5246 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
PENGELOLAAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA NYONYA. D DENGAN
SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
Arlinda Claudina1, Ana Puji Astuti2, M Musta’in3
123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Seseorang dengan skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi
sensori: halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran
dan penglihatan.Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.Tujuan penulis ini untuk
melaporkan kelolaan kasus halusinasi pendengaran pada Ny. D dengan skizofrenia di RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan metodologi keperawatan
yaitu pengelolaan kasus selama 2 hari yang berupa asuhan keperawatan klien dalam
mengatasi masalah halusinasi pendengaran dengan skizofrenia
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat da aktivitas. Tindakan yang diberikan kepada klien
tidak menyebabkan masalah lain akibat gangguan persepsi sensori: halusinasi yang
dialami.
Saran bagi RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang diharapkan untuk lebih meningkatkan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien sesuai dengan standar
operasional prosedur, aktif dalam memberikan pendidikan pada klien dan keluarga,
terutama pada klien dengan gangguan persepsi sensori:halusinasi
Kata kunci
: halusinasi pendengaran dengan skizofrenia, kegiatan, minum obat
LATAR BELAKANG
norma
Kesehatan jiwa merupakan adalah
berbagai
karakteristik
menggambarkan
sosial,
karena
dapat
menyebabkan terjadinya penganiayaan,
positif
yang
hukuman dan pelecehan di masyarakat.
keselarasan
dan
Kejadian itu dikarenakan kurangnya
keseimbangan
jiwa
mencerminkan
tingkat
yang
dapat
kedewasaan
pengetahuan
masyarakat
gangguan
jiwa
mengenai
menyebabkan
kepribadian seseorang (Herman, 2011).
masyarakat melakukan tindakan yang
Gangguan
sebagai
disepakati oleh budayanya, kejadian
hukuman dimasa lalu karena seseorang
yang menjadikan keperawatan jiwa
yang ditunjukkan dengan melakukan
mulai
pelanggaran sosial, agama maupun
dengan menjadi spesialis dengan peran
jiwa
dipandang
berkembang
awal
abab
19
dan fungsi yang unik. (Herman 2011).
jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7
Proses keperawatan pada klien dengan
per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak
masalah kesehatan jiwa merupakan
di
tantangan yang unik karena masala
Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi
kesehatan jiwa tidak dapat dilihat
rumah tangga yang pernah memasung
langsung,
masalah
anggota rumah tangga yang mengalami
kesehatan fisik yang memperlihatkan
gangguan jiwa berat 14,3 persen dan
bermacam gejala
dan disebabkan
terbanyak pada penduduk yang tinggal
berbagai hal. Kejadian masalalu yang
di perdesaan (18,2%), serta pada
sama dengan kejadian saat ini, tetapi
kelompok penduduk dengan kuintil
mungkin muncul gejala yang berbeda.
indeks kepemilikan terbawah (19,5%).
Banyak klien dengan masalah kesehatan
Prevalensi gangguan mental emosional
jiwa
menceritakan
pada penduduk Indonesia 6,0 persen.
mungkin
Provinsi dengan prevalensi ganguan
seperti
tidak
pada
dapat
masalahnya
bahkan
DI
Yogyakarta,
Sulawesi
menceritakan hal yang berbeda dan
mental
kontradiksi.
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Menurut
WHO
Organization)
(World
tahun
menyebutkan
bahwa
Health
2007,
emosional
Aceh,
tertinggi
adalah
Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa
Tenggara Timur.
prevalensi
Indikator kesehatan jiwa yang
masalah keperawatan jiwa saat ini
dinilai antara lain gangguan jiwa berat,
cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia
gangguan
pernah menderita masalah kesehatan
cakupan
jiwa, 1% diantaranya ada gangguan jiwa
jiwa berat adalah gangguan jiwa yang
berat.
ditandai
Potensi
terserang
seseorang
gangguan
jiwa
mudah
memang
mental
emosional
pengobatannya.
oleh
serta
Gangguan
terganggunya
kemampuan menilai realitas atau tilikan
tinggi, setiap saat 450 juta orang di
(insight)
seluruh
dampak
menyertai gangguan ini antara lain
maupun
berupa
dunia
permasalahan
terkena
jiwa,
saraf,
yang buruk. Gejala yang
halusinasi,
ilusi,
waham,
perilaku.Yang terdapat diseluruh dunia
gangguan proses pikir, kemampuan
adalah gangguan jiwa berat yaitu
berpikir, serta tingkah laku aneh,
skizofrenia.
misalnya agresivitas atau katatonik.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
Gangguan jiwa berat dikenal dengan
(Riskesdas, 2013) prevalensi gangguan
sebutan psikosis dan salah satu contoh
psikosis adalah skizofrenia (Riskesdas,
serangan skizofrenia merupakan suatu
2013).
hal yang melibatkan banyak sekali
Dari data yang diperoleh dapat
faktor.Faktor-faktor
itu
dilihat perbandingan antara laki-laki
perubahan
dengan perempuan daritahun 2013-
perubahan struktur kimia otak dan
2015.Dapat disimpulkan bahwa setiap
faktor genetik (Damaiyanti & Iskandar,
tahunnya angka kejadian kasus pada
2014).
laki-laki lebih tinggi dibandingan dengan
struktur
meliputi
Dari
uraian
fisik
otak,
diatas
dapat
perempuan karena banyaknya.Hal ini
disimpulkan bahwa kesehatan jiwa
sesuai dengan teori yang dikutip dari
sangat penting. Karena bila kesehatan
Antaranews & Erlina (2010). laki-laki
jiwa
beresiko mengalami gejala skizofrenia
mengakibatkan
lebih
besar
perempuan
estrogent
tidak
dijaga
maka
akan
gangguan
jiwa.
dibandingkan
dengan
Gangguan jiwa yang sering dijumpai
dikarenakan
hormon
adalah
yang
protektif
terhadap
gangguan
halusinasi.Sehingga
persepsi
penulis
tertarik
lebih
dalam
skizofrenia. Menurut penulis skizofrenia
untuk
mengangkat
dengan hormon estrogen masih ada
mengenai
hubungan karena, skizofrenia adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi.
pengelolaan
pada
klien
seseorang yang mengalami keretakan
jiwa.
sedangkan
hormon
estrogen
protektif dihasilkan oleh otak yang
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah
berlebihan karena ada perubahan pada
dengan
neorotransmite reseptor dan sel-sel
keperawatan yaitu pengelolaan kasus
pusat sehinga terjadi skizofrenia. Gejala
selama 2 hari yang berupa asuhan
ini akan lebih cepat muncul pada laki-
keperawatan klien dalam mengatasi
laki misalnya tidak bisa menyampaikan
masalah
materi
dengan skizofrenia.
secara
terganggu
runtut,
bahkan
konsentrasi
halusinasi
metodologi
pendengaran
seolah-olah
mendengar atau melihat objek palsu
(halusinasi).
Skizofrenia
pendekatan
HASIL PENGELOLAAN
Hasil peneglolaan didapatkan klien
merupakan
suatu
penyakit yang mempengaruhi fungsi
otak.Bahwa bukti-bukti terkini tentang
dapat
menjelaskan
dan
mendemonstrasikan cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan akitivas
didasarkan dari hasil pengkajian yang
dan minm obat sesuai prinsip 5 benar.
didapatkan data pasien melihat dan
mendengar
PEMBAHASAN
yang
mengajak
berbicara. Halusinasi menurut penulis
Dari seluruh data dilakukan analisa
untuk
sosok
menegakan
diagnosa
adalah respon berbeda dengan stimulus
yang
diberi
yang
tidak
mampu
keperawatan. Diagnosa keperawatan
dipersepsikan secara benar. Menurut
adalah interprestasi ilmiah dari data
(Rusdi, 2013) halusinasi merupakan
pengkajian
penginderaa
yang
digunakan
mengarahkan
implementasi,
keperawatan
rangsangan
perencanaan,
eksternal yang berhubungan dengan
evaluasi
salah satu indera tertentu atau lebih.
dalam
Data tersebut sesuai dengan yang
dan
Nanda
tanpa
(2012)
Damaiyanti & Iskandar (2014). Dari data
diungkapkan
pasien penulis menyusun diagnosa
dalam Yosep & Sutini (2014) yang
keperawatan yang pertama gangguan
menyatakan bahwa data subjektif dari
persepsi sensori: halusinasi, yang kedua
pasien
gangguang konsep diri: harga diri
sensori: halusinasi pendengaran adalah
rendah dan resiko perilaku kekerasan.
mendengar suara menyuruh melakukan
Hasil pengkajian yang didapat sudah
sesuatu
sesuai dengan teori menurut Carpenito
mendengarkan
(2007) menyatakan bahwa batasan
mendengar suara yang mengajaknya
karakteristik mayor dan minor dari
bercakap-cakap, mendengar seseorang
halusinasi adalah karakteristik minor
yang sudah meninggal, mendengar
yaitu: disorientasi mengenai tempat,
suara yang mengancam diri klien atau
waktu, orang, perubahan perilaku, dan
orang
perubahan
membahayakan.
pola
komunikas.
oleh
dengan
Videbeck
gangguan
yang
lain
persepsi
berbahaya,
suara
atau
(2004)
atau
suara
lain
Sedangkan
bunyi,
yang
data
Karakteristik mayornya adalah (harus
subjektif klien mengatakan bahwa klien
terdapat,
melihat objek palsu dan mendengar
satu
atau
lebih)
yaitu:
perubahan negatif dalam jumlah atau
suara laki-laki.
pola stimulus yang datang.
menurut Videbeck (2004) dalam Yosep
Penulis
keperawatan
sensori:
Dan data objektif
menegakan
diagnosa
& Sutini (2014) adalah klien tampak
gangguan
persepsi
mengarahkan telinga pada sumber
halusinasi
pendengaran
suara,
berbicara
sendiri
atau
tersenyum, marah-marah tanpa sebab,
terjadi tingkah laku yang berlebihan dan
menutup telinga, mulut komat-kamit
tidak terkendali. Menurut Alimul (2012)
dan ada gerakan tangan, sedangkan
merincikan
data objektif yang didapatkan dari klien
kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis,
adalah klien tampak menyendiri, kontak
psikologis, rasa cinta, harga diri dan
mata tidak fokus atau mudah beralih,
aktualisasi diri. Kebutuhan persepsi dan
proses pikir sirkumtansial, serta tampak
sensori termasuk dalam kebutuhan
tegang. Bila dilihat dari data yang
psikologis, bila kebutuhan ini tidak
penulis dapat dari pengkajian dan data
dapat
yang terdapat dalam tinjauan teori
menimbulkan
terdapat
yang
kesenjangan
antara
terdapat
lima
dipuaskan
macam
maka
akan
ketegangan-ketegangan
mendorong
individu
untuk
dikenyataan di lapangan dan teori yaitu
memulai tindakan untuk mencapai
tidak semua data yang ada dalam teori,
kepuasan
muncul
yang
disintegrasi kepibadian yang bersifat
(misalnya:
total, kemunduran fungsi secara total
dalam
dilakukan
oleh
pengkajian
penulis
mengarahkan telinga pada sumber
suara dan menutup telinga) hal ini
yang
hasilnya
adalah
dan keputus-asaan.
Penulis
mengambil
gangguan
dimungkinkan karena telah banyak.
persepsi sensori halusinasi sensori:
Sehingga data yang seharusnya muncul
halusinasi
pada saat pengkajian akhirnya tidak
masalah utama karena berdasarkan dari
muncul. Tetapi dari data yang diperoleh
hasil pengkajian yang didapatkan yang
dipengkajian,
dapat
paling actual yaitu gangguanpersepsi
mengkuatkan untuk diambil diagnosa
sensori: halusinasi pendengaran, klien
halusinasi.
mengatakan
sudah
pendengaran
sering
sebagai
mendengarkan
Diagnosa keperawatan kedua dan
suara-suara cowok, klien terlihat bicara
ketiga yaitu konsep diri: harga diri
sendiri dan mulut komat-kamit dan data
rendah dan resiko perilaku kekerasan,
tersebut masih muncul pada saat
penulis tidak membahasnya karena
sendiri. Data tersebut sesuai dengan
penulis
yang diunkapkan oleh Videbeck (2004)
beranggapan
bahwa
jika
masalah ini (halusinasi pendengaran)
dalam Yosep (2007)
tidak
dapat
subyektif mendengar suara menyuruh
dalam
melakukan sesuatu yang berbahaya,
di
menyebabkan
tangani
akan
kekacauan
orientasi dan memungkinkan untuk
mendengar
suara
yaitu: data
atau
bunyi.
Mendengar
suara
yang
mengajak
saat ini, menanyakan perawatan yang
bercakap-cakap dan mendengar suara
sudah diberikan perawat sebelumnya.
yang mengacam diri klien atau orang
Intervensi selanjutnya adalah melatih
lain. Data obyektif mengarahkan telinga
klien cara mengontrol halusinasi dengan
pada sumber suara, bicara atau tertawa
obat intervensi ini disusun supaya klien
sendiri,
paham
marah-marahtanpa
sebab,
dengan
nama
obat
yang
menutup telinga , mulut komat-kamit
diminumnya, fungsi obat, efek samping
da nada gerakan tangan.
dan
penulis
menyusun
intervensi
dosis
dari
Membantu
klien
keperawatan. Menurut Doenges (2012)
jadwal
kegiatan
Intervensi
kedua
adalah
keperawatan
adalah
obat
tersebut.
dalam
membuat
harian.
Intervensi
mengajarkan
klien
preskripsi untuk perilaku spesifik yang
penggunaan cara minum obatdengan
diharapkan dari klien dan tindakan yang
benar, agar klien tidak
harus dilakukan oleh perawat.Intervensi
kembali.
tindakan harus spesifik dan dinyatakan
Menurut
halusinasi
Doengoes
(2012)
dengan jelas dimulai dengan kata kerja
implementasi merupakan tindakan yang
aksi atau kalimat perintah. Intervensi
harus dilakukan perawat dari rencana
yang
keperawatan yang telah disusun pada
disusun
pada
klien
dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi
tahap
adalah
keperawatan dipilih untuk membantu
membina
hubungan
saling
perencanaan.Implementasi
percaya dengan mengunakan prinsip
pasien
dalam
mencapai
hal
yang
terapeutik dengan cara menyapa nama
diinginkan oleh pasien dengan tujuan
pasien dengan ramah baik verbal
pemulangan.
maupun nonverbal, memperkenalkan
Implementasi yang dilakukan pada
nama perawat, menanyakan nama
tanggal 4 April 2016 yaitu di Wisma
lengkap klien, membuat kontrak yang
Subadra
jelas, menjelaskan tujuan pertemuan,
halusinasi melakukan kegiatan (SP III).
bersikap empati dan menerima pasien
Dengan melakukan kegiatan diharapkan
apa adanya. Membina hubungan saling
adanya distraksi terharap klien sehingga
percaya dan bersikap empati pada klien
halusinasi tidak muncul. Implementasi
bertujuan untuk agar klien bisa percaya
dilakukan langsung SP III karena klien
pada perawat bahwa perawat bisa
sebelumnya
mengatasi masalah yang klien alami
mengontrol halusinasi dengan cara
adalah
cara
sudah
mengontrol
diajari
cara
menghardik dan bercakap-cakap oleh
kedalam
perawat sebelumnya yang merawat
Kegiatan yang dipilih oleh klien adalah
klien. Pertama membina hubungan
menyapu, klien tampak antusias dan
saling percaya dengan cara berjabat
kompeten
tangan dan memperkenalkan nama,
ini.Selanjutnya menginstruksikan klien
nama panggilan dan tujuan intervensi,
untuk mengulang kembali penjelasan
menanyakan nama klien, menunjukkan
yang telah diberikan untuk mengetahui
empati, jujur, dan menepati janji setiap
apakah
kali berinteraksi, menanyakan masalah
tidak.Kemudian
yang
klien,
mengisi jadwal kegiatan harian.Setelah
mendengarkan dengan penuh perhatian
melakukan implementasi hari pertama,
ungkapan
ini
selanjutnya penulis melakukan evaluasi
dilakukan karena dengan membina
untuk mengetahui hasil dari tindakan
hubungan
dapat
yang telah diberikan kepada klien. Dari
membantu pasien untuk memperluas
hasil penelitian Kala dan Dahrianis pada
dan
tahun 2014 yang berjudul Pengaruh TAK
sedang
dihadapi
perasaan
saling
klien.
Hal
percaya
menerima
semua
aspek
jadwal
kegiatan
harian.
melakukan
klien
sudah
kegiatan
paham
membantu
klien
kepribadian, serta dapat mengurangi
Stimulasi
ancaman yang diperlihatakan perawat
Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol
terhadap
Halusinasi Diruang Kenari RSKD Provinsi
klien
2014).Dengan
(Yosep
&
membina
Sutini,
hubungan
Sul-Sel
Persepsi
atau
dengan
terapi
Terhadap
mengikuti
saling percaya diharapkan klien mau
kegiatan pada terapi aktivitas kelompok
terbuka kepada perawat dan dapat
klien
digali dan diatasi permasalahan yang
halusinasi yang akan muncul (Kala &
dialami oleh klien. Pada pertemuan
Dahrianis, 2014).
akan
mampu
mengontrol
pertama penulis mengevaluasi terlebih
Pada pertemuan kedua hari Selasa
dahulu cara menghardik danbercakap-
5 April 2016 penulis mengevaluasi klien
cakap,setelah itu penulis mengajari cara
dengan
menghilangkan
dengan
seputar SP III (melakukan kegiatan),
mengikuti kegiatan yaitu mengevaluasi
hubungan saling percaya juga tetap
jadwal kegiatan harian klien, melatih
dilakukan. Setelah mengevaluasi klien,
klien cara mengendalikan halusinasi
penulis mengajarkan cara mengontrol
dengan
dan
halusinasi dengan minum obat. pada SP
memasukan
IV ini penulis memberitahukan 6 benar
halusinasi
melakukan
menganjurkan
klien
kegiatan
memberikan
pertanyaan
obat (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
menjadi dua yaitu evaluasi proses
kontinuitas minum obat). menjelaskan
(formatif) yang dilakukan setiap selesai
efek samping yang biasanya timbul
melaksanakan tindakan keperawatan.
tanpa membuat klien merasa takut
Yang
untuk
yang
(sumatif)
yaitu
membandingkan respon klien dengan
minum
didapatkan
obat.
oleh
Obat
klien
kedua
evaluasi
hasil
dilakukan
dengan
cara
chlorpromazine,
haloperidol
dan
trihexilpenidyl.
Chlorpromazine
ini
(Kusumawati & Hartono, 2010). Evaluasi
gunakan untuk menghilangkan suara-
yang didapat pada klien yaitu klien mau
suara
melakukan kegiatan yaitu menyapu.Dan
dengan efek insomnia, agitasi,
tujuan
yaitu
rasa cemas, sakit kepala. Obat ini dapat
klien
diminum
2
yang
klien
mau
telah
ditentukan
diajarkan
tehnik
x
sehari.Yang
kedua
obat.Klien mampu menjelaskan kembali
haloperidol
ini
gunakan
untuk
SP obat dan mampu minum obat secara
pikirannya
biar
ini
mandiri.Serta klien berusaha melakukan
tenang.Obat
diberikan 2 x sehari. Dan yang ketiga
kegiatan bila halusinasi muncul.
trihexilpenidyl ini gunakan untuk rileks
Evaluasi sumatif dilakukan dengan
dan tidak kaku, obat ini dapat diminum
membandingkan data sebelumnya yang
sehari 2x dengan sekali minum 2 mg
didapatkan saat pengkajian dengan
dan diminum lewat mulut. Selanjutnya
data yang didapatkan setelah dilakukan
menginstruksikan
untuk
implementasi yaitu saat dikaji klien
mengulang kembali penjelasan yang
mengatakan sering mendengar suara
telah
laki-laki
apakah
diberikan
klien
klien
untuk
sudah
mengetahui
mengajak
klien
atau
bicara.Setelah dilakukan implementasi
klien
keperawatan pada klien selama 2 hari,
mengisi jadwal kegiatan harian. Setelah
klien sudah tidak mendengar suara laki-
melakukan implementasi hari kedua,
laki tersebut.Klien mengatakan mampu
selanjutnya penulis melakukan evaluasi
melakukan teknik menghardik, teknik
untuk mengetahui hasil dari tindakan
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
yang telah diberikan kepada klien.
dan teknik obat.klien antusias dengan
tidak.kemudian
Evaluasi
paham
yang
membantu
adalah
proses
yang
pengobatannya dan mampu diarahkan
berkelanjutan untuk menilai efek dari
untuk meminum obat yg diberikan oleh
tindakan keperawatan dari klien (Riyadi
tim medis, serta mau diarahkan mengisi
& Purwanto, 2009). Evaluasi dibedakan
jadwal kegiatan harian.
KESIMPULAN
kegiatan menyapu dengan benar. Dan klien
Kesimpulan dari penulis pada pengelolaan
mau minum obat dengan rutin dibantu oleh
klien dengan ganggguan persepsi sensori:
perawat, klien mampu menjelaskan enam
halusinasi
sebagai
cara yang benar minum obat.Evaluasi klien
berikut dari pengkajian pada Ny. D didapatkan
sudah melakukan cara mengontrol halusinasi
data subyektif yaitu klien mengatakan sering
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
mendengar suara­suara laki­laki muncul saat
pendengaran dengan aktivitas dan obat.Hal
sendirian, dan data obyektif klien tampak
ini
menyendiri, melamun, bicara sendiri dan
menyelesaikan masalah keperawatan yang
kontak mata mudah beralih. Didapatkan
muncul pada Ny. D secara menyeluruh tetapi
masalah keperawatan utama yaitu gangguan
sudah ada kemajuan yang dicapai oleh klien.
persepsi sensori: halusinasI pendengaran
Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis bisa
Rencana tindakan yang dilakukan penulis
menjadi pertimbangan terhadap intervensi,
untuk klien yaitu bina hubungan saling
implementasi,
percaya dengan klien, ajarkan klien tehnik
melanjutkan asuhan keperawatanya terhadap
control halusinasi dengan kegiatan, yaitu
klien.
pendengaran
adalah
berarti
penulis
belum
serta
evaluasi
mampu
untuk
menyapu, bantu klien untuk memasukkan
kegiatan kedalam jadwal kegiatan.
Dan
SARAN
ajarkan klien tehnik kontrol halusina sidengan
Bagi perawat pelaksana
obat, jelaskan pada klien cara minum obat
Diharapkan perawat pelaksana dapat
yang benar (guna, jenis, dosis, frekuensi, cara,
meningkatkan lagi komunikasi dengan
waktu).Tindakan keperawatan yang dilakukan
klien
penulis pada klien dengan gangguan persepsi
aktivitas kelompok terutama gangguan
sensori:
yaitu
persepsi sensori: halusinasi agar klien
membina hubungan saling percaya dengan
mampu berinteraksi dengan teman satu
klien, mengajarkan klien tehnik kegiatanya itu
ruangan dan juga perawat yang ada di
menyapu dan mengajarkan control halusinasi
ruangan sehingga klien bisa mengalihkan
dengan teknik obat, menjelaskan enam benar
perhatiannya terhadap suara-suara yang
minum obat kepada klien (dosis, waktu,
didengarnya.
frekuensi, guna, jenis, cara), setelah dilakukan
Bagi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
tindakan keperawatan pada klien dengan
Magelang
gangguan
halusinasi
Diharapkan untuk lebih meningkatkan
pendengaran didapatkan evaluasi dengan
dalam memberikan pelayanan kesehatan
hasil klien sudah mampu melakukan tehnik
kepada klien sesuai dengan standar
halusinasi
persepsi
pendengaran
sensori:
dan
sering
melakukan
terapi
operasional
prosedur,
aktif
dalam
memberikan pendidikan pada klien dan
keluarga. Terutama pada klien dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.
Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan literatur
tentang gangguan jiwa terutama tentang
asuhan keperawatan gangguan persepsi
sensori: halusinasi karena dirasa literatur
di
perpustakaan
masih
kurang.
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan kepada mahasiswa secara
maksimal.
Bagi masyarakat/keluarga
Diharapkan
merubah
masyarakat/keluarga
pandangan
terhadap
bisa
klien
gangguan jiwa agar tidak dijauhi, mampu
menerima dan merawat klien gangguan
jiwa terutama dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran. Keluarga
juga harus selalu memotivasi klien agar
klien lebih terbuka tentang masalah yang
dihadapinya dan selalu mendampingi
klien saat klien kontrol ke rumah sakit
agar klien merasakan kasih sayang serta
dukungan dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews & Erlina Dererminan terhadap
tumbulnya skizofrenia pada pasien
dengan rawat jalan di rumah sakit
jiwa prof. Hb saanin padang Sumatera
barat. Berita kedokteran Masyarakat
(Vol .26, No. 2). Yogyakarta: EGC
Carpenito, L.J. (2007). Rencana Asuhan dan
Pendokumentasian
Keperawatan
(Edisi 2).Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Damaiyanti, M., & Iskandar.(2014). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refik
Aditama
Depkes RI. (2007). KeperawatanJiwa: Teori
Dan Tindakan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Depkes RI.
Dermawan, D., &Rusdi. (2013). Keperawatan
Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Keperawatan
Psikiatri.Edisi 3. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Doenges, Marlin E dkk.(2006). Rencana
Asuhan Keperawatan Pskiatri.Edisi
3.Jakarta: EGC.
Herman. (2011) Buku Ajar Keperawatan
Psikiatri. Edisi 3. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hidayat. A. A. Alimul. (2009). Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Kala, A., &Dahrianis. (2014). Pengaruh TAK
Stimulasi
Persepsi
Terhadap
Kemampuan
Pasien
Dalam
Mengontrol Halusinasi di ruang Kenari
RSKD
Provinsi
Sul-Sel.
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk
1/10/e-library% 20stikes% 20nani%
20 hasanuddin—asni kalada-451-142141571-1.pdf. diakses pada tanggal
23 April 2016.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010).Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhith.Abdul.(2015).Pendidikan
Keperawatan
Jiwa
Teori
dan
Aplikasi.Yogyakarta: CV andi Offset
Nanda, (2012-2014).Diagnosis Keperawatan
Nanda 2012-2014 Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta: EGC
Prabowo,
Eko.
(2014). Konsep
&
Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yo
gyakarta: Nuha Medika.
Riyadi,
Rahmawati, Y. (2014). Asuhan Keperawatan
PadaNy. L Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di
Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa
Daerah
Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/30925/21/N
ASKAH_PUBLIKASI.pdf. diakses pada
tanggal 14 April 2016.
Semium dalam Herman, (2011). Buku Ajar
Keperawan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riskesdas (2013). Kesehatan Jiwa Menurut Ris
kesdas 2013.http://www.litbang.depk
es.go.id/sites/download/rkd2013/Lap
oran_riskesdas_2013_final.pdf.diakse
spada tanggal 29 April 2016.
S.,
&Purwanto,
T.
(2009).
AsuhanKeperawatan Jiwa. Yogjakarta:
GrahaIlmu.
Stuart, G. S., & Sandra.(2007). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: EGC.
WHO.(2007). The world health report 2007.ht
tp://www.who.int/whr/2007/whr07_
edf. Diakses pada tanggal 29 April
2016.
Yosep, I., &Sutini, T. (2014).Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Download