Lavoiser dan Laplace mengenal bahwa kalor yang diabsorbsi dalam penguraian senyawa harus sama dengan kalor yang dilepaskan dalam pembentukkannya pada kondisi yang sama. Hess menunjukkan bahwa kalor dari reaksi kimia total pada tekanan tetap adalah sama tanpa memperhatikan tahap antara yang terjadi. Prinsip ini adalah kesimpulan dari hukum Termodinamika I dan sebagai akibat bahwa entalpi adalah suatu fungsi keadaan (Farrington, 1987). G.H. Hess mengeluarkan hukumnya yang menyatakan bahwa jumlah aljabar panas reaksi yang dibebaskan atau diserap tidak bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut. Hukum Hess secara praktis dapat diartikan bahwa jumlah entalpi reaksi total H dapat diperoleh dengan menjumlahkan entalpi reaksi antara entalpi awal reaksi dan entalpi akhir reaksi seperti halnya reaksi kimia pada umumnya. Jika sebuah sistem bebas untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar yang tetap, perubahan energi dalamnya tidak lagi sama dengan energi yang diberikan sebagai kalor. Energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja untuk memberikan tekanan balik terhadap lingkungan. Pada tekanan tetap kalor yang diberikan sama dengan perubahan dalam sifat termodinamika yang lain dari sistem yaitu entalpi H (Atkins, 1999). Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung pada satu jalur, akan tetapi bisa juga melalui jalur yang lain dengan memberikan hasil yang sama. Tetapi mungkin juga arah yang ditempuh tidak hanya satu atau dua, melainkan terdapat arah 3 dan 4 dan seterusnya. Pada percobaan ini dilihat apakah energi pada reaksi 1 sama dengan energy pada reaksi dengan arah 2. Jika natrium hidroksida dapat direaksikan dengan asam klorida (4M), maka reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut. Arah 1 NaOH(s) + aq NaOH(aq, 4M) H1 NaOH(aq, 4M) + HCl(aq, 4M) NaCl(aq, 2M) + H2O(ℓ) H2 Arah 2 HCl(aq, 4M) + aq HCl(aq, 2M) H3 HCl(aq, 2M) + NaOH(s) NaCl(aq, 2M) + H2O(ℓ) H4 Dimana : s = Padatan ℓ = Cairan aq = Air ditambahkan sampai mencapai konsentrasi yang dimaksud. Hal yang menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaanpersamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahannya semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan satu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan dibalik, maka tanda perubahan entalpi juga harus dibalik (yaitu menjadi -H) (Moree, 2005). Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai H juga dapat diketahui dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan reaktan (Attkins, 1999). Secara sistematis Ho = (Ho + produk) – (Hof reaktan) Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum Ho = (Ho produk) - (Ho reaktan) Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi keseluruhan dari suatu proses hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi dan tidak tergantung pada rute atau langkah-langkah diantaranya. Dengan mengetahui Hf (perubahan entalpi pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat diramalkan perubahan entalpi reaksi apapun dengan rumus.