Uploaded by syahzanulhusna

MAKALAH IDENTITAS DAN INTEGERASI BANGSA

advertisement
MAKALAH KEWARGANEGARAAN
MENGENAI UUD NKRI TSHUN 1945 SEBAGAI KONSTITUSI
INDONESIA
Dosen Pengampu : Chairul Azhar, M.Si
Disusun Oleh :
Syah Zanul Husna (0701191128)
Ilmu Komputer VI
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Identitas dan Integrasi Nasional ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami untuk
bahan diskusi dan referensi bagi kami agar mengetahui lebih luas tentang Identitas
dan Integrasi Nasional.
Makalah ini berisikan tentang Identitas dan Integrasi Nasional. Makalah
ini kami buat sebagaimana mestinya. Semoga bermanfaat bagi penulis serta
pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, penulis masih merasa belum sempurna
dalam penulisan makalah, maka kami berharap saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat menulis lebih baik lagi.
Wasaalamu ‘alaikum Wr. Wb
Medan, April 2020
Syah Zanul Husna
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ i
Daftar Isi ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang ....................................................................................................... 1
2.Rumusan masalah ................................................................................................. 2
3.Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Konstitualisme ..................................................................................................... 3
2. Konstitusi Negara................................................................................................. 5
3. UUD NRI 1945 sebagai Konstitusi Indonesia ..................................................... 9
4. Sistem Ketatanegaraan Indonesia ........................................................................ 11
BAB III PENUTUP
1.Kesimpulan ........................................................................................................... 15
2.Saran ..................................................................................................................... 15
Daftar pustaka ............................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang
ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak
mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara.
Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai
hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan
Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal
sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus
memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara
tersebut
harus
menganut
gagasan
tenttang
konstitusionalisme.
Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh
sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas
konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia. Manusia hidup
bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar belakangnya. Mulamula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan
dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut
masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan
masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh
kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah
bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang berbeda-beda.
Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris).
Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa Bangsa dan Identitas?
2. Apa dan Bagaimana Identitas Nasional Indonesia?
3. Bagaimana Negara Bangsa Indonesia?
4.Bagaimana Dan Pentingnya Integrasi?
5.Bagaimana Pengembangan Integrasi Indonesia?
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,tujuanya adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui Bangsa dan identitas.
b. Mengetahui Bagaimana Identitas Nasional Indonesia
c. Mengetahui Negara Bangsa Indonesia
d. Mengetahui Mana Dan Pentingnya Integrasi
e. Mengetahui Pengembangan Integrasi Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BANGSA DAN IDENTITAS
Kata identitas berasal dari bahasa inggris identity yang secara harafiah berarti
jati diri, ciri-ciri, atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu
sehingga mampu membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi
antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan
kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau
komunitas sendiri.
1. Pengertian Bangsa
Istilah “bangsa” dalam bahasa Inggris disebut “nation”. Kata nation
berasal dari kata “natio” (Latin) yang berarti “lahir”. Nation dapat berarti
suatu kelahiran, suatu keturunan, suatu suku bangsa yang memiliki
kesamaan keturunan, orang-orang yang sama keturunan. Kata “bangsa”
sendiri berasal dari bahasa Sansekerta “wangsa” yang berarti orang-orang
yang satu keturunan atau satu “trah” (Jawa). Secara etimologis bangsa
berasal dari kata “wangsa” artinya orang-orang yang berasal dari satu
keturunan.
Berdasarkan hal ini, disimpulkan bangsa menunjuk pada
persekutuan hidup dari orang-orang atau kelompok manusia yang
memiliki kesamaan keturunan.
Seturut dengan pengertian di atas, konsep bangsa memiliki dua (2)
pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam pengertian sosiologis
antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
a. Bangsa Menurut Arti Sosiologis Antropologis
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan
hidup masyarakat yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama,
dan adat istiadat. Ikatan demikian disebut ikatan primordial. Misalnya,
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari Aceh
sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar,
dan sebagainya.
b. Bangsa Menurut Arti Politis
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya
sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Mereka diikat
oleh suatu kekuasaan politik, yakni negara.
Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah
bernegara. Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis)
setelah terciptanya negara Indonesia.
3
2. Cultural Unity dan Political Unity
Dengan pemahaman yang kurang lebih sama, AT Soegito (2004) dengan
mengutip pendapat Jacobsen dan Lipman, menyatakan bangsa memiliki
dua arti, yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan
bangsa dalam pengertian politik kenegaraan (political unity).
Pertama, bangsa adalah suatu cultural unity. Cultural unity terjadi
karena suatu masyarakat sebagai persekutuan hidup itu merasa satu satuan
dalam ras, bahasa, religi, sejarah, dan adat-istiadat. Roeslan Abdulgani
menyebutnya sebagai culture-natio-theory, bahwa suatu natio atau bangsa
itu adalah sekelompok manusia dengan persamaan culture atau
kebudayaan. Dua, bangsa dalam arti politik (kenegaraan) adalah suatu
political unity. Masing-masing anggota warga negara dalam political unity
mungkin berbeda corak dan lapangan kehidupannya, adat-istiadat dan
kebudayaannya, tetapi mereka menjadi satu bangsa, menurut pengertian
politik menjadi penduduk (warga negara) yang berdiam di suatu daerah
yang sama, dengan pemerintahan yang sama, dan tunduk pada kedaulatan
negara sebagai kekuasaan tertinggi.
3. Proses Pembentukan Bangsa-Negara
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara,
yaitu model ortodoks dan model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999).
Pertama, model ortodoks bermula dari adanya suatu bangsa terlebih
dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri.
Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu
bangsa Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka rezim politik
(penguasa) dirumuskan berdasar konstitusi Negara yang selanjutnya
dikembangkan partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsanegara yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yang berawal dari
adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri,
sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras.
Contoh adalah kemunculan negara Amerika Serikat pada tahun 1776.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya
perubahan unsur dalam masyarakat. Kedua, lamanya waktu yang
diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara. Ketiga, kesadaran
politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah terbentuknya
bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir kesadaran politik warga
muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsanegara. Keempat, derajat partisipasi politik dan rezim politik.
4. Identitas Kultural dan Identitas Nasional
a. Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan
4
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau
bangsa dalam arti sosiologis antropologis. Cultural unity disatukan
oleh adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat dan budaya,
keturunan (darah), dan daerah asal (homeland). Identitas ini, misalnya
berwujud pada bahasa ibu, pakaian daerah, nama diri, falsafah hidup,
dan tradisi.
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih
bersifat askriptif (sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan),
primer, dan etnik. Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat,
daerah asal, dan pada bahasanya. Identitas demikian dapat pula disebut
sebagai identitas primordial.
b. Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsa-negara. Negara terbentuk dari satu bangsa dengan identitas
primordial yang sama atau dapat dikatakan negara terbentuk dari
faktor-faktor objektif bangsa.
Negara baru perlu menciptakan identitas yang baru pula untuk
bangsanya. Identitas itu disebut identitas kebangsaan atau identitas
nasional. Kata nasional menunjuk pada kelompok-kelompok
persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar
pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa, dan
sebagainya.
Identitas kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis, dan
nasional. Beberapa bentuk identitas nasional adalah bahasa nasional,
lambang nasional, semboyan nasional, bendera nasional, dan ideologi
nasional.
B. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
1. Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa
meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan Surbakti, 1999)
a. Primordial
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah dan
keluarga), kesamaan suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa, dan
adat istiadat. Faktor primordial merupakan identitas yang menyatukan
masyarakat sehingga mereka dapat membentuk bangsa-negara.
b. Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat
atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang
5
bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat
membentuk bangsa-negara.
c. Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh
masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsanegara.
d. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bhinneka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga
bangsa untuk bersatu dalam perbedaan. Yang disebut bersatu dalam
perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga
yang disebut negara dan pemerintahnya, tanpa menghilangkan
keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, dan agamanya.
e. Sejarah
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah mereka
dapat menyatukan diri kedalam satu bangsa.
f. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat.
g. Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah
lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan
bersenjata, pengadilan, dan partai politik.
2. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat
buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh
warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat
sekunder karena lahirnya identitas nasional setelah identitas
kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara
askriptif.
1. Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah
“identitas” dan “nasional”. identitas berasal dari bahasa Inggris identity
yang secara harfiah berarti jati diri, ciri-ciri, atau tanda-tanda yang melekat
pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya dengan
yang lain. Istilah “nasional” menunjuk pada kelompok-kelompok
persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan
berdasar ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya. 2. Dalam konteks
pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan arti
jati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik, perasaan atau keyakinan tentang
kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. 3.
6
Identitas nasional sebagai identitas bersama suatu bangsa dapat dibentuk
oleh beberapa faktor yang meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka
tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi dan kelembagaan. 4.
Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang
sifatnya nasional, bersifat buatan karena dibentuk dan disepakati dan
sekunder karena sebelumnya sudah terdapat identitas kesukubangsaan
dalam diri bangsa Indonesia. 5. Bendera Negara Indonesia, Bahasa
Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan merupakan
identitas nasional bagi negarabangsa Indonesia yang telah diatur lebih
lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009
Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
50 6. Secara historis, identitas nasional Indonesia ditandai ketika
munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah
oleh bangsa asing pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa
Kebangkitan Nasional (Bangsa). 7. Pembentukan identitas nasional
melalui pengembangan kebudayaan Indonesia telah dilakukan jauh
sebelum kemerdekaan, yakni melalui kongres kebudayaan 1918 dan
Kongres bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo. Peristiwa-peristiwa yang
terkait dengan kebudayaan dan kebahasaan melalui kongres telah
memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan jati diri dan atau
identitas nasional. 8. Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk
dalam proses interaksi, komunikasi, dan persinggungan budaya secara
alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia merdeka
maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan. 9. Secara
politis, bentuk identitas nasional Indonesia menjadi penciri atau
pembangun jati diri bangsa Indonesia yang meliputi bendera negara Sang
Merah Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa
negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia
Raya. 10. Warisan jenius yang tidak ternilai harganya dari para the
founding fathers adalah Pancasila. Pancasila sebagai identitas nasional
tidak hanya bersifat fisik seperti simbol atau lambang tetapi merupakan
cerminan identitas bangsa dalam wujud psikis (nonfisik), yakni yang
mencerminkan watak dan perilaku manusia Indonesia sehingga dapat
dibedakan dengan bangsa lain. 11. Identitas nasional sangat penting bagi
bangsa Indonesia karena (1) bangsa Indonesia dapat dibedakan dan
sekaligus dikenal oleh bangsa lain; (2) identitas nasional bagi sebuah
negara-bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup negara-bangsa
tersebut karena dapat mempersatukan negara-bangsa; dan (3) identitas
nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia sebagai
ciri khas bangsa
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia
b. Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih
c. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
7
d.
e.
f.
g.
h.
Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila
Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Dasar falsafah negara, yaitu Pancasila
Konstitusi (Hukum Dasar) negara, yaitu UUD 1945
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat
i. Konsepsi Wawasan Nusantara
j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
Menurut Sastrapratedja (2007) jati diri atau identitas bangsa adalah
sebuah “konstruksi” yang selalu bisa didekonstruksikan dan
dikonstruksikan kembali.
Oleh karena itu, identitas nasional Indonesia merupakan sesuatu
yang terus perlu direkonstruksi kembali, dibangun, diwujudkan, dan
dikembangkan.
3. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila dapat menjadi dasar dalam membangun identitas nasional
(Sastrapratedja, 2007: HAR Tilaar, 2000). Pancasila dapat menjalankan
tugasnya sebagai identitas bangsa Indonesia (Eka Darmaputra, 1997).
Pancasila merupakan pernyataan jati diri bangsa Indonesia (Hardono
Hadi, 1996) dan Pancasila sebagai identitas kultural (As’ad Said Ali,
2009).
Kaelan (2002) menyatakan jati diri bangsa Indonesia adalah nilainilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak,
corak, dan ciri masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dasar itu dirumuskan
sebagai nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati
diri bangsa.
Menurut Hardono Hadi (1994), Pancasila sebagai pernyataan jati
diri bangsa mencakup tiga aspek, yakni Pancasila sebagai kepribadian
bangsa, identitas bangsa, dan keunikan bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai kepribadian bangsa bahwa Pancasila itu mencerminkan kenyataan
akan nilai-nilai yang telah ada sebagai hasil interaksi antar kebudayaan
dan masyarakat ideologi sebagai pembentuknya. Maksud Pancasila
sebagai identitas bangsa Indonesia adalah unsur-unsur dasar kebudayaan
bangsa Indonesia menjadi ciri khas dari waktu ke waktu sepanjang hidup
berbangsa Indonesia. Pancasila menjadi keunikan bangsa Indonesia ketika
pendukung unsur kepribadian dan identitas itu bergaul dengan masyarakat
dunia atau bangsa-bangsa lain di dunia. Secara singkat dikatakan
Pancasila sebagai pernyataan jati diri, di satu pihak mempunyai dasarnya
pada fakta empiris, di lain pihak dapat memberi orientasi kea rah cita-cita
bangsa yang memang masih harus digulati terus-menerus.
C. NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA
8
1. Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia
Hakikat dari negara Indonesia adalah negara kebangsaan (nation state).
Negara-bangsa (nation state) dibangun, dilandasi, dan diikat oleh
semangat kebangsaan atau disebut nasionalisme. Nasionalisme diartikan
sebagai tekad dari orang-orang yang ada di wilayah itu (masyarakat
bangsa) untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara
yang sama walaupun warga masyarakat itu berbeda dalam rasa, etnik,
agama, ataupun budaya bahkan dalam sejarah sekalipun.
Menurut Ir. Soekarno yang dimaksud bangsa Indonesia adalah
seluruh manusia-manusia yang menurut wilayahnya telah ditentukan untuk
tinggal secara bersama di wilayah Nusantara dari ujung Barat (Sabang)
sampai ujung Timur (Merauke) yang memiliki “Le desir d’etre ensemble
(kehendak
akan
bersatu)”
(pendapat
Ernest
Renan)
dan
“Charaktergemeinschaft” (pendapat Otto Van Bauer). Tujuan dari paham
kebangsaan (nasionalisme) sendiri adalah menciptakan negara bangsa
yang wilayah dan batas-batasnya menyerupai atau mendekati makna
bangsa.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah:
a. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
penjajahan bangsa asing yang kurang lebih selama 350 tahun,
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
belenggu penjajahan,
c. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke, dan
d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
sebagai suatu bangsa.
Frans Magnis Suseno (1995) menyatakan bahwa kesatuan bangsa
Indonesia tidak bersifat alamiah tetapi historis, persatuan bangsa Indonesia
tidak bersifat etnik melainkan etis.
Bersifat historis karena bangsa Indonesia bersatu bukan karena
kesatuan bahasa ibu, kesatuan suku, budaya, ataupun agama. Yang
mempersatukan bangsa Indonesia adalah sejarah yang dialami bersama,
yaitu sejarah penderitaan, penindasan, perjuangan, kemerdekaan, dan
tekad untuk kehidupan bersama.
Jadi, hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau
nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa
depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga
masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya
2. Proses Terbentuknya Negara Indonesia
9
Secara teoritis, perkembangan terbentuknya negara Indonesia sebagai
berikut.
a. Terbentuknya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi, tetapi
adanya pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan
dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus
segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Ini
menjadi sumber motivasi perjuangan. (Alenia I Pembukaan UUD
1945).
b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan
panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi
mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan dan dengan proklamasi
tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah
menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
(Alenia II Pembukaan UUD 1945).
c. Terbentuknya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh
bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping
itu, adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini
membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan
mengakui adanya motivasi spiritual. (Alenia III Pembukaan UUD
1945).
d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang
meliputi tujuan, bentuk, sistem pemerintahan, UUD, dan dasar negara.
Dengan demikian, semakin sempurna proses terbentuknya negara
Indonesia. (Alenia IV Pembukaan UUD 1945).
3. Cita-Cita, Tujuan, dan Visi Negara Indonesia
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur. Dengan rumusan yang singkat, negara Indonesia
bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV
Pembukaan UUD 1945. Secara rinci sebagai berikut.
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan
sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang
10
tinggi, serta berdisiplin (Tap MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi
Indonesia Masa Depan).
Selanjutnya berdasar Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010) disebutkan
bahwa visi Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014 adalah “terwujudnya
Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan”.
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Kesejahteraan Rakyat, yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan
rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan budaya bangsa.
b. Demokrasi, yaitu terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang
demokratis, berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan
yang bertanggung jawab, serta hak asasi manusia.
c. Keadilan, yaitu terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang
dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat
dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
D. Mana Dan Pentingnya Integrasi
1. Pengertian Integrasi
Integrasi berasal dari bahasa Inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi memiliki 2 (dua) pengertian,
yaitu (a) pengendalian terhadap konfik dan penyimpangan sosial dalam
suatu sistem sosial tertentu dan (b) membuat suatu keseluruhan dan
menyatukan unsur-unsur tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata integrasi
mempunyai arti pembauran atau penyatuan sehingga menjadi kesatuan
yang utuh dan bulat. Berintegrasi artinya berpadu (bergabung agar
menjadi kesatuan yang utuh). Kata “mengintegrasikan” berarti membuat
untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang
semula terpisah pisah.
Safroedin Bahar (1997) menyatakan bahwa integrasi nasional
adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah
dan wilayahnya. Menurut Howard Wriggins, integrasi bangsa berarti
penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi
suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakatmasyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi, integrasi bangsa
dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi satu
masyarakat besar (Yahya Muhaimin & Colin Mc Andrews, 1982).
Istilah integrasi nasional mempunyai dua macam pengertian, yaitu:
a. Secara politis, integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional, dan
11
b. Secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian di
antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat dan bangsa.
2. Jenis Integrasi
Myron Weiner dalam Yahya Muhaimin & Colin Mc Andrews (1982)
membedakan 5 (lima) tipe atau jenis integrasi, yaitu integrasi bangsa,
integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah
laku (tindakan integratif).
a. Integrasi bangsa, yakni proses penyatuan berbagai kelompok budaya
dan sosial ke dalam satu kesatuan wilayah dan pada pembentukan
identitas nasional. Yang mana membangun rasa kebangsaan dalam
suatu wilayah.
Contoh: Bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras,
dan golongan bersedia berintegrasi dalam satu negara, yakni negara
Indonesia yang dilandasi semangat kebangsaan yang satu pula.
b. Integrasi wilayah, yakni pembentukan wewenang kekuasaan nasional
pusat di atas unit-unit atau wilayah-wilayah yang lebih kecil yang
mungkin beranggotakan suatu kelompok budaya atau sosial tertentu.
Contoh: Negara Indonesia memiliki kedaulatan wilayah dari Sabang
sampai Merauke, dengan batas-batas yang telah ditetapkan.
c. Integrasi nilai, yakni adanya konsensus atau persetujuan terhadap nilainilai bersama yang diperlukan untuk memelihara tertib sosial.
Contoh: Masyarakat Indonesia bersepakat bahwa Pancasila
merupakan nilai bersama yang mampu menyatukan keragaman dan
perbedaan.
d. Integrasi elit-massa, yakni kemampuan menghubungkan antara yang
memerintah dengan yang diperintah, antara penguasa dengan rakyat
atau antara elit dengan massa.
Contoh: Adanya komunikasi yang intensif antara kepala desa dengan
warga desa.
e. Integrasi tingkah laku (tindakan integratif), yakni kemampuan orangorang di dalam masyarakat untuk berorganisasi, bekerja sama demi
mencapai tujuan bersama dan yang bermanfaat.
Contoh: Orang-orang yang mendirikan satu perusahaan lalu mereka
bekerja bersama di bawah satu manajemen.
E. PENGEMBANGAN INTEGRASI DI INDONESIA
1. Integrasi di Indonesia
Dalam kajiannya tentang heterogenitas masyarakat di Indonesia, William
Liddle dalam Nazaruddin Syamsudin (1989) mengidentifikasikan dua
jenis halangan integrasi yang dihadapi negeri ini. Yang pertama adalah
adanya apa yang disebut pembelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, ras, agama, dan geografi. Hambatan kedua bersifat
12
vertikal, yakni celah perbedaan antara elit dan masa. Latar belakang
pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari masa yang
berpandangan tradisional.
2. Pengembangan Integrasi
Howard Wriggins dalam Yahya Muhaimin & Collin McAndrew (1982)
menyebut ada 5 pendekatan atau cara bagaimana bangsa dapat
mengembangkan integrasinya. Kelima cara tersebut adalah:
a. Adanya Ancaman dari Luar
Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakat.
Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama, dan ras
ketika menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika penjajah Belanda
ingin kembali ke Indonesia, masyarakat Indonesia bersatu padu
melawannya.
b. Gaya Politik Kepemimpinan
Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya, dan memiliki jasa-jasa
besar umumnya menyatukan bangsanya yang sebelumnya tercerai
berai. Misalnya, Nelson Mandela dari Afrika Selatan.
c. Kekuatan Lembaga-Lembaga Politik
Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan sistem pelayanan
yang sama, baik, dan diterima oleh masyarakat yang beragam.
d. Ideologi Nasional
Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi dapat menerima
satu ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut
untuk bersatu. Pancasila sebagai ideologi diterima oleh masyarakat
Indonesia sehingga mampu mengintegrasikan. Pancasila dapat
menjadi sarana integrasi bangsa. Pancasila adalah ligatur atau
pemersatu bangsa (LPPKB, 2005).
e. Kesempatan Pembangunan Ekonomi
Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan maka
masyarakat bangsa tersebut dapat menerima sebagai satu kesatuan.
Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok
masyarakat dapat terintegrasi apabila memenuhi 3 hal, yakni:
a. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai
fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama.
b. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki “cross
cutting affiliation” sehingga menghasilkan “cross cutting loyality”.
c. Masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit
sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi.
Pendapat lain menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan
dengan 2 strategi kebijakan, yaitu “policy assimilasionis” dan “policy
bhennika tunggal ika” (Nazarudin Zamsudin, 1989). Strategi pertama
dengan cara penghapusan sifat-sifat kultural utama dari komunitas kecil
yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional. Asimilasi adalah
13
pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.
Strategi kedua dengan cara penciptaan kesetiaan nasional tanpa
menghapuskan kebudayaan lokal. Strategi ini mirip dengan pluralism
sebagai paha yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam masyarakat.
Strategi pluralis dalam mewujudkan integrasi nasional berarti bahwa
dalam mengupayakan integrasi nasional, negara memberi kesempatan
kepada semua unsur perbedaan dalam negara untuk berkembang. Jadi
integrasi nasional diwujudkan dengan tetap menghargai perbedaanperbedaan dalam masyarakat.
Membangun integrasi nasional bagi suatu negara mencakup dua
masalah pokok, yakni:
a. Bagaimana membuat rakyat mengakui dan patuh terhadap tuntutantuntutan negara, dan
b. Bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mampu mengatur
perilaku politik setiap anggota masyarakat.
Indonesia memerlukan integrasi nasional setelah lepas dari
penjajahan. Pertama, karena pemerintah kolonial tidak pernah memikirkan
tentang perlunya kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan pada rakyat
jajahan, tetapi lebih pada penciptaan kesetiaan kelompok-kelompok
masyarakat terhadap penguasa kolonial. Kedua, unsur-unsur awal yang
membentuk negara-bangsa adalah kesatuan-kesatuan lokal yang bersifat
primordial.
Clifford Geertz dalam Yahya Muhaimin dan Collin McAndrew
(1982) memasukkan Indonesia sebagai negara bangsa baru yang memiliki
dua jenis motif yang kuat dan saling memengaruhi, berbeda satu sama
lain, dan seringkali bertentangan, yakni pertama, usaha mencari identitas
(kepribadian) sebagai sesuatu yang penting untuk “menjadi seseorang di
dunia” dan kedua, kehendak untuk menciptakan suatu negara yang efisien
dan dinamis. Motif pertama, berkaitan dengan tuntutan identitas-identitas
lokal dan primordial agar diakui sebagai identitas dalam sebuah negara
bangsa, sedang motif kedua keinginan membentuk negara bangsa yang
mengatasi identitas-identitas tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identitas Nasional adalah Suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
sebagai pembeda antara Negara satu dengan negaralain. Identitas nasional
yang menunjukkan jati diri Indonesia. Penerapan tentang identitas nasional
harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi
atau kelompok. Dengan kata lain, identitas nasional menjadi pola yang
mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi
berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara. Implementasi identitas nasional senantiasa berorientasi pada
kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.
Impementasi identitas nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yamg mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,dan pertahanan
keamanan harus tercemin dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan.
B. Saran
Menghargai dan membiasakan melakukan kegiatan yang berunsur
Identitas Nasional Negara sendiri itu jauh lebih baik di banding mempulajari
sebiasaan atau budaya yang di anut oleh Negara lain. “ Seharusnya bukan
orang lain yang membangunkan kita serta menyadarkan kita, tetapi kitalah
sendiri yang harus bangun demi kemajuan bangsa tercinta.”
15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16060391/RANGKUMAN_BAB_I_IDENTIT
AS_DAN_INTEGRASI

https://www.academia.edu/30922741/MAKALAH_MENGENAL_IDENT
ITAS_BANGSA

Jendral Direktorat, 2016. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.
RIKSETDIKTI. Jakarta.
16
Download