i EFEKTIVITAS PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL DI KALANGAN PETANI SYIFA IBTISAMAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Syifa Ibtisamah NIM I34120123 2 3 ABSTRAK SYIFA IBTISAMAH. Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO. Iklan layanan Masyarakat (ILM) adalah iklan non-komersil yang ditayangkan di radio atau televisi untuk menyampaikan pesan sosial. Gerakan nasional revolusi mental adalah salah satu program pemerintah yang disosialisasikan melalui ILM yang berperan untuk memersuasi masyarakat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan berperilaku sesuai nilai-nilai luhur di Indonesia. Penelitian ini melibatkan petani sebagai subjek penelitian. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan desain one group pretest posttest dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pesan ILM revolusi mental dalam meningkatkan pengetahuan serta mengarahkan sikap masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan pesan ILM revolusi mental dapat meningkatkan pengetahuan, namun belum mampu mengarahkan sikap. ILM revolusi mental efektif untuk menjangkau petani yang berbeda karakteristik personal, karena tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dan keterdedahan informasi dengan peningkatan pengetahuan dan sikap. Kata kunci : efektivitas pesan, iklan layanan masyarakat, kelompok tani, revolusi mental. ABSTRACT SYIFA IBTISAMAH. The Effectiveness of Public Service Announcement National Movement “Revolusi Mental” among Farmers. Supervised by SUTISNA RIYANTO. Public service announcement (PSA) is non-commercial advertisement broadcast on radio or television to deliver social message. The national movement “Revolusi Mental” is one of the government programs that are socialized through PSA to persuade people to improve the quality of human resources and the behavior appropriate to ideal values of Indonesia. This study involves farmers as a subject. The method used is an experimental method with “one group pretest posttest” design to determine the extent to which the effectiveness of revolusi mental PSA content in improving the knowledge and direct attitudes. The results showed that revolusi mental PSA content is able to enhance the knowledge but have not been able to directing the attitude. Revolusi Mental PSA effective for all farmer characters, because there is no relationship between individual characteristics and information exposed with knowledge and attitudes increased. Key words: content effectivity, public service announcement, farmer group, revolusi mental 4 5 EFEKTIVITAS PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL DI KALANGAN PETANI SYIFA IBTISAMAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 6 8 9 PRAKATA Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani” dengan baik. Penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IPB 2012, ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran selama proses penulisan hingga penyelesaian Skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua tercinta Pepen Effendi dan Nurlaela Effendi atas perhatian dan doa yang tidak pernah putus. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada staff Desa Pasir Eurih, Bapak Yayan Suryana selaku penyuluh pendamping, Bapak Soma, Bapak Ugan, Bapak Ilyas, Bapak Salim, Ibu Emay selaku ketua kelompok tani, Erik, dan kepada anggota Gapoktan Mekar Wangi, Desa Pasir Eurih. Terima kasih kepada Ridho Risali dan Faris Ahmad Saputra selaku teman satu bimbingan. Kepada Salma Eff, Syahla Eff, Rifqi Abdurrahman, Kharin Faradiba, Nabila Rahma, Nella Gabrielle, Fina Windayani, Ade Wulandari, Fajarina Nurin, M. Yunus Gerry, Egi Nurridwan, Mirza Alam, Lyra Majasoka, Izky Arsylla, Suhailah Alatas, Dyanza, Nurlia, Nabila Fonna, Haerani, Laili Ira, Amalia Setya, Audina Amanda, Astrid Putri, Nurmitha, Widya Amaliah, serta kepada keluarga dan rekan-rekan KPM 49 yang telah memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2016 Syifa Ibtisamah 10 11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN vi vi vi 2 Latar Belakang 2 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 6 Komunikasi Massa 7 Iklan Layanan Masyarakat 10 Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat 12 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas 15 Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental 16 Kerangka Pemikiran 21 Hipotesis Penelitian 22 Definisi Operasional 23 METODE 27 Desain Penelitian 27 Lokasi dan Waktu 29 Teknik Pengumpulan Data 29 Teknik Penentuan Informan dan Responden 30 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 31 GAMBARAN UMUM 33 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian 34 Deskripsi Keterdedahan Informasi 36 Deskripsi Karakteristik Iklan 38 PENGARUH VIDEO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP 40 Pengetahuan dan Sikap Awal 41 Peningkatan Pengetahuan dan Sikap 43 Uji Beda Peningkatan Pengetahuan dan Sikap 47 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 49 12 Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap 49 Hubungan Keterdedahan Informasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap 50 Hubungan Karakteristik Iklan dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap 53 PENUTUP 54 Simpulan 54 Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 55 RIWAYAT HIDUP 66 13 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jenis Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data Jumlah Penduduk Desa Pasir Eurih Tahun 2014 menurut Tingkat Pendidikan Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Karakteristik Individu Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Pekerjaan Utama dan Sampingan Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Keterdedahan Informasi Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Penilaian Karakteristik Iklan Rataan Skor menurut Komponen Daya Tarik Iklan Rataan Skor menurut Komponen Isi Pesan Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Pengetahuan Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Sikap Rataan Skor Post-test Pengetahuan menurut Indikator Pengetahuan dan Sikap Skor Pre-test dan Post-test Subjek Penelitian menurut Nilai Uji T Koefisien Korelasi Karakteristik Individu dengan Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Koefisien Korelasi Keterdedahan Informasi dengan Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Koefisien Korelasi Karakteristik Iklan dengan Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat 30 33 35 36 37 38 38 39 41 42 44 48 49 52 53 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 Skema proses komunikasi ILM Kerangka Analisis Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test. Logo Revolusi Mental Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Pengetahuan Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Sikap Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Pengetahuan Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Sikap 12 22 27 21 43 43 45 46 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 Peta Administrasi Desa Pasir Eurih Rencana alokasi waktu penelitian Daftar Subjek Penelitian Dokumentasi 61 62 63 64 14 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Media massa merupakan sarana komunikasi yang penting dewasa ini, baik media cetak maupun elektronik. Media cetak diantaranya, surat kabar dan majalah, sedangkan media elektronik seperti radio, televisi, film, dan internet. Fungsi komunikasi massa diungkapkan Effendy (2002) yaitu, (a) menyiarkan informasi (to inform), (b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan fungsi mempengaruhi (to influence). Penyampaian informasi yang disertai penyampaian pesan mendidik dapat berupa sosialisasi, sehingga media massa turut memberikan pengaruh dalam perkembangan atau perubahan sikap masyarakat. Media massa yang paling sering digunakan untuk penyampaian informasi dan akrab digunakan khalayak hingga sekarang adalah televisi, radio, dan koran. Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh khalayak dibandingkan radio dan koran. Survei yang dilakukan oleh Center for the study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menemukan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menonton televisi (94 persen), mendengarkan radio (30 persen), dan membaca koran (33 persen) (KPI 2015). Popularitas televisi didukung oleh karakter televisi yaitu dapat menjangkau khalayak luas dan mampu menampilkan objek dengan menarik sehingga membangun imajinasi khalayak. Televisi tidak hanya menampilkan program siaran tetapi juga menampilkan iklan, baik iklan komersil maupun non-komersil. Iklan komersil adalah iklan yang dibuat oleh perusahaan produk bertujuan memasarkan produk dan mempengaruhi khalayak untuk membeli produk tersebut. Iklan non-komersil adalah iklan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga non-profit yang bertujuan menyampaikan pesan berupa anjuran untuk kepentingan publik, misalnya iklan layanan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang penyiaran, siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan non-komersial yang disiarkan melalui siaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan dan atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran dan atau pesan-pesan lainya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut. Iklan layanan masyarakat (ILM) biasanya ditayangkan oleh lembaga nonprofit karena ILM merupakan iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi persuasif atau mendidik khalayak yang bersifat sosial, agar masyarakat sebagai audience dapat bertambah pengetahuannya, kesadarannya, dan sikapnya, serta berubah perilakunya agar mempunyai pandangan positif dan kehidupan lebih baik (Pujiyanto 2013). ILM memberikan respon sosial, dimana media massa dapat menanggapi fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi. ILM bertujuan memberikan edukasi agar masyarakat lebih mengetahui informasi seperti kebijakan pemerintah, pencegahan suatu penyakit, atau pengumuman tata cara mengurus dokumen bagi masyarakat. Salah satu ILM yang ditayangkan di televisi adalah ILM gerakan nasional revolusi mental. 2 Gerakan nasional revolusi mental merupakan salah satu program yang menjadi agenda pemerintah periode 2015-2019 dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Revolusi mental memliki nilai strategis dan instrumental. Nilai strategis revolusi mental diarahkan untuk kedaulatan, daya saing, dan persatuan bangsa yang dilakukan secara kolektif melibatkan seluruh bangsa dengan memperkuat institusi pemerintahan dan pranata sosial budaya. Secara instrumental merupakan upaya bersama membangkitkan kesadaran bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif, dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern. Praktek dalam keseharian dilakukan dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku melalui internalisasi nilai-nilai esensial pada setiap individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat sampai dengan lembaga-lembaga negara. Nilai utama yang tergantung dalam gerakan nasional revolusi mental adalah integritas, etos kerja, dan gotong royong. Terdapat keterkaitan antara Trisakti, Nawa Cita, dan Gerakan Revolusi Mental. Revolusi Mental sebagai perubahan pola pikir akan sangat membantu dalam pelaksanaan Nawa Cita untuk mewujudkan Trisakti (negara Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan). Karakter yang diharapkan dalam UU Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriot, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. ILM dimanfaatkan pemerintah dalam menyosialisasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental yang memuat social message atau social campaign dalam menanggapi terjadinya krisis nilai dan karakter, krisis pemerintahan, dan krisis relasi sosial yang menjadi keresahan masyarakat Indonesia mengenai karakter bangsa pada generasi selanjutnya. Berdasarkan hasil FGD oleh tim revolusi mental di revolusimental.go.id permasalahan yang terjadi di negara Indonesia adalah adanya nilai luhur bangsa yang memudar seperti gotong royong, toleransi, dan saling menghargai, kasus korupsi, pelanggaran HAM, orang merasa pantas untuk melakukan tindak kekerasan, sebagian orang baik justru menjadi musuh bersama, pemerintah ada tapi kehadirannya belum cukup bermakna, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah memudar, dan ada pandangan bahwa rakyat sebagai objek pembangunan, serta masih ada yang menempatkan wanita menjadi kelas dua. Menurut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), tantangan yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia adalah telah resmi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kawasan Indonesia tidak lagi hanya milik rakyat Indonesia saja, persaingan perdagangan, produksi, dan tenaga kerja terbuka lebar bagi siapa saja. Maka perhatian pemerintah tidak hanya pada peningkatan infrastruktur tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pelaku gerakan nasional revolusi mental adalah seluruh rakyat Indonesia bersama pemerintah baik masyarakat kota maupun masyarakat desa juga termasuk petani. Revolusi mental petani diperlukan untuk meningkatkan karakter mandiri dan memiliki semangat juang yang tinggi. Menurut data BPS sejumlah 41.36 persen terjadi peristiwa korupsi di lingkungan masyarakat terhadap pelayanan publik, padahal persepsi masyarakat terkesan idealis namun tidak sejalan dengan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tingginya impor pangan yang 3 seharusnya produk tersebut bisa diproduksi di dalam negeri. Hal ini dapat terwujud apabila ada peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan keterampilan, penyuluhan, kewirausahaan yang berorientasi pasar, serta perubahan dari diri sendiri melalui revolusi mental. Pendekatan yang dilakukan pada petani dapat dilakukan melalui komunikasi interpersonal dan penggunaan media massa seperti penayangan ILM di televisi. Efektivitas ILM ditentukan oleh penerimaan dan pemahaman pesan yang baik serta tindakan khalayak yang mengikuti pesan tersebut. Penayangan ILM di televisi mendapat respon berbeda dari khalayak, tidak semua ILM berpengaruh efektif. Hasil penelitian Hastuti (2013) menyatakan bahwa responden setuju ILM Gas LPG 3 kg komunikatif mampu mempengaruhi untuk melakukan pembelian Gas LPG 3 kg dikarenakan dalam naskah terdapat himbauan, cara menggunakan, dan tagline yang menunjukkan kemudahan dalam pemakaian, hemat, aman, dan bersih. Penelitian Khairifa (2007) menyatakan bahwa responden yang menonton televisi pernah menonton iklan layanan masyarakat, namun tidak sepenuhnya memahami dan mengikuti isi pesan yang disampaikan. Penilaian efektivitas ILM juga sebagai cara mengevaluasi apakah tujuan dari penanyangan iklan tersebut sudah tercapai atau belum. ILM diharapkan dapat menumbuhkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan behavioral seseorang dengan disampaikannya pesan sosial. Analisis efek kognitif berupa peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang didapat, efek afektif berupa perubahan sikap dan perasaan tentang kemauan untuk berubah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan, dan efek behavioral merupakan perubahan perilaku di kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian tentang efektivitas ILM diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang berhubungan diantaranya karakteristik individu yaitu, jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, serta tingkat pendapatan dan karakteristik iklan yaitu, daya tarik iklan, isi pesan, serta frekuensi penayangan iklan. Berdasarkan pemaparan di atas mengenai iklan layanan masyarakat sebagai suatu upaya mempengaruhi publik, maka penting untuk menganalisis bagaimana Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kalangan Petani? Rumusan Masalah Gerakan Nasional Revolusi Mental adalah suatu gerakan yang dicanangkan oleh KEMENKOPMK bertujuan memperbaiki karakter bangsa, berfokus pada mengubah perilaku yang buruk menjadi lebih baik. Sasaran dari revolusi mental adalah seluruh bangsa Indonesia baik masyarakat umum, pemerintah, maupun perusahaan. Perubahan yang diharapkan bergantung pada pengemasan pesan dan daya tarik dalam iklan layanan masyarakat. Penelitian efektivitas ILM yang dilakukan sebelumnya melibatkan masyarakat perkotaan sebagai responden, perlu diketahui apakah keefektivan penyampaian pesan ILM mampu menjangkau masyarakat pedesaan seperti petani. Efektivitas ILM Gerakan Nasional Revolusi Mental dapat diukur pada peningkatan pengetahuan dan mengarahkan sikap (Chaffe dalam Shahab 2013). Oleh karena itu penelitian ini penting untuk melihat program pemerintah yang disosialisasikan melalui ILM dapat menjangkau masyarakat pedesaan khususnya petani, sehingga yang menjadi 4 pertanyaan penelitian adalah bagaimana efektivitas pesan iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap di kalangan petani? Penerimaan pesan yang efektif terjadi ketika tercapainya persamaan persepsi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Setiap individu pada dasarnya memiliki kemampuan berbeda dalam menerima pesan iklan sebelum dan sesudah menonton ILM, tergantung faktor yang berhubungan. Shahab (2013) dalam penelitiannya mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas adalah daya tarik iklan dan isi pesan. Penelitian Al Jafi dan Wibisono (2013) mengatakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu, demografis atau karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, tingkat pendapatan, psikografis, dan geografis. Menurut Rogers (1983) dalam Ichwanudin (1998) faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas antara lain keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterbukaan terhadap media massa, pastisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan atau kepemukaan pendapat, sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas pesan pada iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Menganalisis efektivitas pesan iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental dalam meningkatkan pengetahuan dan mengarahkan sikap untuk bertindak di kalangan petani. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pesan pada iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu komunikasi massa. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai literatur tambahan yang digunakan untuk menulis penelitian lanjutan. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media advokasi masyarakat kepada pemerintah, sehingga pemerintah dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai data sekunder dalam pembuatan iklan layanan masyarakat. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan mengenai keefetivitasan penayangan iklan layanan masyarakat terhadap petani, sehingga diharapkan pemerintah dapat membuat iklan layanan masyarakat untuk semua lapisan masyarakat. 3. Bagi swasta, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media advokasi masyarakat kepada pihak swasta untuk membuat dan menayangkan iklan layanan masyarakat di televisi dengan frekuensi penayangan yang lebih tinggi. 5 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan evaluasi masyarakat dalam menanggapi pesan yang disampaikan pada iklan layanan masyarakat. 6 7 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa menurut Vivian (2008) adalah proses yang digunakan komunikator massa untuk mengirimkan pesan mereka kepada audien massa melalui media massa. Komunikasi massa, menurut Effendy (2002), adalah penyebaran pesan yang menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak yakni orang yang tidak tampak oleh penyampai pesan, melalui media massa modern yaitu surat kabar, film, radio, dan televisi. Komunikasi melalui media massa sifatnya satu arah. Karakteristik komunikasi massa dalam Nurudin (2013) adalah sebagai berikut, terdapat komunikator yang terlembagakan yaitu menggunakan media massa, pesannya bersifat umum ditujukan untuk semua orang, komunikannya anonim dan heterogen karena menggunakan media (tidak tatap muka) dan disampaikan oleh beberapa lembaga, media massa menimbulkan keserempakan karena dapat menyampaikan pesan pada waktu bersamaan, mengutamakan dimensi isi, bersifat satu arah, stimulasi alat indera terbatas, serta memiliki umpan balik yang tidak langsung. Masing-masing media massa memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik surat kabar mencakup publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan. Karakteristik majalah yaitu, penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama, memuat gambar atau foto lebih banyak, dan memiliki cover sebagai daya tarik. Karakteristik radio siaran adalah memiliki sifat auditori, menyajikan berita setiap jam bahkan detik, imajinatif, lebih intim karena seolah-olah penyiar dekat dengan pendengar, memiliki gaya percakapan, menjaga mobilitas karena pendengar dapat mendengarkan siaran radio sambil melakukan aktivitas lainnya. Televisi memiliki karakteristik seperti bersifat audiovisual, berpikir dalam gambar, serta pengoperasian lebih kompleks. Karakteristik film diantaranya menggunakan layar lebar, pengambilan gambar dari jarak jauh, khalayak menyimpan konsentrasi penuh saat film ditayangkan, dan memungkinkan identifikasi psikologis karena dapat menimbulkan penghayatan dalam diri pemirsa. Peran televisi dalam menarik perhatian misalnya dalam penyajian berita informatif mengenai persoalan antar bangsa, kampanye politik, mempesona imajinasi publik dengan hiburan yang disajikan. Meskipun televisi dapat efektif dalam menciptakan kesan jangka pendek, terdapat pula efek jangka panjangnya. Televisi mampu mengiklankan suatu produk melalui jaringan, untuk menarik pengiklan besar, jaringan televisi menayangkan acara yang diharapkan akan ditonton oleh pemirsa, karena jaringan bertanggung jawab atas acara yang ditayangkan maka jaringan tersebut memiliki standar dan praktik. Standar dan praktik merupakan pengaturan tayangan berupa peniadaan adegan kekerasan ataupun adegan yang melanggar norma. Sebagai media visual yang menarik, televisi dapat memberikan dampak dan perkembangan advertising televisi melampaui perkembangan di media lain karena televisi mampu menjangkau khalayak beragam. Kelebihan yang dimiliki televisi diantaraya yaitu, (1) daya jangkau luas, (2) selektivitas dan fleksibilitas, (3) fokus perhatian, (4) kreativitas dan efek, (5) prestise, dan (6) waktu fleksibel. Televisi juga memiliki kekurangan 8 dalam penggunaannya yaitu, (1) biaya produksi dan biaya penayangan tinggi, (2) informasi terbatas, (3) selektivitas terbatas, (4) penghindaran audiens dari iklan, dan (5) tempat terbatas. Fungsi komunikasi massa menurut Effendy (2002) secara umum yaitu (1) menyiarkan informasi, media massa menyebarkan informasi yang bersangkutan dengan kepentingan khalayak, (2) fungsi pendidikan yaitu media massa sebagai sarana pendidikan karena menyajikan pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa melalui tokoh yang berkompeten di bidangnya, namun media tetap menyajikan pengajaran yang bentuknya menghibur agar lebih menarik, (3) fungsi menghibur yaitu menyajikan gambar, cerita menarik, program hiburan yang mengandung informasi tertentu namun tetap dikemas sebagai hiburan, (4) fungsi mempengaruhi yaitu mampu membujuk khalayak untuk bersikap sesuai dengan apa yang disampaikan media. Proses komunikasi dalam penerimaan pesan adalah khlayak pendengar, (listeners), khalayak pembaca (readers), dan khalayak pemirsa (viewers). Khalayak komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut, audiens terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. Audiens berjumlah besar, dalam arti dapat dijangkau dengan jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Audiens bersifat heterogen karena mewakili beberapa kategori sosial. Audiens bersifat anonim karena komunikator biasanya tidak diketahui identitas komunikannya dan pada siapa ia berkomunikasi, dan audiens biasanya tersebar dalam konteks ruang juga waktu. Saat menerima pesan berupa informasi, manusia akan memproses informasi tersebut dengan mengolah, menyimpan, dan suatu saat akan menggunakannya kembali. Proses ini terjadi di dalam diri manusia sebagai komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Menurut Rakhmat (2008) proses sensasi merupakan awalan penerimaan pesan melalui alat indera manusia. Proses persepsi adalah cara individu menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem indera, dapat dipengaruhi oleh faktor personal dan structural, faktor personal meliputi kebutuhan, suasana mental, suasana emosional, latar belakang budaya, dan kerangka rujukan seseorang. Terdapat perhatian yang selektif dalam menanggapi berbagai stimuli atau informasi. Stimuli yang bergerak akan lebih menarik perhatian dibanding dengan yang lainya. Tampilan visual yang menyajikan bendabenda bergerak dapat lebih menarik perhatian daripada penampilan yang diam. Stimuli yang mengandung hal baru yang berbeda atau luar biasa akan lebih menarik perhatian. Sesuatu yang berulang pun dapat lebih menarik perhatian, misalnya iklan yang disajikan berkali-kali di televisi akan lebih menarik perhatian dan mudah untuk diingat kembali. Pengemasan pesan dalam periklanan merupakan proses yang disusun menggunakan langkah atau pendekatan yang terorganisasi dengan baik. Salah satu pendekatan paling popular pada Morissan (2010) dalam proses kreatif iklan adalah model yang dikembangkan oleh James Webb Young yaitu: 1. Keterlibatan diri (immersion) adalah upaya melibatkan diri ke dalam masalah yang ada dengan mengumpulkan informasi untuk memikirkan dan memahami masalah. 9 2. Proses Inkubasi (incubation) adalah meletekkan masalah diluar pikiran sadar dan mengubah informasi untuk melakukan pekerjaan. 3. Iluminasi adalah upaya memunculkan ide atau gagasan. 4. Verifikasi adalah kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk menetukan adakah ide tersebut mampu menyelesaikan masalah atau tidak. Kreativitas adalah kemampuan mengubah informasi dasar suatu produk yang kemudian diubah menjadi konsep kreatif yang mampu menyampaikan pesan kepada khalayak dengan menarik. Menentukan daya tarik iklan (advertising appeal) dapat dipahami sebagai something that moves people, speaks to their wants to needs, and excites their interest (menggerakkan orang, berbicara mengani keinginan atau kebutuhan mereka, dan membangkitkan ketertarikan mereka). Secara umum, daya tarik tersebut dapat dikelompokkan menjadi daya tarik informatif dan daya tarik emosional. Idealnya pesan harus menarik perhatian (attention), menimbulkan minat (interest), memicu keinginan (desire), dan mendorong orang untuk berbuat (action) sebagai model AIDA. Seorang advertiser atau pembuat iklan perlu menentukan tema iklan yang akan dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan pada konsepnya menyesuaikan dengan fungsi iklan, antara lain: 1. Rasional, iklan berfungsi memberikan tekanan atau manfaat bagi penerima berita berupa tanggapan positif terhadap informasi yang disampaikan ILM bisa meyakinkan dan memuaskan masyarakat sebagai khalayak sasaran dengan menyampaikan informasi yang mudah dicerna serta sesuai dengan kenyataan masyarakat. 2. Humor atau jenaka, merupakan strategi untuk mencapai sasaran desain periklanan untuk memicu perhatian terhadap yang diinformasikan. Survei yang dilakukan oleh eksekutif iklan, menunjukkan bahwa penggunaan humor akan efektif untuk menarik perhatian dan menciptakan kesadaran. 3. Rasa takut, digunakan untuk memperbaiki motivasi yang dituju melalui mengidentifikasi konsekuensi negatif dalam pemakaian produk tertentu. 4. Patriotik, dihadirkan untuk menambah rasa kepercayaan masyarakat terhadap berita yang diinformasikan. 5. Kesalahan, tujuannya agar audiens dapat memperbaiki kesalahan yang diinformasikan melalui adegan iklan. 6. Kaidah, berhubungan dengan aturan-aturan yang berlaku dan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan adat istiadat. 7. Simbol, berupa tanda yang mempunyai hubungan dengan objek yang peraturannya bersifat umum sebagai jembatan yang menginterpretasikan suatu objek kepada orang lain sesuai dengan pengalamannya. 8. Pengandaian, merupakan harapan mengenai sebuah tujuan. 9. Emosional, berhubungan dengan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi masyarakat. Bentuk respons dalam komunikasi massa disebut feedback. Feedback dapat berupa tanggapan atau reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator. Dengan demikian umpan balik yang terjadi dalam proses komunikasi massa menurut Nurudin (2013) dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Umpan Balik Internal (Internal Feedback), berupa umpan balik yang diterima oleh komunikator, datang dari pesan yang disampaikan. Contohnya ketika 10 komunikator menyampaikan pesan dan menyadari terdapat kesalahan pengucapan dan sebagainya maka komunikator langsung meminta maaf. 2. Umpan Balik Eksternal (External Feedback), berupa umpan balik yang diterima komunikator biasanya bersifat langsung ataupun tidak langsung. Feedback pada komunikasi cenderung bersifat representative, indirect, delayed, cumulative, dan institutionalized. a. Umpan Balik Representatif (Representative Feedback) yaitu, mengukur feedback dengan mengambil contoh atau sampel dari sekian persen audiens yang cukup mewakili dan hasilnya dianggap feedback dari keseluruhan audiens. b. Umpan Balik secara Tidak Langsung (Indirect Feedback) yaitu, mengukur feedback dengan pihak ketiga misalnya perusahaan ratik seperti AC Nielsen. c. Umpan Balik yang Tertunda (Delayed Feedback) yaitu, respon komunikasi massa yang tertunda karena membutuhkan proses dalam penghintungan dan verifikasi data. d. Akumulasi Umpan Balik (Cumulative Feedback) yaitu, berupa kumpulan respon dalam periode waktu tertentu, data ini lah yang akan mempengaruhi keputusan dan kebijakan media. e. Umpan Balik dari Lembaga (Institutionalized Feedback) yaitu, respon yang datang dari lembaga langsung mendatangi komunikannya untuk mengumpulkan pendapat kemudian data tersebut dianalisis. Iklan Layanan Masyarakat Periklanan adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu yaitu, pemasang iklan, yang membayar jasa sebuah media massa atas penyiaran atau terbitnya iklan. Periklanan merupakan sarana penyampaian pesan suatu produk atau jasa dari pengirim pesan ke penerima pesan yang bersifat statis maupun dinamis agar masyarakat terpancing, tertarik, tergugah untuk menyutujui, dan mengikuti. Periklanan merupakan sarana penyampaian pesan yang menurut sifatnya dibagi menjadi dua yaitu : 1. Iklan yang bersifat komersial merupakan iklan yang mengkomunikasikan hal yang bersifat perdagangan bertujuan mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa yang dimuat di media massa dan media lainnya. 2. Iklan yang bersifat non-komersial merupakan iklan yang mengkomunikasikan tentang hal-hal yang bersifat sosial yang sering disebut “Iklan Layanan Masyarakat” atau ILM. ILM merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan mengutarakan gagasan atau ide untuk kepentingan layanan masyarakat (public service). Periklanan atau advertising berperan dalam perekonomian modern dalam mempengaruhi keputusan untuk membeli suatu produk atau mengikuti pesan yang disampaikan melalui iklan. Advertising dapat menginspirasi pemirsa untuk meningkatkan produktivitas individu. Advertising pertama kali muncul sebagai fenomena modern di Amerika Serikat yang mengaitkan dengan prinsip demokrasi, pemirsa di AS diharapkan mencari informasi agar bisa mengevaluasi pimpinan mereka dan memilih kebijakan publik. Warga AS memanfaatkan media massa untuk mencari pemimpin yang kuat, bukan berdasarkan pemikiran mereka sendiri, 11 namun untuk mendapatkan ide-ide. Advertising memiliki peran penting lain di masyarakat demokrasi yakni menjadi sumber pendapatan utama bagi koran, majalah, televisi, dan radio. Pembuatan iklan yang menarik perlu memperhatikan hal-hal seperti, kreativitas dalam menampilkan gambar dan layouting, memahami kebutuhan pemirsa dan mengkomunikasikannya dengan ide kreatif, agen harus menempatkan iklan pada media yang efektif, serta melakukan riset mengenai informasi sasaran iklan. Menurut Pujiyanto (2013) iklan layanan masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut Public Service Announcement (PSA) merupakan iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum. Iklan layanan masyarakat sebagai upaya untuk mempersuasi masyarakat dengan cara mengajak dan mengimbau mereka untuk mengerti, menyadari, turut memikirkan, serta menempatkan posisinya agar tidak larut dan terjerumus dalam permasalahan. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang ditayangkan oleh lembaga pemerintahan digunakan untuk menyampaikan informasi persuasif atau mendidik khalayak yang bersifat sosial, agar masyarakat sebagai audiens dapat bertambah pengetahuannya, kesadarannya, dan sikapnya, serta berubah perilakunya agar mempunyai pandangan positif dan kehidupan lebih baik. Iklan layanan masyarakat memberikan respon sosial, di mana media massa dapat menanggapi fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi. Penelitian Sari (2012) menyatakan bahwa iklan layanan masyarakat atau Public Service Announcement merupakan bentuk program komunikasi massa untuk pengkomunikasian pesan dengan tujuan memberikan informasi, mempengaruhi atau mengingatkan kembali tentang gagasan-gagasan khusus yang menyangkut fakta dan latar belakang terjadinya suatu gejala sosial. Tidak jauh berbeda dengan penelitian Hastuti (2013) yang menyatakan bahwa iklan layanan masyarakat merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang penyiaran disebutkan bahwa siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan non komersial yang disiarkan melalui siaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan dan atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran dan atau pesan-pesan lainya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut. Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau mengubah perilaku yang “tidak baik” menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya. Iklan layanan masyarakat dapat dikampanyekan oleh organisasi profit atau non profit dengan tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ILM yang diterima di masyarakat diperlukan kemampuan mengkaji dan memilih data tentang audiens dan tema yang ada di masyarakat, serta ilmu yang berhubungan dengan kemanusiaan (antropologi, sosiologi, psikologi), ilmu komunikasi, pengetahuan Bahasa, kemampuan merancang, dan mengatur elemen- 12 elemen desain dalam karya ILM. Menurut Rhenald Kasali (1995) yang dikutip oleh Pujiyanto (2013) perlu dilakukannya langkah identifikasi masalah dan kelompok sasaran sebagai berikut: 1. Menganalisis kebutuhannya 2. Menekankan tujuan khusus ILM 3. Menentukan tema ILM 4. Menentukan anggaran ILM 5. Perencanaan media meliputi identifikasi media, memilih media, dan menentukan waktu publikasi 6. Menciptakan pesan-pesan ILM 7. Menilai keberhasilan kampanye melalui evaluasi sebelum, selama, dan sesudah kampanye dipublikasikan. ILM selalu berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban masyarakat, teknologi, dan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Tugas ILM adalah (1) untuk menimbulkan kesadaran masyarakat, (2) memberi pemahaman informasi agar masyarakat yang belum menyukai atau tidak menyukai dapat dirayu untuk mempelajarinya, (3) langkah keyakinan atau sikap yaitu, bagaimana masyarakat memiliki niatan untuk membacanya. Belum sadar Sadar Pemahaman dan Citra Tindakan Sumber : Pujiyanto (2013) Gambar 1 Skema proses komunikasi ILM Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Terdapat jenis-jenis efek komunikasi massa menurut Keith R Stamm dan John E. Bowes yang dikutip Nurudin (2013) yaitu, efek primer dan efek sekunder. Efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Ketika pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya dan menimbulkan respon anggukkan dan sebagainya, hal tersebut merupakan contoh efek primer. Efek Sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (peningkatan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih), dapat berupa perilaku penerima yang ada di bawah kontrol langsung komunikator. Maka dari itu seorang desainer iklan perlu untuk menguji apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami atau tidak agar penyampaian pesan pada iklan tersebut efektif. Berdasarkan penelitian Neonisa (2011) untuk mencapai tujuan perubahan perilaku, Pemprov DKI menyadari bahwa iklan layanan masyarakat belum dapat mengubah perilaku masyarakat untuk beralih dari menggunakan kendaran pribadi menjadi menggunakan busway, 13 dilihat pada tingkat kemacetan yang belum berkurang secara signifkan. Efek komunikasi massa perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi berarti kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak manusia, sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang unik dan kompleks. Donald K. Robert dalam Lisiswati, et. al (2015) mengungkapkan “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”, karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Efek komunikasi massa juga menumbuhkan perasaan tertentu seperti dapat menghilangkan atau menimbulkan rasa nyaman, perasaan positif juga perasaan negatif. Media berpengaruh pada pembelajaran active learning (belajar aktif) dimana yang lebih berpengaruh pada active cognitive learning (kognitif) daripada behaviour activity (perilaku). Efek kognitif adalah efek yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif, dilihat dari apakah informasi tersebut bermanfaat dan dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya. Media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial. Efek afektif berarti komunikasi massa bukan hanya memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa antara lain, suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual, dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa. Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Siaran iklan di Indonesia dimanfaatkan untuk kampanye mengenai kesehatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu dan sebagainya. Media massa pasti dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak, media dapat pula membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Diperlukan adanya pengukuran efektivitas iklan layanan masyarakat untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan iklan tersebut, yang kemudian dapat menjadi acuan untuk menyempurnakan iklan layanan masyarakat selanjutnya. Pengukuran yang digunakan bermacam-macam, menurut penelitian Al Jafi dan Wibisono (2013) keefektifan iklan layanan masyarakat dapat dianalisis menggunakan AIDCA yaitu attention, interest, desire, conviction, action. Perhatian (Attention), Iklan berhasil memenangkan perhatian dari penonton. Ketertarikan (Interest) yaitu, iklan itu berhasil meraih rasa ketertarikan mereka. Hal itu mungkin berlaku secara selektif dan pembaca tertentu akan merasa tertarik pada iklan tertentu, misalnya, iklan kosmetik, makanan, pakaian, perumahan, kendaraan bermotor, atau komputer. Rasa tertarik mungkin dapat dimunculkan dengan pewarnaan, gambar. Keinginan (Desire), selain membuat iklan dengan menarik, iklan didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan. Seperti menayangkan keuntungan apakah bila kita mampu menciptakan keinginan untuk membeli, memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan dengan mencantumkan fakta-fakta. Tindakan (Action), perangkat-perangkat tertentu dapat digunakan untuk membuat pembaca melakukan tindakan, misalnya dengan mencantumkan kupon, undangan untuk mencoba sampel, dorongan untuk mengunjungi. 14 Iklan bergantung pada apakah konsumen mengingat pesan yang disampaikan memahami pesan tersebut, terpengaruh oleh pesan dan tentu saja pada akhirnya membeli produk yang diiklankan. Penelitian Hastuti (2013) menyatakan bahwa efektivitas iklan juga dapat diukur dengan menggunakan EPIC model (Bram, 2005). Epic Model mencakup empat dimensi kritis, yaitu empati (empathy), persuasi (persuasion), dampak (impact) dan komunikasi (communications). Selain itu penilaian keefektivan iklan layanan masyarakat menurut Steven M. Chaffe dalam penelitian Shahab (2013) efek yang disebabkan oleh pesan media massa dapat di lihat dari perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, yaitu penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Terdapat klasifikasi khusus pada aspek pengetahuan dan sikap yang dipaparkan oleh Bloom (1956) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006), aspek pengetahuan diantaranya knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Knowledge, pada tahap ini individu dapat mengingat berbagai hal yang pernah dipelajarinya dan yang tersimpan dalam ingatannya. Pengetahuan yang tersimpan tersebut, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Comprehension pada tahap ini individu mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari berbagai hal yang pernah dilakukan dan dipelajarinya, ditunjukkan dengan individu mampu menerangkan kembali sesuatu yang dilihat dan didengarnya menggunakan kata-kata sendiri. Application, kemampuan individu untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada kondisi berbeda. Analysis yaitu kemampuan untuk memahami adanya kesamaan dan perbedaan, secara keseluruhan dapat memahami dengan baik. Synthesis yaitu kemampuan untuk membentuk pola baru, dan evaluation yaitu individu dapat memberikan penilaian dan membandingkan keunggulan dan kelemahan beberapa hal. Pada aspek sikap diantaranya receiving, responding, valuing, organization, dan characterization by value. Receiving adalah kemampuan seseorang belajar menerima hal baru. Responding atau menanggapi yaitu mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Valuing merupakan kemampuan individu untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan mampu membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Organization merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan dan characterization by value yaitu kemampuan individu untuk membentuk pola hidup, mencakup menghayati nilai-nilai sehingga menginternalisasi dalam mengatur kehidupannya sendiri. Jadi melalui pesan yang disampaikan iklan layanan masyarakat diharapkan dapat menimbulkan respon yang baik bagi masyarakat. Maka penelitian ini difokuskan menganalisis perubahan yang terjadi pada diri khalayak meliputi : 1. Peningkatan pengetahuan a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang iklan layanan masyarakat b. Pemahaman masyarakat tentang pentingnya pesan yang disampaikan dalam iklan layanan masyarakat 2. Perubahan sikap 15 a. Perasaan bangga dan puas apabila melakukan hal yang dianjurkan dalam pesan iklan layanan masyarakat b. Tidak adanya keterpaksaan masyarakat dalam melakukan hal yang dianjurkan dalam pesan iklan layanan masyarakat Penggunaan pengukuran peningkatan pengetahuan dan sikap karena menyesuaikan dengan fungsi ILM dalam mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku khalayak, namun untuk mengukur perubahan perilaku dibutuhkan proses yang lama sehingga dapat dilihat sampai perubahan sikap khalayaknya. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas suatu iklan dapat dilihat dari karakteristik iklan dan karakteristik individu. Karakteristik iklan adalah atribut pada iklan dan menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas iklan diantaranya, kualitas endorser, daya tarik iklan, dan isi pesan iklan. Menurut penelitian Hastuti (2013) karakteristik iklan meliputi kualitas pesan iklan, daya tarik iklan dan frekuensi penayangan iklan, kualitas endorser, daya tarik iklan, dan isi pesan iklan, sedangkan penelitian Shahab (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas adalah daya tarik iklan dan isi pesan. Faktor lain dalam penelitian Sari (2012) yaitu, pesan (struktur dan isi pesan), sumber model (karakteristik dan kredibilitas model), dan eksekusi iklan (video dan audio). Berbeda dengan penelitian Sudiantoro (2011) yaitu, daya tarik iklan (meaningful, distinctive, dan believable), kualitas pesan iklan (attention, interest, desire, dan action), dan frekuensi penayangan iklan (intensitas muncul, hari penayangan, dan pemilihan stasiun televisi). Menurut penelitian Hubeis (2007) penyajian pesan narasi yang dilengkapi dengan gambar realistik atau grafis ternyata sangat membantu petani yang rata-rata berpendidikan sekolah dasar di dalam memahami tayangan pesan. Penelitian Al Jafi dan Wibisono (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu, struktur iklan seperti pesan verbal, pesan non-verbal, teks iklan, karakteristik media. Apabila iklan layanan masyarakat menggunakan endorser atau sumber model yang diketahui oleh khalayak dan sedang booming sebagai daya tarik iklan pada saat penayangan iklan, maka penonton akan lebih tertarik untuk menonton hingga iklan selesai. Jika pesan yang disampaikan dirasa penting, memiliki urgensi tinggi, dan dapat mempengaruhi penonton akan membuat penonton untuk memperhatikan dan memahami pesan tersebut. Iklan yang ditayangkan tiga kali atau lebih serta iklan yang menggunakan setting dan visualisasi menarik akan diingat lebih lama oleh penonton. Kesederhanaan katakata atau tagline yang ditempatkan pada posisi yang mudah dibaca juga akan mempengaruhi penonton untuk menangkap pesan tersebut. Benunur (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa makin menarik dan jelas keragaan materi video instruksional, semakin meningkat pengetahuan petani (khalayak) tentang materi yang diperagakan. Al Jafi dan Wibisono (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu, demografis atau karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, tingkat pendapatan, psikografis, dan geografis. Menurut penelitian Sasmita (2015) kemampuan seseorang untuk belajar berkembang secara gradual sejalan dengan 16 meningkatnya umur. Kemampuan belajar ini dapat menurun secara nyata karena kemampuan panca indra dan daya dukung otak untuk menerima pesan. Penonton dengan usia dan jenis kelamin berbeda tentu akan memilih menonton iklan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, penonton dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA/PT) akan lebih tertarik untuk melihat iklan baru atau ikan yang sesuai dengan interest-nya. Apabila individu berinteraksi dengan kelompoknya dan mendiskusikan mengenai iklan layanan masyarakat juga dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilakunya, karena melalui diskusi akan timbul berbagai argumen yang menguatkan atau melemahkan pesan yang disampaikan dalam iklan layanan masyarakat. Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin (1998) adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu, sedangkan peubah perilaku komunikasi menurut Rogers (1983) dalam Ichwanudin (1998) antara lain keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterbukaan terhadap media massa, pastisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan atau kepemukaan pendapat. Berdasarkan pemaparan tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku komunikasi dapat juga disebut dengan keterdedahan informasi yaitu, komunikasi interpersonal, komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa, dan partisipasi sosial. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka. Ridhoanova (2009) mengutip Furkonulhakim (1989) menyatakan bahwa keterdedahan pada media massa adalah aktivitas membaca media massa tercetak, mendengarkan radio dan menonton televisi serta film. keterdedahan terhadap media sangat berkaitan dengan perilaku seseorang dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan media di lingkungannya. Ridhoanova (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa frekuensi, durasi dan kelengkapan isi pesan dapat menjadi alat ukur untuk keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat. Ardianto (2001) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan penghasilan semakin tinggi motif menonton televisi, bukan lagi hanya untuk mencari informasi, hiburan atau bahkan pelarian, namun menjadi kebutuhan. Lebih lanjut lagi, keterdedahan televisi terhadap masyarakat pun dibuktikan cukup tinggi, dengan frekuensi menonton hampir setiap hari dan durasi 5-6 jam setiap harinya. Hal tersebut berbanding lurus dengan keterdedahan iklan sebagai selingan diantara acara televisi, dimana iklan layanan masyarakat sebagai salah satu yang paling sering diperhatikan. Iklan Layanan Masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental Gerakan nasional revolusi mental merupakan salah satu program yang menjadi agenda pemerintah periode 2015-2019 sebagai upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Revolusi mental memiliki nilai strategis dan 17 instrumental. Nilai strategis revolusi mental diarahkan untuk kedaulatan, daya saing, dan persatuan bangsa yang dilakukan secara kolektif melibatkan seluruh bangsa dengan memperkuat institusi pemerintahan dan pranata sosial budaya. Secara instrumental merupakan upaya bersama membangkitkan kesadaran bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif, dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern. Praktek dalam keseharian dilakukan dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku melalui internalisasi nilai-nilai esensial pada setiap individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat sampai dengan lembaga-lembaga negara (revolusimental.go.id). Karakter yang diharapkan dalam UU Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriot, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada keterkaitan antara Trisakti, Nawa Cita, dan Gerakan Revolusi Mental, yakni Revolusi Mental sebagai perubahan pola pikir akan sangat membantu dalam pelaksanaan Nawa Cita untuk mewujudkan Trisakti (negara Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan). Sembilan agenda prioritas Nawa Cita diantaranya: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah– daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan 4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi system dan penegakan hokum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik 8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh ke‐bhineka‐an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Keterkaitannya yakni Revolusi Mental sebagai perubahan mindset (pola pikir) akan membantu dalam pelaksanaan Nawa Cita untuk mewujudkan Trisakti (negara Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan). Karakter yang diharapkan dalam UU Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriot, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemahaman terhadap sejarah, nilai-nilai luhur budaya bangsa menjadi landasan untuk memperkuat kehidupan yang harmonis. Hal tersebut merupakan salah satu upaya revolusi mental untuk memperkuat karakter dan jati diri bangsa. Revolusi mental merupakan bentuk strategi kebudayaan yang berperan memberi arah bagi tercapainya kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara. Nilai utama revolusi mental yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong. Integritas berarti memiliki nilai jujur, dapat dipercaya, berkarakter, dan 18 bertanggung jawab. Etos kerja berarti mampu berdaya saing, optimis, inovatif, dan produktif. Gotong royong berarti menjunjung tinggi kerjasama, solidaritas, serta berorientasi pada kemaslahatan bersama. Nilai-nilai strategis lainnya yaitu kewargaan seperti perilaku bersih, dapat mengantri, menghargai hak pejalan kaki, melakukan kewajiban aman berkendara, anti menerima dan memberi suap, cepat tanggap, tepat waktu, dan tidak menunda pekerjaan. Mandiri contohnya memakai dan mencintai produk Indonesia. Kreatif contohnya melakukan inovasi dan tidak mencontek (plagiarisme). Saling menghargai contohnya memiliki sopan santun, menerima perbedaan, anti kekerasan, anti diskriminasi, dan menciptakan rasa kasih sayang antar bangsa. Pencapaian nilai-nilai strategis tersebut harus didukung oleh tekad politik (political will) pemerintah, harus bersifat lintas sektoral, adanya kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi dan pemerintah, dilakukan dengan program “gempuran nilai” (value attack) untuk senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik. Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular) bagi seluruh segmen masyarakat. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual), serta dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat. Revolusi Mental tidak hanya slogan, tetapi aksi. Melalui website (revolusimental.go.id) dan iklan layanan masyarakat akan menjadi wadah bersama untuk berjejaring secara nasional, untuk mengkomunikasi ide-ide kreatif, untuk membuat aksi yang bisa mendorong masyarakat sekitar kita untuk mengubah kebiasaan yang buruk dan menggantikannya dengan yang positif, kreatif dan bermanfaat. Masyarakat diharapkan menyampaikan kritik dan sarannya melalui website dan media sosial Gerakan Nasional Revolusi Mental. ILM dimanfaatkan pemerintah dalam menyosialisasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental yang memuat pesan sosial atau sebagai kampanye sosial dalam menanggapi terjadinya krisis nilai dan karakter, krisis pemerintahan, dan krisis relasi sosial yang menjadi keresahan masyarakat Indonesia mengenai karakter bangsa pada generasi selanjutnya. Permasalahan yang terjadi di negara Indonesia adalah kasus korupsi, pelanggaran HAM, hingga perilaku sehari-hari masyarakat seperti kurang peduli terhadap hak orang lain. Menurut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), tantangan yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia adalah telah resmi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kawasan Indonesia tidak lagi hanya milik rakyat Indonesia saja, persaingan perdagangan, produksi, dan tenaga kerja terbuka lebar bagi siapa saja. Untuk itu, perhatian pemerintah tidak hanya pada peningkatan infrastruktur tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pelaku gerakan nasional revolusi mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama pemerintah baik masyarakat kota maupun masyarakat desa juga termasuk petani. Revolusi mental petani diperlukan untuk meningkatkan karakter mandiri dan memiliki semangat juang yang tinggi. Hasil-hasil survei internasional melalui Tranparency International menunjukkan persepsi tentang tingkat korupsi di sektor publik, dari 177 negara dan dengan 177 skor, Indonesia berada di rangking 114 dengan skor 32 (revolusimental.go.id). Menurut data BPS sejumlah 41.36 persen terjadi peristiwa korupsi di lingkungan masyarakat terhadap pelayanan publik, padahal persepsi masyarakat terkesan membenci 19 korupsi (idealis) namun tidak sejalan dengan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tingginya impor pangan yang seharusnya produk tersebut bisa diproduksi di dalam negeri. Hal ini dapat terwujud apabila ada peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan keterampilan, penyuluhan, kewirausahaan yang berorientasi pasar, serta perubahan dari diri sendiri melalui revolusi mental. Pendekatan yang dilakukan pada petani dapat dilakukan melalui komunikasi interpersonal dan penggunaan media massa seperti penayangan ILM di televisi. Strategi internalisasi nilai-nilai revolusi mental dapat melalui jalur birokrasi, jalur pendidikan, jalur swasta, dan jalur kelompok masyarakat. Adapun indikator keberhasilan gerakan nasional revolusi mental yaitu, kepuasan warga terhadap pelayanan publik meningkat, standar pelayanan publik meningkat, daya saing produk lokal dan konsumsi dalam negeri meningkat, kerukunan warga meningkat, kerjasama dan partisipasi dalam pembangunan meningkat, kualitas hidup meningkat, kepercayaan diri eningkat, penyederhanaan prosedur pelayanan publik, keterbukaan informasi, meningkatnya kepastian pelayaan, dan efisiensi biaya pelayanan. Sosialisasi gerakan ini dilakukan pada tahun 2015 melalui internet dapat diakses pada revolusimental.go.id, twitter @RevolusiMental, facebook “Revolusi Mental”, laman tersebut tidak hanya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai informasi tentang Revolusi Mental, namun dapat pula memberi saran dan kritik. Sosialisasi dilakukan pula menggunakan iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi. Terdapat lima jenis iklan yang ditayangkan di televisi yaitu Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong, Iklan Revolusi Mental versi Integritas, Iklan Revolusi Mental Payung versi 1, Iklan Revolusi Mental Payung versi 2, dan Iklan Revolusi Mental versi Testimoni. Prakteknya gerakan ini dilakukan dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku melalui internalisasi nilai-nilai esensial pada setiap individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat sampai dengan lembaga-lembaga negara. Melalui sosialisasi di universitas, talkshow di televisi swasta, serta menjadi tema HUT Bhayangkari. Selama hampir satu tahun pemerintahan, dominasi pemberitaan masih mengaitkan aktivitas dan kebijakan pemerintah dengan istilah Revolusi Mental yang disalahtafsirkan secara sepihak. Padahal sebagai sebuah konsep dan strategi, Revolusi Mental sudah diakui sebagai hal yang mutlak dilakukan untuk keluar dari masalah krisis karakter bangsa. Berdasarkan Government Public Relations Report oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, periode bulan Juni 2015, berita-berita yang berhubungan dengan kata kunci Revolusi Mental terdapat 91 berita, yang muncul di media cetak (21 berita) dan media online (70 berita). Terdapat 67 pemberitaan positif, 21 pemberitaan netral, dan 9 pemberitaan negatif. Secara garis besar masyarakat mengharapkan ada contoh nyata dan konkret dari pemerintah dalam mengimplementasikan nilai-nilai revolusi mental. Sampai saat ini masyarakat menilai bahwa Revolusi Mental hanya sekedar jargon kampanye dan retorika belaka. Upaya nyata yang ada salah satunya dilakukan oleh pihak relawan (revolusimental.or.id), terdapat beberapa program kerja yang meliputi, program pendidikan yaitu, pelatihan revolusi mental untuk guru per kabupaten, siswa sekolah, dosen perguruan tinggi, dan mahasiswa. Program Sumber Daya Manusia atau Kepegawaian yaitu, pelatihan revolusi mental untuk pegawai negeri 20 kementrian, pegawai negeri provinsi, pegawai negeri kabupaten/kota, dan karyawan perusahaan atau buruh pabrik. Program pertanian yaitu, pelatihan revolusi mental petani nusantara per kabupaten, petani nusantara per provinsi, pilot project system pertanian terpadu per kabupaten/kota, dan pemanfaatan lahan tidur untuk industri pertanian terpadu. Program kewirausahaan yaitu, pelatihan wirausaha muda kreatif berintegritas per kabupaten, pembinaan kewirausahaan untuk pemuda putus sekolah, dan pembinaan industry kecil dan kerajinan. Program lingkungan yaitu, pengelolaan sampah organic menjadi pupuk organik, pengolahan sampah nonorganik menjadi barang bernilai, pengolahan sampah plastik menjadi bensin dan solar, pengolahan sampah terpadu kawasan pantai untuk memproduksi garam dan barang bernilai lainnya, serta pengolahan sampah kayu menjadi biomasa dan kayu sintesis WPC (Wood Plastic Compound). Saat ini terdapat beberapa kegiatan yang melibatkan masyarakat menerapkan Gerakan Nasional Revolusi Mental, diantaranya adalah “Gerakan Padang Melayani”, gerakan ini sudah diresmikan oleh Walikota Padang, merupakan pelayanan plus yang akan diberikan kepada warga Padang secara teknis dengan melayani pembuatan KTP dan KK ke masing-masing rumah warga. Lain halnya dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, gerakan di wilayah ini dapat disebut dengan gerakan pembangunan dengan gotong royong. Menko PMK melakukan kunjungan untuk melihat langsung perkembangan pembangunan hunian tetap (huntap) yang telah dibangun pemerintah sebanyak 2072 rumah serta bisa menyerap berbagai aspirasi secara langsung dari masyarakat. Kesulitan dalam menyelesaikan pembangunan huntap tersebut adalah adanya keterbatasanketerbatasan, baik geografis, bentang alam yang banyak memiliki titik rawan bencana maupun keterbatasan infrastruktur. Penyelesaian tersebut dapat dipercepat apabila masyarakat memiliki sinergitas, kerja keras, dan semangat gotong royong. Kegiatan berikutnya yaitu, ekspedisi Bhakti PMK 2016 dan Ekspedisi NKRI di seluruh daerah di provinsi Papua Barat. Ekspedisi PMK diikuti oleh 2000 personil terdiri atas berbagai pihak dari kementerian/lembaga, TNI AL, pengusaha, yayasan sosial, pihak keagamaan, pihak pramuka, perguruan tinggi, dan organisasi masyarakat yang akan berkeliling ke sejumlah wilayah di Indonesia untuk meneliti, mengeksplorasi dan memberikan bantuan ke daerahdaerah yang dikunjungi. Secara keseluruhan merupakan perwujudan “negara hadir” ke tengah-tengah masyarakat yang selama ini tertinggal, terluar, dan terpencil, meliputi bantuan program dan kegiatan yang berupa penyuluhan dan pelatihan untuk menjadi pemicu dan pemacu inovasi dan produktif yang dapat dilakukan dengan memulai membangun diri mereka sendiri. Perhatian dan kepedulian pemerintah beserta segenap pihak kepada masyarakat di daerah terluar, tertinggal, dan terpencil adalah seiring dengan visi dan misi pemerintah dengan program Nawacita, yaitu: Visi “Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong” dan Misi mewujudkan ”Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”. Contoh nyata Revolusi Mental diharapkan mampu membuktikan bahwa semua pihak bisa berkoordinasi, bersama-sama saling mendukung dan memberikan perhatian untuk membantu masyarakat di pulau-pulau teringgal dan terpencil. Aksi-aksi nyata yang mewakili Gerakan Nasional Revolusi Mental 21 diantaranya adalah “Indonesia Melayani”, “Indonesia Bersih”, “Indonesia Tertib”, “Indonesia Mandiri”, dan “Indonesia Bersatu”. Sumber : revolusimental.go.id Gambar 2 Logo Revolusi Mental Kerangka Pemikiran Adanya terpaan video iklan layanan masyarakat diduga mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan dan mengarahkan sikap individu. Peningkatan pengetahuan dan pengarahan sikap pada individu adalah bervariasi, tergantung pada kemampuan penerimaan pesan dan pengemasan pesan dalam iklan layanan masyarakat. Penerimaan pesan tersebut akan efektif apabila terdapat persamaan persepsi antara pengirim pesan dengan penerima pesan tergantung faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat tersebut. Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat yaitu karakteristik individu, karakteristik iklan, dan keterdedahan informasi. Menurut Al Jafi dan Wibisono (2013) karakteristik individu diantaranya, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Diduga usia dewasa awal dan dewasa pertengahan biasanya akan lebih mudah memahami pesan yang dimaksud dibandingkan dengan usia tua karena usia tua memungkinkan adanya penurunan daya tangkap informasi baru. Diduga perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan persepsi yang dapat berhubungan dengan penerimaan pesan iklan, tergantung pada kebutuhan dalam mencari informasi. Diduga individu yang memiliki pekerjaan lebih dari satu akan lebih mengetahui atau mudah menerima informasi baru. Diduga individu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami pesan namun cenderung kritis dengan pesan yang disampaikan, sehingga belum tentu dapat mengarahkan sikapnya sesuai pesan. Diduga individu dengan tingkat pendapatan tinggi cenderung tidak asing dengan informasi baru karena lebih mudah mengakses media massa. Shahab (2013) menyatakan karakteristik iklan diantaranya, daya tarik iklan dan isi pesan. Daya tarik iklan berarti terdapat komponen iklan yang menarik perhatian individu seperti gambar, model, setting, adegan, dan musik. Isi pesan yaitu konten yang terdapat pada iklan, apabila konten sesuai dengan kebutuhan dan keadaan realita akan lebih mudah diingat dan dipahami individu. Menurut Rogers (1983) dalam Ichwanudin (1998) perilaku komunikasi yaitu, aktivitas komunikasi interpersonal, komunikasi melalui media massa, dan partisipasi sosial. Perilaku komunikasi tersebut dapat disebut juga keterdedahan informasi, diduga 22 semakin sering individu mengakses media massa dan berinteraksi dengan orang lain memungkinkan individu mendapatkan informasi baru lebih beragam. Pengukuran efektivitas iklan layanan masyarakat menurut Steven M. Chaffe dalam Shahab (2013) melalui pengukuran efek kognitif dan efek afektif, akan berhubungan dengan individu dalam memahami pesan yang disampaikan melalui iklan layanan masyarakat. Diharapkan timbulnya perubahan pada aspek pengetahuan dan sikap melalui iklan layanan masyarakat tersebut sehingga membuat individu mau dan mengaplikasikan pesan yang disampaikan. Karakteristik Iklan 1. Daya Tarik Iklan 2. Isi Pesan Karakteristik Individu 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Tingkat Pendidikan 5. Tingkat Pendapatan Keterdedahan Informasi 1. Komunikasi Interpersonal 2. Komunikasi Melalui Media Massa 3. Partisipasi Sosial Terpaan Video Iklan Layanan Masyarakat Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Perubahan pada aspek : 1. Peningkatan Pengetahuan 2. Perubahan Sikap Keterangan : Hubungan Mempengaruhi Perlakuan Gambar 3 Kerangka Analisis Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah: 1.Terdapat perbedaan peningkatan pengetahun dan sikap yang nyata antara petani sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. 2.Terdapat hubungan antara faktor pada petani dengan efektivitas pesan iklan. a. Terdapat hubungan antara usia terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. b. Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. c. Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. d. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. 23 e. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. f. Terdapat hubungan antara keterdedahan informasi terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. g. Terdapat hubungan antara karakteristik iklan terhadap efektivitas iklan layanan masyarakat. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik khalayak yang berkaitan langsung dengan dirinya, yang meliputi : a. Usia merupakan lama waktu hidup (sejak dilahirkan). Penelitian ini mengukur usia adalah lama waktu hidup subjek penelitian dari lahir hingga pengisian kuesioner berlangsung berdasarkan hitungan tahun. Variabel usia diukur menggunakan skala ordinal. Berdasarkan Havighrust (1950) dalam Mugniesyah (2006) usia dikategorikan menjadi : i. Usia dewasa awal : 18-29 tahun (skor 1) ii. Usia dewasa pertengahan : 30-50 tahun (skor 2) iii. Usia tua : 50 tahun ke atas (skor 3) b. Jenis kelamin menurut Sumarwan (2011) adalah sifat fisik responden yang tercatat dalam kartu identitas yaitu, laki-laki atau perempuan. i. Perempuan (1) ii. Laki-laki (2) c. Tingkat Pendidikan diartikan sebagai jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh subjek penelitian sampai waktu penulisan berlangsung. Tingkat pendidikan diukur menggunakan data ordinal. i. Rendah : Tidak Sekolah dan SD/MI/Sederajat (skor 1) ii. Sedang : SMP/MTs Sederajat (skor 2) iii. Tinggi : SMA/MA Sederajat, Diploma, dan Strata (skor 3) d. Tingkat Pendapatan diartikan sebagai jumlah pendapatan uang yang dilakukan oleh subjek penelitian setiap bulannya. Pada variabel ini menyesuaikan dengan kondisi di lapang lalu diukur menggunakan skala ordinal dengan pembagian sebagai berikut : i. Rendah : X < mean – ( ½ x Standar Deviasi) (skor 1) ii. Sedang : mean + ( ½ x Standar Deviasi) < X < mean – ( ½ x Standar Deviasi) (skor 2) iii. Tinggi : X > mean + ( ½ x Standar Deviasi) (skor 3) e. Pekerjaan adalah kegiatan utama berupa pekerjaan utama dan sampingan yang dilakukan subjek penelitian untuk mencari nafkah atau pendapatan atau kegiatan menjalani kehidupan sehari-hari. Data yang digunakan adalah data nominal. i. Tidak bekerja : tidak memiliki pekerjaan atau bekerja sebagai ibu rumah tangga. ii. Pertanian : bekerja di sektor pertanian sebagai petani. 24 iii. Non-pertanian : bekerja di sektor non-pertanian sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh. 2. Keterdedahan informasi adalah suatu cara individu berkomunikasi, memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. a. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator kepada komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan memberi informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan intensitas mereka bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Komunikasi interpersonal diukur dengan data ordinal dikategorikan menjadi : i. Rendah : jumlah < 13 (skor 1) ii. Sedang : 15 < jumlah < 13 (skor 2) iii. Tinggi : jumlah > 15 (skor 3) b. Komunikasi melalui media massa adalah proses penyampian pesan secara tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subjek penelitian dalam mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa radio, televisi, dan koran diukur dari frekuensi dan intensitas mengakses media massa dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Variabel ini diukur dengan skala rasio. i. Rendah : jumlah < 75 (skor 1) ii. Sedang : 113 < jumlah < 75 (skor 2) iii. Tinggi : jumlah > 113 (skor 3) c. Partisipasi sosial adalah keterlibatan subjek penelitian dalam kegiatan sosial di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti pengajian, hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani, musyawarah desa, musyawarah RW, dan musyawarah RW dalam satu bulan terakhir. i. Rendah : jumlah < 5 (skor 1) ii. Sedang : 10 < jumlah < 5 (skor 2) iii. Tinggi : jumlah > 10 (skor 3) 3. Karakteristik iklan adalah atribut yang ada pada iklan dan menjadi aspek yang paling diperhatikan dalam penilaian terhadap iklan, terdiri atas daya tarik iklan dan isi pesan. a. Daya tarik iklan adalah penilaian subjek penelitian terhadap komponen yang menyatakan ketertarikan dari total skor tampilan pesan iklan layanan masyarakat yang meliputi gambar atau adegan yang menarik, musik yang menarik, kalimat tertulis dan terucap yang menarik, berbicara tentang kebutuhan atau keinginan khalayak, dan membangkitkan ketertarikan khalayak. Daya tarik iklan diukur dengan interval data dengan selang skor 1-6 dengan selang terendah tidak menarik menarik dan kategori selang akhir sangat menarik. Pada deskripsi tabel frekuensi kemudian diukur menggunakan skala ordinal sebagai berikut : i. Rendah : jumlah < 30 (skor 1) ii. Sedang : 34 < jumlah < 30 (skor 2) iii. Tinggi : jumlah > 34 (skor 3) 25 b. Isi pesan adalah penilaian subjek penelitian terhadap konten iklan yang memuat hal yang ingin disampaikan menyesuaikan dengan fungsi iklan diantaranya, memberikan manfaat, memicu perhatian terhadap yang diinformasikan, memperbaiki motivasi, menambah rasa kepercayaan, berhubungan dengan aturan yang berlaku, peraturanya bersifat umum, dan berhubungan dengan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi masyarakat. Isi pesan diukur dengan interval data dengan selang skor 16 dengan selang terendah tidak setuju tidak paham dan kategori selang akhir sangat setuju. Pada deskripsi tabel frekuensi kemudian diukur menggunakan skala ordinal sebagai berikut : i. Rendah : jumlah < 32 (skor 1) ii. Sedang : 37 < jumlah < 32 (skor 2) iii.Tinggi : jumlah > 37 (skor 3) 4. Efektivitas iklan adalah keberhasilan sebuah iklan dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh pengiklan. Pada penelitian ini iklan dikatakan efektif jika terdapat perubahan tingkat pengetahuan dan perubahan penilaian sikap tentang pesan iklan. a. Peningkatan pengetahuan meliputi tingkat pemahaman subjek penelitian terhadap informasi yang disampaikan melalui penayangan iklan, berupa isi pesan dari iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental. Indikator pengetahuan diantaranya adalah pengertian, nilai-nilai, latar belakang, dan aplikasi nilai revolusi mental pada kehidupan sehari-hari. Kognitif diukur dengan ordinal dengan nilai benar = 2 dan salah = 1 serta kategori rendah, sedang, dan tinggi. Kategori pre-test i. Rendah : jumlah < 51 (skor 1) ii. Sedang : 51 < jumlah < 54 (skor 2) iii.Tinggi : jumlah > 54 (skor 3) Kategori post-test i. Rendah : jumlah < 53 (skor 1) ii. Sedang : 55 < jumlah < 53 (skor 2) iii.Tinggi : jumlah > 55 (skor 3) b. Perubahan sikap adalah perasaan subjek penelitian terhadap iklan yang ditayangkan seperti, setuju, tidak setuju, serta muncul keinginan untuk melakukan apa yang disampaikan pada pesan iklan tersebut. Indikator sikap diantaranya adalah penerapan nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan gapoktan. Arahan sikap diukur dengan interval data dengan selang skor 1-6 dengan selang terendah tidak penting dan kategori selang tertinggi sangat penting pada bagian satu, dan selang skor 1-6 dengan selang terendah tidak setuju dan kategori selang tertinggi sangat setuju pada bagian dua. Pada deskripsi tabel frekuensi kemudian diukur menggunakan skala ordinal sebagai berikut : Kategori pre-test i. Rendah : jumlah < 155 (skor 1) ii. Sedang : 155 < jumlah < 174 (skor 2) iii.Tinggi : jumlah > 174 (skor 3) Kategori post-test 26 i. Rendah : jumlah < 162 (skor 1) ii. Sedang : 179 < jumlah < 162 (skor 2) iii.Tinggi : jumlah > 179 (skor 3) 27 METODE Desain Penelitian Penelitian mengenai efektivitas pesan iklan layanan masyarakat ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan metode eksperimental semu. Menurut Rakhmat (2009) metode penelitian eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab-akibat dengan memanipulasi satu arah atau lebih lalu membandingkan hasilnya berdasarkan skor pre-test dan postest. Manipulasi berarti mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas, biasanya disebut garapan (treatment). Penelitian dilakukan dengan rancangan one group pre-test post-test design, Rakhmat (2009) (gambar 3). Subjek penelitian diukur pengetahuan dan sikapnya sebelum (pre-test) ditayangkan video, kemudian ditayangkan video ILM, serta diukur kembali pengetahuan dan sikapnya (post-test) setelah ditayangkan video ILM. Ob1 X Os1 Keterangan : Ob = Observasi atau pengukuran sebelum diberi perlakuan (pre-test) Os = Observasi atau pengukuran sesudah perlakuan (post-test) X = Perlakuan Gambar 4 Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test. Sumber : Rakhmat (2009) Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu empat video iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revousi Mental yang ditayangkan di televisi, meliputi: 1. Judul Iklan : Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong Durasi : 30 detik Deskripsi Materi : Setting iklan ini berada di jalan raya yang sedang mengalami kemacetan karena jalan yang sempit dan terdapat mobil pickup mogok dengan muatan banyak. Kendaraan lain banyak yang tidak sabar dengan mengklakson terus menerus, kemudian terdapat satu pengendara motor yang ingin membantu mobil mogok dengan mendorong mobil tersebut, lama kelamaan pengendara lain ikut membantu mendorong mobil. Narator menyampaikan “Masalah tidak akan terpecahkan tanpa ada niat mencari solusi, dengan gotong royong dan kebersamaan, masalah sebesar apapun dapat terselesaikan. Ayo berubah! Dalam gerakan nasional revolusi mental”. 2. Judul Iklan : Iklan Revolusi Mental versi Integritas Durasi : 30 detik 28 Deskripsi Materi : Setting iklan ini di kantor suatu lembaga. Terdapat aktor yang berperan sebagai karyawan ia datang ke kantor tepat waktu namun karyawan lain terlambat datang ke kantor ditandai dengan narasi “berubah itu menghargai waktu”. Terdapat seorang nenek yang datang pagi hari untuk mengantri di kantor tersebut, seorang karyawan pun mempersilahkan nenek duduk ditandai dengan narasi “berubah itu peduli kepada orang lain”. Lalu, karyawan tersebut melihat kinerja karyawan lain yang tidak disiplin sehingga antrian pun terbengkalai ditandai dengan narasi “berubah itu tidak cuma mengeluh”. Maka karyawan tersebut membuat surat permohonan penurunan jabatan untuk dapat melayani antrian warga ditandai dengan narasi “berubah itu dimulai perubahan dari diri sendiri”, sehingga karyawan tersebut menjadi teladan bagi karyawan lain. 3. Judul Iklan : Iklan Revolusi Mental Payung versi 2 Durasi : 30 detik Deskripsi Materi : Narasi dalam iklan ini yaitu, revolusi mental adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia ini menjadi Indonesia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Mari melangkah tinggalkan apa yang lama, masuki apa yang baru, mulai hari ini lancarkan lah gerakan hidup baru, “Ayo berubah”. Menggunakan setting gambar variatif yang mengambarkan semangat tinggi yang seharusnya dimiliki setiap bangsa Indonesia dan menggunakan gambar Ir. Soekarno dan suara narrator yang mirip suara Ir. Soekarno untuk menumbuhkan kesan ajakan dari Presiden RI pertama tersebut. 4. Judul Iklan : Iklan Revolusi Mental versi Testimoni Durasi : 30 detik Deskripsi Materi : Iklan ini menceritakan testimoni warga dari berbagai profesi mengenai gerakan nasional revolusi mental. Profesi tersebut diantaranya atlit, perajin, petani, tukang becak, ibu rumah tangga, pelajar, nelayan, warga bali, warga papua, supir, pedagang, dan aparat pemerintahan. Testimoni yang disampaikan yaitu, revolusi mental adalah perubahan dari hal jelek menjadi baik, maju meninggalkan hal-hal yang buruk. Testimoni mengenai siapa yang harus berubah yaitu, diri sendiri, memulai perubahan dari keluarga sendiri. Revolusi mental dapat dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan, jujur, disiplin, tidak korupsi, saling menghormati, tidak menerobos lampu merah, saling menghargai hak orang lain, dan gotong royong. 29 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (lampiran 1). Pemilihan lokasi ini dengan metode pemilihan sampel non-probabilitas dilakukan purposive karena terdapat kelompok tani di Desa Pasir Eurih. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu delapan bulan, terhitung mulai bulan Januari sampai Agustus 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Sementara itu, informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu, penyuluh pendamping, staff desa, ketua gapoktan, ketua kelompok tani, ketua RW, dan ketua RT yang bersedia untuk diwawancarai. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data primer yaitu, data yang diperoleh langsung dari sumbernya, seperti data hasil pengisian kuesioner pre-test dan post-test, wawancara dengan subjek penelitian dan informan. 2. Data sekunder yaitu, data yang diperoleh diluar dari sumbernya seperti data mengenai Gerakan Nasional Revolusi Mental, data kependudukan desa, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam kepada subjek penelitian, kepala desa, ketua RW, ketua RT, dan penyuluh pendamping kelompok, wawancara mendalam tersebut mengenai iklan layanan masyarakat gerakan nasional revolusi mental dan pengaplikasiannya dalam kehidupan seharihari dituliskan pada catatan lapang. Data mengenai karakteristik khalayak dikumpulkan dengan mengisi kuesioner dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mencari tahu lebih dalam mengenai pemahaman dan penerapan nilai-nilai revolusi mental pada kehidupan sehari-hari sebagai anggota kelompok tani pada khususnya. Data mengenai karakteristik khalayak dikumpulkan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Data mengenai penilaian terhadap iklan layanan masyarakat diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. Pengisian jawaban oleh subjek penelitian harus didampingi oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pertanyaan. Kuesioner diujikan terlebih dahulu kepada 10 orang petani di luar dari subjek penelitian yang diteliti. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data kuantitatif. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur, sementara reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun 2006). Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1. Mengadakan pre-test untuk subjek penelitian berupa pernyataan meliputi pemahaman dan arahan sikap mengenai ILM Revolusi Mental. 30 2. Penayangan empat video ILM Revolusi Mental. 3. Mengadakan post-test untuk subjek penelitian berupa pernyataan meliputi pemahaman dan arahan sikap mengenai ILM Revolusi Mental. 4. Menyebarkan kuesioner mengenai karakteristik individu, keterdedahan informasi individu, dan karakteristik iklan. 5. Pelaksanaan wawancara mendalam mendalam kepada Kepala Desa, Ketua RW, Ketua RT, Anggota Kelompok Tani, dan penyuluh pendamping kelompok tani mengenai ILM Revolusi Mental. Tabel 1 Jenis Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Data Karakteristik Individu Keterdedahan Informasi Karakteristik Iklan Pemahaman tentang Revolusi Mental Arahan sikap tentang Revolusi Mental Pendapat tentang Revolusi Mental Monografi Desa Pasir Eurih Peta Desa Pasir Eurih Monografi Kelompok Tani Desa Pasir Eurih Ordinal Nominal Ordinal Rasio Interval Subjek Penelitian Teknik Pengumpulan Data Kuesioner Subjek Penelitian Kuesioner Subjek Penelitian Post-test Ordinal Subjek Penelitian Pre-test Post-test Interval Subjek Penelitian Pre-test Post-test Primer Informan Subjek Penelitian Kantor Desa Pasir Eurih Kantor Desa Pasir Eurih Kantor BP3K Wawancara Mendalam Dokumen Jenis Data Sekunder Sekunder Sekunder Sumber Data Dokumen Dokumen Teknik Penentuan Informan dan Responden Responden yang dilibatkan sebagai subjek penelitian ini adalah 30 orang anggota kelompok tani. Subjek penelitian tersebut dipilih secara acak (simple random sampling) dari 166 orang anggota Gapoktan Mekarwangi, yang terbagi ke dalam tujuh kelompok tani (Subur Makmur 30 orang, Karya Tani 28 orang, Sugih Mukti 28 orang, Sangkuriang 25 orang, KWT Melati 20 orang, KWT Cempaka 20 orang, dan Flora Sangkuriang 15 orang). Subjek penelitian memiliki karakteristik hampir sama (homogen) yaitu petani yang belum menonton ILM revolusi mental. 31 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh secara kualitatif seperti profil gerakan nasional revolusi mental dan data sekunder lainnya dideskripsikan dan diinterpretasikan. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif diproses melalui pengolahan data, yaitu menggunakan tabel frekuensi dan teknik uji variasi. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai karakteristik khalayak, maka dilakukan pengkodean yang berlanjut pada tahap perhitungan presentase jawaban. Data tersebut diolah menggunakan software Microsoft Excel 2016 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 20.0. Uji validitas dan reliabilitas digunakan sebagai instrumen untuk menguatkan kuesioner. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 menggunakan uji koefisien product moment Pearson. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari signifikansi dan seberapa kuat hubunan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji koefisian Alpha Cronbach. Reliabilitas dapat diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan reliability analysis dengan software SPSS. Penentuan nilai koefisien AlphaCronbach yaitu jika nilai > 0.90 maka reliabilitas sempurna, jika nilai antara 0.70 sampai 0.90 maka reliabilitas tinggi, nilai antara 0.50 sampai 0.70 maka reliabilitas moderat, dan jika nilai < 0.50 maka reliabilitas rendah. Nilai koefisien Alpha-Cronbach untuk uji kuesioner reliabilitas keseluruhan item yaitu 0.776 artinya kuesioner memiliki reliabilitas tinggi. Pengujian hubungan secara non parametrik dengan prosedur korelasi Rank Spearman karena merupakan uji hubungan dengan interval data, dan pengolahan data untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin serta pekerjaan dari karakteristik individu dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat menggunakan analisis data chi-kuadrat (Chi-square). Analisis tersebut digunakan karena jenis data pada jenis kelamin adalah data nominal. Berikut adalah rumus Rank Spearman: Keterangan: rs : Koefisien di : Selisih n : Banyaknya Korelasi Rank Spearman Setiap Rank Pasangan Data Uji korelasi Rank Spearman yaitu pengujian hubungan antar variabel didukung oleh program SPSS 20.0. Ketentuannya adalah apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) < α (0.05) maka tolak Ho atau H1 diterima, sebaliknya jika nilai signifikansi > α (0.05), maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan. Apabila nilai signifikasi (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih besar dari α (0.05), dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: 0.000 (tidak ada hubungan), 0.01 - 0.09 (hubungan kurang berarti), 0.10 0.29 (hubungan lemah), 0.30 - 0.49 (hubungan moderat atau sedang), 0.5 - 0.69 (hubungan kuat) 0.70 - 0.89 (hubungan sangat kuat, > 0.9 (hubungan mendekati 32 sempurna). Uji korelasi Chi Square, jika P-value < α, maka hubungan antara dua variabel signifikan sedangkan jika P-value > α, maka hubungan anatar dua variabel tidak signifikan. Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengujian variasi tingkat pengetahuan dan sikap dengan Uji T. Uji T digunakan untuk mengolah data nilai pre-test dan post-test dengan menggunakan uji beda, yaitu paired sample T test karena membandingkan data pada dua test dengan anggota kelompok yang sama. Ketentuan pengambilan keputusan Uji T adalah apabila nilai signifikansi (sig-2 tailed) < α (0.05) maka tolak Ho atau H1 diterima, sebaliknya jika nilai signifikansi > α (0.05), maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada subjek penelitian, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam laporan skripsi. 33 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Pasir Eurih mulanya termasuk bagian dari Kecamatan Ciomas, namun mengalami pemekaran wilayah. Pada 2001 terbentuklah kecamatan baru yaitu Kecamatan Tamansari yang terdiri atas delapan desa yaitu, Desa Sukajadi, Desa Sukajaya, Desa Sukaresmi, Desa Sukaluyu, Desa Tamansari, Desa Sukamantri, Desa Sirnagalih, dan Desa Pasir Eurih. Secara geografis, Desa Pasir Eurih berbatasan dengan Desa Parakan Kecamatan Ciomas disebelah utara, Desa Tamansari disebelah selatan, Desa Sukaresmi disebelah Barat, dan Desa Sirnagalih disebelah Timur. Luas wilayah Desa Pasir Eurih yaitu 285.394 ha yang terbagi menjadi tujuh bagian. Tanah pemukiman seluas 61.07 ha, tanah penguburan seluas 1.8 ha, lahan persawahan seluas 138.22 ha, lahan perkebunan seluas 44.177 ha, perkantoran umum seluas 5.5 ha, perkantoran seluas 0.5 ha, dan lahan pekarangan seluas 102.5 ha. Secara umum topografi Desa Pasir Eurih adalah daratan dan sebagian adalah perbukitan dengan ketinggian antara 500 sampai 700 mdpl dengan suhu rata-rata 27.5oC dan kemiringan antara 250 sampai 35o. Desa Pasir Eurih terdiri atas 4 dusun, 14 RW, dan 57 RT. Jumlah penduduk di Desa Pasir Eurih pada 2014 yaitu 11.219 jiwa dengan proporsi 5.418 perempuan dan 5.897 laki-laki. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasir Eurih mayoritas adalah SD/MI Sederajat, seperti yang tercantum pada tabel. Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Pasir Eurih Tahun 2014 menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) 1 Tidak Tamat SD/MI Sederajat 284 2 SD/MI Sederajat 2.692 3 SMP/MTs Sederajat 724 4 SMA/MA Sederajat 322 5 Diploma 375 6 Sarjana 84 7 Lain-lain Jumlah 4.481 Sumber : Data Profil Desa Pasir Eurih (2014) Fasilitas yang terdapat di Desa Pasir Eurih yaitu 2 unit PAUD, 1 unit TK, 3 unit SD, 1 unit Madrasah, dan 2 unit Pondok Pesantren. Desa ini termasuk juga desa wisata, terdapat bermacam-macam situs yaitu, Situs Taman Sri Bagenda dan Situs Sumur Jalatunda, serta kampung sunda yang biasa disebut Kampung Budaya Sindang Barang. Kampung budaya tersebut memiliki acara tahunan yaitu Seren Taun. Sebagian besar penduduk Desa Pasir Eurih bermata pencaharian sebagai petani dan perajin sandal. Terdapat petani yang memiliki lahan sendiri maupun yang menggarap lahan orang lain sebagai buruh, untuk mewadahi kegiatan petani maka dibentuklah kelompok-kelompok tani. 34 Kelompok tani terdiri atas Kelompok Tani Subur Makmur dengan 30 anggota, Kelompok Tani Karya Tani dengan 28 anggota, Kelompok Tani Sugih Mukti dengan 28 anggota, Kelompok Tani Sangkuriang dengan 25, Kelompok Wanita Tani Melati dengan 20 anggota, Kelompok Wanita Tani Cempaka dengan anggota 20, dan Kelompok Wanita Tani Flora Sangkuriang dengan 15 anggota. Kelompok tersebut digabung dalam Gapoktan Mekar Wangi. Mulanya gapoktan tersebut didampingi oleh Ir. Yeti Sumiyati sebagai penyuluh pendamping, dikarenakan ada rotasi (pergantian wilayah kerja) beliau digantikan oleh Yayan Suryana. Kegiatan gapoktan diantaranya adalah pertemuan kelompok rutin setiap bulan dengan beberapa kepentingan seperti penyuluhan, sosialisasi program baru, kunjungan ke instansi seperti SPPT Bogor, dan acara tahunan (halal bi halal). Keanggotaan kelompok tani semakin lama semakin berkurang dikarenakan tidak ada regenerasi petani, anggota kelompok tani mayoritas berumur dewasa pertengahan dan tua, dikarenakan keinginan pemuda yang lebih memilih bekerja di bidang industri atau usaha lainnya daripada menjadi petani. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Responden yang dilibatkan dalam subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompok tani Subur Makmur 30 orang, Karya Tani 28 orang, Sugih Mukti 28 orang, Sangkuriang 25 orang, KWT Melati 20 orang, KWT Cempaka 20 orang, dan Flora Sangkuriang 15 orang. Subjek penelitian dipilih secara acak baik lakilaki maupun perempuan, yaitu 30 orang. Usia adalah lama waktu hidup subjek penelitian dari lahir hingga pengisian kuesioner berlangsung berdasarkan hitungan tahun. Variabel usia diukur menggunakan skala ordinal. Berdasarkan Havighrust (1950) dalam Mugniesyah (2006) usia dikategorikan menjadi usia dewasa awal 18-29 tahun, usia dewasa pertengahan 30-50 tahun, dan usia tua 50 tahun ke atas. Jumlah dan presentase subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel. Jenis kelamin adalah sifat fisik responden yang tercatat dalam kartu identitas yaitu, laki-laki atau perempuan. Tingkat Pendidikan diartikan sebagai jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh subjek penelitian sampai waktu penulisan berlangsung. Tingkat pendapatan diartikan sebagai jumlah pendapatan uang yang dilakukan oleh subjek penelitian setiap bulannya. 35 Tabel 3 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Karakteristik Individu Karakteristik Jumlah Persentase No Subjek Kategori (n) (%) Penelitian 1 Usia Dewasa Awal (18-29 2 6.66 tahun) Dewasa Pertengahan (3014 46.67 49 tahun) Dewasa Tua (>50 tahun) 14 46.67 2 Jenis Kelamin Perempuan 11 36.67 Laki-laki 19 63.33 3 Tingkat Rendah 18 60.00 Pendidikan Sedang 8 26.67 Tinggi 4 13.33 4 Tingkat Rendah 9 30.00 Pendapatan Sedang 15 50.00 Tinggi 6 20.00 Berdasarkan tabel 3, dapat ditunjukkan bahwa anggota kelompok tani mayoritas usia dewasa pertengahan dan usia tua. Jumlah subjek penelitian yang tergolong usia dewasa awal sebanyak 2 orang (6.67 persen), usia dewasa pertengahan sebanyak 14 orang (46.67 persen), dan usia tua sebanyak 14 orang (46.67 persen). Anggota kelompok tani semakin hari semakin berkurang karena sebagian petani usia tua sudah meninggal dan tidak ada penerusnya. Menjadi permasalahan bagi Indonesia yaitu masih rendahnya regenerasi petani, sehingga mempengaruhi produktivitas pertanian yang diperoleh karena petani usia tua memiliki keterbatasan fisik. Hal ini dikarenakan kini pemuda kurang berminat menjadi petani, pemuda lebih memilih untuk bekerja di sektor non-pertanian seperti perajin sepatu, bekerja keluar kota, ojeg, berdagang, dan supir, karena dianggap menjanjikan secara ekonomi dan memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi pekerja. Jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki adalah 19 orang (63.66 persen) dan perempuan adalah 11 orang (36.67 persen). Petani laki-laki lebih banyak dari petani perempuan dikarenakan laki-laki adalah pemimpin keluarga yang berperan sebagai pencari nafkah, sebagian petani perempuan berperan untuk membantu pekerjaan suami, dan sebagian petani perempuan adalah janda sehingga menggantikan peran suami sebagai tulang punggung keluarga. Tingkat pendidikan subjek penelitian paling tinggi pada tingkatan rendah yaitu 18 orang (60 persen), yaitu anggota kelompok yang berpendidikan akhir SD/MI/Sederajat dan tidak sekolah. Tingkatan tinggi yaitu 4 orang (13.33 persen), anggota kelompok yang termasuk berpendidikan akhir SMA/MA/Sederajat. Tingkatan sedang yaitu 8 orang (26.67 persen) merupakan anggota kelompok berpendidikan akhir SMP/MTs/Sederajat. Dahulu bukanlah lembaga pendidikan formal seperti SD, melainkan lembaga informal Sekolah Rakyat (SR) yang sederajat dengan SD, sehingga materi yang diajarkan tidak seberagam sekarang. Subjek penelitian yang tingkat pendapatannya paling banyak ada pada tingkatan sedang yaitu 15 orang (50 persen) dengan pendapatan antara Rp 36 1.288.143 hingga Rp 2.485.189/bulan. Anggota kelompok dengan tingkat pendapatan rendah yaitu 9 orang (30 persen) dengan pendapatan kurang dari Rp 1.288.143/bulan dan anggota kelompok dengan tingkat pendapatan tinggi yaitu 6 orang (20 persen) dengan pendapatan lebih dari Rp 2.485.189/bulan. Pekerjaan adalah kegiatan utama berupa pekerjaan utama dan sampingan yang dilakukan subjek penelitian untuk mencari nafkah atau pendapatan atau kegiatan menjalani kehidupan sehari-hari. Pendapatan petani yang tergolong tak menentu memungkinkan anggota memprioritaskan petani sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Berikut tabel frekuensi pekerjaan utama dan sampingan anggota kelompok tani. Tabel 4 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Pekerjaan Utama dan Sampingan No Pekerjaan Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan n % n % 1 Tidak Bekerja 8 26.7 7 23.33 2 Pertanian 15 50.00 12 40.00 3 Non-pertanian 7 23.3 11 36.67 Total 30 100 30 100 Pekerjaan utama yang paling banyak dilakukan adalah pada sektor pertanian yaitu 15 orang (50 persen) yang bekerja sebagai petani, sedangkan terdapat subjek penelitian yang tidak memiliki pekerjaan atau bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 8 orang (26.7 persen), dan bekerja pada sektor non-pertanian 7 orang (23.3 persen) sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh. Pekerjaan sampingan yang dilakukan paling banyak adalah bekerja pada sektor pertanian yaitu 12 orang (40 persen) sebagai petani, bekerja sampingan sebagai petani dilakukan oleh subjek penelitian yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Subjek penelitian yang bekerja di sektor non-pertanian yaitu 11 orang (36.67 persen) sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh. Anggota kelompok yang memiliki pekerjaan sampingan beralasan untuk menambah penghasilan dari sektor pertanian yang terkadang hasil per bulannya tidak menentu. Deskripsi Keterdedahan Informasi Keterdedahan informasi adalah suatu cara individu berkomunikasi, memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan memberi informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan intensitas mereka bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Komunikasi melalui media massa adalah proses penyampaian pesan secara tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subjek penelitian dalam mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa radio, televisi, dan koran diukur dari frekuensi dan intensitas mengakses media massa dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). 37 Partisipasi sosial adalah keterlibatan subjek penelitian dalam kegiatan sosial di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti pengajian, hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani, musyawarah desa, musyawarah RW, dan musyawarah RW dalam kurun waktu tertentu (satu bulan). Tabel 5 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Keterdedahan Informasi No Keterdedahan Rendah Sedang Tinggi Total Informasi n % n % n % N % 1 Komunikasi 14 46.66 6 20.00 10 33.33 30 100 Interpersonal 2 Komunikasi Melalui 11 36.66 9 30.00 10 33.33 30 100 Media Massa 3 Partisipasi Sosial 6 20.00 16 53.33 8 26.67 30 100 Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh subjek penelitian paling tinggi pada tingkat rendah yaitu 14 orang (46.66 persen) dengan frekuensi kurang dari 13 kali per minggu. Pada tingkat tinggi yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan frekuensi lebih dari 15 kali per minggu. Pada tingkat sedang yaitu 6 orang (20 persen) dengan frekuensi antara 13 sampai 15 kali per minggu. Anggota kelompok memiliki waktu luang untuk berinteraksi dengan keluarga dan tetangga, ketika pekerjaan telah selesai yaitu pada sore atau malam hari, sedangkan dengan teman, anggota kelompok tani, dan penyuluh pendamping hanya bertemu ketika ada pertemuan khusus. Komunikasi melalui media massa paling tinggi adalah pada tingkatan rendah yaitu 11 orang (36.66 persen) dengan frekuensi kurang dari 75 kali per minggu. Pada tingkatan tinggi yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan frekuensi lebih dari 113 kali per minggu. Pada tingkatan sedang yaitu 9 orang (30 persen) dengan frekuensi antara 75 sampai 113 kali per minggu. Mayoritas anggota kelompok mengakses televisi untuk menonton program hiburan seperti sinetron, kontes musik, program religi, dan program berita pada waktu pagi, siang, sore, atau malam hari sesuai waktu luang mereka. Aktivitas mendengar radio jarang dilakukan karena tidak semua memiliki radio, program yang didengar seperti program religi dan kesehatan herbal. Aktivitas membaca koran dan majalah hampir tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan penglihatan, keterbatasan akses membeli koran dan majalah, serta kendala buta huruf. Adapun anggota yang membaca koran adalah untuk mencari tahu berita terbaru, membaca majalah untuk mencari pengetahuan baru mengenai pertanian dan resep masakan. Partisipasi sosial subjek penelitian paling tinggi adalah pada tingkatan sedang yaitu 16 orang (53.33 persen) dengan frekuensi antara 5 sampai 10 kali per bulan. Pada tingkat tinggi yaitu 8 orang (26.67 persen) dengan frekuensi lebih dari 10 kali per bulan. Pada tingkatan rendah yaitu 6 orang (20 persen) dengan frekuensi kurang dari 5 kali per bulan. Hal tersebut dikarenakan pertemuan kelompok atau gapoktan digabung 1 bulan sekali atau 2 bulan sekali tergantung kebutuhan kelompok. Musyawarah desa, RT, dan RW yang hanya melibatkan staff desa, ketua RT, dan ketua RW yang diadakan sesuai kebutuhan masingmasing wilayah. 38 Deskripsi Karakteristik Iklan Karakteristik iklan adalah atribut yang ada pada iklan dan menjadi aspek yang paling diperhatikan dalam penilaian terhadap iklan, terdiri dari daya tarik iklan dan isi pesan. Daya tarik iklan adalah penilaian subjek penelitian terhadap komponen yang menyatakan ketertarikan dari total skor tampilan pesan iklan layanan masyarakat yang meliputi gambar atau adegan yang menarik, musik yang menarik, kalimat tertulis dan terucap yang menarik, berbicara tentang kebutuhan atau keinginan khalayak, dan membangkitkan ketertarikan khalayak. Isi pesan adalah penilaian subjek penelitian terhadap konten iklan yang memuat hal yang ingin disampaikan menyesuaikan dengan fungsi iklan diantaranya, memberikan manfaat, memicu perhatian terhadap yang diinformasikan, memperbaiki motivasi, menambah rasa kepercayaan, berhubungan dengan aturan yang berlaku, peraturannya bersifat umum, memaparkan harapan dari sebuah tujuan, berhubungan dengan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi masyarakat. Tabel 6 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Iklan Rendah Sedang No Karakteristik Iklan n % n % 1 Daya Tarik Iklan 8 26.67 15 50.00 2 Isi Pesan 10 33.33 19 63.33 Penilaian Karakteristik Tinggi n % 7 23.33 1 3.33 Total N % 30 100 30 100 Skor paling tinggi daya tarik iklan adalah pada tingkatan sedang yaitu 15 orang (50 persen) dengan skor antara 30 sampai 34. Pada tingkatan rendah yaitu 8 orang (26.67 persen) dengan skor kurang dari 30 dan pada tingkatan tinggi yaitu 7 orang (23.33 persen) dengan skor lebih dari 34. Hal tersebut menggambarkan bahwa dari keempat iklan cukup menarik bagi anggota kelompok. Skor paling tinggi isi pesan adalah pada tingkatan sedang yaitu 19 orang (63.33 persen) dengan skor antara 32 sampai 37. Pada tingkatan rendah yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan skor kurang dari 32 dan pada tingkatan tinggi yaitu 1 orang (3.33 persen) dengan skor lebih dari 36. Hal tersebut menggambarkan bahwa anggota cukup memahami isi pesan. Selanjutnya dijelaskan secara rinci berdasarkan komponen daya tarik iklan dan isi pesan sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 Tabel 7 Rataan Skor menurut Komponen Daya Tarik Iklan Komponen Daya Tarik Iklan Rataan Skor* Min Maks Gambar 4.90 3.00 6.00 Adegan/Jalan cerita 5.16 3.00 6.00 Musik 4.26 3.00 6.00 Model/Artis 3.83 3.00 6.00 Suara Narator 4.76 3.00 6.00 Pesan 4.76 2.00 6.00 Slogan 4.70 3.00 6.00 Total 32.40 23.00 40.00 *Rentang skor 1-6 39 Berdasarkan Tabel 7, rataan skor komponen daya tarik iklan paling tinggi adalah adegan atau jalan cerita (5.16) dan paling rendah adalah rataan skor komponen model atau artis (3.83). Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan cerita pada video ILM dipandang sebagai keadaan umum yang dialami masyarakat, sehingga membangkitkan semangat subjek penelitian. Video ILM yang dianggap menarik adalah yang berjudul “Iklan Revolusi Mental Payung versi 2” dan “Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong” dikarenakan narasinya menggunakan suara Ir. Soekarno dan latar musik yang menggebu. Diperkuat dengan hasil data kualitatif dari subjek penelitian mayoritas mengatakan bahwa iklan menarik, adapun kutipan dari beberapa subjek penelitian sebagai berikut: “…..tadi menurut saya yang menarik di bagian iklan yang kaya suara Soekarno, musiknya juga lumayan menarik neng, jadi ngedengerinnya oge semangat neng…” (MR, perempuan, 65 tahun) “…ya menarik ya neng ya kita itu harus gotong royong, harus saling bantu, sama aja kaya di kampung gitu suka ada kerja bakti….” (NN, perempuan, 57 tahun) Tabel 8 Rataan Skor menurut Komponen Isi Pesan No Komponen Isi Pesan Rataan Skor* Min 1 Bahasa yang digunakan dapat 5.36 3.00 dimengerti 2 Pesan yang disampaikan jelas 4.83 3.00 Pesan yang disampaikan mudah 4.93 3.00 3 dimengerti Pesan yang disampaikan sesuai 3.66 2.00 4 dengan keinginan dan kebutuhan Pesan yang disampaikan 3.70 3.00 5 memunculkan keinginan untuk bertindak 6 Slogan mudah dimengerti 3.90 2.00 7 Slogan mudah diingat 3.80 2.00 Slogan menggambarkan inti 3.63 2.00 8 pesan Total 33.83 26.00 Maks 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 5.00 6.00 38.00 *Rentang skor 1-6 Berdasarkan Tabel 8, secara keseluruhan video ILM sudah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga memudahkan subjek penelitian memahami isi pesan. Diperkuat dengan hasil data kualitatif dari subjek penelitian beberapa subjek penelitian menjelaskan sebagai berikut: “…isi pesannya menarik terus sama kaya orang sini yang suka gotong royong kerja bakti. Bahasanya juga gampang dimengerti ya neng soalnya pake bahasa Indonesia…” (NP, laki-laki, 60 tahun) 40 41 PENGARUH VIDEO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Efektivitas iklan adalah keberhasilan sebuah iklan dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh pengiklan. Efektivitas iklan dapat diketahui melalui aspek pengetahuan dan sikap. Pada penelitian ini iklan dikatakan efektif jika terdapat peningkatan aspek pengetahuan dan sikap tentang pesan iklan. Pengetahuan dan Sikap Awal Pengetahuan dan sikap awal subjek penelitian adalah kondisi sebelum menonton video ILM atau ditayangkan iklan layanan masyarakat yang diukur dengan melakukan pre-test. Komponen pengetahuan yang diujikan adalah beberapa pertanyaan mengenai pengertian, slogan, nilai-nilai, serta latar belakang adanya revolusi mental. Komponen sikap yang diujikan adalah beberapa pernyataan mengenai kegiatan petani sehari-hari yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu, integritas, etos kerja, dan gotong royong di lingkungan masyarakat dan aktivitas di gapoktan. Integritas berarti memiliki nilai jujur, dapat dipercaya, berkarakter, dan bertanggung jawab. Etos kerja berarti mampu berdaya saing, optimis, inovatif, dan produktif. Gotong royong berarti menjunjung tinggi kerjasama, solidaritas, serta berorientasi pada kemaslahatan bersama. Berikut rataan skor indikator aspek pengetahuan dan sikap. Kondisi awal subjek penelitian sebelum menonton video ILM memiliki pengetahuan yang relatif seragam tentang pengertian, nilai-nilai, latar belakang, dan aplikasi nilai revolusi mental. Pengetahuan anggota kelompok tani 88,50 persen menunjukkan memiliki pengetahuan yang cukup baik. Berdasarkan rataan skor dan deviasi masing-masing indikator. Sebaran skor cukup homogen diantara subjek penelitian. Berikut penjelasan rinci mengenai masing-masing penilaian aspek pengetahuan pada tabel. No 1 2 3 4 Tabel 9 Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Pengetahuan Indikator Rataan Persentase Standar Skor* (%) Deviasi Pengertian revolusi 3.53 88.25 0.73 mental Nilai-nilai yang ada pada 17.6 88.00 1.04 Revolusi Mental Latar belakang adanya 7.87 78.70 0.90 revolusi mental Aplikasi nilai 24.10 92.69 1.65 Total 53.10 Rentang Skor 2-4 10 - 20 5 - 10 13 - 26 *Skor : 1 = Salah 2 = Benar Tabel 9 mengungkapkan aspek “aplikasi nilai” merupakan yang paling dipahami subjek penelitian dengan rataan skor 24,10 yang berarti 92,69 persen dari skor maksimal yang mungkin (26) yang terdiri dari penilaian nilai etos kerja, gotong royong, dan integritas. Rataan skor terendah yaitu, 7,87 pada latar 42 belakang adanya revolusi mental yang berarti 78,70 persen dari skor masksimal yang mungkin (10). Secara umum, subjek penelitian cukup mengetahui nilai-nilai yang sudah ada pada kehidupan sehari-hari daripada mengetahui pengertian, dan latar belakang adanya revolusi mental. Beberapa subjek penelitian mengganggap latar belakang adanya revolusi mental karena adanya krisis moneter. Padahal yang menjadi prioritas adalah karena adanya krisis karakter pada individu baik masyarakat maupun pemerintahan. Hal ini menunjukkan sebenarnya nilai-nilai pada revolusi mental sudah melekat pada kehidupan sehari-hari, namun belum diketahui lebih lanjut bahwa kini ada gerakan nasional yang secara khusus menjunjung nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong sebagai tujuan melestarikan nilai-nilai tersebut. Filosofi revolusi mental adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berkarakter dapat membangkitkan kesadaran bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk berpretasi tinggi, produktif, dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern. Kondisi awal subjek penelitian sebelum menonton video ILM memiliki sikap yang relatif seragam tentang nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong. Pengetahuan anggota kelompok tani 80.91 persen menunjukkan memiliki keinginan bertindak pada aspek gotong royong paling tinggi. Berikut penjelasan rinci mengenai masing-masing penilaian aspek sikap pada tabel. Tabel 10 Rataan Skor Pre-test menurut Indikator Sikap No Indikator Rataan Persentase Standar Rentang Skor* (%) Deviasi Skor 1 Integritas 67.80 80.71 7.87 14 - 84 2 Etos Kerja 56.40 78.33 8.97 12 - 72 3 Gotong Royong 40.87 85.14 5.39 8 - 48 Total 165.07 *Skor rentang 1 - 6 = semakin sangat tidak setuju – semakin sangat setuju Tabel 10 mengungkapkan aspek “gotong royong” merupakan yang paling dipahami subjek penelitian dengan rataan skor 40,87 yang berarti 85,15 persen dari skor maksimal yang mungkin (48). Hal ini dikaitkan dengan karakteristik individu subjek penelitian sebagai petani di pedesaan yang sudah tidak asing dengan gotong royong. Terdapat kegiatan rutin yang mengutamakan kebersamaan dan saling membantu pada kehidupan sehari-harinya yaitu, kerja bakti, musyawarah, berinisiatif membantu pada acara keluarga atau tetangga, menyeleksi benih, serta memanen di sawah. Berikut jumlah dan persentase subjek penelitian menurut kategori pre-test pengetahuan dan sikap. 43 Gambar 5 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Pengetahuan Pada pre-test pengetahuan paling tinggi adalah kategori sedang yaitu 14 orang (46.67 persen). Adanya anggota kelompok yang termasuk kategori rendah dikarenakan belum mengetahui apa itu revolusi mental. Skor tinggi diraih oleh anggota kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan mengingat kembali serta mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Gambar 6 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Pretest Sikap Pada pre-test sikap, nilai paling tinggi adalah pada kategori sedang yaitu 14 orang (46.67 persen). Subjek penelitian sudah menerapkan nilai-nilai seperti integritas, etos kerja, dan gotong royong walaupun video ILM belum ditayangkan, sehingga sikap subjek penelitian tergolong pada kategori cenderung tinggi. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Kondisi akhir subjek penelitian setelah ditayangkan video ILM diukur dengan melakukan post-test. Komponen pertanyaan pada aspek pengetahuan dan sikap sama dengan pertanyaan pada pre-test. Hasil post-test menyatakan bahwa jawaban subjek penelitian lebih beragam bila dibandingkan dengan sebelum 44 ditayangkan video ILM, sehingga secara keseluruhan terdapat peningkatan skor. Hal ini menunjukkan bahwa video mampu meningkatkan pengetahuan, dan terdapat keragaman kemampuan penerimaan pesan video ILM. Berikut jumlah dan persentase subjek penelitian menurut kategori post-test pengetahuan dan sikap. Tabel 11 Rataan Skor Post-test Pengetahuan menurut Indikator Pengetahuan dan Sikap No Indikator Rataan Skor Pre-test Post-test Peningkatan Pengetahuan 1 Pengertian revolusi mental 3.53 3.77 0.24 2 Nilai-nilai yang ada pada 17.6 18.20 0.60 Revolusi Mental 3 Latar belakang adanya revolusi 7.87 7.98 0.11 mental 4 Aplikasi nilai 24.10 24.40 0.30 Total 53.10 54.33 1.23 Sikap 5 Integritas 67.80 70.13 2.33 6 Etos Kerja 56.40 41.77 14.63 7 Gotong Royong 40.87 57.80 16.93 Total 165.07 169.70 4.63 Setelah ditayangkan video ILM, terdapat peningkatan rataan skor subjek penelitian mengenai pengertian, latar belakang, dan nilai-niliai yang ada pada revolusi mental. Hasil post-test aspek pengetahuan indikator rata-rata paling tinggi pada indikator “pengertian revolusi mental” yaitu, 3.77 dari maksimal skor yang mungkin (4) atau 94,25 persen. Kesimpulannya adalah pesan video ILM sudah memuat pengertian revolusi mental yang mudah dipahami, tercermin dari slogan yang mudah diingat yaitu “Ayo Berubah!” disetiap akhir video ILM. Tidak berbeda jauh dengan rataan skor pre-test yaitu, 24,4 yang berarti 93,85 persen pada indikator “aplikasi nilai”, subjek penelitian dapat mengingat kembali memori yang tersimpan setelah melihat video ILM sesuai dengan ungkapan Riyanto (2011) bahwa individu akan menginterpretasikan kembali suatu stimulus dengan kerangka rujukan yang sebagian besar terbentuk dari pengalamannya. Proses persepsi dilakukan dengan mengorganisasikan rangsangan yang diterima oleh panca indera yang sangat dipengaruhi oleh konteksnya. Rataan skor post-test aspek pengetahuan terendah tidak berbeda jauh dengan rataan skor pre-test yaitu, pada latar belakang adanya revolusi mental yaitu 7,98 yang berarti 79.80 persen dari total maksimal skor yang mungkin (10). Hal ini menunjukkan pesan pada video ILM belum menyampaikan filosofi adanya revolusi mental secara lengkap dan jelas. Informasi mengenai latar belakang dapat diketahui melalui laman resmi Revolusi Mental, sedangkan 36.66 persen (Tabel 5) subjek penelitian termasuk kategori rendah dalam mengakses media massa. Video merupakan media audiovisual yang dapat membangkitkan perhatian melalui visualisasi kreatif yang menarik. Proses persepsi sangat dipengaruhi oleh perhatian, terdapat perhatian yang selektif terhadap berbagai stimuli. Stimuli yang 45 bergerak akan lebih menarik perhatian dibanding dengan yang lainya. Tampilan visual yang menyajikan benda-benda bergerak dapat lebih menarik perhatian kitadaripada penampilan yang statis Rakhmat (2008). Video ILM mampu mengarahkan sikap, dibuktikan dengan terdapat peningkatan total rataan skor subjek penelitian dari 80,91 persen menjadi 83,18 persen. Rataan skor post-test aspek sikap paling tinggi yaitu, 57,8 yang berarti 85,15 persen pada indikator gotong royong. Hal ini menunjukkan bahwa pesan pada video ILM dapat membujuk subjek penelitian untuk menyetujui nilai-nilai gotong royong dibandingkan integritas dan etos kerja. Pada materi video ILM belum sepenuhnya membangkitkan semangat sebagai petani atau masyarakat pedesaan untuk berlaku produktif dan inovatif. Beberapa anggota kelompok petani memiliki rasa ketidakpercayaan diri dalam meningkatkan produksi maupun membuat inovasi. Berdasarkan video ILM yang ditayangkan, pesan untuk membangkitkan kepercayaan diri petani belum mengarahkan sikap secara terperinci. Berikut adalah penjelasan salah satu responden yang dapat mewakili responden lainnya : “…walaupun saya sudah lama jadi anggota kelompok tani, sudah ikut pelatihan kalau ada acara tanam yang baru, saya masih suka takut untuk ganti cara tanam neng. Soalnya saya nggak mau ambil resiko deh kalau nanti malah gagal panen” (NCH, laki-laki, 40 tahun) Sesuai dengan teori moral ekonomi petani subsisten menurut Scott (1994), yaitu safety first, teguh pada teknologi dan sistem penghidupan yang sudah terbukti. Salah satu sifat petani subsisten yaitu tidak mau mengambil resiko dan tidak mau menerima hal baru. Berikut jumlah dan persentase subjek penelitian menurut kategori post-test pengetahuan dan sikap. Gambar 7 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Pengetahuan Skor paling tinggi post-test pengetahuan adalah pada tingkatan sedang yaitu 17 orang (56.67 persen) meningkat bila dibandingkan dengan sebelum menonton video ILM yaitu 46.67 persen. Hal tersebut menggambarkan setelah menonton iklan, anggota kelompok menjadi lebih mengetahui apa itu revolusi mental, 46 diperkuat dengan data kualitatif yang diperoleh dari beberapa subjek penelitian sebagai berikut: “...oh revolusi mental teh itu ya, da saya mah orang awam yang tau harus berbuat baik, harus semangat, tapi ngga tau kalau itu teh sekarang mah ada namanya…” (SAN, laki-laki, 43 tahun) “…ooh jadi kalau menurut saya mah revolusi mental teh perubahan mental kita ya dek ya, supaya jadi kuat mental dari masalah-masalah terus harus berubah jadi lebih baik supaya masalahnya bisa diselesaikan…” (ABS, laki-laki, 51 tahun) Gambar 8 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Kategori Skor Posttest Sikap Pada post-test sikap, nilai paling tinggi adalah pada kategori sedang yaitu 12 orang (40 persen). Hal tersebut menggambarkan setelah pengulangan pengujian terjadi peningkatan pengisian mengenai sikap. Beberapa anggota kelompok ada yang dapat mengaitkan nilai-nilai revolusi mental dengan kehidupan, kegiatan, dan masalah petani sehari-hari. Peran ketua, sekretaris serta bendahara kelompok tani diharapkan mampu menjadi penggerak anggota kelompok tani untuk mau mengikuti kegiatan rutin gapoktan seperti program penyuluhan. Upaya yang dilakukan pun dimulai dari perilaku diri sendiri yang melakukan perubahan, diharapkan hal tersebut dapat menjadi cara membujuk anggota lainnya untuk tidak takut dalam mengambil resiko. Diperkuat dengan data kualitatif yang diperoleh dari subjek penelitian sebagai berikut : “….revolusi mental kalau dihubungkan sama kehidupan saya sebagai petani ya bapak kudu bisa jadi penggerak yang ngajakin petani lainnya ikutan kegiatan di kelompok tani, ikutin penyuluhan sama program dari penyuluh pendamping, pan itu juga supaya produktivitas petani bisa banyak walaupun lahannya sedikit. Jujur aja neng suka ada aja petani yang ngga mau diajakin ngikutin program penyuluhan teh kecuali ada hadiahnya…” (SM, laki-laki, 59 tahun) 47 “…sekarang teh petani udah pada tua-tua neng jadi anggota gapoktan makin sedikit, pemudanya lebih tertarik kerja ngojek atau bikin sandal sepatu gitu karena uangnya lebih cepet dapetnya. Padahal menurut saya mah petani itu bukan sekedar pekerjaan untuk menghasilkan uang, tapi pekerjaan dari hati neng, petani itu tentang bekerja keikhlasan, karena kan nanem padi nanem makanan untuk dimakan sama semua orang juga ya neng. Kalau inget tujuan utamanya ikhlas bapak pasti semangat terus jadi petani neng…..” (AD, laki-laki, 55 tahun) “….kalau revolusi mental buat saya mah, ngajakin anggota kelompok tani yang lainnya, kalau engga mau yaudah ibu nyontohin dari ibu sendiri kaya sekarang mulai ternak kelinci lagi, udah ada anaknya banyak alhamdulillah yang lain jadi pada pengen nyoba ternak kelinci lagi neng….” (EMY, perempuan, 52 tahun) Menurut penyuluh pendamping permasalahan yang kerap kali ada di kehidupan petani adalah ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah, sehingga beberapa petani mengharapkan imbalan jika ada program atau kegiatan. Pengalihan fungsi lahan pertanian juga menjadi faktor petani beralih pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri, sehingga menyebabkan jumlah tenaga petani yang semakin berkurang. Cara memotivasi petani agar mau mengikuti program penyuluhan melalui revolusi mental antara lain dengan menyampaikan manfaat yang diperoleh, menyampaikan sambil memberi contoh di lapangan (demonstrasi cara), dan tidak mengenal lelah dalam melakukan penyuluhan berulang agar petani mampu mengingat lebih lama apa yang disampaikan. Diperkuat dengan data kualitatif yang diperoleh dari wawancara mendalam kepada penyuluh pendamping sebagai berikut : “….petani itu bisa mengingat dan ikut melakukan perubahan kalau ada penyuluhan yang sekaligus memberikan contoh, gerakan revolusi mental juga harus digembleng terus, mungkin aja kurang lebih 15 tahun karena mengubah perilaku itu pasti sulit apalagi melihat petani jaman sekarang yang sudah semakin sulit diajak….” (YYN, laki-laki, 52 tahun) Uji Beda Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Peningkatan pengetahuan meliputi tingkat pemahaman subjek penelitian terhadap informasi yang disampaikan melalui penayangan iklan, berupa isi pesan dari iklan layanan masyarakat Gerakan Nasional Revolusi Mental. Perubahan sikap adalah perasaan subjek penelitian terhadap iklan yang ditayangkan seperti, setuju, tidak setuju, serta muncul keinginan untuk melakukan apa yang disampaikan pada pesan iklan tersebut juga mampu mengaitkan dengan kehidupan atau kegiatan sehari-hari. Berdasarkan data sebelumnya (Tabel 11) secara 48 keseluruhan terdapat peningkatan skor aspek pengetahuan dan sikap, walaupun begitu ternyata peningkatan pada aspek sikap tidak signifikan secara nyata. Berikut penjelasan aspek pengetahuan dan sikap menurut nilai uji beda atau Uji T secara rinci. Tabel 12 Skor Pre-test dan Post-test Subjek Penelitian menurut Nilai Uji T No Aspek Pre-test Post-test T P 1 Pengetahuan 53.10 54.33 -2.589 .015 2 Sikap 165.07 169.70 -1.270 .214 Tabel 12 menujukkan skor rata-rata pengetahuan dan sikap subjek penelitian secara keseluruhan meningkat. Mengetahui perbedaan skor pre-test dan post-test lebih lanjut dilakukan uji beda yaitu paired sample t test. Paired sample t test atau Uji T digunakan untuk melihat apakah peningkatan skor yang signifikan pada subjek penelitian karena perlakuan penayangan video ILM. Uji T pada aspek pengetahuan yaitu Sig (0.015) < 0.05, berarti tolak Ho, terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada aspek pengetahuan. Pada aspek sikap, nilai Sig (0.214) > 0.05, berarti terima Ho, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada aspek sikap. Berarti video ILM revolusi mental terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan, namun belum mampu mengarahkan sikap. Pada dasarnya pengetahuan subjek awal sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai, jadi video ILM revolusi mental berperan untuk membangkitkan ingatan sehingga pengetahuan subjek penelitian menjadi utuh sesuai dengan batasan ingatan mereka. Sesuai dengan teori taksonomi Bloom tentang klasifikasi pengetahuan pada tahap pertama yaitu individu dapat mengingat berbagai hal yang pernah dipelajarinya dan yang tersimpan dalam ingatannya. Pengetahuan yang tersimpan tersebut, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Upaya peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan membuat dan menayangkan video ILM yang lebih instruksional serta memuat pesan lebih lengkap. 49 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Penelitian eksperimental pada bidang sosial melibatkan subjek penelitian yang tidak sepenuhnya homogen. Keberagaman karakteristik individu memungkinkan adanya intervensi faktor-faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikapnya. Maka dari itu, dilakukan uji korelasi untuk melihat hubungan antara karakteristik individu, keterdedahan media massa, dan karakteristik iklan terhadap perbedaan skor sebelum dan sesudah ditayangkan video ILM. Hubungan Karakteristik Individu dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Karakteristik individu merupakan identitas atau ciri dari suatu individu yang tentu berbeda pada setiap individu. Komponen yang diukur pada penilaian terhadap iklan layanan masyarakat adalah pengetahuan dan sikap. Perbedaan karakteristik tersebut bisa dilihat dari pemahaman, daya tangkap, daya nalar dalam mengaitkan pesan iklan dengan kehidupan sehari-hari. Menganalisis adanya hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas iklan layanan masyarakat dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square. Hasil nilai signifikansi pada setiap variabel dapat dilihat pada Tabel. Tabel 13 Koefisien Korelasi Karakteristik Individu dengan Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Peningkatan Karakteristik Perubahan sikap No Analisis Pengetahuan Individu Koefisien Keterangan Koefisien Keterangan 1 rs Korelasi Korelasi Usia 0.157 -0.291 Lemah Lemah 2 2 χ Tidak Ada Tidak Ada Jenis Kelamin 7.111 20.286 Korelasi Korelasi 2 3 Pekerjaan χ 23.41 Tidak Ada Tidak Ada 46.827 Utama 9 Korelasi Korelasi 4 Tingkat rs Korelasi Korelasi 0.158 Pendidikan 0.257 Lemah Lemah 5 rs Korelasi Korelasi Tingkat 0.058 Kurang 0.233 Lemah Pendapatan Berarti rs: Uji Rank Spearman, χ 2: Uji chi-square Pada indikator usia nilai Sig (0.408) > α (0.05) maka terima Ho yaitu tidak ada perbedaan. Jadi tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah) antara usia dengan peningkatan pengetahuan. Selanjutnya nilai Sig usia (0.118) > α (0.05) maka terima Ho yaitu tidak ada hubungan. Jadi tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah) antara usia dengan perubahan sikap. Hal ini 50 dikarenakan dalam diri setiap anggota sudah ditanamkan untuk memiliki budi pekerti yang baik, sehingga sudah familiar dengan pesan yang ada pada revolusi mental dan sudah melakukannya pada kegiatan sehari-hari. Uji hubungan antara jenis kelamin memiliki nilai Sig (0.540) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.569) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan peningkatan pengetahuan dan sikap. Hal ini dikarenakan antara perempuan dan laki-laki hidup berbaur di satu wilayah yaitu pedesaan sehingga pengetahuan dan sikap yang diterapkan kurang lebih sama. Uji hubungan antara pekerjaan memiliki nilai Sig (0.115) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.213) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan peningkatan pengetahuan dan sikap. Hal ini dikarenakan subjek penelitian memiliki pekerjaan utama sebagai petani sehingga melakukan kegiatan hampir sama. Uji hubungan antara tingkat pendidikan memiliki nilai Sig (0.170) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.406) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah) antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi sedang) antara tingkat pendidikan dengan perubahan sikap. Hal ini berarti pendidikan rendah atau tinggi tidak mempengaruhi penerimaan pesan, karena pesan tersebut sudah dipahami dengan baik sebelumnya. Uji hubungan antara tingkat pendapatan memiliki nilai Sig (0.762) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.216) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi kurang berarti) antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi lemah) antara tingkat pendapatan dengan perubahan sikap. Hal ini dikarenakan baik subjek penelitian yang berpendapatan rendah, sedang, atau tinggi memiliki varian sama dalam menjawab pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap. Berdasarkan penelitian Benunur (2006) apabila tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan peningkatan pengetahuan maka ILM efektif untuk menjangkau khalayak dengan karakteristik personal yang berbeda. Hasil uji hubungan karakteristik individu dengan peningkatan pengetahuan dan sikap menunjukkan bahwa keberagaman usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan tidak terbukti berkorelasi secara signifikan dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap yang diperoleh petani dari ILM. Maka penggunaan ILM gerakan nasional revolusi mental sebagai media penyebaran pesan untuk khalayak luas, efektif untuk digunakan oleh petani yang berbeda karakteristik personal. Hubungan Keterdedahan Informasi dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Keterdedahan informasi subjek penelitian dapat dilihat dari tiga indikator yaitu, komunikasi interpersonal, komunikasi melalui media massa, dan partisipasi 51 sosial. Berikut adalah hasil uji korelasi Rank Spearman antara keterdedahan informasi dengan efetivitas pesan iklan layanan masyarakat. 52 Tabel 14 Koefisien Korelasi Keterdedahan Informasi dengan Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat No Keterdedahan Analisis Peningkatan Pengetahuan Perubahan sikap Informasi Koefisien Keterangan Koefisien Keterangan 1 Tingkat 0.051 Tidak Ada -0.237 Korelasi Komunikasi rs Korelasi Lemah Interpersonal 2 Tingkat 0.085 Tidak Ada 0.261 Korelasi Komunikasi Korelasi Lemah rs Melalui Media Massa 3 Tingkat 0.269 Korelasi 0.037 Korelasi Partisipasi rs Lemah Kurang Sosial Berarti rs : Uji Rank Spearman Hasil uji korelasi pada komunikasi interpersonal memiliki nilai Sig (0.788) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.207) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi kurang berarti) antara komunikasi interpersonal dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi lemah) antara komunikasi interpersonal dengan perubahan sikap. Hal ini dikarenakan subjek penelitian melakukan komunikasi interpersonal dengan tujuan untuk bersilaturahmi, tidak membicarakan mengenai revolusi mental. Hasil uji korelasi pada komunikasi melalui media memiliki nilai Sig (0.653) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.163) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi kurang berarti) antara komunikasi melalui media dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi lemah) antara komunikasi melalui media dengan perubahan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa televisi dan radio jarang mendedah subjek penelitian tentang revolusi mental, mayoritas menggunakan televisi dan radio untuk mengisi waktu luang dan mencari hiburan. Hasil uji korelasi pada partisipasi sosial memiliki nilai Sig (0.151) > α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.847) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah) antara partisipasi sosial dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi kurang berarti) antara partisipasi sosial dengan perubahan sikap. Hal ini dikarenakan kegiatan sosial di masyarakat seperti musyawarah RT, RW, dan desa jarang dilakukan, bila dilakukan hanya pada saat ada kegiatan tertentu seperti merayakan HUT RI, Isra Mi’raj, dan hajatan, sehingga tingkat keterdedahan informasi tidak ada intervensi sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat. 53 Hubungan Karakteristik Iklan dengan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Karakteristik iklan dilihat dari dua indikator yaitu, daya tarik iklan dan isi pesan. Daya tarik iklan meliputi adegan, jalan cerita, musik, dan aktor yang menarik atau tidak. Isi pesan meliputi bahasa yang digunakan mudah dipahami, pesan yang disampaikan sesuai kebutuhan, pesan yang mudah diingat dan dipahami, dan slogan mudah diingat atau tidak. Berikut adalah hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik iklan dengan efektivitas pesan iklan layanan masyarakat. Tabel 15 Koefisien Korelasi Karakteristik Iklan dengan Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Efektivitas Pesan Iklan Layanan Masyarakat Peningkatan Karakteristik Perubahan sikap No Analisis Pengetahuan Iklan Koefisien Keterangan Koefisien Keterangan 1 Daya Tarik rs 0.440* Korelasi -0.088 Korelasi Iklan Sedang Kurang Berarti 2 Isi Pesan rs 0.269 Korelasi -0.055 Korelasi Lemah Kurang Berarti rs : Uji Rank Spearman, *Korelasi Signifikan pada α 0.05 (dua arah) Hasil uji korelasi pada daya tarik iklan memiliki nilai Sig (0.015) < α (0.05) dan koefisien (0.440*) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.643) < α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti terdapat hubungan positif signifikan yang nyata (korelasi sedang) antara daya tarik iklan dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi kurang berarti) antara daya tarik iklan dengan perubahan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menarik iklan dapat membuat subjek penelitian semakin meningkat pengetahuannya karena memperhatikan iklan sampai selesai dan membantu lebih lama memberikan daya ingat mengenai revolusi mental serta dapat membuat ketertarikan subjek penelitian untuk mau menerapkan dalam kegiatan sehari-hari. Hasil uji korelasi pada isi pesan memiliki nilai Sig (0.150) < α (0.05) dengan peningkatan pengetahuan dan nilai Sig (0.772) > α (0.05) dengan perubahan sikap, berarti tidak terdapat hubungan signifikan (korelasi lemah) antara isi dengan peningkatan pengetahuan dan tidak terdapat hubungan yang signifikan (korelasi kurang berarti) antara isi pesan dengan perubahan sikap, walaupun p > 0.05 tapi terdapat korelasi yang pasti antara isi pesan dengan pengetahuan meskipun lemah (rs = 0.269), karena subjek penelitian akan melihat ketertarikan iklan terlebih dahulu baru memperhatikan pesan iklan. Hal ini menunjukkan isi pesan yang terdapat pada iklan belum sepenuhnya menambah pengetahuan mengenai Revolusi Mental serta belum sepenuhnya mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Isi pesan yang disampaikan pada iklan masih bersifat umum jadi tidak semua subjek penelitian dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota kelompok tani. 54 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pesan video iklan layanan masyarakat revolusi mental efektif meningkatkan pengetahuan petani, namun belum efektif dalam mengarahkan sikap. 2. Faktor karakteristik iklan lebih berkaitan dengan efektivitas pesan dibandingkan dengan faktor karakteristik individu dan keterdedahan informasi petani. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dan keterdedahan informasi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap petani, sehingga pesan video ILM tersebut efektif untuk petani yang berbeda karakteristik personal. Saran Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai upaya mengefektifkan penggunaan iklan layanan masyarakat sebagai media penambah pengetahuan dan memersuasi khalayak untuk bersikap sesuai pesan iklan, yaitu: 1. KEMENKOPMK dalam pembuatan video ILM sebaiknya meningkatkan daya tarik iklan, misalnya menayangkan video ILM melibatkan artis sebagai endorser. 2. KEMENKOPMK dalam pembuatan video ILM sebaiknya memperkaya isi pesan untuk lebih membangkitkan kesadaran, karena mungkin saja pada diri petani sudah ada memori yang lebih beragam, namun tidak ada stimulasi yang mampu membangkitkan memori petani. 3. KEMENKOPMK dalam menayangkan iklan layanan masyarakat perlu memperhatikan pengulangan video karena khalayak akan lebih mudah ingat apabila menonton ILM lebih sering. 4. KEMENKOPMK sebaiknya melakukan pemilihan tema iklan yang dapat mewakili pesan revolusi mental secara keseluruhan agar penonton tidak menyalahartikan isi pesan. 5. Selain sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat, diharapkan dapat diimbangi dengan kegiatan sosialisasi secara langsung seperti kegiatan penyuluhan oleh pakar tertentu atau melalui kegiatan yang dekat dengan masyarakat misalkan di kantor desa. 55 56 DAFTAR PUSTAKA Al Jafi D, Wibisono BA. 2013. Iklan Layanan Masyarakat tentang Cyberbullying untuk Membentuk Awareness Masyarakat. Jurnal Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” Jatim. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015]; 2: 1-7. Tersedia pada http://eprints.upnjatim.ac.id/4236/1/03.PDF Ardianto E. 2001. Keterdedahan Tayangan Iklan Televisi terhadap Kecenderungan Perilaku Konsumerisme Masyarakat Desa di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Jawa Barat [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Benunur MN, 2006. Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan: Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 5 Februari 2016. Terdapat pada http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9731/2006mnb.pdf ?sequence=2&isAllowed=y [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2016. Indeks perilaku anti korupsi (IPAK) 2015. Diunduh pada 06 Oktober 2015. Tersedia pada http://www.bps.go.id/ Brs/view/id/1276. Campbell DT, Stanley JC. 1966. Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research. [US]: Houghton Mifflin Company. Danandjaja. 2012. Metodologi Penelitian Sosial: Disertai Aplikasi SPSS for Windows. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu. Effendy OU. 2002. Dinamika Komunikasi. Tjun Surjaman, editor. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. Hastuti S. 2013. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat di Televisi. Jurnal Ilmu Komunikasi. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015]; 2(2): 67-72. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org/article.php? article=291444&val=2292&title=EFEKTIVITAS%20IKLAN%20LAYA NAN%20MASYARAKAT%20DI%20TELEVISI Hubeis AVS. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi. [Internet]. [Diunduh pada 23 Maret 2016]; 12(1): 1-11. Tersedia pada http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8833/2005isk. pdf?sequence=2&isAllowed=y Ichwanudin. 1998. Hubungan Perilaku Komunikasi Peserta Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPERAR) dengan Adopsi Program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 14 Februari 2016. Terdapat pada http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21217/1998ich.pdf ?sequence=2&isAllowed=y [IPB]. Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ed ke-3. Bogor [ID]: IPB Press. [KEMENDIKBUD]. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. GPRReport revolusi mental. Diunduh pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada 57 http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/infoindonesia1/GPRReportR evolusi%20Mental.pdf [KEMENKOPMK]. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 2015. Pengumuman revolusi mental. [Internet]. [Diunduh pada 12 Oktober 2015]. Tersedia pada https://www.kemenkopmk.go.id/ sites/default/files/pengumuman/Revolusi%20Mental.pdf [KEMENKOPMK]. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 2015. Sosialisasi gerakan nasional revolusi mental. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://www.kemenkopmk.go.id/ artikel/sosialisasi-gerakan-nasional-revolusi-mental-0 [KEMENKOPMK]. Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 2016. Seminar dan talk show revolusi mental. Diakses pada 8 Januari 2016. Tersedia pada https://www.kemenkopmk.go.id/ artikel/seminar-dan-talk-show-revolusi-mental Khairifa F. 2007. Penyampian Iklan Layanan Masyakarat kepada Khalayak. Jurnal Harmoni Sosial. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015]; 1(3): 133-137. Tersedia pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/18645/1/har-mei2007-1%20(4).pdf [KOMINFO]. Kementrian Komunikasi dan Informatika. 2015. Revolusi mental membangun jiwa merdeka menuju bangsa besar. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://kominfo.go.id/index.php /content/detail/5932/Revolusi+Mental%3A+Membangun+Jiwa+Merdeka+ Menuju+Bangsa+Besar/0/artikel_gpr#.VsQc7TZunDc [KPI]. Komisi Penyiaran Indonesia. 2015. Mempersempit paham radikalisme di layar kaca. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://kpi.go.id/index.php/lihatterkini/38dalamnegeri/32985mempersempit -paham-radikalisme-di-layar-kaca [KPU]. Komisi Pemilihan Umum. 2014. Visi misi Jokowi. [Diunduh pada 12 Oktober 2015]. Tersedia pada http://kpu.go.id/ koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf Lisiswanti R, Saputra O, Windarti I. 2015. Peranan Media dalam Pembelajaran. Jurnal Kesehatan. [Internet]. [Diunduh pada 06 Oktober 2015]; 6(1): 102-105. Tersedia pada http://poltekkestjk.ac.id/ejurnal/index.php/JK/ article/view/84/84 McQuail D. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta (ID): Salemba Humanika. Muliarta IN. 2015. ILM dalam kungkungan kepentingan industri penyiaran di Bali. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://www.kpidbaliprov.go.id/index.php/baca-artikel/9/ILM-Dalam-KungkunganKepentingan-Industri-Penyiaran-di-Bali Morissan MA. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID): Kencana. Mugniesyah SS. 2006. Materi Bahan Ajar Ilmu Penyuluhan. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Neonisa D. 2011. Peran Iklan Layanan Masyarakat dalam Sosialisasi Program Busway Oleh Pemprov DKI: Proses Sosialisasi Program Busway. Jurnal Humaniora. [Internet]. [Diunduh pada 10 November 2015]; 2(2): 14461466. Diakses pada http://research-dashboard.binus.ac.id/uploads/ 58 paper/document/publication/Proceeding/Humaniora/Vol.%202%20No.%2 02%20Oktober%202011/53_MCM%20-%20Didier%20Neonisa.pdf Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta (ID): Rajawali Pr. Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Rakhmat J. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya. Rakhmat J. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Ridhoanova F. 2009. Hubungan Antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden Dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan perubahan sikap Pemilih Pemula di Pedesaan (Studi di Desa Rancabungur, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Riyanto S. 2011. Di dalam: Dasar-Dasar Komunikasi. Hubeis AVS, editor. Bogor [ID]: IPB Pr. 392 hal. Sari MP. 2012. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakt Di Televisi dalam Mempengaruhi sikap khalayak (Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia Depok Terhadap Iklan Layanan Masayarakat BKKBN versi “Jangan buru-buru”) [skripsi]. [Internet]. Bogor [ID]: Universitas Indonesia. [Diunduh pada 29 November 2015]. Diakses pada file:///D:/IPB/SKPM/Semester%207/Studi%20Pustaka/20314172-S43762Efektivitas%20iklan.pdf Sasmita HO. 2015. Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Pengolahan Yogurt Rumahan [tesis]. [Internet]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 5 Februari 2016 http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/75266/2015hos.pdf?sequence=1&isAllowed=y Scott JC. 1994. Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta [ID]: LP3ES. Shahab MR. 2013. Studi Efek Iklan Layanan Masyarakat tentang Anjuran Membayar Pajak Melalui TELEVISI TVRI Kaltim. 2013. Jurnal Ilmu Komunikasi. [Internet]. [Diunduh pada 10 November 2015]; 1(2): 311323. Diakses pada http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/ jurnal%20asli%20(06-03-1302-05-11).pdf Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Sudiantoro A. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia Versi Ingat 3D Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Khalayak Di Kota Semarang Pada Periode Januari Hingga Oktober 2010. Jurnal. [Internet]. [Diunduh pada 29 November 2015]. Diakses pada http://eprints.undip.ac.id/28818/1/Jurnal.pdf Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen, tEORi dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi kedua. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. 468 hal. Swarnajambi. 2015. PJ Gubernur ada keterkaitan trisakti nawa cita dan revolusi mental. Diakses pada 12 Oktober 2015. Tersedia pada http://swarnajambi.com/21/11/2015/pj-gubernur-ada-keterkaitan-trisaktinawa-cita-dan-revolusi-mental/ [UU] Undang Undang No. 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran Vivian J. 2008. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta (ID): Kencana. 59 http://revolusimental.go.id diakses pada 30 Januari 2016 pukul 15.26 WIB. http://revolusimental.or.id diakses pada 30 Januari 2016 pukul 19.20 WIB. 60 LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Peta Administrasi Desa Pasir Eurih 60 61 62 Lampiran 2 Rencana alokasi waktu penelitian Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Uji Petik dan Revisi Kolokium Pengambilan data lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 63 Lampiran 3 Daftar Subjek Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nama ABK UD IY IPG MR EY NN SLM ILY MRZ ABS NP YNT SM AD FRM AH ADH EMY RSY UGN SDH AST CH SAN NCH BML ENG SR TTN JK L L L L P P P L L L L L P L L L L P P P L P P L L L L L P P Usia Alamat 52 50 80 35 65 54 57 53 69 23 51 60 43 59 55 43 51 43 52 45 65 30 34 48 43 40 36 27 47 42 SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR SBR Menteng Menteng Menteng Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Batukaru Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Pasir Eurih Menteng 64 Lampiran 4 Dokumentasi Kantor Desa Pasir Eurih Kantor Desa Pasir Eurih Salah Satu Lahan Anggota Gapoktan Gapoktan Mekar Wangi Penyuluh Pendamping dan Ketua Poktan Suasana pre-test dan post-test Suasana pre-test dan post-test Suasana pre-test dan post-test 65 Suasana penayangan ILM Suasana penayangan ILM Wawancara Mendalam Suasana penayangan ILM Suasana penayangan ILM 66 RIWAYAT HIDUP Syifa Ibtisamah dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada 30 Oktober 1994. Penulis adalah putri kedua dari Bapak Pepen Effendi dan Ibu Nurlaela Effendi. Penulis mengawali pendidikannya di TKIT Nurul Maghfiroh pada tahun 1999-2000. Melanjutkan pendidikannya di SD Amaliah pada tahun 2001-2006, setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor pada tahun 20062009. Melanjutkan pendidikan lagi di SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 20092012 dan lolos SNMPTN Tulis di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada tahun 2012-2016. Penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan diantaranya pada tahun 2009 sebagai Reporter TRIPLE Magazine SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2011 sebagai Penanggung jawab rubrik TRIPLE Magazine SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2011 sebagai Editor TRIPLE Magazine SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2012 sebagai Kadiv Danus Inagurasi MAX!!9. Pada tahun 2013 sebagai Anggota Divisi Sponsorship ACRA 2013. Pada tahun 2013 sebagai Anggota Divisi PDD Temu Perdana KPM 50. Pada tahun 2014 sebagai Bendahara Divisi Jurnalistik HIMASIERA. Pada tahun 2014 sebagai Sekretaris Divisi Event Organizer MAX!!. Pada tahun 2014 sebagai Kepala Divisi General Affair 4th ACRA. Pada tahun 2014 lolos di Program Wirausaha Mandiri (PMW). Pada tahun 2014 sebagai Bendahara KPM Gabung Antar Angkatan, dan pada tahun 2015 sebagai HUMAS 2nd CONNECTION. Saat ini penulis aktif sebagai freelancer Koran SINDO dan mengembangkan usaha mandirinya “Sister Story” melalui social media.