PENGELOLAAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA NYONYA. D DENGAN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG Arlinda Claudina1, Ana Puji Astuti2, M Musta’in3 123 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Seseorang dengan skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi sensori: halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.Tujuan penulis ini untuk melaporkan kelolaan kasus halusinasi pendengaran pada Ny. D dengan skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan metodologi keperawatan yaitu pengelolaan kasus selama 2 hari yang berupa asuhan keperawatan klien dalam mengatasi masalah halusinasi pendengaran dengan skizofrenia Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, demonstrasi. Hasil pengelolaan didapatkan klien mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat da aktivitas. Tindakan yang diberikan kepada klien tidak menyebabkan masalah lain akibat gangguan persepsi sensori: halusinasi yang dialami. Saran bagi RSJ. Prof. dr. Soerojo Magelang diharapkan untuk lebih meningkatkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien sesuai dengan standar operasional prosedur, aktif dalam memberikan pendidikan pada klien dan keluarga, terutama pada klien dengan gangguan persepsi sensori:halusinasi Kata kunci : halusinasi pendengaran dengan skizofrenia, kegiatan, minum obat LATAR BELAKANG norma Kesehatan jiwa merupakan adalah berbagai karakteristik menggambarkan sosial, karena dapat menyebabkan terjadinya penganiayaan, positif yang hukuman dan pelecehan di masyarakat. keselarasan dan Kejadian itu dikarenakan kurangnya keseimbangan jiwa mencerminkan tingkat yang dapat kedewasaan pengetahuan masyarakat gangguan jiwa mengenai menyebabkan kepribadian seseorang (Herman, 2011). masyarakat melakukan tindakan yang Gangguan sebagai disepakati oleh budayanya, kejadian hukuman dimasa lalu karena seseorang yang menjadikan keperawatan jiwa yang ditunjukkan dengan melakukan mulai pelanggaran sosial, agama maupun dengan menjadi spesialis dengan peran jiwa dipandang berkembang awal abab 19 dan fungsi yang unik. (Herman 2011). jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 Proses keperawatan pada klien dengan per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak masalah kesehatan jiwa merupakan di tantangan yang unik karena masala Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi kesehatan jiwa tidak dapat dilihat rumah tangga yang pernah memasung langsung, masalah anggota rumah tangga yang mengalami kesehatan fisik yang memperlihatkan gangguan jiwa berat 14,3 persen dan bermacam gejala dan disebabkan terbanyak pada penduduk yang tinggal berbagai hal. Kejadian masalalu yang di perdesaan (18,2%), serta pada sama dengan kejadian saat ini, tetapi kelompok penduduk dengan kuintil mungkin muncul gejala yang berbeda. indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Banyak klien dengan masalah kesehatan Prevalensi gangguan mental emosional jiwa menceritakan pada penduduk Indonesia 6,0 persen. mungkin Provinsi dengan prevalensi ganguan seperti tidak pada dapat masalahnya bahkan DI Yogyakarta, Sulawesi menceritakan hal yang berbeda dan mental kontradiksi. Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Menurut WHO Organization) (World tahun menyebutkan bahwa Health 2007, emosional Aceh, tertinggi adalah Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. prevalensi Indikator kesehatan jiwa yang masalah keperawatan jiwa saat ini dinilai antara lain gangguan jiwa berat, cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia gangguan pernah menderita masalah kesehatan cakupan jiwa, 1% diantaranya ada gangguan jiwa jiwa berat adalah gangguan jiwa yang berat. ditandai Potensi terserang seseorang gangguan jiwa mudah memang mental emosional pengobatannya. oleh serta Gangguan terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan tinggi, setiap saat 450 juta orang di (insight) seluruh dampak menyertai gangguan ini antara lain maupun berupa dunia permasalahan terkena jiwa, saraf, yang buruk. Gejala yang halusinasi, ilusi, waham, perilaku.Yang terdapat diseluruh dunia gangguan proses pikir, kemampuan adalah gangguan jiwa berat yaitu berpikir, serta tingkah laku aneh, skizofrenia. misalnya agresivitas atau katatonik. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Gangguan jiwa berat dikenal dengan (Riskesdas, 2013) prevalensi gangguan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia (Riskesdas, serangan skizofrenia merupakan suatu 2013). hal yang melibatkan banyak sekali Dari data yang diperoleh dapat faktor.Faktor-faktor itu dilihat perbandingan antara laki-laki perubahan dengan perempuan daritahun 2013- perubahan struktur kimia otak dan 2015.Dapat disimpulkan bahwa setiap faktor genetik (Damaiyanti & Iskandar, tahunnya angka kejadian kasus pada 2014). laki-laki lebih tinggi dibandingan dengan struktur meliputi Dari uraian fisik otak, diatas dapat perempuan karena banyaknya.Hal ini disimpulkan bahwa kesehatan jiwa sesuai dengan teori yang dikutip dari sangat penting. Karena bila kesehatan Antaranews & Erlina (2010). laki-laki jiwa beresiko mengalami gejala skizofrenia mengakibatkan lebih besar perempuan estrogent tidak dijaga maka akan gangguan jiwa. dibandingkan dengan Gangguan jiwa yang sering dijumpai dikarenakan hormon adalah yang protektif terhadap gangguan halusinasi.Sehingga persepsi penulis tertarik lebih dalam skizofrenia. Menurut penulis skizofrenia untuk mengangkat dengan hormon estrogen masih ada mengenai hubungan karena, skizofrenia adalah gangguan persepsi sensori halusinasi. pengelolaan pada klien seseorang yang mengalami keretakan jiwa. sedangkan hormon estrogen protektif dihasilkan oleh otak yang METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah berlebihan karena ada perubahan pada dengan neorotransmite reseptor dan sel-sel keperawatan yaitu pengelolaan kasus pusat sehinga terjadi skizofrenia. Gejala selama 2 hari yang berupa asuhan ini akan lebih cepat muncul pada laki- keperawatan klien dalam mengatasi laki misalnya tidak bisa menyampaikan masalah materi dengan skizofrenia. secara terganggu runtut, bahkan konsentrasi halusinasi metodologi pendengaran seolah-olah mendengar atau melihat objek palsu (halusinasi). Skizofrenia pendekatan HASIL PENGELOLAAN Hasil peneglolaan didapatkan klien merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi fungsi otak.Bahwa bukti-bukti terkini tentang dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan akitivas didasarkan dari hasil pengkajian yang dan minm obat sesuai prinsip 5 benar. didapatkan data pasien melihat dan mendengar PEMBAHASAN yang mengajak berbicara. Halusinasi menurut penulis Dari seluruh data dilakukan analisa untuk sosok menegakan diagnosa adalah respon berbeda dengan stimulus yang diberi yang tidak mampu keperawatan. Diagnosa keperawatan dipersepsikan secara benar. Menurut adalah interprestasi ilmiah dari data (Rusdi, 2013) halusinasi merupakan pengkajian penginderaa yang digunakan mengarahkan implementasi, keperawatan rangsangan perencanaan, eksternal yang berhubungan dengan evaluasi salah satu indera tertentu atau lebih. dalam Data tersebut sesuai dengan yang dan Nanda tanpa (2012) Damaiyanti & Iskandar (2014). Dari data diungkapkan pasien penulis menyusun diagnosa dalam Yosep & Sutini (2014) yang keperawatan yang pertama gangguan menyatakan bahwa data subjektif dari persepsi sensori: halusinasi, yang kedua pasien gangguang konsep diri: harga diri sensori: halusinasi pendengaran adalah rendah dan resiko perilaku kekerasan. mendengar suara menyuruh melakukan Hasil pengkajian yang didapat sudah sesuatu sesuai dengan teori menurut Carpenito mendengarkan (2007) menyatakan bahwa batasan mendengar suara yang mengajaknya karakteristik mayor dan minor dari bercakap-cakap, mendengar seseorang halusinasi adalah karakteristik minor yang sudah meninggal, mendengar yaitu: disorientasi mengenai tempat, suara yang mengancam diri klien atau waktu, orang, perubahan perilaku, dan orang perubahan membahayakan. pola komunikas. oleh dengan Videbeck gangguan yang lain persepsi berbahaya, suara atau (2004) atau suara lain Sedangkan bunyi, yang data Karakteristik mayornya adalah (harus subjektif klien mengatakan bahwa klien terdapat, melihat objek palsu dan mendengar satu atau lebih) yaitu: perubahan negatif dalam jumlah atau suara laki-laki. pola stimulus yang datang. menurut Videbeck (2004) dalam Yosep Penulis keperawatan sensori: Dan data objektif menegakan diagnosa & Sutini (2014) adalah klien tampak gangguan persepsi mengarahkan telinga pada sumber halusinasi pendengaran suara, berbicara sendiri atau tersenyum, marah-marah tanpa sebab, terjadi tingkah laku yang berlebihan dan menutup telinga, mulut komat-kamit tidak terkendali. Menurut Alimul (2012) dan ada gerakan tangan, sedangkan merincikan data objektif yang didapatkan dari klien kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, adalah klien tampak menyendiri, kontak psikologis, rasa cinta, harga diri dan mata tidak fokus atau mudah beralih, aktualisasi diri. Kebutuhan persepsi dan proses pikir sirkumtansial, serta tampak sensori termasuk dalam kebutuhan tegang. Bila dilihat dari data yang psikologis, bila kebutuhan ini tidak penulis dapat dari pengkajian dan data dapat yang terdapat dalam tinjauan teori menimbulkan terdapat yang kesenjangan antara terdapat lima dipuaskan macam maka akan ketegangan-ketegangan mendorong individu untuk dikenyataan di lapangan dan teori yaitu memulai tindakan untuk mencapai tidak semua data yang ada dalam teori, kepuasan muncul yang disintegrasi kepibadian yang bersifat (misalnya: total, kemunduran fungsi secara total dalam dilakukan oleh pengkajian penulis mengarahkan telinga pada sumber suara dan menutup telinga) hal ini yang hasilnya adalah dan keputus-asaan. Penulis mengambil gangguan dimungkinkan karena telah banyak. persepsi sensori halusinasi sensori: Sehingga data yang seharusnya muncul halusinasi pada saat pengkajian akhirnya tidak masalah utama karena berdasarkan dari muncul. Tetapi dari data yang diperoleh hasil pengkajian yang didapatkan yang dipengkajian, dapat paling actual yaitu gangguanpersepsi mengkuatkan untuk diambil diagnosa sensori: halusinasi pendengaran, klien halusinasi. mengatakan sudah pendengaran sering sebagai mendengarkan Diagnosa keperawatan kedua dan suara-suara cowok, klien terlihat bicara ketiga yaitu konsep diri: harga diri sendiri dan mulut komat-kamit dan data rendah dan resiko perilaku kekerasan, tersebut masih muncul pada saat penulis tidak membahasnya karena sendiri. Data tersebut sesuai dengan penulis yang diunkapkan oleh Videbeck (2004) beranggapan bahwa jika masalah ini (halusinasi pendengaran) dalam Yosep (2007) tidak dapat subyektif mendengar suara menyuruh dalam melakukan sesuatu yang berbahaya, di menyebabkan tangani akan kekacauan orientasi dan memungkinkan untuk mendengar suara yaitu: data atau bunyi. Mendengar suara yang mengajak saat ini, menanyakan perawatan yang bercakap-cakap dan mendengar suara sudah diberikan perawat sebelumnya. yang mengacam diri klien atau orang Intervensi selanjutnya adalah melatih lain. Data obyektif mengarahkan telinga klien cara mengontrol halusinasi dengan pada sumber suara, bicara atau tertawa obat intervensi ini disusun supaya klien sendiri, paham marah-marahtanpa sebab, dengan nama obat yang menutup telinga , mulut komat-kamit diminumnya, fungsi obat, efek samping da nada gerakan tangan. dan penulis menyusun intervensi dosis dari Membantu klien keperawatan. Menurut Doenges (2012) jadwal kegiatan Intervensi kedua adalah keperawatan adalah obat tersebut. dalam membuat harian. Intervensi mengajarkan klien preskripsi untuk perilaku spesifik yang penggunaan cara minum obatdengan diharapkan dari klien dan tindakan yang benar, agar klien tidak harus dilakukan oleh perawat.Intervensi kembali. tindakan harus spesifik dan dinyatakan Menurut halusinasi Doengoes (2012) dengan jelas dimulai dengan kata kerja implementasi merupakan tindakan yang aksi atau kalimat perintah. Intervensi harus dilakukan perawat dari rencana yang keperawatan yang telah disusun pada disusun pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi tahap adalah keperawatan dipilih untuk membantu membina hubungan saling perencanaan.Implementasi percaya dengan mengunakan prinsip pasien dalam mencapai hal yang terapeutik dengan cara menyapa nama diinginkan oleh pasien dengan tujuan pasien dengan ramah baik verbal pemulangan. maupun nonverbal, memperkenalkan Implementasi yang dilakukan pada nama perawat, menanyakan nama tanggal 4 April 2016 yaitu di Wisma lengkap klien, membuat kontrak yang Subadra jelas, menjelaskan tujuan pertemuan, halusinasi melakukan kegiatan (SP III). bersikap empati dan menerima pasien Dengan melakukan kegiatan diharapkan apa adanya. Membina hubungan saling adanya distraksi terharap klien sehingga percaya dan bersikap empati pada klien halusinasi tidak muncul. Implementasi bertujuan untuk agar klien bisa percaya dilakukan langsung SP III karena klien pada perawat bahwa perawat bisa sebelumnya mengatasi masalah yang klien alami mengontrol halusinasi dengan cara adalah cara sudah mengontrol diajari cara menghardik dan bercakap-cakap oleh kedalam perawat sebelumnya yang merawat Kegiatan yang dipilih oleh klien adalah klien. Pertama membina hubungan menyapu, klien tampak antusias dan saling percaya dengan cara berjabat kompeten tangan dan memperkenalkan nama, ini.Selanjutnya menginstruksikan klien nama panggilan dan tujuan intervensi, untuk mengulang kembali penjelasan menanyakan nama klien, menunjukkan yang telah diberikan untuk mengetahui empati, jujur, dan menepati janji setiap apakah kali berinteraksi, menanyakan masalah tidak.Kemudian yang klien, mengisi jadwal kegiatan harian.Setelah mendengarkan dengan penuh perhatian melakukan implementasi hari pertama, ungkapan ini selanjutnya penulis melakukan evaluasi dilakukan karena dengan membina untuk mengetahui hasil dari tindakan hubungan dapat yang telah diberikan kepada klien. Dari membantu pasien untuk memperluas hasil penelitian Kala dan Dahrianis pada dan tahun 2014 yang berjudul Pengaruh TAK sedang dihadapi perasaan saling klien. Hal percaya menerima semua aspek jadwal kegiatan harian. melakukan klien sudah kegiatan paham membantu klien kepribadian, serta dapat mengurangi Stimulasi ancaman yang diperlihatakan perawat Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol terhadap Halusinasi Diruang Kenari RSKD Provinsi klien 2014).Dengan (Yosep & membina Sutini, hubungan Sul-Sel Persepsi atau dengan terapi Terhadap mengikuti saling percaya diharapkan klien mau kegiatan pada terapi aktivitas kelompok terbuka kepada perawat dan dapat klien digali dan diatasi permasalahan yang halusinasi yang akan muncul (Kala & dialami oleh klien. Pada pertemuan Dahrianis, 2014). akan mampu mengontrol pertama penulis mengevaluasi terlebih Pada pertemuan kedua hari Selasa dahulu cara menghardik danbercakap- 5 April 2016 penulis mengevaluasi klien cakap,setelah itu penulis mengajari cara dengan menghilangkan dengan seputar SP III (melakukan kegiatan), mengikuti kegiatan yaitu mengevaluasi hubungan saling percaya juga tetap jadwal kegiatan harian klien, melatih dilakukan. Setelah mengevaluasi klien, klien cara mengendalikan halusinasi penulis mengajarkan cara mengontrol dengan dan halusinasi dengan minum obat. pada SP memasukan IV ini penulis memberitahukan 6 benar halusinasi melakukan menganjurkan klien kegiatan memberikan pertanyaan obat (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, menjadi dua yaitu evaluasi proses kontinuitas minum obat). menjelaskan (formatif) yang dilakukan setiap selesai efek samping yang biasanya timbul melaksanakan tindakan keperawatan. tanpa membuat klien merasa takut Yang untuk yang (sumatif) yaitu membandingkan respon klien dengan minum didapatkan obat. oleh Obat klien kedua evaluasi hasil dilakukan dengan cara chlorpromazine, haloperidol dan trihexilpenidyl. Chlorpromazine ini (Kusumawati & Hartono, 2010). Evaluasi gunakan untuk menghilangkan suara- yang didapat pada klien yaitu klien mau suara melakukan kegiatan yaitu menyapu.Dan dengan efek insomnia, agitasi, tujuan yaitu rasa cemas, sakit kepala. Obat ini dapat klien diminum 2 yang klien mau telah ditentukan diajarkan tehnik x sehari.Yang kedua obat.Klien mampu menjelaskan kembali haloperidol ini gunakan untuk SP obat dan mampu minum obat secara pikirannya biar ini mandiri.Serta klien berusaha melakukan tenang.Obat diberikan 2 x sehari. Dan yang ketiga kegiatan bila halusinasi muncul. trihexilpenidyl ini gunakan untuk rileks Evaluasi sumatif dilakukan dengan dan tidak kaku, obat ini dapat diminum membandingkan data sebelumnya yang sehari 2x dengan sekali minum 2 mg didapatkan saat pengkajian dengan dan diminum lewat mulut. Selanjutnya data yang didapatkan setelah dilakukan menginstruksikan untuk implementasi yaitu saat dikaji klien mengulang kembali penjelasan yang mengatakan sering mendengar suara telah laki-laki apakah diberikan klien klien untuk sudah mengetahui mengajak klien atau bicara.Setelah dilakukan implementasi klien keperawatan pada klien selama 2 hari, mengisi jadwal kegiatan harian. Setelah klien sudah tidak mendengar suara laki- melakukan implementasi hari kedua, laki tersebut.Klien mengatakan mampu selanjutnya penulis melakukan evaluasi melakukan teknik menghardik, teknik untuk mengetahui hasil dari tindakan bercakap-cakap, melakukan kegiatan yang telah diberikan kepada klien. dan teknik obat.klien antusias dengan tidak.kemudian Evaluasi paham yang membantu adalah proses yang pengobatannya dan mampu diarahkan berkelanjutan untuk menilai efek dari untuk meminum obat yg diberikan oleh tindakan keperawatan dari klien (Riyadi tim medis, serta mau diarahkan mengisi & Purwanto, 2009). Evaluasi dibedakan jadwal kegiatan harian. KESIMPULAN kegiatan menyapu dengan benar. Dan klien Kesimpulan dari penulis pada pengelolaan mau minum obat dengan rutin dibantu oleh klien dengan ganggguan persepsi sensori: perawat, klien mampu menjelaskan enam halusinasi sebagai cara yang benar minum obat.Evaluasi klien berikut dari pengkajian pada Ny. D didapatkan sudah melakukan cara mengontrol halusinasi data subyektif yaitu klien mengatakan sering dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi mendengar suara­suara laki­laki muncul saat pendengaran dengan aktivitas dan obat.Hal sendirian, dan data obyektif klien tampak ini menyendiri, melamun, bicara sendiri dan menyelesaikan masalah keperawatan yang kontak mata mudah beralih. Didapatkan muncul pada Ny. D secara menyeluruh tetapi masalah keperawatan utama yaitu gangguan sudah ada kemajuan yang dicapai oleh klien. persepsi sensori: halusinasI pendengaran Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis bisa Rencana tindakan yang dilakukan penulis menjadi pertimbangan terhadap intervensi, untuk klien yaitu bina hubungan saling implementasi, percaya dengan klien, ajarkan klien tehnik melanjutkan asuhan keperawatanya terhadap control halusinasi dengan kegiatan, yaitu klien. pendengaran adalah berarti penulis belum serta evaluasi mampu untuk menyapu, bantu klien untuk memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan. Dan SARAN ajarkan klien tehnik kontrol halusina sidengan Bagi perawat pelaksana obat, jelaskan pada klien cara minum obat Diharapkan perawat pelaksana dapat yang benar (guna, jenis, dosis, frekuensi, cara, meningkatkan lagi komunikasi dengan waktu).Tindakan keperawatan yang dilakukan klien penulis pada klien dengan gangguan persepsi aktivitas kelompok terutama gangguan sensori: yaitu persepsi sensori: halusinasi agar klien membina hubungan saling percaya dengan mampu berinteraksi dengan teman satu klien, mengajarkan klien tehnik kegiatanya itu ruangan dan juga perawat yang ada di menyapu dan mengajarkan control halusinasi ruangan sehingga klien bisa mengalihkan dengan teknik obat, menjelaskan enam benar perhatiannya terhadap suara-suara yang minum obat kepada klien (dosis, waktu, didengarnya. frekuensi, guna, jenis, cara), setelah dilakukan Bagi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo tindakan keperawatan pada klien dengan Magelang gangguan halusinasi Diharapkan untuk lebih meningkatkan pendengaran didapatkan evaluasi dengan dalam memberikan pelayanan kesehatan hasil klien sudah mampu melakukan tehnik kepada klien sesuai dengan standar halusinasi persepsi pendengaran sensori: dan sering melakukan terapi operasional prosedur, aktif dalam memberikan pendidikan pada klien dan keluarga. Terutama pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi. Bagi Institusi pendidikan Diharapkan dapat menambahkan literatur tentang gangguan jiwa terutama tentang asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi karena dirasa literatur di perpustakaan masih kurang. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa secara maksimal. Bagi masyarakat/keluarga Diharapkan merubah masyarakat/keluarga pandangan terhadap bisa klien gangguan jiwa agar tidak dijauhi, mampu menerima dan merawat klien gangguan jiwa terutama dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Keluarga juga harus selalu memotivasi klien agar klien lebih terbuka tentang masalah yang dihadapinya dan selalu mendampingi klien saat klien kontrol ke rumah sakit agar klien merasakan kasih sayang serta dukungan dari keluarga. DAFTAR PUSTAKA Antaranews & Erlina Dererminan terhadap tumbulnya skizofrenia pada pasien dengan rawat jalan di rumah sakit jiwa prof. Hb saanin padang Sumatera barat. Berita kedokteran Masyarakat (Vol .26, No. 2). Yogyakarta: EGC Carpenito, L.J. (2007). Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan (Edisi 2).Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC. Damaiyanti, M., & Iskandar.(2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refik Aditama Depkes RI. (2007). KeperawatanJiwa: Teori Dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI. Dermawan, D., &Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Psikiatri.Edisi 3. Yogyakarta: Nuha Medika. Doenges, Marlin E dkk.(2006). Rencana Asuhan Keperawatan Pskiatri.Edisi 3.Jakarta: EGC. Herman. (2011) Buku Ajar Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Yogyakarta: Nuha Medika. Hidayat. A. A. Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Kala, A., &Dahrianis. (2014). Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi di ruang Kenari RSKD Provinsi Sul-Sel. http://library.stikesnh.ac.id/files/disk 1/10/e-library% 20stikes% 20nani% 20 hasanuddin—asni kalada-451-142141571-1.pdf. diakses pada tanggal 23 April 2016. Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Muhith.Abdul.(2015).Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: CV andi Offset Nanda, (2012-2014).Diagnosis Keperawatan Nanda 2012-2014 Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yo gyakarta: Nuha Medika. Riyadi, Rahmawati, Y. (2014). Asuhan Keperawatan PadaNy. L Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/30925/21/N ASKAH_PUBLIKASI.pdf. diakses pada tanggal 14 April 2016. Semium dalam Herman, (2011). Buku Ajar Keperawan Jiwa. Jakarta: EGC. Riskesdas (2013). Kesehatan Jiwa Menurut Ris kesdas 2013.http://www.litbang.depk es.go.id/sites/download/rkd2013/Lap oran_riskesdas_2013_final.pdf.diakse spada tanggal 29 April 2016. S., &Purwanto, T. (2009). AsuhanKeperawatan Jiwa. Yogjakarta: GrahaIlmu. Stuart, G. S., & Sandra.(2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. WHO.(2007). The world health report 2007.ht tp://www.who.int/whr/2007/whr07_ edf. Diakses pada tanggal 29 April 2016. Yosep, I., &Sutini, T. (2014).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.