakat yang dilayani. Pengalihan ini meliputi wilayah tempat yang secara hierarkis dan geografis lebih dekat dengan objek pelayanan. Pengalihan kekuasaan ada 3 macam, yaitu : 1. Apabila ada pendelegasian antar struktur politik 2. Pendelegasian antar administrasi publik 3. Pengalihan dari lembaga negara kepada badan swasta atau dari pemerintah ke sektor swasta. Dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, ada 2 nilai dasar yang telah diperkenalkan oleh the founding fathers, yaitu unitaris dan desentralisasi teritorial. Penyelenggaraan pusat dan daerah. Hal ini karena dalam penyelenggaraan desentralisasi terdapat 2 elemen penting yaitu : pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan secara hukum untuk mengatur dan mengurus bidang-bidang pemerintahan tertentu, baik yang dirinci maupun yang dirumuskan secara umum. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, pola hubungan kekuasaan mempunyai unsur keterpisahan dan kemajemukan struktural dalam sistem politik secara keseluruhan, dibatasi dengan pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Hal ini berarti sebagai pembatas besar dan luasnya daerah otonom dan hubungan kekuasaan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 54 antara pemerintah pusat dan daerah adalah untuk menghindari terwujudnya daerah otonom menjadi “negara dalam negara”. Pembentukan daerah otonom dalam rangka desetralisasi di Indonesia memiliki ciri : a. Daerah otonom tidak memiliki kedaulatan atau semi-kedaulatan layaknya di negara federal. b. Desentralisasi dimanifestasikan dengan bentuk penyerahan atau pengakuan atas urusan pemerintahan baik yang rinci maupun yang dirumuskan secara umum. c. Penyerahan atau pengakuan urusan pemerintah adalah terkait dengan peraturan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. A. MENGAPA DESENTRALISASI ? Sebagian besar negara yang sedang berkembang menginginkan melaksanakan pembangunan pertumbuhan ekonomi dapat terdorong karena baik perencanaan maupun pelaksanaan disesuaikan dengan keinginan masyarakat. Walaupun kebijakan yang sentralistis diakui dapat meningkatkan efisiensi, tetapi efisiensi itu dapat dilihat dari sudut mikro dan makro. Secara mikro, suatu kebijakan bisa dikatakan efisien apabila manfaat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sedangkan secara makro harus dicermati apakah suatu kebijakan telah bermanfaat secara menyeluruh dan merata di seluruh tanah air. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa “efisien” dari sudut mikro belum tentu efisien dari segi makro dan sebaliknya. Dengan desentralisasi, tujuan pemerataan itu dapat lebih menjamin efektivitas pembangunan dan menyerap partisipasi aktif dari seluruh masyarakat di daerah. 1) Pengertian Desentralisasi Dari segi etimologis, Desentralisasi berarti pembagian wilayah secara adminitratif maupun pemerintahan. Desentralisasi meliputi pendelegasian wewenang ke dalam tingkat yang lebih rendah dalam hirarki pemerintahan dalam suatu negara maupun bagian-bagian dalam suatu organisasi besar. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 55 Menurut B.C Smith, desentralisasi mengacu pada distribusi wilayah kekuasaan. Desentralisasi menitikberatkan pada bagaimana kekuasaan dan wewenang disebarkan melalui suatu negara, lembaga-lembaga dan proses dimana penyebaran kekuasaan dan wewenang itu terjadi. Sebagian penulis berpendapat bahwa desentralisasi dalam suatu negara adalah pelimpahan kekuasaan pelayanan publik dari individual atau pemerintah pusat yang lebih dekat dalam pelayanannya. 2) Desentralisasi sebagai Mode Desentralisasi sekarang ini sudah menjadi mode dan sedang mencoba untuk diterapkan di beberapa negara terutama negara yang sedang berkembang. Harapan-harapan dilaksanakannya desentralisasi: a. Menanggulangi kemiskinan yang timbul karena adanya kesenjangan antar daerah. b. Membantu kelompok masyarakat yang hidup di pedesaan. c. Memudahkan masalah-masalah pemungutan pajak. d. Mengurangi pengeluaran pemerintah secara umum. e. Memobilisasi sumber-sumber daerah. f. Mengurangi tugas-tugas pemerintah pusat yang sudah terlalu banyak. g. Mengenalkan perencanaan lebih besar. h. Mengenalkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Desentralisasi yang terlalu luas juga akan mempunyai dampak terhadap pusat, berupa pembebanan yang kemungkinan ditanggung oleh pusat, misalnya berupa pembayaran pinjaman. Perwujudan desentralisasi antara lain tercermin dari semakin besarnya pendelegasian penyelenggaran tugas pemerintahan kepada pemerintah daerah dan makin besarnya hak mereka untuk mengurus keperluannya sendiri, pendidikan tingkat sekolah dasar, kesehatan. Luasnya wilayah Indonesia, penerapan desentralisasi dalam anggaran negara sangat penting karena mengingat beberapa alasan, antara lain: a. Pemerintah daerah lebih mengetahui situasi dan kondisi di daerahnya, dengan kemampuan manajemen yang baik, mereka akan dapat merencanakan dan melaksanakan tugas pembangunan dengan baik pula. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 56 b. Secara teknis, suatu proyek menjadi tanggung jawab baik di segi pembiayaan, perencanaan dan pelaksanaan oleh daerah sehingga akan efisien dari segi waktu secara efektif. c. Secara prosedural, berbagai prosedur yang selama ini harus membutuhkan penetapan dari pusat tidak dapat dilimpahkan kepada daerah. d. Koordinasi pembangunan akan lebih efektif sebab tanggung jawab daerah lebih besar bagi keberhasilan tugas pembangunan secara menyeluruh. 3) Desentralisasi dan Demokratisasi Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya. Untuk melaksanakan demokrasi tidak dapat lepas dari kebijakan desentralisasi. Desentralisasi dibedakan dengan dekonsentrasi, yang berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah. Masyarakat yang kuat adalah masyarakat yang demokratis, artinya masyarakat ini dapat tumbuh jika mempunyai peluang untuk mengembangkan semua kapasitasnya. Dalam kaitan antara negara dan masyarakat, peran kelompok masyarakat madani semakin menguat karena dengan memperkokoh peran masyarakat madani itu merupakan prasyarat bagi demokratisasi. Karakteristik masyarakat madani ditandai dari beberapa faktor, antara lain : 1. Di tingkat masyarakat madani, masyarakat melakukan kegiatan politik secara kolektif melalui partisipasi politik anggota masyarakat secara luas. 2. Pada tingkat masyarakat madani, terdapat fase perkembangan yang bersifat on going process di tingkat politik akar rumput. Pada tingkat akar rumput, masyarakat melakukan kegiatan politik secara agresif di tingkat infrastruktur politik. 3. Gerakan masyarakat madani berfokus pada “praktis politik” yang mengacu pada gerakan yang transparan sifatnya, untuk kemudian merambah secara luas ke tingkat negara. Ciri pokok pemerintahan yang demokratis adalah bahwa semua kebijakan dilaksanakan dengan transparansi dan desentralisasi. Dengan transparansi dimaksudkan agar pemerintah tidak otoriter. Dalam proses demokratisasi, PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 57 secara perspektif regional adalah demoratisasi untuk siapa, untuk apa, dan mau mengarah kemana. 4) Otonomi Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Dengan Otonomi daerah, maka daerah dituntut supaya lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya. Pemerintah pusat hanya merupakan fasilitator yang tidak terlalu mencampuri urusan daerah. Dengan otonomi daerah ini juga diharapkan bahwa daerah lebih mampu menangani serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara lebih mandiri dan cepat. Dengan otonomi tidaknya dapat dihindari tantangan dari sejumlah daerah tentang struktur kelembagaan dan sumber daya manusianya, akan tetapi semuanya itu akan dapat dipecahkan tahap demi tahap. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, terdapat empat kelebihan yang dimiliki dalam desentralisasi, yaitu : 1. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fleksibel daripada yang tersentralisasi. 2. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang tersentralisasi. 3. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif dari pada tersentralisasi. 4. Lembaga yang terdesentralisasi niscaya menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, lebih banyak komitmen dan lebih besar produktivitas. 5) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Dengan terbitnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Undang-Undang Otonomi Daerah) telah membawa perubahan yang mendasar terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Mulai tahun 2001 kedua undang-undang tersebut harus sudah dilaksanakan. Pada kenyataannya pada tahap sosialisasi sebagai persiapan implementasi, kedua undang-undang tersebut banyak mengalami hambatan dan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 58 kendala sehingga sangat berat untuk direalisasikan sesuai harapan. Dampak yang terasa adalah ekses yang ditimbulkan dari implementasi undang-undang tersebut, yakni munculnya berbagai bias dalam penafsiran baik oleh pihak Pemda, DPRD maupun Pemerintah. 6) Program-Program Pembangunan Program pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2002 mengacu pada empat kelompok program tertuang dalam PROPENAS 20002004. Keempat program dalam PROPENAS 2000-2004 tersebut adalah : 1. Mengembangkan otonom daerah yang terdiri dari program peningkatan kapasitas aparat daerah, peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah, penataan pengelolaan keuangan daerah, dan penguatan lembaga non pemerintah. 2. Mempercepat pengembangan wilayah terdiri dari program peningkatan ekonomi wilayah, pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, pembangunan perumahan, perdesan, pembangunan pengembangan prasarana perkotaan, dan pengembangan sarana pemukiman, pembangunan wilayah tertinggal, pengembangan daerah perbatasan, penataan ruang dan pengelolaan tanah. 3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat terdiri dari program penguatan organisasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat miskin, dan peningkatan keswadayaan masyarakat. 4. Mempercepat penanganan daerah khusus Irian Jaya dan penanganan khusus Maluku dan Maluku Utara. Tujuan dan sasaran dari empat kelompok program pembangunan tersebut sesuai dengan PROPENAS 2000-20004 adalah untuk mendukung upaya untuk mendukung upaya pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang kelima, yaitu meningkatkan pembangunan daerah dan mempercepat pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 59 Dalam klasifikasi fungsional APBN “proyek” sering dibakukan sebagai bagian dari “program”, yaitu sektor, subsektor, program dan proyek. Suatu kegiatan yang tampak seperti proyek tetapi bisa disebut bagian proyek apabila kegiatan itu merupakan : 1. Kumpulan kegiatan yang mempunyai tujuan yang sama dan berlokasi di satu propinsi. 2. Kumpulan kegiatan-kegiatan dalam satu lokasi dimana kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling menunjang dalam rangka mencapai satu tujuan tertentu. 3. Kegiatan yang karena luas wilayah perlu dibagi menjadi beberapa bagian yang disebut bagian proyek. Pengertian yang umum, istilah proyek dan program dapat dibedakan sebagai berikut : 1. a. Proyek sering diartikan sebagai kegiatan yang mempunyai titik awal dan titik akhir. b. Proyek dapat merupakan kegiatan baru, seperti program Keluarga Berencana, tetapi sering juga muncul kegiatan lanjutan di tengah kegiatan yang sedang berjalan. Program dengan demikian tidak mempunyai titik akhir dan sering direncanakan sebelumnya. 2. a. Proyek adalah unit yang teridentifikasikan sebagai kegiatan yang difokuskan untuk mencapai output tertentu. b. Program adalah sekumpulan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. 3. a. Proyek berakhir apabila output yang direncanakan telah tercapai. b. Program sering terus berlanjut yang belum diketahui kapan selesainya. 4. a. Pemeriksaan terhadap proyek difokuskan pada pelaksanaan “inputproses-output”. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 60 b. Pemeriksaan terhadap program ditekankan pada 3 aspek, yaitu : (i) Konsep dan program secara rasional, (ii) Pelaksanaan proses dan operasi, dan (iii) Efek dan dampak. A. PEMBIAYAAN PROGRAM DAN PROYEK DALAM APBN Program dan proyek yang direncanakan dalam Repeta dibiayai dari dana yang berasal dari APBN baik yang bersumber dari rupiah murni maupun pinjaman luar negeri. Karena pembiayaan itu bersumber dari APBN, maka mekanisme perencanaan dan pembiayaan harus mengikuti mekanisme APBN yang berlaku. 1) Usulan Program Arus perencanaan dapat merupakan perencanaan dari “atas ke bawah” dan dari “bawah ke atas”. Kedua sistem tersebut mempunyai kelemahan satu sama lainnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka kombinasi antara kedua sistem ini dapat dilakukan. Dengan kata lain arahan dari perencanaan pusat, dalam hal ini BAPPENAS, perlu diinformasikan ke “bawah", baik departemen maupun BAPPEDA, sehingga perencanaan “tingkat bawah” di dalam pengusulan proyek sudah mempertimbangkan batasan biaya maupun kebijakan nasional. Batasan biaya ini sangat penting agar dalam pengusulan program/proyek sudah mempertimbangkan prioritas dan alternatifnya. Sebaliknya perencanaan pusat seharusnya tidak memaksakan rencananya kepada “bawah”, tetapi perlu mendengar informasi yang sesuai dengan kehendak masyarakat di daerah. Di samping itu, masalah yang timbul memungkinan terjadinya konflik antara kepentingan departemen dan kepentingan daerah. Departemen yang bertanggung jawab atas keberhasilan sektoral mempunyai pandangan yang berbeda dengan perencana di daerah (Bappeda) yang mempunyai kepentingan regional. 2) Apakah Usulan Perlu diberi Pagu ? Pagu (ceiling) anggaran sebagai perkiraan setiap usulan yang penting agar si penyusul tidak hanya mengusulkan berupa shopping list. Kita semua mengetahui bahwa kebutuhan itu tidak terbatas, sedangkan kenyataannya penyediaan dana terbatas. Apabila usulan proyek tanpa diberi pagu anggaran, PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 61 maka sulit bagi pembuat keputusan untuk mengetahui proyek mana yang merupakan prioritas bagi si pengusul. Apabila dana yang tersedia terbatas harus dilakukan. “Pemotongan” yang dilakukan secara membabi-buta akan mengakibatkan seluruh anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran program tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Apabila suatu paket program yang terdiri dari beberapa kegiatan yang saling menunjang, karena alasan dana yang tidak cukup, maka yang dipotong justru kegiatan yang mempunyai peranan besar dalam pencapaian sasarannya. 3) Anggaran Tanpa Batas Departemen maupun daerah diberi peluang menyampaikan usulannya tanpa batasan anggaran sama sekali. Keuntungan bagi si Pengambil keputusan adalah dapat memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari si pengusul. Kerugiannya sulit untuk mengetahui proyek mana yang lebih diprioritaskan apabila perlu diadakan pemotongan. Padahal dengan dana terbatas, prioritas itu penting. Untuk menentukan prioritas tanpa bantuan dari daerah dikhawatirkan justru akan menciptakan pemborosan dalam pembiayaan, karena pengambil keputusan kurang mengetahui tentang koordinasi program dan proyek di tingkat daerah. 4) Pagu Anggaran Tertentu Baik departemen maupun daerah diberi patokan dengan pagu anggaran tertentu. Departemen dan daerah tidak diperkenankan mengusulkan proyek dengan biaya melebihi pagu anggaran yang telah diinformasikan. Hal ini cukup dapat membantu untuk mengembangkan daerah dalam menyusun perencanaan sendiri. 5) Kenaikan dengan Persentase Tertentu Departemen maupun daerah diberi perkiraan dengan kenaikan atau penurunan sebesar persentase tertentu dibandingkan dengan anggaran tahun sebelumnya. Kelemahan untuk departemen atau daerah yang sebelumnya menerima alokasi kecil, kenaikan tersebut secara absolut lebih kecil daripada departemen atau daerah yang sudah menikmati anggaran besar. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 62 6) Pagu dengan Mempertimbangkan Hasil Review Terhadap program dan proyek yang sedang berjalan dilakukan review terutama mengenai keberhasilan dan daya serap anggaran tahun yang sedang berjalan. Dari hasil review ini ditentukan pagu untuk tahun anggaran berikutnya. Hasil review akan memberikan pagu anggaran yang besar dan pagu anggaran yang kecil. 7) Usulan dengan Daftar Prioritas Departemen maupun daerah menyampaikan daftar usulan dengan anggaran yang tidak terbatas, tetapi telah tersusun daftar proyek-proyek menurut prioritasnya, sehingga apabila terpaksa dilakukan “pemotongan”, tidak mengganggu keseimbangan antarproyek yang diinginkan oleh Bappeda. 8) Prosedur Usulan Program Departemen yang bertanggung jawab terhadap pembangunan sektor, menyampaikan Daftar Rencana Program ke Bappenas dan Departemen Keuangan. Daftar Rencana Program ini sudah mempertimbangkan alternatif pagu anggaran yang diberikan oleh Bappenas dan Departemen Keuangan. Dengan demikian daftar usulan ini sudah memperhitungkan bahwa proyekproyeknya yang akan dilaksanakan sudah yang termasuk prioritas tinggi Di samping itu, Bappeda juga menyampaikan kepada Bappenas daftar program/proyek yang mempunyai prioritas tinggi serta sudah memperhitungkan keseimbangan antar program/proyek di daerahnya. Kedua daftar yang berasal dari dua sumber yang berbeda tersebut diolah oleh Bappenas. Karena sumbernya berbeda dan kepentingannya berbeda, maka dapat dipastikan bahwa program/proyek yang berlokasi di daerah yang diusulkan oleh Departemen dan Bappeda mungkin juga berbeda. Tentu saja dalam hal ini Bappeda harus dapat menggabungkan kedua usulan tersebut menjadi satu daftar proyek yang mempunyaiprioritas tinggi, baik dilihat dari kepentingan sektoral maupun regional. Dengan adanya informasi tersebut Bappeda sudah mulai menindak lanjuti dengan menyampaikan usulan yang lebih mendekati konkrit. Keputusan akhir tentu saja setelah ditetapkan pagu yang sebenarnya, yaitu setelah ada PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 63 kepastian jumlah dan dari tingkat pusat baik yang terbagi dalam sektor/subsektor/program, departemen dan daerah. Hasil evaluasi dari kedua usulan tersebut di atas setelah disesuaikan dengan pagu APBN per sektor dan per departemen, kemudian disusul daftar poyek yang siap dilaksanakan. Daftar proyek tersebut disusun dalam buku yang disebut Satuan Tiga. 9) Daftar Usulan Program (DUP) Proses penyusunan anggaran ini dimulai dari penyusunan alokasi program. Untuk memperoleh informasi kebutuhan departemen/lembaga maupun kebutuhan daerah. Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran memerlukan data yang konkrit tentang rencana program yang akan dibangun oleh Departemen/lembaga maupun daerah. Program/proyek ini dievaluasi oleh Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran. DUP disampaikan oleh departemen/lembaga dan daerah kepada Bappenas dan Departemen Keuangan untuk di evaluasi. Daftar Usulan Program (DUP) ini biasanya akan jauh lebih besar jumlahnya jika dibandingkan dengan rencana penyediaan dana. Walaupun pada waktu DUP diterima masih belum ada pagu anggaran yang pasti, tetapi pengelola anggaran pusat dengan pengalaman tahun-tahun sebelumnya telah mengetahui ancar-ancar penyediaan dana dalam APBN yang akan datang. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 64 Tabel 4 Formulir Usulan Program (DUP) (Formulir Departemen/Lembaga) DAFTAR RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2002 I. UMUM 1. 2. 3. 4. 5. Nama Departemen/Lembaga Nama Program APBN Kode Program APBN Lokasi (Provinsi) Usulan Biaya Tahun 2002 a. Rupiah Murni b. PHLN 6. Sifat Program 7. Jenis Program : : : : : : : Baru : Pusat Lanjutan Dekonsentrasi Tugas Pembantuan 8. Apakah Program ini sudah dikonsultasikan dengan BAPPEDA : - 9. Kaitan dengan Propenas 10. Kaitan dengan Propeda g. Provinsi Sudah, dalam forum Rakorbang Provinsi Konregbang Lainnya - Belum : 1. 2. 3. : 1. 2. 3. b. Kabupaten/Kota : 1. 2. 3. 11. Perkiraan jumlah tenaga kerja yang akan diserap secara langsung oleh program ini : orang II. TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM Tingkat Program PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 65 1. Sasaran Program 2. Dampak Program REKAPITULASI RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2002 Departemen/Lembaga (dalam ribuan rupiah) Rupiah Murni No. Program Pusat Dekonsentrasi Tugas Dana Pendamping Pinjaman/ Hibah Luar Negeri Perbantuan Jumlah An. Menteri/Ketua Lembaga PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 66 Untuk memudahkan evaluasi, biasanya Bappenas dan Departemen Keuangan telah memberi pengarahan kepada departemen/lembaga maupun daerah untuk menyampaikan DUP dengan batas pagu anggaran yang terbuka. Usulan dengan pagu terbuka tersebut walaupun mempunyai keuntungan yaitu memperoleh informasi yang seluas-luasnya tentang kebutuhan proyek, tetapi apabila pengusulannya hanya merupakan shopping list maka pihak pengelola anggaran yang mengevaluasi mendapat kesulitan untuk menilai mana yang prioritas dan mana yang tidak prioritas. 10) Usulan Proyek Bantuan Luar Negeri Sehubungan dengan terbatasnya dan yang berasal dari sumber penerimaan dalam negeri, maka beberapa proyek diusahakan untuk dibiayai melalui pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri ada yang lunak dan ada yang tidak lunak. Pinjaman lunak dengan tingkat bunga yang rendah dan jangka waktu pengembalian yang panjang memang sangat menguntungkan, tetapi jumlah pinjaman dengan kondisi seperti itu sangat sedikit. Walaupun proyek dapat dibiayai dari pinjaman luar negeri, tetapi tidak berarti bahwa seluruhnya dapat dibiayai dari pinjaman luar negeri. Negara peminjam harus menyediakan biaya lokal berupa rupiah murni. Dana rupiah murni yang menunjang pinjaman luar negeri ini disebut sebagai Dana pendamping (local cost). Dana pendamping itu dipergunakan sebagai pengeluaran untuk pengadaan barang produksi dalam negeri termasuk pengadaan tanah, gedung dan sebagainya. Semua usulan pendanaan proyek, baik yang diharapkan dari pinjaman keras (komersial) seperti kredit ekspor, maupun pinjaman lunak yang berupa bantuan proyek, bantuan teknis dan hibah, diusulkan oleh Departemen Teknis kepada Bappenas. Usulan proyek yang periinciannya tercantum dalam formulir tersebut disusun dalam satu buku yang disebut Buku Biru. Daftar proyek yang tercantum dalam Buku Biru ini merupakan proyek-proyek yang dinilai mempunyai prioritas tinggi untuk diajukan ke sidang CGI. Penentuan prioritas tersebut menggunakan kriteria antara lain : c. Konsistensi dan relevansinya dengan program pembangunan nasional (Propenas). PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 67 d. Prioritas di dalam sektor yang bersangkutan. e. Tingkat persiapan proyek. f. Feasibility study. g. Besarnya biaya proyek yang akan membebani pengembalian di waktu yang akan datang. 11) Buku Biru Buku Biru adalah kumpulan daftar isian tentang proyek-proyek yang diusulkan untuk mendapatkan pinjaman luar negeri baik melalui pinjaman lunak, setengah lunak atau komersial yang telah diseleksi oleh Bappenas. Buku Biru ini dipisahkan antara bantuan proyek dan bantuan teknis. Usulan yang sudah tercantum dalam buku biru merupakan indikasi kebutuhan pemerintah atas proyek-proyek yang diprioritaskan untuk mendapat bantuan dari dana pinjaman luar negeri. Penyampaian usulan dari departemen kepada Bappenas diperkirakan sekitar bulan Oktober, kemudian diseleksi dan dicantumkan dalam Buku Biru dalam rangka sidang CGI tahun berikutnya. Negara-negara dan lembaga internasional anggota CGI, dalam sidang hanya menyatakan rancana bantuannya dalam bentuk pledge, yaitu suatu komitmen jumlah bantuan yang akan direalisasi. 12) Pertemuan Bilateral Sebagai tindak lanjut dari pertemuan-pertemuan dalam sidang CGI, antara negara donor dan Pemerintah Indonesia diadakan Pertemuan Bilateral. Hasil negosiasi antar kedua negara donor dan negara peminjam dituangkan dalam suatu dokumen kesepakatan yang disebut agreed minutes atau record of discussions. Dokumen ini ditandatangani oleh ketua delegasi luar negeri atas nama negara/lembaga pemberi bantuan, sedangkan di pihak Indonesia ditandatangani oleh pejabat Departemen Luar Negeri. Dokumen kesepakatan yang telah ditandatangani bersama disampaikan oleh Departemen Luar Negeri kepada : a. Sekretariat Kabinet RI (apabila merupakan bantuan teknis) b. Bank Indonesia (apabila merupakan bantuan proyek) c. Bappenas PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 68 d. Departemen Keuangan e. Direktorat Jenderal Anggaran f. Departemen/lembaga proyek yang bersangkutan Sebagai kelanjutan dari negoisasi dilakukan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan proyek yang dituangkan dalam bentuk administrative arrangement of memorandum of understanding untuk proyek bantuan teknis. Untuk proyek yang dibiayai dari pinjaman luar negeri dituangkan dalam naskah perjanjian Luar Negeri (Loan Agreement). 13) Penyusunan Satuan Dua, Tiga dan Tiga A Satuan dua, tiga dan tiga A adalah istilah yang diberikan oleh Departemen Keuangan untuk mengidentifikasi dokumen anggaran sebagai berikut : a) Satuan Dua Satuan Dua adalah matriks yang menunjukan bagian “kolom” berisi nama “program”, sedangkan bagian “baris” berisi nama unit organisasi di bawah suatu departemen. Isi blok-blok yang merupakan pertemuan antara kolom dan baris tersebut adalah jumlah biaya. b) Satuan Tiga Satuan Tiga adalah daftar proyek yang tersusun menurut masing-masing unit organisasi di departemen/lembaga. Satuan Tiga ini memuat nama proyek dan kode proyek, juga besarnya biaya. c) Satuan Tiga A Satuan Tiga A memuat penjelasan masing-masing program mengenai penggunaan dan program yang bersangkutan. Satuan Dua, Tiga dan Tiga A adalah daftar proyek serta penggunaannya yang merupakan komitmen untuk dibiayai. Biaya proyek yang tercantum dalam Satuan Tiga merupakan pagu tertinggi, yang dapat dicantumkan dalam DIP untuk dilaksanakan. 14) Bappenas Bappenas merupakan lembaga perencanaan tertinggi yang bertugas antara lain : PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 69 1. Menyusun dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan jangka panjang, menengah (Propenas), dan pendek (Repeta). 2. Melakukan penilaian pelaksanaan rencana pembangunan. 3. Melakukan survai dan penelitian dalam rangka pelaksanaan tugas perencanaan dan penilaian rencana pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk melaksanakan tugas ini, Bappenas sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen dipimpin oleh seorang menteri dan dibantu oleh deputi yang menyangkut bidang perencanaan makro, perencanaan sektoral, perencanaan regional dan pengendalian. 15) Departemen Keuangan Departemen Keuangan dalam hal ini bertanggung jawab terhadap penerimaan negara dan pengeluaran negara. Dalam hubungannya dengan pengeluaran pembangunan, organisasi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Anggaran. Direkotrat Jenderal Anggaran antara lain bertugas mengenai pembinaan anggaran rutin, pembinaan anggaran pembangunan, penatausahaan anggaran, pembinaan anggaran lain-lain dan pembinaan kekayaan negara. 16) Bappeda Dalam Keppres No. 27/28 Tahun 1980 menyebutkan bahwa Bappeda mempunyai tugas antara lain : 1. Menyusun pola dasar pembangunan daerah yang terdiri atas pola umum pembangunan daerah jangka panjang dan pola umum program pembangunan daerah. 2. Menyusun program-program tahunan yang dibiayai oleh daerah sendiri atau yang diusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk dimasukan dalam program tahunan nasional. 3. Melakukan koordinasi perencanaan di antara dinas-dinas, satuan organisasi lain dalam lingkungan Pemerintah Daerah, instansi-instansi vertikal, daerah kabupaten dan Badan lain yang berada dalam wilayah daerah propinsi yang bersangkutan. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 70 Perencanaan yang baik bukan saja harus mempunyai tujuan dan konsistensi, tetapi juga harus dilakukan pengawasan secara terus menerus. Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi program dan proyek pembangunan adalah dengan meningkatkan pengawasan. Pengawasan berlaku untuk kegiatan-kegiatan yang strategis. Pengawasan dapat berupa pengawasan langsung atau tidak langsung. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung kepada kegiatan atau proyek yang sedang dibangun, sedangkan pengawasan tidak langsung dapat merupakan pengawasan terhadap kebijakan melalui peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang dimaksud adalah peraturan perundangan yang membolehkan atau tidak membolehkan tindakan itu dilakukan dan apabila dilanggar maka pengelola program atau proyek akan mendapat sanksi. Peraturan perundangan tentang pengawasan itu gunanya untuk mencegah tindakan yang dapat mengakibatkan kegagalan pelaksanaan kegiatan atau proyek yang telah direncanakan. Pengawasan bukan hanya dimulai dari sejak proyek itu dilaksanakan tetapi lebih jauh lagi, yaitu bahkan sudah harus dimulai sejak proyek dalam tahap perencanaan. A. KELEMBAGAAN PENGAWASAN Dalam kelembagaan, pengawasan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Pengawasan intern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh inspektur jenderal departemen yang bertugas untuk melakukan pengawasan di lingkungan departemen yang bersangkutan. 2. Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan dari luar departemen misalnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPKP dan Irjenbang. Dilihat dari lingkup nasional, pengawasan itu dapat dilakukan antara intern pemerintah seperti BPKP dan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 71 dari luar pemerintah, misalnya BPK. BPK adalah badan legislatif dalam bidang pengawasan, sedangkan BPKP adalah aparat pemerinta (eksekutif) dalam pengawasan intern pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan program dan proyek dibiayai dari uang rakyat melalui pungutan pajak. Peran serta rakyat yakni dapat mengawasi, baik berupa pengawasan dengan cara tulisan di media massa atau berupa demonstrasi, dialog dan lain-lain. NEGARA KK PEMERINTAH DEPARTEMEN/LEMBAGA BPK BPKP KK KK ITJEN/ SPI KOMPONEN-KOMPONEN Gambar 15. Hubungan Fungsional Pengawasan Penjelasan : ITJEN = Merupakan aparat pengawasan intern departemen dan melakukan pengawasan intern di lingkungan departemen. BPKP = Merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang merupakan pengawasan ekstern terhadap semua aparatur pemerintah (termasuk departemen) BPK = Merupakan aparat pengawasan ekstern yang melakukan pengawasan terhadap pemerintah dan semua unsure aparatur pemerintah. SPI = Satuan Pengawasan Intern LPND. 1) Pengawasan oleh Lembaga Formal dan Masyarakat Sifat pengawasan yang konstruktif sangat membantu usaha pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pengawasan formal sehingga pencapaian sasaran pengawasan ini dapat lebih efektif. Pada prinsipnya pengawasan dilakukan untuk mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan program atau proyek pembangunan. Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 72 formal itu belum tentu bisa menjangkau secara tuntas mengingat wilayah pengawasan yang sangat luas sehingga diperlukan pengawasan oleh masyarakat. 2) Fungsi Pengawasan Sistem pengawasan yang baik harus memungkinkan adanya umpan balik yang dapat menghasilkan informasi yang dilakukan sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaan proyek atau suatu kegiatan. Sistem pengawasan harus mampu melaporkan dengan cepat kalau terjadi penyimpangan, sehingga tindakan lanjutan dapat dilakukan dengan cepat pula. Agar laporan pengawasan laporan dapat digunakan dengan efektif maka penyampaian laporan pengawasan harus dapat dilakukan dengan cepat dan dalam waktu yang tepat sesuai dengan norma-norma laporan. Biasanya penyampaian laporan pengawasan kepada yang berkepentingan itu masih mengalami hambatan sehingga kadang-kadang unit kerja yang diperiksa tidak memanfaatkan lagi hasil laporan pengawasan yang disampaikan. Kelambatan penyampaian laporan pengawasan mungkin disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal biasanya disebabkan oleh terbatasnya sarana seperti biaya peralatan, personal dan fasilitas lain. Sedangkan faktor eksternal, biasanya disebabkan karena kurangnya data yang diperoleh dalam waktu yang tepat. Pembukuan dan pencatatan yang tidak up to date mengakibatkan penyusunan laporan menemui hambatan. Setiap aparat pengawasan membuat laopran pengawasan dengan bentuk dan susunan yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. 3) Perilaku para Pengawas Seorang pengawas harus mempunyai kemampuan ganda, bukan merupakan tokoh yang harus ditakuti tetapi wajib berperan sebagai : a. Pembimbing atau pengasuh b. Pengaman agar tidak terjadi penyimpangan c. Penggerak supaya tujuan proyek itu dapat menggerakan kegiatan perekonomian d. Pengarah atau pengendali PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 73 e. Pengamat f. Pengayom g. Penasehat dan sumber informasi 4) Pemantauan Pemantauan adalah kegiatan mengamati pelaksanaan program/proyek pembangunan dalam waktu yang sedang berjalan serta mencoba memperbaiki kesalahan agar pada akhir penyelesaian program/proyek diharapkan dapat dilaksanakan dengan benar. Sistem pemantauan merupakan bagian dari pengendalian pelaksanaan. Pelaksanaan pemantauan dilakukan oleh semua pihak, baik pemimpin proyek, departemen/lembaga, Bappenas, maupun Bappeda Provinsi. Di Indonesia pelaksanaan pemantauan dilakukan setiap triwulan ketiga oleh pemimpin proyek dengan mengisi laporan yang ditujukan kepada : 1. Menteri/Ketua Lembaga yang bersangkutan 2. Kepala Bappenas 3. Menteri Sekertaris Negara Up. Sekertaris Pengendalian Operasional Pembangunan 4. Gubernur yang bersangkutan Up. Kepala Bappeda Provinsi dan Bupati/Wali Kotamadya Up. Bappeda Kabupaten 5. Kanwil departemen/lembaga yang bersangkutan Perencanaan, pemantauan dan pengawasan adalah rangkaian proses suatu kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu. Tujuan pengawasan adalah mencegah kemungkinan penyimpangan secara lebih dini, sehingga pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari anggaran tidak mengalami kerugian yang lebih besar akibat pembocoran, hambatan, kesalahan maupun penyelewengan. Selain itu hasil pengawasan dapat dipergunakan sebagai masukan pada pimpinan untuk melakukan tindakan dan perbaikan agar sistem maupun pelaksanaannya lebih baik. 5) Macam Pengawasan Pengawasan dapat dibedakan menurut : 1. Subjek yang melakukan pengawasan PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 74 2. Cara pelaksanaan pengawasan 3. Waktu pelaksanaan pengawasan Subjek yang melakukan pengawasan dapat dikategorikan sebagai : a. Pengawasan Melekat (waskat) Yaitu serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus-menerus, dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundangan yang berlaku. b. Pengawasan Fungsional (Wasnal). Aparat pengawasan pembangunan terdiri dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan Aparat Pengawasan Ekstern Pemerintah. Aparat Fungsional Pemerintah meliputi kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen, Aparat pengawasan LPND, Inspektorat Jenderal Pembangunan (Irjenbang). Sedangkan Aparat Pengawasan Ekstern Pemerintah meliputi kegiatankegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPK, DPR, Mahkamah Agung dan masyarakat. 6) Pengawasan dan Koordinasi Pengawasan Guna mencapai sasaran pengawasan secara efektif dan efisien, aparat pengawasan fungsional yang ada dikoordinasikan sesuai dengan Keppres RI No. 31 Tahun 1983. Berdasarkan keputusan ini BPKP berfungsi antara lain sebagai perumus perncanaan dan program pelaksanaan pemeriksaan bagi seluruh aparat pengawasan pusat dan daerah serta melakukan koordinasi teknis pelaksanaan pengawasannya. Koordinasi teknis mengenai pelaksanaan mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan penyusunan laporan hasil pengawasan serta pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. Sejak tahun 1988 pelaksanaan pengawasan antara aparat pengawasan funsional dikoordinasikan dalam berbagai tingkatan. Di tingkat nasional dilakukan rapat koordinasi pengawasan, yang dipimpin oleh Wakil Presiden. Selanjutnya Menko Perekonomian melakukan koordinasi yang bersangkutan dengan kebijaksanaan pelaksanaan pengawasan. Sementara itu, Kepala BPKP juga melakukan koordinasi yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis operasional pengawasan. Di tingkat daerah, Kepala Perwakilan BPKP di daerah-daerah mengoordinasikan program pengawasan di daerahnya, di bawah PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 75 koordinasi kepala wilayah setempat sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan di pusat. c. Pengawasan Legislatif (Wasleg). Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat melalui BPK. BPK adalah Badan Tertinggi Tinggi Negara yang merupakan aparat DPR dalam melakukan pengawasan terhadap instansi pemerintah. Pengawasan dari badan resmi, lembaga Dewan Perwakilan Rakyat juga dapat mengawasi langsung, objek yang diawasi misalnya dengan pemeriksaan langsung atau mengundang instansi yang bertanggung jawab untuk tatap muka. d. Pengawasan Masyarakat. Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh warga yang disampaikan secara lisan atau tertulis kepada aparatur pemerintah. Pengawasan ini sifatnya merupakan masukan pemikiran dan saran yang bertujuan untuk perbaikan. Karena sifatnya tidak teratur dan kemungkinan adanya intervensi orang-orang yang ingin memanfaatkan kepentingannya, misalnya dari kelompok maupun partai politik, maka pengawasan masyarakat harus diteliti dan diseleksi mana yang benar-benar dapat dipergunakan sebagai masukan untuk perbaikan ke depan. 7) Cara Pelaksanaan Pengawasan Ada dua cara pelaksanaan yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara pelaksanaan secara langsung dengan cara on the spot dan dengan inspeksi dan pemeriksaan sedangkan yang dengan cara tidak langsung yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pemantauan dan pengkajian laporan dari pejabat yang bersangkutan atau laporan yang berasal dari pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat. 8) Waktu pelaksanaan Pengawasan Waktu pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : a. Sebelum kegiatan dimulai. Pengawasan ini disebut pengawasan preventif atau pre-audit. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 76 b. Selama pelaksanaan kegiatan. Pengawasan ini bisa disebut pengawasan represif atau preventif untuk mencegah berkembangnya atau terulangnya kesalahan pada tahap lanjutan kegiatan. c. Sesudah kegiatan dilaksanakan. Pengawasan ini disebut post-audit, yaitu pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan perencanaan setelah suatu kegiatan selesai. 9) Sasaran Pengawasan a. Pelaksanaan tugas umum pemerintahan, dilakukan secara tertib berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, serta berdasarkan sendisendi kewajaran penyelenggaraan pemerintahan agar tercapai efisiensi dan efektivitas yang maksimal. b. Pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai dengan rencana dan program pemerintah, serta peraturan perundangan yang berlaku, sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan. c. Hasil-hasil pembangunan dapat dinilai seberapa jauh tercapai untuk memberi umpan balik, berupa pendapat, kesimpulan dan sasaran terhadap kebijakan, perencanaan pembinaan serta pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. d. Sejauh mungkin penyimpangan mencegah dalam tejadinya penggunaan pemborosan, wewenang, kebocoran tenaga, dan uang dan perlengkapan milik negara, sehingga dapat terbina aparatur yang tertib, bersih berwibawa, efektif dan efisien. Sasaran yang hendak di capai mengandung 4 hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Kuantitas hasil pekerjaan; 2) Kualitas hasil pekerjaan; 3) Sasaran waktu pencapaian; 4) Sasaran fungsional atau kemnfaatan kerja 10) Faktor subjek Pengawasan Subjek pengawasan dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Pengawasan Internal Dibagi menjadi 2 kategori : a) Pengawasan Melekat; b) Pengawasan Fungsional 2. Pengawasan Eksternal PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 77 Pengawasan Eksternal. dibagi menjadi : a. Pengawasan eksternal instansi, seperti pemeriksaan BPKP dan Irjenbang terhadap departemen/instansi. Dalam Keppres No. 31 Tahun 1983 disebutkan bahwa tugas BPKP adalah : 1) Mempersiapkan perumusan kebijakan pengawasan keuangan dan pembangunan; 2) Menyelenggarakan pengawasan umum atasa penguasaan dan pengurusan keuangan Negara; 3) Menyelenggarakan pengawasan pembangunan. Irjenbang sesuai Keppres No. 25 Tahun 1974, disebutkan bahwa tugas Irjenbang adalah melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek pembangunan sektoral, Inpres, bantuan desa dan proyek-proyek daerah, terutama ditujukan pada pemeriksaan fisik/penampilan. b. Pengawasan Eksternal Pemerintah. Yaitu pengawasan yang dilakukan dari luar organisasi pemerintahan. Subjek pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh BPK, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat. Dalam Keputusan Ketua BPK No. 66/SK/K/1982, bahwa BPK mempunyai fungsi, yaitu : a. Operatif, sebagai fungsi pemeriksaan dan penelitian atas penguasaan dan pengurusan keuangan negara. b. Yudikatif, sebagai fungsi melakukan tuntutan ganti rugi terhadap bendaharawan yang terkena pelanggaran perbuatan hukum atau melalaikan kewajiban, sehingga merugikan keuangan negara. c. Rekomendasi, sebagai pemberi pertimbangan kepada pemerintah tentang pengurusan keuangan negara. Pengawasan Internal Pemerintah Yaitu pengawasan yang dilakukan di lingkungan instansi pengawasan pemerintah yang bertingkat-tingkat. Organisasi pengawasan yang tergolong dalam internal pemerinta adalah : a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalam Keppres No. 31 Tahun 1993, memuat tugas BPKP antara lain membantu presiden melakukan pengawasan dalam pengelolaan bidang keuangan dan pembangunan. Dalam pasal 2 Keppres ditegaskan bahwa tugas BPKP adalah : 1) Mempersiapkan perumusan kebijakan pengawasan keuangan dan pembangunan; 2) Menyelenggarakan pengawasan umum atasa PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 78 penguasaan dan pengurusan keuangan negara; 3) Menyelenggarakan pengawasan pembangunan. b. Inspektorat Jenderal Departemen. Kegiatan pengawasan pada dasarnya harus dilakukan oleh pimpinan organisasi. Inspektorat Jenderal adalah contoh organisasi yang dibentuk oleh departemen yang bersangkutan untuk melakukan pengawasan intern departemen tersebut. Dalam Keppres No. 44 Tahun 1974 tugas Irjen adalah membantu menteri dalam melakukan pengawasan terhadap satuan organisasi/unit kerja di lingkungan masingmasing. c. Irjenbang. Irjenbang dalam Keppres No. 25 Tahun 1974, bahwa tugas Irjenbang adalah melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek pembangunan sektoral, Inpres, bantuan desa dan proyek-proyek daerah, terutama ditujukan pada pemeriksaan fisik/penampilan. d. Idwilprop. Di daerah terbentuk pula Idwilprop yang diidasarkan Keputusan Menteri No. 110 Tahun 1991. Idwilprop membantu gubernur dalam melakukan pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah. e. Idwilkab. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 1991 idwilkab/kodya membantu bupati /walikota dalam melakukan pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah kabupaten. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan adalah : a. Pemeriksaan tanggung jawab realisasi APBN yang dituangkan dalam perhitungan anggaran. Perhitungan anggaran diajukan pemerintah kepada DPR. Sebelum disahkan oleh DPR terlebih dahulu diperiksa oleh BPK. b. Pemeriksaan terhadap seluruh kekayaan negara, termasuk perusahaan Negara. 11) Proses Pengawasan Kegiatan pengawasan pada dasarnya harus dilakukan oleh pimpinan organisasi. Tetapi mengingat besarnya organisasi, dalam pelaksanaannya pimpinan tidak mungkin mengawasi seluruh aparat yang ada dalam organisasinya. Oleh karena itu, biasanya dalam organisasi di bentuk suatu unit tersendiri, atas nama pimpinan yang bertugas untuk mengawasi aparat yang ada di organisasinya. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 79 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta. Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. UI Press. Jakarta Lewis, A.W. 1994. Perencanaan Pembangunan Dasar-Dasar Kebijaksanaan Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta. Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan Era Otonomi Daerah. Aplikasi Komputer. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. PERENCANAAN PEMBANGUNAN I 80