BAB I LAPORAN KASUS 1.1 IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Umur : 60 tahun Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumahtangga Alamat : Genuksari 01/08 1.2 ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan tanggal 12 Desember 2020 di ENT Center Sultan Agung Semarang. Keluhan Utama Pasien mengeluh cotton bud tertinggal di dalam telinga Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke ENT Center RSI Sulran Agung Semarang pada tanggal 12 Desember 2020 dengan keluhan cotton bud tertinggal di dalam telinga. Pasien mengatakan sekitar 2 hari SMRS saat pasien sedang membersihkan telinga ujung kapas cotton bud yang digunakan lepas dari gagangnya dan tertinggal di dalam lubang telinga kiri. Pasien kemudian mencoba mengeluarkan ujung cotton bud dari dalam telinganya dengan menggunakan cotton bud lain, namun ujung cotton bud yg digunakan malah tersangkut dan terlepas dari gagangnya lagi sehingga ada 2 ujung cotton bud yang ada di dalam lubang telinga. Pasien juga kemudian meneteskan minyak kayu putih ke dalam lubang telinga sebelah kiri dengan harapan uung cotton bud bisa keluar, namun kedua ujung cotton bud tetap tidak bisa keluar dari dalam telinganya. Pasien merasakan telinga kirinya terasa gatal dan sedikit nyeri. Keluhan keluar cairan dari liang telinga disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa : Disangkal Riwayat ISPA : Disangkal Riwayat sakit gigi : Disangkal Riwayat alergi : Disangkal Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat trauma : Disangkal Riwayat operasi : Disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa : Disangkal Riwayat ISPA : Disangkal Riwayat alergi : Disangkal Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tidak bekerja dan sekarang tinggal dengan anak laki-lakinya. BIaya pengobatan ditanggung oleh keluarga pasien. 1.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda Vital : Nadi : 88x/menit RR : 20x/menit Tekanan darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,7oC Status Lokalis (Telinga, Hidung dan Tenggorokan) Telinga Aurikula Preaurikula Retroaurikula Palpasi Kanan Kiri Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-), massa (-) massa (-) Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-), massa (-), fistula (-), abses (-) massa (-), fistula (-), abses (-) Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-), massa (-), fistula (-), abses (-) massa (-), fistula (-), abses (-) Nyeri pergerakan aurikula (-), Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik aurikula (-) tarik aurikula (-) Kanan Kiri Otoskopi Edema (+), hiperemis (+), CAE Edema (-), hiperemis (-), serumen (+), furunkel (-), serumen (-), furunkel (-) corpus alienum (+) berwarna putih (cotton bud) Membran timpani Intak, refleks cahaya (+) Tidak dapat dinilai Hidung Bentuk Dalam batas normal Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri Sekret (-) (-) Mukosa Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-) (-) (-) Konka Inferior Tumor Septum Massa Dalam batas normal (-) (-) Faring Orofaring Mukosa Dinding faring Hiperemis (-) Hiperemis (-), granular (-) Palatum mole Ulkus (-), hiperemis (-) Arcus laring Simetris, hiperemis (-) Uvula Ditengah, edema (-) Tonsila palatina Kanan Kiri Ukuran T1 T1 Permukaan Rata Rata Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-) Kripte Melebar (-) Melebar (-) Detritus (-) (-) Leher Pembesaran KGB: Submental : (-) Submandibula : (-) Preauricular : (-) Postauricular : (-) Sepanjang SCM : (-) Subclavicula : (-) Supraclavicula : (-) 1.4 RESUME Pasien wanita usia 60 tahun dating ke ENT Center RSI Sultan Agung Semarang pada tanggal 12 Desember 2020 dengan keluhan cotton bud tertinggal di dalam telinga kiri sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh telinga kirinya terasa gatal dan sedikit nyeri. Keluhan keluar cairan dari liang telinga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil: Telinga : Kanan : Dalam batas normal Kiri : Dinding CAE hiperemis (+), edem (+), corpus alienum (+) berwarna putih (cotton bud) Hidung : Dalam batas normal Faring : Dalam batas normal 1.5 DIAGNOSIS Diagnosis kerja: Corpus alienum dan Otitis Eksterna Akut Difus Auris Sinistra 1.6 TATALAKSANA Non Medikamentosa: Ekstraksi corpus alienum Membersihkan liang telingan dengan aplicator Medikamentosa: Tampon liang telinga dengan kassa + Polymixin-B Na Diclofenac 2x1 Cetirizin 2x1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANATOMI TELINGA Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga yang terbentang dari meatus hingga ke membran timpani. Daun telinga sebagian besar terdiri dari tulang rawan elastis yang berbentuk setengah lingkaran dengan sejumlah alur lekukan dan bentukan bukit, serta tidak memiliki otot yang berguna. Lekukan utama pada daun telinga adalah heliks dan antiheliks, tragus dan antitragus yang mengeliling concha yang merupakan bagian tengah dari daun telinga, mengarah ke meatus akustikus eksternus panjangnya sekitar 2,5 cm. Sepertiga luar dari liang telinga luar merupakan bagian kartilago yang mengandung kelenjar yang memproduksi serumen dan folikel rambut. Sisanya yaitu dua pertiganya merupakan bagian tulang termasuk epitel yang meliputi membran timpani. Bagian tulang liang telinga panjangnya rata-rata 3,5 cm dengan diameter 1 cm. Kanalis akustikus eksternus dibentuk oleh perpanjangan kartilago dari daun telinga pada setengah bagian luarnya dan bagian mastoid dan timpani tulang temporal merupakan bagian medialnya. Membran timpani terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian luar lapisan sel epitel skuamus, bagian medial lapisan mukosa yang berhadapan dengan telinga bagian dalam, dan lapisan fibrus atau tunika propria membentuk membran timpani. Lapisan fibrus memberikan bentuk dan konsistensinya pada membran timpani. Serat radial dari lapisan tunika propria masuk melalui manubrium, serat sirkumferensial menguatkan tanpa terganggu oleh getaran, sedangkan serat tangensial menguatkan arsitektur dari membran timpani. Struktur fisik inilah yang sangat penting untuk kepentingan karakteristik getaran untuk transmisi suara. Membran timpani diidentifikasi dengan ciri khas yang jelas yaitu manubrium os malleus, yang dibatasi di superior oleh bagian lateral atau bagian pendeknya serta di inferior bagian bundar yang disebut umbo. Umbo membentuk bagian ujung apeks dari bentuk konus pada membran timpani. Bagian superior membran timpani disebut pars flacida (membran Shrapnell) dan bagian inferior pars tensa. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan. 2.2 PENGGUNAAN COTTON BUD Cotton bud adalah segumpal kecil kapas yang dibungkuskan pada satu atau kedua ujung tongkat pendek, biasanya terbuat dari kayu, kertas yang digulung, atau plastic. Dalam studi didapatkan sebanyak 96% alasan utama menggunakan cotton bud adalah untuk membersikan telinga dari kotoran telinga (serumen), namun diketahui bahwa serumen diproduksi di bagian luar dari kanal dan bermigrasi dengan epitel menuju daun telinga dengan mekanisme alami. Cotton bud biasa digunakan untuk membersihkan telinga dari serumen dan kasus gatal pada telinga di kalangan masyarakat. Cotton bud tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga digunakan oleh anak-anak. Mereka meyakini cotton bud merupakan sarana yang aman untuk membersikan telinga dan hidung. Sebenarnya, penggunaan cotton bud lebih baik digunakan untuk membersihkan air yang masuk ke telinga dan membersihkan telinga luar (daun telinga) dari kotoran seperti debu, bukan untuk membersihkan dari serumen dan menggaruk karena gatal. Sebenarnya telinga manusia memiliki mekanisme pembersih alami, serumen dan rambut halus di telinga menangkap debu, kotoran, serta benda asing sebelum masuk terlalu dalam (gendang telinga), setelahnya serumen akan mendorong kotoran tersebut keluar telinga dengan sendirinya. 2.3 CORPUS ALIENUM TELINGA Corpus alienum (benda asing) adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di liang telinga dapat bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup. Sampai saat ini benda asing merupakan salah satu kasus gawat darurat yang utama dan menjadi masalah besar yang sering ditemukan oleh dokter bagian Telinga Hidung Tenggorok. Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Dalam pelayanan darurat THT di rumah sakit tersier, Sao Paulo, benda asing menyumbang 827 kunjungan (5,3%) dari semua kasus, 386 adalah perempuan (46,7%) dan 441 adalah lakilaki (53,3%). Benda asing (94,8%) terletak di telinga. Benda asing di telinga dapat dibedakan menjadi: a. Benda hidup : Serangga, cacing, dan sebagainya b. Benda mati : Organik : Kacang, daun, dan sebagainya Non Organik : Batu, manik-manik, dan sebagainya Keluhan a. Terdapat Riwayat jelas telinga kemasukan benda asing b. Rasa tidak nyaman di telinga c. Telinga terasa tersumbat d. Nyeri e. Dapat disertai pendengaran yang terganggu f. Kadang bisa tanpa keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dengan senter/lampu kepala/otoskop menunjukkan adanya benda asing, edema dan hiperemia pada liang telinga luar, serta dapat disertai sekret. Penatalaksanaan Non Medikamentosa: a. Pada kasus benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam anestesi lokal b. Pada kasus benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari karena dapat mengakibatkan korosi c. Pada kasus benda asing berupa serangga, dilakukan pemberian aklohol, obat anestesi lokal, atau minyak mineral selama ±10 menit untuk membuat serangga tidak bergerak dan melubrikasi dinding MAE. Setelah serangga mati, serangga dapat dikeluarkan menggunakan forceps alligator atau irigasi menggunakan air sesuai suhu tubuh. Medikamentosa: a. Tetes telinga antibiotic hanya diberikan bila telah dipastikan tidak ada ruptur membran timpani b. Analgetik untuk mengurangi rasa sakit 2.4 OTITIS EKSTERNA Otitis eksterna adalah radang liang telinga yang bisa bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, terlokalisir atau difus, disertai rasa sakit telinga. Faktor ini sebagai penyebab timbulnya otitis eksterna, disamping faktor-faktor lain seperti adanya kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Sehingga menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang berdampak edema dari epitel skuamosa. Bila berlangsung terus menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri akan masuk melalui kulit, terjadi infeksi. Bakteri patogen pada otitis eksterna adalah Pseudomonas (41 %), diikuti Strepococcus (22%), Staphylococcus aureus (15%) dan Bakteroides (11%). Otitis eksterna di klasifikasikan sebagai berikut a. Otitis eksterna sirkumskripta, yaitu infeksi pada pilosebaseus yang akan membentuk furunkel. b. Otitis eksterna difus, jika infeksi yang mengenai kulit liang telinga. Pada pemeriksaan otoskopi terlihat liang telinga edema dengan mukosa hiperemis. c. Otomikosis, yaitu infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh faktor kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. d. Herpes zoster otikus e. Infeksi kronis liang telinga f. Keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna g. Otitis eksterna maligna, bila infeksi terjadi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua yang disertai penyakit diabetes melitus. Otitis eksterna sering dijumpai pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari adanya inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar, dapat disertai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dengan air tercemar merupakan salah satu penyebab terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear). Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH yang terjadi di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan yang hangat dan 11 lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Pada pasien diabetes melitus, pH telinga menjadi lebih tinggi sehingga kondisi ini menyebabkan pasien lebih rentan terkena otitis eksterna. Akibat faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna. Kelembaban merupakan faktor penting terjadinya otitis eksterna. Disamping air kolam renang bisa menyebabkan iritasi kulit yang merupakan sumber kontaminasi bakteri. Hoadley dan Knight (1980) melaporkan bahwa sakit telinga terjadi 2,4 kali lebih sering pada perenang dari pada yang bukan perenang. Faktor penyebab tersering dari otitis eksterna terjadi pada lingkungan panas dan lembab jarang dijumpai pada iklim sejuk dan kering. Predisposisi otitis ekstesrna yang lain seperti trauma ringan ketika mengorek telinga. Cederanya kulit telinga memungkinkan invasi organisme eksogen melalui permukaan superfisial dari epidermis yang biasanya resisten terhadap bakteri. Bentuk trauma seperti ini terjadi bila memasukan bendabenda asing kedalam liang telinga didalam usaha untuk mengurangi rasa gatal pada liang telinga, terlebih pada lingkungan yang panas dan lembab. Keluhan a. Rasa sakit pada telinga yang bervariasi b. Rasa penuh pada telinga c. Pendengaran dapat berkurang d. Terdengar suara berdenging e. Keluhan biasanya dialami pada satu telinga dan sangat jarang mengenai kedua telinga dalam waktu yang bersamaan f. Keluhan penyerta lain yang dapat timbul: demam atau meriang, telinga terasa basah Faktor Resiko a. Riwayat sering beraktifitas di air, misalnya: berenang, berselancar, atau mendayung b. Riwayat trauma yang mendahului keluhan, misalnya: membersihkan liang telinga dengan alat tertentu, memasukkan cotton bud, memasukkan air ke dalam telinga c. Riwayat penyakit sistemik, seperti: DM, psoriasis, dermatitis atopic, SLE, atau HIV Pemeriksaan Fisik a. Nyeri tekan pada tragus b. Nyeri Tarik auricula c. OE akur difus: liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas dan dapat ditemukan sekret minimal d. OE akut sirkumkripta: furunkel pada liang telinga luar Penatalaksanaan Non Medikamentosa: a. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan penghisap atau kapas yang dibasahi dengan H2O2 3% b. Bila terdapat abses dilakukan insisi dan drainase Medikamentosa: a. Topikal Larutan antiseptik povidone iodine OE akut sirkumkripta pada stadium infiltrat: salep ikhtiol atau salep antibiotic (Polymixin-B, Basitrasin) OE akut difus: Tampon yang telah diberi campuran Polymixin-B, Neomycin, Hidrocortisone, dan anestesi topokal b. Sistemik Antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup berat Analgetik, seperti paracetamol atau ibuprofen dapat diberikan