RESPONSI KASUS SEORANG LAKI-LAKI 65 TAHUN DENGAN KOLESTEATOMA EKSTERNA Oleh: Latief Jaya Subrata Saskia Nandatari G991903029 G992003136 Pembimbing: dr. Bayu Aristanto K., Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK - KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RS UNS SURAKARTA 2020 1 LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI Kasus responsi yang berjudul: Seorang Laki-Laki 65 Tahun dengan Kolesteatoma Eksterna Latief Jaya Subrata Saskia Nandatari G991903029 G992003136 Periode: 6 Juli – 2 Agustus 2020 Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Kepala Leher RS UNS – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Yang bertanda tangan di bawah ini: Sukoharjo, Juli 2020 Staff Pembimbing dr. Bayu Aristanto K., Sp.THT-KL 2 STATUS RESPONSI ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER Pembimbing : dr. Bayu Aristanto K., Sp.THT-KL Mahasiswa : Latief Jaya Subrata G991903029 Saskia Nandatari G992003136 Kolesteatoma Eksterna A. Definisi Kolesteatoma adalah masa kistik yang berasal dari epitel skuamosa berkeratin dan bersifat destruktid terhadap tulang. Kolesteatoma eksterna adalah akumulasi dari keartin yang menginduksi periosteitis dan erosi tulang dari dinding kanalis auditoris externa. Membran timpani dan telinga tengah bisa jadi tidak terdampak (Heilbrun et al, 2003). B. Patofisiologi Terdapat 2 teori mengenai patofosiologi kolesteatom eksterna, yaitu teori trauma minor pada kulit liang telinga, misalnya akibat penggunaan cotton bud, kuku atau serumen yang keras yang menimbulkan reaksi inflamasi dan ulserasi yang akan menyebabkan terjadinya periosteitis dan nekrosis pada tulang di liang telinga. Selanjutnya akan terjadi invasi dan proliferasi epitel skuamosa yang proses akhirnya adalah terbentuknya kolesteatom di daerah tersebut. Proses invasi epitel skuamosa menyebabkan terjadinya nyeri tumpul pada pasien. Proses penuaan epitel kulit liang telinga akan mengakibatkan aliran darah di tempat tersebut berkurang, jaringan kulit mengalami hipoksia sehingga proses normal migrasi epitel menurun. Terjadi penumpukan sel epitel yang akan menyebabkan terbentuknya kolesteatom. Kolesteatom eksterna paling sering terjadi pada dinding inferior liang telinga (80%) karena dinding inferior merupakan daerah dengan migrasi epitel tertinggi namun miskin akan pembuluh darah. Lokasi tersering lainnya, yaitu postero inferior (40%), inferior (30%), posterior (20%) dan posterior- inferior- anterior (10%). C. Klasifikasi Beberapa klasifikasi kolesteatom eksterna, yaitu: 1. Klasifikasi Shin 3 Klasifikasi Shin berdasarkan gambaran Computed Tomography (CT) scan mastoid. 2. Klasifikasi Naim Klasifikasi Naim dibuat berdasarkan bukti klinis, patologi dan radiologi 4 3. Klasifikasi Tos Klasifikasi Tos terdiri dari kolesteatom eksterna primer, kolesteatoma eksterna sekunder dan kolesteatom yang berkaitan dengan atresia kongenital pada liang telinga. Kolestetoma eksterna primer atau kolesteatom tipe spontan terjadi karena terganggunya proses migrasi epitel kulit liang telinga, misalnya terjadi pada orang tua. Kolesteatom eksterna sekunder bisa terjadi karena komplikasi trauma terhadap telinga luar atau komplikasi tindakan operasi di telinga tengah. Laserasi pada telinga luar mengakibatkan sel epitel menumpuk sehingga terbentuk kolesteatom pada telinga luar. Lokasi kolesteatom tersebut tergantung tempat lesi primer D. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan klinis, HRCT dan histopatologi. Anamnesis dapat berupa nyeri telinga unilateral, otore, buntu dan kurang pendengaran. Pada pemeriksaan didapatkan kolesteatoma, sekret dan pada umumnya membran timpani normal. Temuan pada HRCT tergantung stadiumnya E. Tatalaksana Tergantung dari stadiumnya, dapat konservatif atau operatif. a. Terapi konservatif berupa pembersihan debris keratin berkala, terapi lokal dengan salisilat atau antibiotik dan kortison selama 1 minggu, dapat diulang setiap 3 bulan. Indikasi bila kolesteatoma dan erosi tulang masih terbatas pada liang telinga. b. Terapi operatif dikerjakan pada kasus dengan perluasan ke telinga tengah atau mastoid, atau bila ada komplikasi, serta bila terapi konservatif gagal. Tindakan operatif dapat berupa kuretase, kanalplasti, atau mastoidektomi. 5 DAFTAR PUSTAKA Maharjan L., Rayamajhi P. A rare case report and literature review of external auditory canal cholesteatoma with circumferential destruction of canal wall exposing facial nerve. 2017; 7450482 Naim R, Fred L., Shen T Classification of the External Auditory Canal Cholesteatoma. The Laryngoscope. 2005;115:455-60 Persaud RAP, Hajioff, Thevasagayam. Keratosis Obturans and ekternal ear canal cholesteatoma: how and why we should distinghuis between these conditions. Clin. Otolarinyngol. 2004; 29:577-81 Tos M. Cholesteatoma of the external acoustic canal. In Manual of middle ear surgery vol. 3: Surgery of the external auditory Thieme;1997:p.205-9 Vrabec JT., Chaljub G. External canal Cholesteatoma.Am J Otol.. 2000;21:608-14 6 LAPORAN KASUS SEORANG ANAK LAKI-LAKI 6 TAHUN DENGAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK A. Anamnesis 1. Identitas Nama : Tn. P Tanggal lahir : 18 Agustus 1954 Usia : 63 tahun Alamat : Gatak, Sukoharjo No. RM : 0155** Tanggal periksa : 10 Juli 2020 2. Keluhan Utama Pendengaran telinga kiri berkurang 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan berkurangnya pendengaran pada telinga kiri. Keluhan dirasakan sejak 10 hari SMRS, dan dirasa memberat. Pasien juga mengeluhkan hidung tersumbat dan nyeri pada kepala sebelah kiri. Keluhan penurunan pendengaran dan hidung tersumbat terjadi bersamaan. Pasien menyatakan sebelumnya pernah mengalami keluar cairan pada telinga kiri sekitar 15 tahun yang lalu. Pasien mengaku sering mengorek telinga. Telinga nyeri (-), gatal (-), sakit kepala (-), Batuk (-), pilek (-). Pasien saat ini sedang menjalani pengobatan di poli penyakit dalam dengan diagnosis terakhir GERD, Hipertensi dan Neuropati. 4. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat keluhan serupa : disangkal b. Riwayat alergi : disangkal c. Riwayat asma : disangkal 5. Riwayat Penyakit Keluarga 7 a. Riwayat keluhan serupa : disangkal b. Riwayat alergi : disangkal c. Riwayat asma : disangkal d. Riwayat DM : disangkal e. Riwayat penyakit lain : disangkal 6. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai karyawan swasta dan berobat dengan BPJS. B. Pemeriksaan Fisik 1. Status Generalis a. Kesadaran : kompos mentis b. Keadaan umum : sakit ringan c. Tanda vital Tekanan darah : 128/76 Frekuensi nadi : 56 x/menit Frekuensi nafas : 16 x/menit Suhu : 37oC BB/TB : 53 kg/161 cm d. Thorax : kanan=kiri, normochest, retraksi (-) e. Jantung Inspeks : iktus kordis tidak tampak Auskultasi : bunyi jantung I dan II terdengar normal, regular, bising (-) Perkusi : batas jantung dalam batas normal f. Paru-paru Inspeksi : normochest, simetris, kanan=kiri, retraksi (-) Palpasi : fremitus teraba kanan=kiri Perkusi : sonor/sonor Auskultasi : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-) g. Abdomen 8 Inspeksi : dinding perut=dinding dada Auskultasi : bising usus (+) normal, 15x/menit Perkusi : timpani (+) Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba, nyeri ketok costovertebral (-) 2. Status THT-KL a. Telinga Subjek Daun Telinga Dextra Sinistra Hiperemis (-), Nyeri (-) Hiperemis (-), Nyeri (+) Lapang (+), Hiperemis (+), Canalis Auricularis Lapang (+), Hiperemis (-), fokus perdarahan (+), serumen (+) serumen kuning (+), kolesteatoma (+) Membran Timpani Intak sde Tragus Pain (-) (-) Hearing Loss (-) (+) Discharge (-) (-) Tes Rinne (+) (+) Tes Weber Lateralisasi kiri Lateralisasi kiri Tes Swabach Memanjang Sama dengan pemeriksa b. Hidung Dextra Sinistra Cavum nasi Lapang, Edema (-), Hiperemis (-) Lapang, Edema (-), Hiperemis (-) Discharge Konka nasalis inferior (-) Hiperemis (-) Eutrofi (-) Hiperemis (-) Eutrofi Meatus nasi medius Discharge (-) Discharge (-) Gambar 9 Meatus nasi inferior Discharge (-) Discharge (-) Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-) Provokasi lesi Tidak dilakukan (-) Tidak dilakukan (-) Os nasal deformitas (-) deformitas (-) Lain-lain massa (-) massa (-) Nyeri tekan sinus c. Mulut Subjek Hasil Bibir Mukosa basah, sianosis (-), anemis (-) Ginggiva Berdarah (-), hiperemis (-), edema () Gigi Goyang (-), karies gigi (-), berlubang (-) Lidah Kotor (-), papil atrofi (-), massa (-), oral thrush (-), parese (-) KGB Pembesaran (-), nyeri tekan (-) d. Tenggorokan Subjek Dextra Sinistra Tonsil T1, kripte melebar (-), T1, kripte melebar (-), detritus (-), detritus (-), hiperemis (-) hiperemis (-) Faring Postnasal drip (-) Postnasal drip (-) Adenoid Hiperemis (-), eutrofi Hiperemis (-), eutrofi 10 Lain - lain Uvula di tengah Uvula di tengah 3. Diagnosis Banding Otitis Media Supuratif Kronis tipe Maligna Keratosis Obturans 4. Diagnosis - Kolesteatoma eksterna auricula sinistra - Serumen impaksi aurikula sinistra 5. Terapi Medikamentosa - Cefixime 2x1mg - Metilprednisolon 2 g - Rhinofed - Lansoprazole 30 mg 2x3 (ac) - Tarivid 2 dd gtt 4 Auricula Sinistra Non Medikamentosa - Toilet telinga 6. Prognosis a. Ad Vitam : Bonam b. Ad Sanam : Dubia c. Ad Functionam : Dubia ad malam 11