i Laporan Studi Pustaka (KPM 403) EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN SHOFWAN HILMI ANSHORULLOH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan” benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Saya juga menyatakan bahwa tulisan ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2015 SHOFWAN HILMI ANSHORULLOH NIM I34110134 iii ABSTRAK SHOFWAN HILMI ANSHORULLOH. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis bentuk penyampaian dan faktorfaktor efektivitas iklan layanan masyarakat, dan menganalisis pengaruh iklan layanan masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Studi Pustaka ini merangkum hasil penelitian tentang efektivitas iklann layanan masyarakat, bentuk penyampaian iklan layanan masyarakat, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Iklan layanan masyarakat merupakan media yang bertugas untuk membentuk kepercayaan publik dan berisi pesan-pesan sosial. Tercapainya iklan layanan masyarakat yang efektif dipengaruhi oleh faktor khalayak, faktor kualitas pesan iklan layanan masyarakat, dan faktor penyampaian iklan layanan masyarakat. Kepercayaan publik merupakan salah satu faktor peningkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan yang menjadi tugas dari iklan layanan masyarakat. Kata kunci : Iklan Layanan Masyarakat, Kepercayaan Publik, Partisipasi Masyarakat ABSTRACT SHOFWAN HILMI ANSHORULLOH. The Effectiveness of Public Service Announcement to the Community Participation in Development. Supervised by SUTISNA RIYANTO. The purpose of this paper is to analyze the form of delivery and factors effectiveness of public service announcements, and to analyze the effect of public service announcements on community participation in development. This Literation Studies summarizes the results of research on the effectiveness public service announcements, public service announcements form of delivery, and community participation in development. Public service ads as media are served to establish public confidence and contain social messages. The achievement of an effective public service announcements influenced by the audience factor, the quality factor of the public service advertising message, and the delivery of public service ads factor. Public trust is one of the factors enhancing public participation in the development of the duty of public service announcements. Keywords: Community Participation, Public Service, Public Trust iv EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN Oleh SHOFWAN HILMI ANSHORULLOH I34110134 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang ditulis oleh: Nama : Shofwan Hilmi Anshorulloh Nomor Mahasiswa : I34110134 Judul : “Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan” dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Ir. Sutisna Riyanto, MS. Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : ______________________ vi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga laporan studi pustaka ini berhasil diselesaikan oleh penulis. Laporan studi pustaka ini berjudul ”Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan” ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan laporan studi pustaka ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat, dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan tenaganya untuk memberikan motivasi, arahan, saran, dan kritik selama penyusunan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih dan hormat kepada orang tua tercinta Agus Siswanto dan Siti Permas serta Kakak tersayang Ahmad Rifqi Anshorulloh, dan Adik tersayang Muhammad Sidqi Anshorulloh yang selama ini selalu sabar dan tiada henti memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis. Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman kerabat, keluarga MABS, dan teman bimbingan penulis yaitu Resturezky Rachmanya dan Putri Eksanika yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama kuliah dan saat penulisan, juga kepada teman-teman SKPM 48 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis berharap laporan studi pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. vii DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2 Metode Penulisan ................................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA Representasi Stereotype Perempuan Dalam Iklan Layanan Masyarakat “Sahabat Peduli Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga .................................................... 3 Kajian Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pentingnya Mengucapkan Terima Kasih Bagi Para Remaja Di Surabaya ................................................................. 4 False Campaign Dalam Iklan Layanan Masyarakat Paska Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak 1 Oktober 2005 ................................................................. 6 Iklan Layanan Masyarakat: “Pencitraan” Berbuah “Ledekan” ........................... 7 Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan .................. 9 Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan dan Pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi ....... 12 Penyampaian Iklan Layanan Masyarakat Kepada Khalayak ............................ 15 Iklan Layanan Masyarakat Tentang Cyberbullying Untuk Membentuk Awareness Masyarakat ...................................................................................... 16 Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya Mengenai Iklan Corporate Social Responsibility Revlon Kiss For Life melalui Media Above dan Below The Line ........................................................................................................................... 18 Studi Efek Iklan Layanan Masyarakat Tentang Anjuran Membayar Pajak Melalui TVRI Kaltim (Studi Tentang Anjuran Membayar Pajak yang Dilakukan DISPENDA Kota Samarinda) ........................................................................... 21 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia Versi Ingat 3D dan Pengaruhnya terhadap Sikap Khalayak di Kota Semarang pada Periode Januari Hingga Oktober 2010 ........ 23 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Bentuk Penyampaian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat .......................................................................................... 26 viii Pengaruh Iklan Layanan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan .................................................................................................... 28 SIMPULAN .......................................................................................................... 30 Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 30 Perumusan Masalah Penelitian Skripsi ............................................................. 30 Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 32 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 33 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 35 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Iklan Layanan Masyarakat tentang Pajak ....................................9 Gambar. 2 Kerangka Analisis Baru..............................................................34 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yang sudah sangat lazim di era digital kali ini. Termasuk untuk di Indonesia. Sejak lahirnya TVRI pada tahun 1962 sebagai media Nasional untuk menyebarluaskan informasi-informasi, televisi di Indonesia semakin berkembang, hingga sekarang televisi merupakan sumber informasi utama yang setiap hari bergulir bahkan dapat membentuk isu-isu yang menjadi panutan bagi masyarakat. Terutama sejak bergulirnya reformasi, dimana media mulai dapat bergerak secara lebih leluasa. Dimulai dari tayangan berita, reality show, hiburan musik, hingga sinetron, dunia pertelevisian di Indonesia sudah semakin maju. Bahkan dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki dunia pertelevisian digital dengan kualitas tayangan High Definition. Adanya televisi juga tentunya lekat dengan dunia periklanan yang menjadi tombak penyokong keberlanjutan stasiun-stasiun televisi komersil, terutama iklan sebagai sumber dana utama agar industri televisi dapat terus berdiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yg ditawarkan, iklan juga berarti pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum1. Majunya industri pertelevisian di Indonesia sejalan dengan majunya dunia periklanan, kini iklan semakin kreatif dan persuasif. Bungin (2008) menyatakan bahwa iklan televisi adalah sumber pendapatan bagi sebuah perusahaan pertelevisian. Televisi menggantungkan hidupnya untuk mengait sebanyak-banyaknya sumber dari periklanan atau acara yang dapat diiklankan. Sebaliknya, dunia periklanan melihat televisi adalah media yang paling ideal untuk pentampaian ide-ide iklan, karena televisi adalah media yng memiliki kemampuan maksimal sebagai media audiovisual yang murah dan dimiliki secara umum atau mudah dijangkau oleh mayoritas masyarakat dan berbagai golongan. Tidak semua iklan bersifat komersil, adapun iklan layanan masyarakat, yang mengikuti perkembangan zaman dan menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada iklan layanan masyarakat pun berkembang pesat. Iklan Layanan Masyarakat merupakan iklan non komersil yang ditujukan dan diarahkan oleh lembaga komersil/non komersil untuk mencapai tujuan sosial terutama kesejahteraan atau kebaikan masyarakat. Mahayani (2013) mengatakan, ILM tidak seperti iklan barang dan jasa yang bersifat komersial, melainkan lebih menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum. Seperti yang dilakukan pemerintah untuk menyosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dan memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat. Iklan dengan nuansa sosial biasa dikenal dengan nama Iklan Layanan Masyarakat (ILM). Iklan ini mengajak kepada konsumen, yang notabene merupakan masyarakat, untuk mengubah perilakunya sehubungan dengan tema tersebut. Iklan semacam ini menyajikan pesan-pesan sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum (Kasali, 1992 dalam Sudiantoro, 2011). 1 www.kbbi.co.id 2 ILM sendiri merupakan suatu alat dari kegiatan kampanye yang masuk dalam konsep pemasaran sosial dan bertujuan mengubah perilaku masyarakat. Pemasaran sosial didefinisikan sebagai rancangan pelaksanaan dan pengawasan dari suatu program untuk mempengaruhi penerimaan ide / gagasan sosial dan mencakup pertimbanganpertimbangan dari perencanaan produk, harga, distribusi, komunikasi, dan riset pemasaran (Kotler & Roberto, 1989 dalam Sudiantoro 2011). Dari definisi-definisi tersebut gencarnya iklan layanan masyarakat ditayangkan baik di televisi maupun di media massa lain, turut menyumbang sedikitnya perubahan perilaku dari masyarakat. Terlebih dalam membentuk partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dimana ILM seringkali dijadikan sebagai senjata dari sosialisasi program pemerintah. Partisipasi baik dalam perencanaan, peleksanaan, hingga evaluasi dari masyarakat tentunya menjadi salah satu hal yang diharapkan oleh pemerintah dalam program-program pembangunan yang menjadi kebijakan pemerintah. Dengan meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap program tersebut maka kecenderungan keberlanjutan dan ketercapaian program akan semakin meningkat. Tidak terlepas melalui bentuk partisipasi publik yang sederhana seperti tidak merokok di tempat yang terlarang, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan gas elpiji dengan baik dan benar, hingga kepada sesuatu yang kompleks seperti keluarga berencana, partisipasi demokrasi dalam Pemilu (Pemilihan Umum), Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) dan masih banyak lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka menarik untuk dilakukan pengkajian mengenai efektivitas iklan layanan masyarakat terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tujuan Penulisan Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana bentuk penyampaian dan faktor-faktor efektivitas iklan layanan masyarakat dan menganalisis pengaruh iklan layanan masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Metode Penulisan Penulisan studi pustaka ini didasarkan pada analisis data-data sekunder hasil penelitian terdahulu berupa tesis, disertasi, buku dan artikel jurnal ilmiah baik elektronik maupun non elektronik yang relevan dengan apa yang dimaksud dengan iklan layanan masyarakat, efektivitas iklan layanan masyarakat, serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Data sekunder yang telah didapat dipelajari, diringkas, serta disusun menjadi sebuah ringkasan studi pustaka yang relevan. Langkah berikutnya dilakukan sintesis dan analisis dari hasil ringkasan studi pustaka. Setelah mendapatkan temuan-temuan dari sintesis dan analisis kemudian ditarik hubungan sehinnga memunculkan sebuah kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan masalah bagi penelitian yang akan dilakukan. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. 1. Judul : Representasi Stereotype Perempuan Dalam Iklan Layanan Masyarakat “Sahabat Peduli Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga Tahun : 2007 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Nirmana, Vol. 9 No.2, Juli 2007 : 77-81 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Deddi Duto Hartanto Alamat URL/doi : http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/ article/view/17675/17586 Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Penelitian ini di latar belakangi oleh ilustrasi citra perempuan dengan berbagai daya tarik feminitasnya yang dijadikan salah satu daya tarik dalam dunia periklanan. Menurut penelitian ini iklan seringkali membentuk standar pikiran terhadap suatu kelompok tertentu. Penulis dalam artikel ini juga menyebutkan bahwa saat ini seolah standar hidup manusia diukur melalui iklan. Iklan membentuk persepsi seperti, misalnya bentuk tubuh seseorang. Ukuran tubuh lebih kecil akan minder ketika bergaul. Ini bukan sesuatu yang mutlak atau berlaku pada setiap orang. Tapi kecenderungannya memang begitu. Seolah-olah kalau tubuh lebih kecil maka menjadi lebih jelek. Juga kalau tubuh gendut maka telah mendapatkan aib. Atau rambut kriting adalah sesuatu yang tidak layak disyukuri. Penulis mencoba mengeksplorasi sejauh mana tanda dan makna mempresentasikan stereotype citra perempuan dalam iklan layanan masyarakat Sahabat Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Iklan layanan masyarakat berbentuk cetak ini menggambarkan sosok laki-laki yang perkasa sedang berada di dapur, hal ini menurut penulis menggambarkan bahwa posisi perempuan berada di bawah laki-laki karena dalam kasus KDRT perempuan disimbolkan dengan pihak yang lemah. Kemudian tergambar pula setting lokasi dari iklan ini yang berada di dapur. Sekali lagi perempuan disimbolkan sebagai seorang ibu rumah tangga yang berada di dapur untuk memasak hingga melayani suami. Hal ini dianggap oleh penulis merupakan suatu keberpihakan gender dimana perempuan menempatkan peran sosial ibu rumah tangga yang selalu berada di dalam rumah (domestic domain ) sementara laki-laki sebagai pencari nafkah (public domain). Visual iklan ini tidak menampilkan sesuatu yang baru tentang citra perempuan. Iklan itu hanya mengambil alih sesuatu yang dianggap wajar dan nyata dalam kehidupan meskipun kemasan dari iklan tersebut tidak mewakili kenyataan pada umumnya. Penulis menjelaskan media sebagai perpanjangan tangan dari masyarakat, melalui iklan ini media mempresentasikan sisi normatif dari pandangan masyarakat terhadap citra perempuan. Dari gambaran iklan ini menunjukan posisi wanita dalam kasus KDRT dan mengeksploitasi berlebihan karakter laki-laki sebagai pengganti karakter wanita yang lemah Analisis 4 Temuan dalam penelitian ini adalah bagaimana iklan sekalipun iklan layanan masyarakat dapat menimbulkan persepsi yang tidak diharapkan. Seperti dalam iklan yang dibahas dalam penelitian ini memiliki tujuan menyampaikan pesan untuk membentuk keluarga yang anti kekerasan dalam hal ini KDRT. Iklan yang menanggapi maraknya kasus KDRT saat itu, mengalami pergeseran persepsi dimana malah mempresentasikan stereotype citra perempuan sebagai pihak yang lemah dan hanya sebagai perpanjangan tangan dari masyarakat. Iklan layanan masyarakat dinilai belum berhasil dalam mengurangi dan mengantisipasi keadaan yang sedang beredar di masyarakat dikarenakan pengemasan pesan visual yang memihak. Tulisan ini kurang menjelaskan tentang konsep gender secara umum di awal. Pembahasan tentang iklan pun tidak mengerucut kepada salah satu media periklanan. Sangat disayangkan bahasan dalam tulisan ini tidak mencapai akar rumput yang seharusnya bisa dibahas dan dikupas lebih dalam lagi, namun sejauh ini bagus karena penulis membahas bias gender sampai pada titik perbandingan dengan peran laki-laki tidak hanya membahas tentang bagaimana posisi perempuan di media tetapi penulis juga membandingkan posisi perempuan dengan laki-laki. Kemudian penulis mampu mencari alasan mengapa konstruksi adegan dalam iklan tersebut seperti itu adanya melalui mengaitkan dengan kejadian yang sebenarnya di lapangan. 2. 2. Judul : Kajian Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pentingnya Mengucapkan Terima Kasih Bagi Para Remaja Di Surabaya Tahun : 2009 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol. 11, No. 2, Juli 2009 : 106-113 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Mella Christa Sugoto, Andrian Dektisa H., Jacky Cahyadi Alamat URL/doi : http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/ article/view/18133/18020 Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Tulisan ini mengkaji tentang perancangan Iklan Layanan Masyarakat untuk menanggapi permasalahan sosial berupa menurunnya kesadaran remaja yang tinggal di kota Surabaya untuk mengucapkan terima kasih. Dalam kajian dengan metode kualitatif ini, penulis mengangkat realita di lapangan tentang mahalnya ucapan terima kasih, yang pada hakikatnya merupakan kata sederhana namun tulus terucap. Realita yang ada, seperti dalam rubrik koran di Surabaya, dari tujuh hari dalam seminggu rubrik yang berisi ucapan terima kasih hanyalah satu hari, yaitu minggu, sementara Senin – Sabtu rubrik tersebut berisi keluhan, saran, dan kritik dari pembaca. Remaja sebagai sasaran dari kajian ini, dipilih karena remaja merupakan suatu masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana mereka mendapatkan kemerdekaan dari orang tuanya atas tanggung jawab, nilai-nilai, identitas pribadi, keterampilan, dan kompetensi. Ucapan terima kasih sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap orang lain, berkaitan dengan budi pekerti yang dalam hal ini sangat lekat dengan kebiasaan. Bagi remaja yang pada masanya akan menemukan hal-hal baru, hal ini menjadi suatu aspek budi pekerti yang penting sebagai salah satu bentuk apresiasi mereka terhadap suatu hal. Kajian ini berfokus pada perancangan iklan layanan masyarakat untuk menanggapi permasalahan sosial tersebut. ILM di Indonesia pada umumnya dibuat 5 sendiri-sendiri oleh biro iklan yang melakukan kerjasama dengan pihak media. Karena dilakukan sendiri-sendiri tanpa adanya suatu pengorganisasian secara menyeluruh maka seringkali pesan-pesan yang disampaikan dipersepsikan berbeda-beda oleh audience. Dalam kajian ini penulis mengangkat rumusan yang menentukan baik buruknya suatu iklan dari buku karya Budiman Hakim tahun 2005 “Lanturan Tapi Relevan” rumusan tersebut adalah SUPER ‘A’ yaitu simple, unexpected, persuative, entertaining, relevant, dan acceptable. Rumusan ini seringkali dipakai dalam pembuatan iklan-iklan baik di media cetak maupun audiovisual. Berdasarkan wawancara permasalahan sosial ini tidak lepas dari peran media sebagai pembawa informasi meskipun bukan menjadi faktor utama. Kajian ini ingin membalikan keadaan dengan memanfaatkan media sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Hasil kuisioner pun membuktikan bahwa remaja saat ini sudah cukup mengenal ILM. Kebanyakan yang mereka tahu ialah ILM dengan topik permasalahan seputar kehidupan remaja. Anti rokok, anti narkoba, pergaulan bebas, dan yang paling hangat dibicara-kan saat ini adalah isu pemanasan global. Hasil juga menunjukan kebanyakan dari mereka melihat ILM dalam bentuk cetak dan merespon biasa saja setelah membaca pesan dari sebuah ILM. Entah hal itu dikarenakan visualisasi dan verbal yang kurang mendukung, ataupun ILM tersebut yang kurang tepat sasaran. Hal ini menjadikan banyak ILM yang sudah ada tidak memiliki arti apapun, karena kurang mampu membawa dampak yang mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Terdapat beberapa faktor yang dinilai mempengaruhi ketidakefektivan ILM tersebut, antara lain, segi visual yang kurang menarik, stopping power, penempatan media ILM, media conventional, dan pengemasan pesan yang kurang tepat sasaran. Hasil dari kajian menyebutkan diperlukan suatu usaha yang khusus dalam mengemas pesan ini agar diterima dan dimengerti oleh remaja, karena bagi remaja hal ini merupakan tema yang cenderung ‘baru’ dibandingkan dengan tema-tema ILM lain yang sudah pernah mereka lihat sebelumnya. Selanjutnya media dipilih berdasarkan tingkat point of contact dengan para remaja. Hal ini diharapkan agar setiap media yang dipilih dapat secara optimal menyampaikan pesan yang ingin dikomunikasikan. Pemilihan unconventional media dirasa cukup untuk menjadi alternative media yang dipakai. Kemudian ILM dapat dikemas secara audiovisual agar lebih menarik remaja, dengan budget yang terbatas pemilihan ILM di bioskop dapat menjadi alternatif pilihan mengingat kebiasaan remaja yang suka untuk menonton bioskop. Media lain dengan melirik kebiasaan remaja ILM dapat menjadikan internet sebagai salah satu media penyampai pesan ini. Semakin unik dan menarik bagi remaja sangat besar peluang pesan akan tersampaikan lebih optimal. Diharapkan melalui ILM ini terjadi perubahan sikap dari para remaja untuk lebih memberikan apresiasi terhadap berbagai pelayanan dan jasa yang telah mereka dapatkan. Sehingga masa depan budi pekerti bangsa ini dapat berubah lebih baik di masa yang akan datang Analisis Penelitian ini menyajikan faktor-faktor yang membuat iklan layanan masyarakat tidak efektif yang sebenarnya penulis berhasil mengkaji dan menemukan solusi menanggapi faktor-faktor tersebut dan diterapkan di perancangan ILM yang mereka tuju. Dalam kajian ini terlalu menjabarkan detail pustaka tentang definisi ILM dan Remaja yang sangat disayangkan tidak terhubung secara jelas dalam pembahasan kajian. Seperti misalnya kondisi biologis dan emosional remaja dengan rumusan SUPER ‘A yang keduanya ada dalam pustaka namun dalam pembahasan tidak dikaji kembali kaitan dan keterhubungan dari hal-hal tersebut. 6 Temuan dari penelitian ini adalah diperlukan suatu usaha yang khusus dalam mengemas pesan tertentu agar diterima dan dimengerti oleh remaja dalam hal ini merupakan sasaran yang spesifik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan melirik kebiasaan sasaran tersebut. Seperti penggunaan media audiovisual, penempatan iklan sesuai dengan kebiasaan sasaran serta media unconventional merupakan salah satu strategi dalam penyampaian pesan kepada remaja yang sudah hidup di era global ini. 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Edisi/Volume Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL/doi : False Campaign Dalam Iklan Layanan Masyarakat Paska Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak 1 Oktober 2005 : 2006 : : Jurnal : Nirmana, Vol.8, No. 1, Januari 2006 : 8-13 : Elektronik : Andrian Dektisa Hagijanto : http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/ article/view/16665/16657 Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Penelitian ini mengkaji tentang iklan layanan masyarakat dari pemerintah paska kenaikan harga bahan bakar minyak pada 1 Oktober 2006 dengan memakai figur tokoh agama, tokoh pendidikan, dan mantan menteri. Pesan persuasif yang disampaikan melalui orang-orang terkemuka itu didesain dan diharapkan mampu meredam gejolak serta menggalang dukungan publik pada kenaikan BBM. Namun iklan tersebut malah mengundang reaksi negatif dan sentimen khalayak, karena iklan tersebut dipandang sebagai Iklan Layanan Pemerintah (Kristiawan, Kompas 22 Oktober 2005) karena dipandang tidak lebih sekedar propaganda dan upaya komunikasi terselubung untuk memperkuat keputusan politik. ILM ini pada awalnya ditujukan untuk menggiring persepsi masyarakat menuju kesamaan pemahaman tentang kebijakan sehingga dapat mengurangi tindakan-tindakan yang tidak sejalan antara masyarakat dengan pemerintah. Para aktor yang terlibat dimaksudkan oleh komunikator sebagai pemuka masyarakat. Mereka bersatu kata sekehendak mengatakan bahwa kebijakan yang ditempuh pemerintah walau sepertinya memberatkan masyarakat, namun di kemudian hari sesungguhnya meringankan beban masyarakat, terutama komunitas yang kurang mampu secara finansial. Dalam tulisannya penulis mengutip dua pengertian ILM dari Nuradi (1996) dan Kasali (1992) dan mengambil satu benang merah dari kedua pengertian tersebut yakni, iklan layanan masyarakat adalah jenis periklanan bukan merupakan jenis iklan saja, sehingga implikasinya dapat berupa kegiatan beriklan atau kampanye yang terintegrasi menjadi satu kesatuan konsep. Asumsinya, sebuah ILM memiliki objektivitas yang tinggi. Sebuah ILM seringkali dipakai/difungsikan menjadi medium untuk melakukan pembenaran terhadap kepentingankepentingan tertentu milik sekelompok golongan, hal tersebut salah satunya disebabkan karena ILM dapat berasal dari berbagai pihak yang berkepentingan dan memiliki kuasa untuk membuatnya. Tidak jarang ILM dinilai berubah menjadi propaganda yang mengedepankan kepentingan tertentu namun diselubungi seolaholah kepentingan bersama. ILM menjadi sebuah wacana substream, atau bahkan false campaign. Keadaan inilah yang seringkali menimbulkan keresahan dan kemudian digugat serta dipertanyakan keabsahan objektifitasnya, sebab menjadi memihak. 7 Adanya kebimbangan dan keambiguitasan publik dalam ILM paska kenaikan harga BBM akibat terjadi penyimpangan di dalam memahami alur konteks dan pendekatan kajian semiotika penanda dan petanda. Kesalahan ini ironisnya dilakukan oleh pengiklan yang semestinya memahami betul bentuk pendekatan metode, cara, serta bentuk penyampaian pesan, sebab pada proses pembuatan iklan, tataran proses identifikasi khalayak maupun product knowledge mutlak dilakukan, dalam tahapan tersebut pasti ditemukan bentuk pendekatan apa yang seharusnya dipakai. Akhirnya ketika proses ini diabaikan dan mungkin pula tidak bijaksana dalam melakukan eksekusi, maka sistem tanda yang dipakai menjadi distorsi, penuh plesetan, sinis, pengelabuhan identitas dan penopengan serta mereproduksi ikon dan ini menjadi bagian dari aplikasi estetika posmodern. Agar ILM menjadi medium yang menciptakan kenyamanan bersama dan kampanye ILM tidak berubah menjadi empty discourse apalagi false campaign yang dapat mengancam integritas bangsa diperlukan pemahaman yang mendalam akan halhal seperti: objek kajian ILM, tema, media, kepentingan, dan siapa yang menjadi khalayak ILM itu, perlu dilakukan lagi klasifikasi yang lebih terfokus siapa khalayak primer dan khalayak sekundernya. Tidak semua masalah sosial dapat serta merta diangkat menjadi ILM, serta tidak semua masyarakat membutuhkan ILM. Analisis Dalam subbab kedua tentang Iklan Layanan Masyarakat dalam Wacana Intertekstual penulis membahas tentang Semiotika Saussure, hal ini sebenarnya menarik untuk dikaji dan sangat berkaitan dengan kajian yang penulis lakukan, namun penulis tidak terlebih dahulu membahas hal tersebut sehingga alur tulisan terkesan loncat dan hasil yang didapat dari penelitian kurang maksimal. Dari hasil penelitian yang didapat, beberapa faktor yang menyebabkan keambiguitasan publik terhadap suatu ILM, antara lain faktor pemahaman pendekatan metode, cara, serta bentuk penyampaian pesan dalam proses pembuatan iklan. Kemudian, proses identifikasi khalayak maupun product knowledge yang berkaitan dengan pemilihan pendekatan yang tepat. Pemilihan aktor yang dijadikan figur mengalami reposisi yang diharapkan menunjukan realitas masyarakat menjadi menunjukan realitas subjektif. Permasalahan yang diangkat oleh ILM pun harus signifikan mempengaruhi kondisi masyarakat, sehingga ILM dapat menjadi plural. Dari kajian ini menunjukan kelemahan ILM dan solusi agar ILM tidak lagi mengalami kesalahan dalam kampanye. Hal tersebut sangat mendukung dan bermanfaat, namun disayangkan saran dari penulis tidak terlalu menyentuh akar rumput dari permasalahan dan masih rancu dengan teori yang dipakai. 3. 4. Judul : Iklan Layanan Masyarakat: “Pencitraan” Berbuah “Ledekan” Tahun : 2011 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Listia Natadjaja Alamat URL/doi : http://repository.petra.ac.id/15033/ Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Penelitian ini mengkaji Iklan Layanan Masyarakat (ILM) tentang pajak dengan slogan “Apa Kata Dunia” yang ditayangkan oleh media massa baik elektronik maupun 8 cetak dalam menanggapi merebaknya kasus pajak di Indonesia dan menghimbau masyarkat untuk membayar pajak. Adanya ILM pajak pun ditujukan untuk meningkatkan citra DirJen Pajak Indonesia, namun maknanya bergeser menjadi sebuah “ledekan” yang makin populer. Iklan yang seharusnya menjawab kebutuhan publik akan informasi dan rasa aman pada penggunaan uang setoran pajak mereka, sekarang slogannya malah menjadi suatu “ledekan” dan seolah menjadi menjadi “penguat” ketidakpercayaan masyarakat. Slogan ini tidak hanya digunakan sebagai sindiran tentang pajak tetapi juga dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu dan juga percakapan informal. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal pada slogan “Apa Kata Dunia” dan tanda visual yang menyertainya dengan pendekatan semiotika. Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif. Dalam iklan ini, lebih mengedepankan sindiran dari pemerintah kepada masyarakat yang belum memenuhi kewajiban pajaknya. Pemerintah menggunakan iklan secara tidak langsung sebagai upaya untuk peningkatan pendapatan negara melalui kewajiban pajak. Kemasan dari iklan ini yang sangat disayangkan, karena iklan layanan masyarakat yang ditujukan menjadi sebuah iklan persusasif mengalami pergeseran makna, ILM lebih terlihat sebagai sindiran. Kepedulian Pemerintah akan citra Indonesia di mata masyarakat, yang dinyatakan dengan “sindiran” apa kata dunia pada ILM jelas-jelas tidak menjawab kebutuhan masyarakat akan rasa aman pengelolaan uang pajak yang mereka setorkan. Pemilihan aktor menurut penulis sangat berpengaruh, seperti halnya pemilihan karakter pria tua, dapat mewakili Pemerintah melambangkan senioritas, orang yang sudah berpengalaman, tetapi juga dapat dibaca oleh masyarakat sebagai orang yang sudah pensiun, tidak lagi aktif bekerja dan tidak punya penghasilan, sehingga dengan kondisi ini pria tua tersebut bukanlah seorang wajib pajak, hanya berbicara dan menyuruh orang lain tetapi dirinya tidak punya penghasilan dan tidak mengurus NPWP. Adanya iklan-iklan tandingan yang dibahas oleh penulis memperkuat argumen penulis tersebut. Ledekan yang tercipta dari slogan “Apa kata dunia?” tidak hanya digunakan untuk menjadi ledekan antara masyarakat terhadap pemerintah, namun juga menjadi sebuah ledekan bagi siapa yang tidak mengikuti trend yang notabene diluar Pemerintah. Slogan resmi imbauan membayar pajak ini mulai dibaca secara sinis pasca kasus dugaan mafia pajak terungkap. Hal ini ditambah dengan sikap Pemerintah yang dinilai “lamban” dalam mengatasi kasus Gayus. Atas dasar hal tersebut maka pembayar pajakpun tidak lepas dari ledekan karena “kebodohan” mereka membayar pajak. Pemerintah Kebijakan, dll. MEDIA CETAK (koran, majalah) MEDIA LUAR RUANG (spanduk) MEDIA ELEKTRONIK (radio, TV, facebook, twitter, website) Pencitraan Public Sphere Ledekan Public Opinion Bayar Pajak Gambar 1. Iklan Layanan Masyarakat tentang Pajak Tidak 9 Komentar-komentar yang berkembang perlu diantisipasi oleh Pemerintah dengan berbenah diri dalam pengelolaan pajak sehingga dapat menurunkan korupsi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak dengan kesadaran bukan keterpaksaan. ILM pajak merupakan usaha Pemerintah menyuarakan kepentingan Pemerintah untuk tertib administrasi publik guna pembangunan Negara dan rakyatnya. Bila ILM pajak hanya mementingkan pencitraan, maka selain tidak efektif, iklan tersebut dapat menimbulkan reaksi negatif. Pemilihan slogan haruslah menjawab permasalahan yang ada, bukan hanya mewakili kepentingan pihak tertentu, apalagi untuk membangun citra, dimana permasalahan dasarnya belum mampu dijawab yaitu kepercayaan publik Analisis Dalam tulisan ini penulis menggunakan pendekatan semiotika untuk menganalisis kasus yang dikaji. Penulis mengacu pada pendapat Tinarbuko (2009) bahwa karya ILM mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas makna karya iklan layanan masyarakat layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya. Menggunakan pisau analisis persepsi, penulis memberikan gambaran secara eksplisit bahwa pemilihan aktor ILM sangat rentan mengalami bias prasangka, seperti pemilihan karakter orang tua yang dinilai positif bagi pengiklan, dan dinilai negatif bagi khalayak kajian penulis. Hal yang sesuai dilakukan oleh penulis guna memperkuat argumennya terhadap analisis aktor tersebut. Penulis menggunakan iklan tandingan yang juga beredar di masyarakat sebagai tanggapan dari ILM dengan slogan “Apa Kata Dunia?” namun berisi kalimat balasan yang menunjukan respon negatif berupa prasangka terhadap Pemerintah dari Masyarakat atas ketidaknyamanan mereka dengan maraknya kasus korupsi pajak saat itu. Berdasarkan simpulan yang dijabarkan oleh penulis, saya setuju ketika ILM hanya mementingkan pencitraan, maka selain tidak efektif, iklan tersebut dapat menimbulkan reaksi negatif. Pemilihan slogan haruslah menjawab permasalahan yang ada, bukan hanya mewakili kepentingan pihak tertentu, apalagi untuk membangun citra, dimana permasalahan dasarnya belum mampu dijawab yaitu kepercayaan public. Dalam penelitian ditemukan salah satu yang menghambat efektivitas ILM yaitu opini publik terhadap slogan yang dinilai berpihak. 4. 5. Judul : Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Tahun : 2009 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol.6 No.2, Desember 2009 : 181-190 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Asri Lubis Alamat URL/doi : http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMEDArticle-24607-Asri.pdf Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan, dalam pendahuluannya penulis 10 menyatakan bahwa dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung dengan hakikat demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Selain itu, partisipasi dipandang ada yang bersifat langsung maupun tidak langsung, meskipun ragam dan kadar partisipasi seringkali hanya ditentukan secara masif, yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Keberhasilan pemerintahan dalam jangka panjang tidak hanya bergantung pada kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan, tetapi juga atas ketertarikan, keikutsertaan, dan dukungan dari masyarakatnya. Demokrasi yang sehat tergantung pada bagaimana masyarakat mendapatkan informasi yang baik dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Secara lebih spesifik penulis memperkuat bahwa pembangunan pada era desentralisasi ini harus lebih memiliki dimensi peningkatan sumber daya manusia sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat kepada masyarakat dan mampu mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Untuk itu peran serta masyarakat langsung sangat diperlukan dan perlu terus diperkuat serta diperluas. Masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur ketika berhadapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai perwujudan negara itu sendiri. Negara dalam hal ini pemerintah, dengan legitimasi berikut dengan sistem birokrasi yang dimilikinya seringkali menjadi penerjemah dominan dalam proses pembangunan. Artinya segala bentuk perkembangan dalam tatanan masyarakat di negara tersebut sepenuhnya tergantung pada kebijakan negara atau pemerintah. Hal ini yang menurut penulis menjadi sebab mengapa pembangunan seringkali tidak tepat sasaran bahkan tidak menjawab persoalan yang ada. Salah satu upaya dalam menimbulkan partisipasi publik, yaitu melalui perencanaan partisipatif. Keuntungan substantif dapat diperoleh dari proses tersebut dimana keputusan publik yang diambil akan lebih efektif disamping akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan. Partisipasi dan transparansi akan menjadi perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Kepemimpinan yang stabil dapat terjadi pada masyarakat yang memiliki disiplin dan patuh pada aturan yang telah disepakati sementara sekarang ini, krisis kepercayaan sedang merambak di masyarakat. Kemudian, legitimasi harus dipahami sebagai pengakuan dan dukungan dari rakyat kepada para pemimpin politik dan pejabat publik yang telah dipilihnya. Legitimasi atau keabsahan menjadi indikator utama kuat atau lemahnya posisi kepemimpinan politik. Apatis atau keragu-raguan rakyat dalam melaksanakan hasil keputusan politik merupakan salah satu manifestasi dari lemahnya keabsahan suatu pemerintahan. Dalam praktik demokrasi moderen biasanya keabsahan suatu pemerintahan diperbaharui. Konsekuensi suatu keputusan politik memperoleh keabsahan adalah kemampuan keputusan tersebut mengharuskan warga masyarakat untuk patuh melaksanakannya. Jadi,kontrol ataupun keluhan publik dapat dijadikan indikator kedua dari kuat atau lemahnya partisipasi masyarakat setelah terbentuknya kepercayaan publik. Selain dari dua hal tersebut, Akuntabilitas menjadi satu parameter yang tidak dapat dipisahkan dari kuat atau lemahnya partisipasi masyarakat. Akuntabilitas menjadi semacam kewajiban moral (moral obligation) dari para pemimpin yang dipilih secara absah oleh pendukungnnya atau rakyatnya. Keyakinan akan akuntabilitas tersebut 11 sangat berpengaruh terhadap kepatuhan masyarakat dengan keputusan dari sang pemimpin. Layanan publik juga menjadi tugas utama dari sebuah pemerintahan. Meningkatnya kualitas layanan kepada masyarakat akan sangat diragukan bila ruang partisipasi sempit dan proses pengambilan keputusan tidak transparan dan mekanisme keluhan masyarakat tidak tersedia. Ketidaktahuan masyarakat terhadap standar layanan akan membuka ruang ketidakpastian yang mudah dimanipulasi. Ketidakpastian standar akan memungkinkan terjadinya kolusi, korupsi, dan penyuapan dalam layanan kepada masyarakat. Implementasi konsep perencanaan pembangunan partisipatif dilatarbelakangi oleh peran dan fungsi daerah otonom yang harus menentukan sendiri strategi perencanaan daerahnya yang sering kita kenal dengan desentralisasi dimana disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan lokal. Dimulai dari perumusan visi dan misi, dan beragam partisipasi masyarakat menggunakan metode agar memberikan kesempatan luas kepada semua unsur masyarakat/stakeholders untuk menyalurkan persepsi dan aspirasinya yang selanjutnya dimasukkan ke dalam pembuatan tujuan kebijakan dan program pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah oleh lembaga teknis didasarkan pada analisa potensi dan kebutuhan daerah, integrasi rencana spasial dan rencana pembangunan dari tingkat propinsi maupun nasional. Aspek tersebut dipadukan dengan alur perencanaan partisipatif untuk menggali aspirasi dan kebutuhan yang sesuai dengan masyarakat dan daerah yang dituju. Perencanaan partisipatif sebagai strategi pembangunan dan proses penentuan keputusan public, sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. Keberhasilan dalam pembangunan ditentukan faktor sosial dan politik, meliputi: tingkat kepercayaan masyarakat (public trust), legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), kualitas layanan (public service quality), dan mencegah pembangkangan publik (public disobedience). Perencanaan partisipatif juga melalui beberapa tahapan yang harus dilalui dan melibatkan stakeholder. Tahapan-tahapan ini diawali oleh kegiatan identifikasi kebutuhan dan potensi daerah dan diakhiri dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. Begitupula aturan mengenai lingkup partisipasi menyangkut penentuan siapa yang akan dilibatkan dan dalam perencanaan yang bagaimana ia harus dilibatkan. Penelitian ini beranggapan bahwa model partisipasi yang sifatnya masif (melibatkan masyarakat luas) lebih tepat diterapkan bagi perencanaan yang menyangkut kepentingan umum atau pembangunan yang berbasis wilayah. Sementara model partisipasi terbatas dapat diterapkan dalam perencanaan yang sifatnya strategis yang menyangkut identifikasi dan penentuan kebijakan-kebijakan yang membutuhkan pemikiran dan skala prioritas yang visioner. Konsep perencanaan partisipatif juga tidak akan berhasil tanpa didukung oleh sejumlah prasyarat yang mencakup perubahan struktur dan kultur dalam masyarakat daerah, antara lain: a) adanya upaya pelibatan seluruh stakeholders, b) adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate, c) adanya proses politik melalui upaya negosiasi yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama (collective agreement), dan d) adanya usaha pemberdayaan masyarakat. Saran dari penelitian ini yaitu, untuk mendukung proses perencanaan pembangunan partisipatif seharusnya lebih berfokus pada pengembangan kapasitas di tingkat sistem, institusi, dan individu untuk menjamin kontinuitas perkembangan inovasi dan konsepnya pada masa yang akan datang. Analisis 12 Penelitian ini tidak memiliki tinjauan pustaka dan tidak menjelaskan teori-teori yang penulis kutip merupakan teori siapa dan berlaku pada masa apa. Perencanaan partisipatif di kritik dan dilihat dari sudut pandang penulis tanpa menggunakan contoh kasus dimana teori tersebut berlaku. Kemudian, keterkaitan antara perencanaan partisipatif dengan pemberdayaan masyarakat sangat dekat, namun penulis belum mengupas lebih lanjut mengenai hal tersebut, sehingga menurut saya penelitian ini masih kurang mendalam. Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah pembahasan mengenai faktor keberhasilan pembangunan dari sisi faktor sosial dan politik, meliputi: tingkat kepercayaan masyarakat (public trust), legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), kualitas layanan (public service quality), dan mencegah pembangkangan publik (public disobedience). Adanya bahasan faktor tersebut, didukung oleh empat faktor lain yang menentukan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan, yaitu; partisipasi dan transparansi, legitimasi, akuntabilitas, dan layanan publik. 5. 6. Judul : Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan dan Pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi Tahun : 2011 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : “MEKTEK” Tahun XIII NO. 3, September 2011 : 161-168 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Agustinus Kali Alamat URL/doi : https://jurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.p hp%2FMektek Tanggal diunduh : 4 Oktober 2014 Penelitian ini dilatar belakangi oleh tidak tepat sasarannya pembangunan di pedesaan dengan kegagalan yang bertitik tombak pada partisipasi masyarakat. Masyarakat seringkali tidak dilibatkan dari sejak awal pembangunan, sehingga terkesan lepas tangan dengan program-program pemerintah yang sebenarnya ditujukan untuk pemberdayaan dimana masyarakat bukan lagi sebagai objek pembangunan melainkan subjeknya. Kegagalan-kegagalan tersebut dialami dalam kasus proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan kepada pemerintah sebagai perencana pembangunan tentang tingkat partisipasi masyarakat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Penelitian deskriptif kualitatif yang didukung metode kuantitiatif survei, menggunakan teknik beragam seperti wawancara dan kuisioner yang dianalisis sehingga mendapatkan pembahasan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur bentuk partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan pembangunan PLTMH di Paneki dapat dilihat dari beberapa proses kegiatan yang meliputi: 1. Keikutsertaan masyarakat dalam proses sosialisasi dalam penyebarluasan informasi, pemberian pemahaman dan pembinaan dari aparat pemerintah; 13 2. Keaktifan masyarakat dalam penyampaian aspirasi, masukan, usul, pendapat, idea atau gagasan; 3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan survei penentuan lokasi dan proses pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan PLTMH 4. Kehadiran dalam diskusi menyangkut program kerja, penentuan aturan/norma, pembentukan lembaga pengelola dan kegiatan lain yang berhubungan dengan perencanaan PLTMH. Data hasil penelitian tentang tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan PLTMH di Paneki berdasarkan jawaban responden pada kuisioner yang telah di kategorikan dan di analisis menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara mayoritas dalam kategori sangat rendah atau secara persentase rata-rata 42,3 % responden. Rendahnya presentasi partisipasi tersebut berdasarkan fakta di lapangan tercatat dikareanakan beberapa faktor antara lain; proses sosialisasi dalam rangka penyebarluasan informasi, pemberian pemahaman dan pembinaan baik dari aparat Desa Pombewe maupun aparat Dinas Pertambangan dan Energi kurang efektif karena proses penyampaian informasi hanya dilakukan dalam bentuk pemberitahuan secara langsung atau pribadi kepada setiap anggota masyarakat sehingga masyarakat tidak memiliki ruang atau kesempatan untuk menyalurkan aspirasi mereka baik berupa masukan, usul, pendapat maupun gagasan. Kemudian faktor selanjutnya yaitu tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat Paneki terhadap informasi sangat lemah karena mayoritas hanya berpendidikan rata-rata SD bahkan ada yang tidak tamat SD. Pada tahap pelaksanaan pembangunan terdapat beberapa kegiatan yang memungkinkan masyarakat dapat ikut terlibat dan ambil bagian terutama menyangkut pelaksanaan pekerjaan karena pada bagian ini masyarakat memiliki kesempatan untuk ikut terlibat memberikan dukungan, motivasi atau semangat, mengorbankan tenaga, waktu dan material. Indikator pengukuran tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan ini penulis menjabarkannya yang terdiri dari: 1. Upaya yaitu dorongan atau semangat yang terkandung dalam diri masyarakat untuk mendukung program atau memiliki sifat ajakan kepada masyarakat lain, tumbuh rasa memiliki; 2. Kemauan masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam setiap jenis kegiatan baik dalam proses sosialisasi maupun proses pelaksanaan kegiatan; 3. Kesediaan dan kemampuan masyarakat untuk berkontribusi sumberdaya baik tenaga, waktu, material, uang serta kehadiran dan keatifan masyarakat untuk menerima informasi. Hasil analisis data pada tahap pelaksanaan pembangunan menyebutkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada masing-masing komponen kegiatan yang berhubungan dengan tahap pelaksanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara mayoritas dalam kategori sangat rendah atau secara persentase rata-rata 44,1 % responden. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan pembangunan tidak lepas dari faktor awal rendahnya partisipasi pada tahap perencanaan. Dengan hambatan pada sosialisasi program dan pemahaman masyarakat beranggapan bahwa program ini merupakan program pemerintah hingga tidak sedikit dari mereka yang merasa bahwa tidak perlunya program ini mendapat bantuan dan partisipasi dari masyarakat. Faktor yang selanjutnya yaitu adanya bentrokan kebutuhan, dimana masyarakat Paneki merupakan masyarakat yang tergolong kurang mampu sehingga mereka lebih mementingkan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari yang menurut mereka 14 merupakan satu-satunya sumber penopang kebutuhan keluarga dan tidak ada peluang pekerjaan lain yang dapat mereka jadikan mata pencaharian pokok selain daripada mencari kayu bakar, rotan atau pengumpul batu. Dapat disimpulkan bahwa Partisipasi masyarakat kampung Paneki terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara persentase mayoritas sangat rendah karena proses sosialisasi dari aparat pemerintah tidak berjalan dengan baik, tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap informasi masih rendah, dan masyarakat di kampung Paneki lebih mengutamakan melakukan aktifitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi ekonomi masyarakat Paneki pada umumnya kategori kurang mampu. Analisis Tinjauan pustaka yang digunakan oleh penulis hanyalah tentang partisipasi, dan tujuan dari penelitian masih menggunakan kata “mengetahui” sehingga meskipun penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang didukung metode kuantitiatif survei, terasa masih sangat sempit jangkauannya dan masih bisa berkembang lebih dalam. Begitu halnya dengan pembahasan yang terkesan nanggung. Kemudian hasil analisis data kuisioner dan survei yang dipakai pun dilampirkan secara berurut kemudian dipadu dengan hasil temuan lapang dari teknik kualitatif yang dibahas berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, sehingga terasa seimbang antara metode kualitatif dan kuantitiatif yang digunakan dan mudah dimengerti. Disayangkan penelitian tersebut hanya mencapai tahap pelaksanaan tidak sampai tahap evaluasi program. Dalam penelitian ini menyebutkan salah satu yang menjadi penghambat tersampainya informasi dan pemahamannya adalah karena penyampaian informasi hanya melalui teknik penyampaian langsung kepada perseorangan tidak melalui media kumpul seperti rapat sehingga kurang efektif. Di sisi lain, saya memandang sebenarnya teknik tersebut dapat menjadi efektif apabila diperbaharui dengan mendatangi langsung kepada perseorangan yang merupakan tokoh masyarakat sehingga informasi dapat menyebar melalui opinion leader dan membentuk partisipasi masyarakat yang tidak dipaksakan namun lebih mandiri. Keterkaitan antar faktor dalam berbeda tahapan ditunjukan oleh peneliti dengan kalimat yang berulang, secara konten hal ini saya acungi jempol karena keterkaitan antara tahap perencanaan dan pembangunan dapat dikemukakan dengan alur yang tepat oleh peneliti hanya penggunaan kalimat dan tata bahasanya yang menurut saya menjadi berbelit. Temuan dari penelitian ini adalah faktor ekonomi sebagai salah satu penghambat jalannya partisipasi terhadap pembangunan. Kemudian ketepatan dalam pengemasan dan cara penyampaian pesan sangat berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya partisipasi masyarakat. 15 6. 7. Judul : Penyampaian Iklan Layanan Masyarakat Kepada Khalayak Tahun : 2007 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Jurnal Harmoni Sosial, Mei 2007, Volume I, No. 3 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Fenni Khairifa Alamat URL/doi : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 18645/1/har-mei2007-1%20(4).pdf Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014 Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah iklan layanan masyarakat yang disiarkan melalui Televisi di Medan ditonton oleh khalayak atau tidak. Sekiranya ada yang menonton, berapa banyak mereka yang ikut menonton dan iklan layanan masyarakat manakah yang paling diingat oleh mereka. Penulis melakukan 2 penelitian yang berbeda dengan menggunakan metode survei. Penelitian 1 memberi perhatian terhadap iklan layanan masyarakat tentang kesehatan (penelitian 1). Sedangkan untuk penelitian berikutnya fokus perhatian diarahkan tentang iklan layanan masyarakat keselamatan berlalu lintas (penelitian 2). Hasil Penelitian 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% responden berumur diantara 20-25 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu masing-masing 50 responden (50%) menonton iklan layanan masyarakat tentang kesehatan. Mayoritas responden berasal dari suku Karo (40%), Jawa (30%) dan sebagian yang lain suku Batak (10%), Melayu (10%) dan lain-lain sebanyak 10% yang terdiri dari suku Minang, Mandailing dan Cina. Mayoritas mereka menonton lebih dari10 jam dalam seminggu dan umumnya siaran yang ditonton adalah siaran Televisi swasta seperti: TPI, RCTI, SCTV, Indosiar dan ANTeve. Hanya sebagian kecil dari mereka yang menonton siaran TVRI (12%). Diantara pesan Iklan Layanan Masyarakat yang mereka tonton dari pesan Pemakaian obat generik, Penggunaan alat kontrasepsi, dan Bahaya merokok di dominasi oleh iklan dengan pesan Pemakaian obat generik dengan persentase 92% Berdasarkan data tersebut penulis menyampaikan pesan-pesan yang disampaikan melalui iklan layanan masyarakat tentang kesehatan masih sukar dipahami oleh responden. Hasil Penelitian 2 Hasil penelitian berikutnya tidak berbeda jauh hasilnya dengan penelitian yang pertama, dimana tidak semua iklan layanan masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas ditonton dalam jumlah waktu yang sama oleh responden. Diantara pesan Iklan Layanan Masyarakat yang mereka tonton dari pesan Pemakaian helm, Penggunaan jembatan penyebrangan, dan Penggunaan sabuk pengaman di dominasi oleh iklan dengan pesan Pemakaian helm dengan persentase 96%. Pemahaman responden terhadap pesan iklan layanan masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas diukur dengan meminta kesediaan responden memberi pendapatnya tentang pesanpesan yang terkandung dalam iklan layanan masyarakat 16 tersebut. Mayoritas responden (87%) memahami pesan dari iklan layanan masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas, namun sebagian di antara mereka kurang setuju dengan pesan tersebut, karena alasan menyusahkan terutama untuk penggunaan helm. Hasil kedua penelitian menunjukkan bahwa iklan layanan masyarakat yang disiarkan melalui Televisi sampai kepada khalayak, namun jumlah mereka yang dapat mengingat pesanpesan dari iklan layanan masyarakat tersebut masih kurang. Sebaiknya iklan layanan masyarakat disampaikan dengan mengemas pesan agar lebih mudah dipahami dan disiarkan pada jam perdana (prime time) agar tidak luput dari perhatian khalayak. Analisis Pada awal pendahuluan penulis menegaskan tentang efektivitas ILM, menurutnya hal yang perlu diingat bahwa efektifitas sesuatu kampanye dan iklan layanan masyarakat itu tergantung kepada sampainya pesan iklan layanan masyarakat tersebut kepada khalayak atau kelompok sasaran. Penulis melakukan 2 penelitian yang berbeda dengan menggunakan metode survei. Hal yang menjadi perhatian yaitu dalam penelitian ini penulis tidak menyampaikan alasan yang kuat baik dalam pemilihan topik iklan layanan masyarakat maupun lokasi penelitian tersebut, seperti mengapa Ia membandingkan dua iklan layanan masyarakat tentang kesehatan dengan iklan layanan masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas, dan mengapa lokasi yang di pilih kota Medan. Dalam penelitian penulis menentukan kriteria responden salah satunya yaitu “Responden pernah menonton iklan layanan masyarakat” padahal dalam tujuan penulisan diawal tertulis “untuk meneliti apakah iklan layanan masyarakat yang disiarkan melalui Televisi di Medan ditonton oleh khalayak atau tidak”. Akan lebih baik apabila tujuan penulis yaitu “untuk meneliti apakah iklan layanan masyarakat yang disiarkan melalui Televisi di Medan dipahami oleh khalayak atau tidak”, karena dalam hasil penelitian pun penulis tidak mengungkit tentang perilaku masyarakat menonton atau tidak menonton, namun berada pada aspek pemahaman penonton. Temuan dalam penelitian ini yatu kembali dimana pengemasan pesan sangat berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat sebagai khalayak, karena semakin bergulirnya waktu perkembangan iklan layanan masyarakat semakin diperhatikan dan dipandang oleh masyarakat. Penelitian ini kurang mendalam, tidak menyebutkan faktor atau penyebab mengapa pemahaman dan penyampaian iklan layanan masyarakat tidak begitu sampai pada khalayak, dari segi judul pun terlalu luas dan dari tata bahasa penulisan masih kurang ilmiah. 7. 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Edisi/Volume Bentuk Pustaka Nama Penulis : Iklan Layanan Masyarakat Tentang Cyberbullying Untuk Membentuk Awareness Masyarakat : 2013 : : Jurnal : Jurnal Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” Jatim Vol. 2 Tahun 2013 : 13-19 : Elektronik : Dani Aljafi, Aryo Bayu Wibisono 17 Alamat URL/doi : http://eprints.upnjatim.ac.id/4236/1/03.PDF Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014 Penelitian ini membahas mengenai iklan layanan masyarakat tentang cyberbullying. Dalam penelitian ini penulis meyakini bahwa Salah satu media yang digunakan untuk mengedukasi dan menumbuh-kan kesadaran masyarakat akan cyberbullying adalah dengan menggunakan media iklan layanan masyarakat. Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan seperti penghinaan, intimidasi, atau dipermalukan yang dialami anak, atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Motivasi pelakunya bukanlah karena kejahatan semata, namun kebanyakan karena marah dan ingin balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekedar hiburan pengisi waktu luang. Tidak jarang, motivasinya hanya ingin bercanda. Hal inilah yang kadang-kadang sering diabaikan oleh banyak orang, sehingga kasus Cyberbullying semakin banyak dimasyarakat. Dalam iklan layanan masyarakat cyberbullying ini menggunakan media cetak dan online dalam penyampaian informasinya, karena segmentasi yang dituju lebih menyukai media tersebut, yaitu remaja 16-24 tahun dengan karakteristik lain yang mendukung, sehingga akan lebih mudah untuk penyampaian kepada masyarakat. Iklan Layanan Masyarakat dalam kajian ini memiliki tahap rancangan sebagai berikut : 1. Melakukan penelitian awal untuk menguatkan argumentasi tentang urgensi ILM 2. Melakukan studi-studi dari berbagai literatur dan kampanye sejenis tentang cyberbullying 3. Melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang memiliki kompetensi mengenai masalah cyberbullying untuk mendapatkan ide-ide baru sebagai solusi pemecahan masalah. 4. 5. Merumuskan konsep desain 6. Mengimplementasikan dalam bentuk alternatif desain 7. Evaluasi dan revisi 8. Penggarapan Final desain Pada akhirnya ILM yang disusun menggunakan konsep “jarimu bagaikan pukulan” yang memiliki arti sebuah ejek-ejekan yang diketik pakai jari dapat memukul para korban. Harapan dari tersusunnya ILM ini adalah dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan cyberbullying. Analisis Penjelasan konsep desain yang digunakan tidak tercantum, padahal dalam tulisan dijelaskan dengan kalimat “Konsep ini didapatkan dengan cara menganalisa data-data yang didapatkan. Seperti yang tergambar pada bagan konsep berikut ini:” Tulisan tersebut terhenti dan tidak tersambung dengan paragraf berikutnya yang merupakan kesimpulan sehingga adanya materi yang terganjal. Dalam analisisnya, penulis menggunakan pisau analisis struktur iklan, AICDA, dan karakteristik media, untuk mencapai iklan yang sesuai dengan target segmen yang dituju. Namun penjabaran dari pisau analisis yang digunakan tidak tercantum dalam tulisan hasil kajian penulis, seperti dari sisi AICDA, penulis dalam tulisan hanya 18 menjabarkan definisi dari pisau-pisau analisis tersebut secara panjang lebar, tanpa mengkaitkan dengan kasus cyberbullying yang dikaji. Temuan dalam penelitian ini adalah penyampaian pesan ILM ditujukan untuk sebuah perubahan perilaku remaja memerlukan pembentukan kesadaran yang dikemas melalui strategi penggunaan media sesuai segmentasi dan slogan kalimat penyadaran yang dekat dengan sasaran dalam hal ini remaja. 8. 9. Judul : Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya Mengenai Iklan Corporate Social Responsibility Revlon Kiss For Life melalui Media Above dan Below The Line Tahun : 2013 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Jurnal E-Komunikasi VOL I. NO.1 TAHUN 2013 : 1-12 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Vera Arindita Alamat URL/doi : https://studentjournal.petra.ac.id Tanggal diunduh : 5 November 2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan perempuan Surabaya mengenai iklan CSR Revlon Kiss for Life melalui media above dan below the line dimana pesan didalamnya mengenai kepedulian terhadap perempuan dan memiliki spesifikasi target iklan khusus kepada perempuan. Iklan Kiss for Life, Revlon Indonesia menyampaikan kegiatan CSR mengenai kepedulian terhadap perempuan dengan membantu wanita penderita penyakit berbahaya di Indonesia, di antaranya, kanker serviks, kanker payudara, lupus, demensia, mioma uteri/tumor rahim, kista ovarium, endometrosis, dan toxoplamosis. Kemudian hal tersebut penulis kaitkan melalui penelitian ini dengan perempuan yang tinggal di kota dengan predikat sebagai Kota Peduli Perempuan, apakah memiliki kognitif yang tinggi mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan perempuan. Metode penelitian yang diunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan survai. Indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat pengetahuan adalah elemen iklan visual imagery dari John Rossiter (1982, p. 1-5) yaitu: konten visual lebih mendapat perhatian daripada konten verbal, penggunaan high imagery visual (secara lebih konkret) daripada visual yang abstrak, menggunakan warna dalam visual untuk motivasi secara emosional, “berinteraksi” atau merelasikan produk dengan pengguna atau konteks penggunaan dalam penggambaran visual, dan high visual imagery bekerja jauh lebih baik daripada “instruksi” untuk membayangkan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan melalui SPSS penulis mengemukakan bahwa dapat disimpulkan iklan Kiss for Life memiliki visual imagery yang dapat membangkitkan pemahaman dan ingatan khalayak yang menonton/melihat/ membaca iklan tersebut dalam memaknai pesan Kiss for Life. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Gilmer bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berpikir dan pemahaman individu terhadap suatu objek (Gilmer, 1970), dalam hal ini pengetahuan mengenai pesan kepedulian perempuan Kiss for Life muncul karena pemahaman dari iklan melalui media above dan below the line. Kemudian hasil lainnya adalah media yang paling banyak diketahui responden dan memiliki tingkat pengetahuan tertinggi adalah melalui media 18elevise. Melalui media 18elevise, visual imagery, interaksi, dan 19 pesan tersampaikan dengan baik karena dari 42 responden tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan rendah (0.0%). Sesuai dengan pernyataan Shimp yang mengatakan bahwa konsumen paling besar kemungkinannya untuk merespon stimuli yang melayani kebutuhan kognitif mereka, apa yang membuat mereka merasa nyaman dan senang, serta memiliki kesamaan dengan informational goals mereka (Shimp, 2000, p. 184-185). Stimulus yang diberikan berupa visual imagery pada iklan Kiss for Life dan kesamaan informational goal perempuan Surabaya mengenai kepedulian perempuan juga turut menentukan seberapa banyak informasi yang diterima seseorang yang tersimpan dalam ingatan Berdasarkan interpretasi dan analisis data yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perempuan Surabaya mengenai Iklan CSR Revlon Kiss for Life melalui media above dan below the line tergolong sedang. Hal ini dikarenakan ketika frekuensi pemunculan suatu iklan di media massa meningkat terus, maka akan ditemui suatu titik di mana peningkatan lebih lanjut tidak memberikan efek apa-apa. Responden yang mendapatkan informasi iklan dari bermacam-macam media ada kecenderungan bahwa detail pada masing-masing media menjadi kabur karena mereka menggabungkan pengetahuannya yang didapat dari satu media dengan media lain. Sehingga, responden hanya memperhatikan pada stimuli ataupun informasi tertentu dan mengaburkan beberapa informasi lainnya. Hal ini tampak pada beberapa item pada jawaban pernyataan mengenai iklan Kiss for Life di media above dan below the line, responden lebih banyak yang tidak mengetahui daripada yang mengetahui. Inilah yang mengakibatkan menurunnya hasil tingkat pengetahuan tinggi pada media prioritas menjadi tergolong sedang pada pengetahuan gabungan media above dan below the line yang dipilih responden. Analisis Dalam penelitian ini penulis telah menjabarkan alasan spesifikasi kekhususan pada perempuan sebagai sasaran kajian dan lokasi, karena sejak 22 Desember 2011, Walikota Surabaya bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP & PA) melakukan launching Program Surabaya sebagai Kota Peduli Perempuan. Alasan tersebut juga penulis memperkuat dengan menggunakan pernyataan Shimp yang mengatakan bahwa konsumen paling besar kemungkinannya untuk merespon stimuli yang melayani kebutuhan kognitif mereka, apa yang membuat mereka merasa nyaman dan senang, serta memiliki kesamaan dengan informational goals mereka (Shimp, 2000) yaitu dalam hal ini mengenai kepedulian terhadap perempuan. Pemilihan usia sasaran sangat bagus karena sesuai dengan alasan target Revlon sendiri, serta sasaran dipilih berdasarkan kriteria yang sesuai, seperti yang dijelaskan di halaman dua. Dalam penelitiannya, penelitian ini juga terlebih dahulu membandingkan dengan hasil-hasil penelitian ILM lain, terutama yang berkaitan dengan program CSR seperti “Aqua”, “Koversi Energi Elpiji”, namun dalam hal ini peneliti mengakui bahwa iklan ini bukan merupakan iklan layanan masyarakat. Teknik pengolahan data melalui SPSS dirasa sebagai teknik yang tepat mengingat metode survei yang digunakan penulis, hal yang menarik dalam tulisan penelitian ini yaitu, setiap dari hasil interpretasi data yang diolah penulis menambahkan teori untuk memperkuat argumen interpretasinya, seperti pada kalimat berikut, “....dapat dilihat bahwa media yang paling banyak diketahui responden dan memiliki tingkat pengetahuan tertinggi adalah melalui media televisi. Melalui 20 media televisi, visual imagery, interaksi, dan pesan tersampaikan dengan baik karena dari 42 responden tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan rendah (0.0%). Seperti dikatakan oleh John Rossiter bahwa gambaran nyata lebih memudahkan orang untuk melekatkan label verbal pada visual material yang dilihatnya (Rossiter, 1982).” Temuan dalam penelitian ini adalah ketika frekuensi pemunculan suatu iklan di media massa meningkat terus, maka akan ditemui suatu titik di mana peningkatan lebih lanjut tidak memberikan efek apa-apa. Responden yang mendapatkan informasi iklan dari bermacam-macam media ada kecenderungan bahwa detail pada masing-masing media menjadi kabur karena mereka menggabungkan pengetahuannya yang didapat dari satu media dengan media lain. Sehingga, responden hanya memperhatikan pada stimuli ataupun informasi tertentu dan mengaburkan beberapa informasi lainnya. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penulis, adanya penelitian lebih dalam hingga mencapai aspek afektif dan konatif serta perubahan perilaku dari adanya iklan-iklan layanan masyarakat atau iklan lainnya yang berpengaruh terhadap pembangunan. 21 9. 10. Judul : Studi Efek Iklan Layanan Masyarakat Tentang Anjuran Membayar Pajak Melalui TVRI Kaltim (Studi Tentang Anjuran Membayar Pajak yang Dilakukan DISPENDA Kota Samarinda) Tahun : 2013 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-323 Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Muhammad Reyza Shahab Alamat URL/doi : http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/jurnal%20asli%20(0603-13-02-05-11).pdf Tanggal diunduh : 5 November 2014 Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis efek iklan layanan masyarakat tentang anjuran membayar pajak yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda. Secara garis besar penelitian ini menyimpulkan bahwa efek yang disampaikan dari iklan pajak tersebut kurang baik, karena iklan pajak tersebut hanya ditujukan kepada para pengusaha saja sehingga efek yang timbul pada masyarakat hanya berupa efek kognitif sedangkan pada efek afektif dan behaviorial kurang begitu efektif. Latar belakang adanya penelitian ini karena kurangnya kesadaran kritis masyarakat dalam membayar pajak daerah karena minimnya pengetahuan dan informasi masyarakat tentang pajak daerah. Untuk menanggapi hal tersebut maka Direktorat Jenderal Pajak (DJP) secara rutin memberikan Iklan Layanan Masyarakat dengan menggunakan berbagai media salah satunya televisi. Diharapkan dengan adanya Iklan Layanan Masyarakat tersebut dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pajak sehingga mereka menjadi sadar akan pentingnya membayar pajak. Seperti halnya pemerintah pusat, pemerintah Kota Samarinda khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda juga melakukan hal yang sama yaitu membuat Iklan Layanan Masyarakat tentang anjuran dalam membayar pajak melalui stasiun televisi daerah TVRI Kaltim Dalam penelitian ini, penulis menggunakan definisi konsepsional dalam menjabarkan maksud penelitiannya yaitu; efek Iklan Layanan Masyarakat merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri khalayak akibat menerima pesan-pesan yang bersifat sosial melalui televisi. Melalui pesan yang disampaikan tersebut akan menimbulkan efek bagi khalayak berupa : efek kognitif, efek afektif dan efek behaviorial. Salah satu iklan layanan masyarakat yang dibuat untuk menyukseskan program pembangunan negara adalah iklan wajib pajak. Jadi melalui pesan yang disampaikan Iklan Layanan Masyarakat tentang pajak diharapkan dapat menimbulkan respon yang baik bagi masyarakat. Seperti meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta pemahaman masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk kesejahteraan bersama. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Penelitian ini fokus mengukur perubahan kognitif, afektif, dan behaviorial sasaran. Pembahasan penelitian hasil studi lapang menyebutkan bahwa masyarakat yang membayar pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda memiliki tingkat pengetahuan yang sedang atau cukup baik terhadap informasi yang diperoleh 22 masyarakat tentang pajak. Di samping itu, pemahaman masyarakat tentang pentingnya membayar pajak masih kurang karena dinilai belum semuanya merata. Dalam arti tingkat perolehan informasi masyarakat masih sangat minim serta pemahaman masyarakat tentang pajak belum semuanya merata sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak masih rendah. Jadi, sejauh ini hanya efek kognitif yang efektif dalam memberikan dampak kepada khalayak untuk membayar pajak sebagai contoh masyarakat lebih mengerti tentang peran pajak dalam meningkatkan fasilitas Kota Samarinda agar lebih berkembang masyarakat khususnya pengusaha harus taat dalam membayar pajak. Berdasarkan pembahasan selanjutnya mengenai efek afektif menyebutkan bahwa perasaan bangga masyarakat menjadi masyarakat taat bayar pajak di Dinas Pendapatan Daerah kota Samarinda sudah sangat baik khususnya masyarakat yang membayar pajak banyak sekali. Di samping itu mengenai tidak adanya keterpaksaan masyarakat atau merasa ditipu dalam membayar pajak di Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda memang benar adanya walaupun ada sebagian masyarakat ingin mengetahui mengenai transparansi dari pihak pajak kemana uang tersebut seharusnya disalurkan. Namun pada kenyataannya efek afektif dinilai kurang efektif dalam memberikan dampak terhadap masyarakat yang ingin membayar pajak karena mereka menganggap iklan pajak tersebut kurang menarik. Selanjutnya mengenai efek behaviorial penelitian mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat untuk tetap membayar pajak sesuai dengan ketentuan wajib pajak di Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda sudah semakin meningkat terkait dengan antusiasme masyarakat yang datang untuk membayar pajak. Di samping itu pengaruh iklan pajak dalam membentuk masyarakat yang taat dalam membayar pajak dinilai masih kurang karena selain durasinya terlalu singkat juga isi pesan yang ingin disampaikan hanya berupa himbauan bukan edukasi. Jadi, efek behaviorial yang terdapat pada iklan pajak yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda masih belum bisa memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat karena mereka merasa iklan pajak tersebut kurang menarik dan tidak kreatif terkait dengan durasi yang diberikan terlalu singkat, isi pesan hanya berupa himbauan bukan edukasi dan dari segi visual sangat monoton sekali. Analisis Penelitian ini dimaksudkan sebagai penelitian kualitatif, namun peneliti tidak mengambil responden dari khalayak yang pernah menonton Iklan Layanan Masyarakat di TVRI itu sendiri. Responden dari penelitian ini yang tergambar hanyalah sepihak yaitu dari pemerintah daerah, Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda, sebagai penyedia ILM. Padahal sesuai dengan kriteria ILM sendiri salah satunya yaitu, diperuntukan untuk semua lapisan masyarakat. Menurut saya, penelitian ini masih kurang mendalam dan mewakili khalayak itu sendiri, karena data yang diperoleh masih kurang reliabel. Pada pembahasan dan hasil lapang mengatakan bahwa efek kognitif telah efektif, namun hasil yang diperoleh oleh peneliti menunjukan hal yang bertentangan yaitu pemahaman masyarakat tentang pentingnya membayar pajak masih kurang karena dinilai belum semuanya merata. Kemudian tingkat perolehan informasi masyarakat masih sangat minim serta pemahaman masyarakat tentang pajak belum semuanya merata sehingga kesadaran masyar akat akan pentingnya membayar pajak masih rendah. Penjelasan tersebut bertolak dengan efektifnya efek kognitif dari ILM yang dianalisis oleh peneliti. Berbeda dengan pembahasan efek afektif dan behaviorial 23 yang memberikan alasan sesuai yaitu karena masyarakat menganggap iklan kurang menarik sehingga menurut peneliti efek afektif dan behaviorial kurang efektif. Temuan dalam penelitian ini adalah efektivitas ILM lebih mudah mempengaruhi dan memberikan efek kognitif dan afektif dikarenakan untuk mencapai efek behaviorial perlu adanya strategi kemasan pesan lebih lanjut yang disebabkan oleh hampir dari sebagin besar ILM memiliki pesan yang kurang persuasif. 11. Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia Versi Ingat 3D dan Pengaruhnya terhadap Sikap Khalayak di Kota Semarang pada Periode Januari Hingga Oktober 2010 Tahun : 2011 : Jenis Pustaka : Jurnal Edisi/Volume : Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Aryo Sudiantoro Alamat URL/doi : http://eprints.undip.ac.id/28818/1/Jurnal.pdf Tanggal diunduh : 5 November 2014 Latar belakang penelitian ini adalah menganalisis salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mencegah peredaran uang palsu melalui penayangan Iklan Layanan Masyarakat versi Ingat 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Iklan tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan cara mengidentifikasi uang palsu kepada masyarakat luas agar menyadari bahwa bahaya kejahatan uang palsu setiap saat dapat dialami oleh setiap orang yang melakukan transaksi secara tunai. Salah satu media yang digunakan Bank Indonesia dalam penayangan Iklan Layanan Masyarakat versi Ingat 3D adalah menggunakan media televisi (TV). Penggunaan televisi didasari karena televisi memiliki kemampuan menyatukan fungsi audio dan visual serta dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu bersamaan (Kasali, dalam Soehartami, 2006) begitu yang dikutip oleh penulis. Terdapat berbagai teknik dan pendekatan yang digunakan dalam upaya meningkatkan efektifitas pesan ILM versi Ingat 3D kepada khalayak sasaran, antara lain dengan konsep daya tarik iklan yang kreatif, konsep perancangan skenario penyampaian pesan iklan yang tepat, serta penentuan jumlah frekuensi siar yang tepat. Berdasarkan latar belakang yang disusun, peneliti menyusun rumusan masalah yaitu “Apakah Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D efektif dalam meningkatkan sikap khalayak terhadap iklan dari sisi pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan?” Dalam tulisan penelaahan pustakanya, penulis memberikan hipotesis-hipotesis yang ia dapat hasil dari pustakanya tersebut, antara lain : H1 : Semakin tinggi daya tarik iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan. H2 : Semakin baik kualitas pesan iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan H3 : Semakin tinggi frekuensi iklan, maka semakin tinggi efektivitas iklan H4 : Semakin tinggi efektivitas iklan, maka semakin tinggi pengaruhnya pada sikap terhadap iklan. Dari keempat hipotesisnya disimpulkan yang menjadi kerangka pemikiran teoritis dari peneliti yaitu adanya tiga variabel faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan, yaitu daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan sehingga efektivitas iklan tersebut membentuk sikap terhadap iklan. 24 Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif melalui kuisioner, analisis uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik (Uji Multikolineasritas,Uji Heteroskedastisitas, Uji Normalitas ), analisis regeresi linier berganda, Uji goodnes fit (Uji T, Uji F, Uji Koefisien Determinasi) menunjukan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa daya tarik iklan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukkan tingkat signifikan, dimana probabilitas variabel sebesar 0,008 lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,286, yang berarti semakin tinggi daya tarik iklan maka semakin tinggi pula efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. 2. Hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa kualitas pesan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statstik yang menunjukkan tingkat signifikansi, dimana probabilitas variabel sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikan yaitu 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,438, yang berarti semakin tinggi kualitas pesan iklan maka semakin tinggi pula efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. 3. Hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa frekuensi penayangan iklan berpengaruh positf namun tidak signifikan terhadap efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukkan tingkat signifikan, dimana probabilitas variabel sebesar 0,220 lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,099, yang berarti semakin tinggi frekuensi penayangan iklan maka semakin tinggi pula efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D. 4. Hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa efektivitasiklan berpengaruh secara signifikan pada sikap tehadap Iklan Layanan Masyarakat BankIndonesia versi Ingat 3D. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukkantingkat signifikan, dimana probabilitas variabel sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkatsignifikan yaitu 0,05. Penelitian ini menghasilkan koefisien positif sebesar 0,656, yang berartisemakin tinggi efektivitas iklan maka semakin tinggi pula sikap terhadap Iklan LayananMasyarakat Bank Indonesia versi Ingat 3D Dari hasil dan simpulan penelitian menyatakan bahwa hampir semua hipotesis diterima namun tidak seutuhnya karena berdasarkan data kuantitiatif yang diperoleh terdapat faktor-faktor lain dalam jumlah presentase yang cukup, mempengaruhi variabel-variabel tersebut yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Analisis Dalam penelitian ini turut menggunakan konsep pemasaran sosial, hal ini cukup berbeda dengan penelitian lain yang biasanya hanya menggunakan konsep iklan yang kemudian dijuruskan kepada ILM dari segi definisi hingga karkteristik. Kemudian peneliti mengemukakan hipotesisnya dari setiap tinjauan teoritis yang disusun, sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti alur pemikiran peneliti saat sampai pada kerangka pemikiran teoritis yang digunakan. Penelitian kuantitatif ini membuktikan penerimaan keempat hipotesisnya namun tidak menjelaskan secara detil faktor-faktor penting lain yang mempengaruhi. Karena hanya sekedar membuktikan bahwa kerangka pemikiran peneliti dengan variabel Daya 25 tarik, kualitas pesan, dan penayangan mempengaruhi efektivitas iklan. Sementara efektivitas iklan itu sendiri tidak dapat diketahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan tidak menemukan sikap seperti apa yang dihasilkan terhadap iklan tersebut. Menurut saya penjelasan tentang sikap dapat dibahas lebih panjang oleh penulis apabila menggabungkan penelitian dengan kualitatif. Temuan dalam penelitian ini adalah adanya tiga faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan, yaitu daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan sehingga efektivitas iklan tersebut membentuk sikap terhadap iklan. 26 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Bentuk Penyampaian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat sebagai salah satu konsep komunikasi pemasaran bertujuan untuk merubah dan membentuk perilaku masyarakat. Dengan tujuan yang tidak komersil tersebut, namun bukan menjadi hal yang mudah untuk sebuah iklan layanan masyarakat dalam mencapai tujuannya. Tentu, sebagai iklan layanan masyarakat berbentuk audiovisual yang kerap kali tayang di televisi memerlukan tahapan tahapan dalam mencapai efektivitasnya yang dapat diukur dari adanya perubahan aspek aspek tertentu. Dalam penelitian Shahab (2013) mengukur ketercapaian efektivitas ILM melalui perubahan aspek kognitif, afektif dan behavioural. Tidak jauh berbeda Sudiantoro (2011) dalam penelitiannya menjadikan perubahan sikap sebagai alat ukur dari efektivitas iklan layanan masyarakat. Adanya penelitian terdahulu seperti dalam penelitian Khairifa (2007) memperoleh hasil bahwa iklan layanan masyarakat sampai pada khalayak namun seringkali khalayak belum bisa mencermati pesan-pesan iklan layanan masyarakat yang sudah ada. Kemudian penelitian Arindita (2013) bahwa efektivitas iklan seringkali tercapai didukung oleh bentuk penyampaian dan frekuensi penayangan iklan namun hanya berada pada ketercapaian aspek kognitif saja. Penelitian kuantitatif sebelumnya dari Sudiantoro (2010) menyebutkan bahwa iklan layanan masyarakat terbilang efektif dipengaruhi oleh faktor daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan. Kondisinya iklan layanan masyarakat sangat berpotensi untuk menjadi media pembentuk partisipasi yang efektif meskipun tidak jarang adanya iklan layanan masyarakat sendiri belum mencapai efektivitas yang diharapkan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklan Layanan Masyarakat Dalam pencapaian efektivitas iklan layanan masyarakat tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Berdasarkan penelitian-penelitian dalam Bab Ringkasan, ditemukan dua klasifikasi faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan layanan masyarakat, antara lain faktor khalayak dan faktor pesan iklan layanan masyarakat, dan faktor penyampaian iklan layanan masyarakat. 1. Faktor khalayak ada dan berpengaruh karena khalayak berperan sebagai receiver atau sebagai pihak yang mengonsumsi media. Khalayak memiliki kuasa dalam memilih informasi yang ingin dikonsumsi bahkan yang dibutuhkan oleh mereka. Dijelaskan dalam penelitian Arindita (2013) , bahwa pertama, tingkat pengetahuan khalayak turut mempengaruhi efektivitas ILM. Dari penelitiannya responden yang mendapatkan informasi iklan dari bermacam-macam media memiliki kecenderungan informasi yang diterima dari masing-masing media menjadi kabur karena mereka menggabungkan pengetahuannya yang didapat dari satu media dengan media lain. Sehingga apa yang diterima oleh khalayak merupakan informasi yang mereka pilih. 27 Kedua, kebiasaan sasaran. Perbedaan dan spesifikasi khalayak sebagai sasaran juga menetukan efektivitas dari ILM itu sendiri hasil penelitian Sugoto .et all 2009 yang menjadikan remaja sebagai spesifikasi sasarannya menyebutkan dengan melirik kebiasaan sasaran dapat menjadi salah satu acuan dalam upaya mencapai tujuan ILM secara efektif. Seperti penggunaan media audiovisual, penempatan iklan sesuai dengan kebiasaan sasaran serta media unconventional merupakan salah satu strategi dalam penyampaian pesan kepada sasaran berupa remaja di era global ini. 2. Faktor pesan iklan layanan masyarakat, terdapat pada penelitian Sudiantoro (2011) tentang iklan layanan masyarakat dalam menanggapi uang palsu oleh Bank Indonesia versi “Ingat 3D”, sebagai salah satu penelitian yang membuktikan adanya tiga faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan, yaitu daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, dan frekuensi penayangan iklan sehingga efektivitas iklan tersebut membentuk sikap terhadap iklan. Kesalahan dalam pengemasan pesan seringkali dapat menjadi bumerang bagi media, bahkan sang pemilik pesan itu sendiri. Asumsinya, sebuah ILM memiliki objektivitas yang tinggi. Sebuah ILM yang hakikatnya merupakan sebagai layanan publik, seringkali dipakai/difungsikan menjadi medium untuk melakukan pembenaran terhadap kepentingankepentingan tertentu milik sekelompok golongan, hal tersebut salah satunya disebabkan karena ILM dapat berasal dari berbagai pihak yang berkepentingan dan memiliki kuasa untuk membuatnya. Tidak jarang ILM dinilai berubah menjadi propaganda yang mengedepankan kepentingan tertentu namun diselubungi seolaholah kepentingan bersama. ILM menjadi sebuah wacana substream, atau bahkan false campaign. Berdasarkan penelitian Hagijanto (2006) keadaan inilah yang seringkali menimbulkan keresahan dan kemudian digugat serta dipertanyakan keabsahan objektifitasnya, sebab menjadi memihak. Kemudian, proses identifikasi khalayak maupun product knowledge yang berkaitan dengan pemilihan pendekatan yang tepat. 3. Faktor penyampaian pesan, yaitu bagaimana pesan yang telah dikemas kemudian disampaikan kepada penerima pesan. Terlihat dalam salah satu faktor yang ditemukan oleh penelitian Sudiantoro (2011) sebelumnya bahwa frekuensi penayangan iklan layanan masyarakat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan layanan masyarakat. Begitupun pemilihan aktor yang dijadikan figur dalam menyampaikan pesan, penelitian dari Natadjaja (2010) mengatakan bahwa seringkali aktor dalam ILM mengalami reposisi yang pada awalnya diharapkan menunjukan realitas masyarakat, namun membelok menjadi menunjukan realitas subjektif dari sang pencipta ILM. Hal ini sulit dihindari karena berkaitan langsung dengan persepsi masyarakat dan citra dari aktor tersebut. Sekalipun aktor yang dipilih bukanlah seorang publik figur yang bermasalah, namun pemilihan pesan dan slogan seperti dalam iklan pajak yang ada di bab ringkasan sebelumnya, merupakan contoh bagaimana peran dari penyampaian pesan oleh aktor sangat berpengaruh terhadap efektivitas ILM itu sendiri. Permasalahan yang diangkat oleh ILM pun harus signifikan mempengaruhi kondisi masyarakat, sehingga ILM dapat menjadi plural. Khairifa (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penyampaian pesan dalam ILM sangat berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat sebagai khalayak, karena semakin bergulirnya waktu perkembangan iklan layanan masyarakat semakin diperhatikan dan dipandang oleh masyarakat dengan mayoritas khalayak menonton ILM pada televisi swasta. Hal ini sehubungan dengan pemahaman akan pesan dari ILM sendiri, dipandang masih terpengaruh pada kepentingan khalayak. Sebaiknya iklan 28 layanan masyarakat disampaikan dengan mengemas pesan agar lebih mudah dipahami dan disiarkan pada jam perdana (prime time) agar tidak luput dari perhatian khalayak. Sehubungan dengan faktor penyampaian dalam hal frekuensi penayangan, teori dari Bungin (2008) dirasa sesuai dengan hasil penelitian yang sudah ada, bahwa sifat yang umumnya ada dalam iklan televisi adalah waktu tayangannya yang pendek namun cenderung memaksakan ide tertentu. Karena sifat tayangannya yang pendek dan sifat televisi pula maka tayangan iklan televisi cepat saja berlalu, sehingga dalam waktu yang singkat itu, iklan televisi harus mampu meninggalkan kesan tertentu pada pemirsa. Kesan-kesan itu bisa berupa satu atau dua kata, namun harus cepat dapat diingat pemirsa. Pengaruh Iklan Layanan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Partisipasi Pembangunan Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi seringkali hanya ditentukan secara masif, yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan (Lubis, 2009). Lubis (2009) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa faktor keberhasilan pembangunan dari sisi faktor sosial dan politik, meliputi: tingkat kepercayaan masyarakat (public trust), legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), kualitas layanan (public service quality), dan mencegah pembangkangan publik (public disobedience). Adanya bahasan faktor tersebut, didukung oleh empat faktor lain yang menentukan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan, yaitu; partisipasi dan transparansi, legitimasi, akuntabilitas, dan layanan publik. Penelitian Kali (2011) menambahkan bahwa faktor ekonomi sebagai salah satu penghambat jalannya partisipasi terhadap pembangunan. Kemudian ketepatan dalam pengemasan dan cara penyampaian pesan sangat berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya partisipasi masyarakat. Faktor keterhambatan sosialisasi berdampak cukup panjang, karena dari sosialisasi yang terhambat itu menyebabkan pemahaman masyarakat akan program menjadi rendah. Rendahnya pemahaman tersebut menimbulkan keterkaitan rendahnya partisipasi dalam tahapan yang berbeda. Dalam tahap perencanaan masyarakat kurang memahami dan mendapatkan akses terhadap informasi sehingga mereka tidak dapat turut berperan banyak dalam perencanaan. Kemudian dalam tahap pelaksanaan masyarakat yang memiliki pemahaman rendah akan program tersebut merasa program itu hanyalah program pemerintah dan masyarakat tidak memiliki kepentingan dan kebutuhan dalam program tersebut. Partisipasi sebagai bentuk tindakan dari masyarakat dalam menanggapi pembangunan dari pemerintah, terpengaruh oleh iklan layanan masyarakat. Dimana menurut teori dari Pujiyanto (2013) bahwa adanya tugas iklan layanan masyarakat bila 29 ditinjau dari proses komunikasi adalah: (1) untuk menimbulkan kesadaran masyarakat, (2) memberi pemahaman informasi agar masyarakat yang belum menyukai atau tidak menyukai dapat dirayu untuk mempelajarinya, (3) langkah keyakinan atau sikap, yaitu bagaimana agar masyarakat ada niatan untuk membacanya, (4) tahap tindakan, mengadakan tindakan atau langkah baru untuk mengikuti apa yang diinformasikan. Hal ini berkaitan dengan salah satu faktor keberhasilan pembangunan dari sisi faktor sosial dan politik yaitu tingkat kepercayaan masyarakat (public trust). Ketepatan dalam pengemasan dan cara penyampaian pesan sangat berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya partisipasi masyarakat. Media sebagai salah satu alat sosialisasi yang menanggapi permasalahan sosial serta mencoba menjawab kebutuhan khalayak/masyarakat sebagai sasarannya, ikut berperan dalam membentuk kesadaran dan pemahaman masyarakat yang mana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktor Iklan Layanan Masyarakat Salah satu penelitian tentang ILM yang mengalami false campaign menyimpulkan bahwa ILM mampu menjadi penghambat partisipasi masyarakat, karena ketika ILM tersebut dinilai oleh masyarakat sebagai ambiguitas antara realitas dengan rekayasa subjektif pemerintah menimbulkan persepsi bahwa pada kenyataan penguasa media (dalam hal ini pemerintah) lah yang menang. Sebab dengan mudah birokrasi itu menjangkau sisi-sisi objektif yang dituntut dari sebuah pesan dan media dalam konteks ILM dan memutarbalikkannya menjadi suatu bentuk komunikasi yang berbias, ambigu, dan subjektif sarat kepentingan tertentu. Agar ILM menjadi medium yang menciptakan kenyamanan bersama dan kampanye ILM tidak berubah menjadi empty discourse apalagi false campaign yang dapat mengancam integritas bangsa diperlukan pemahaman yang mendalam akan hal-hal seperti: objek kajian ILM, tema, media, kepentingan, dan siapa yang menjadi khalayak ILM itu, perlu dilakukan lagi klasifikasi yang lebih terfokus siapa khalayak primer dan khalayak sekundernya. (Hagijanto, 2006) Maka dari itu, sesuai dengan yang disampaikan Pujiyanto (2013) bahwa iklan layanan masyarakat sebagai media komunikasi sebaiknya memerhatikan rumus AIDA+S yaitu A: Attention (menarik perhatian), I: Interest (menimbuljan minat lebih dalam, D: Desire (keinginan untuk mengikuti, A; Action (menimbulkan tindakan), dan S: Satisfication (menimbulkan kesan). Iklan layanan masyarakat harus didesain seindah mungkin agar mendapatkan perhatian (attention). Adanya perhatian ini akan menimbulkan kesan pertama bagi masyarakat, dan akan meningkat menjadi interest (minat lebih dalam). Masyarakat akan mengamati dari dekat apa isi di dalamnya, kemudian emosi masyarkaat dirangsang dan meningkat menjadi desire (keinginan audiens). Apabila desire oada masyarakat telah diciptakan, maka dapat diharapkan bahwa masyarakat yang bersangkutan akan mengikuti pesan atau saran ILM tersebut (action). Hal tersebut tidak harus berhenti pada action dalam melakukan tindakan saja, tetapi kesemuanya itu dapat dikatakan sempurna apabila pada akhirnya masyarakat merasa puas dengan apa yang dilakukannya, sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi dalam pembangunan yang disampaikan melalui media ILM tersebut. 30 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Iklan layanan masyarakat sebagai perpanjangan tangan dari suatu realita sosial dalam upaya menghadapi permasalahan sosial seringkali menjadi tantangan dalam pencapaian tujuannya yaitu membentuk tindakan yang sesuai dengan harapan pengiklan. Tindakan yang merupakan sebuah partisipasi dalam pembangunan ini tidak akan tercapai secara maksimal apabila efektivitas dari ILM tersebut terbilang lemah. Bahkan tidak jarang ILM mengalami kekeliruan sehingga mengakibatkan timbal balik yang bertolak belakang dari harapan. Efektivitas iklan layanan masyarakat yang dapat diukur dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan behavioural. Kemudian adanya beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan layanan masyarakat dan dapat dibedakan menjadi faktor khalayak dan faktor kualitas iklan layanan masyarakat. Faktor khalayak yang berpengaruh antara lain : (1) tingkat pengetahuan khalayak dan (2) kebiasaan sasaran. Kemudian faktor kualitas pesan dibedakan antara lain : (1) kualitas pesan, (2) waktu dan frekuensi penayangan, dan (3) pemilihan aktor dan penggunaan slogan. Apabila menarik benang merah antara ILM dengan partisipasi, terlihat kaitan antara tugas ILM dengan salah satu faktor keberhasilan pembangunan dari sisi faktor sosial dan politik yaitu tingkat kepercayaan masyarakat (public trust). Kepercayaan masyarakat sebagai faktor keberhasilan pembangunan dapat diwujudkan melalui iklan layanan masyarakat yang efektif. Keterkaitan selanjutnya yaitu mengenai ketepatan dalam pengemasan dan cara penyampaian pesan sangat berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya partisipasi masyarakat. Media dalam hal ini iklan layanan masyarakat sebagai salah satu alat sosialisasi yang menanggapi permasalahan sosial serta mencoba menjawab kebutuhan khalayak/masyarakat sebagai sasarannya, ikut berperan dalam membentuk kesadaran dan pemahaman masyarakat yang mana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Rumus AIDA+S dapat dijadikan salah satu pertimbangan penting bagi ILM dalam melaksanakan tugasnya ketika dapat dipadu dengan solusi dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas ILM sehingga menimbulkan timbal balik dari ILM berupa partisipasi atau tindakan yang sejalan dengan pembangunan. Perumusan Masalah Penelitian Skripsi Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan untuk mencapai pembangunan yang efektif dan efisien. Pemahaman dan rasa kepedulian masyarkat terhadap pembangunan merupakan salah satu pendorong hadirnya partisipasi. Citra dari pemerintah selaku sumber pembangunan pun sangat berpengaruh dalam hadirnya partisipasi masyarakat. Melalui pelayanan publik diantara kepentingan pemerintah membangun bangsa dan negara yang maju, partisipasi dapat digugah keberadaannya guna mendukung program pemerintah secara efektif dan efisien. Iklan layanan masyarakat sebagai media massa dan layanan publik memiliki tugas untuk membentuk kepercayaan masyarakat dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang program pemerintah sebagai upaya pembangunan, sehingga terbentuk partisipasi masyarakat yang kemudian menjadi kunci pembangunan yang sesuai dan berkelanjutan. Oleh karena itu iklan layanan masyarakat bisa digunakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang cukup efektif dan efisien, menimbang hampir semua masyarakat Indonesia saat ini sudah memiliki televisi. Hampir dari setiap penelitian sebelumnya belum mencapai spesifikasi tentang suatu iklan layanan 31 masyarakat dan pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berdiri pada 1 Januari 2014 lalu merupakan program pemerintah perpanjangan dari Askes (Asuransi Kesehatan). Program kesehatan yang sangat gencar dan hangat dibicarakan saat ini yaitu BPJS Kesehatan berbeda dengan Askes karena pesertanya memungkinkan untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia. BPJS Kesehatan sendiri tidak terbatas usia dari bayi hingga lansia, bahkan perusahaan swasta pun harus mendaftarkan karyawan mereka pada layanan jaminan sosial tersebut. Dengan kemudahan akses yang ditawarkan oleh program tersebut, menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh sosialisasi iklan layanan masyarakat BPJS Kesehatan terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan masalah penelitian skripsi yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas iklan layanan masyarakat BPJS Kesehatan dalam mendorong partisipasi masyarakat desa dalam pemeliharaan kesehatan? 2. Faktor apa saja yang memengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan? 32 Usulan Kerangka Analisis Baru Iklan layanan masyarakat dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh faktor yang dibedakan dari dua sisi, yaitu faktor khalayak dan kualitas iklan layanan masyarakat. Faktor khalayak dapat dijabarkan menjadi beberapa faktor yang berpengaruh antara lain : (1) tingkat pengetahuan khalayak dan (2) kebiasaan sasaran. Kemudian kualitas iklan layanan masyarakat dijabarkan menjadi tiga faktor yang dapat dibedakan : (1) kualitas pesan, (2) waktu dan frekuensi penayangan, dan (3) pemilihan aktor dan penggunaan slogan. Dalam mencapai salah satu tujuannya yaitu perubahan sikap dan perilaku dari khalayak yang diharapkan oleh produsen iklan layanan masyarakat sebagai efektivitas yang diukur melalui aspek kognitif, afektif, dan behavioural , iklan layanan masyarakat memiliki tugas sebagai layanan publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan mengembalikan kepercayaan publik. Hal tersebut merupakan irisan antara tugas dari iklan layanan masyarakat dengan faktor peningkat partisipasi masyarakat, dimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat menjadi tujuan akhir dari adanya iklan layanan masyarakat. Faktor Khalayak 1. Tingkat Pengetahuan khalayak 2. Kebiasaan sasaran Iklan Layanan Masyarakat 1. Kognitif 2. Afektif 3. Behavioural Faktor Kualitas ILM 1. kualitas pesan 2. waktu dan frekuensi penayangan 3. pemilihan aktor dan penggunaan slogan. Gambar. 2 Kerangka Analisis Baru Partisipasi masyarakat dalam pembangunan : 1. Kepercayaan publik 2. Kualitas layanan publik, dan 3. Pemahaman masyarakat 33 Daftar Pustaka Aljafi D, Wibisono AB. 2013. Iklan Layanan Masyarakat Tentang Cyberbullying Untuk Membentuk Awareness Masyarakat. Jurnal Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” Jatim. [internet]. [20 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari : http://eprints.upnjatim.ac.id/4236/1/03.PDF Arindita, Vera. 2013. Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya Mengenai Iklan Corporate Social Responsibility Revlon Kiss For Life Melalui Media Above Dan Below The Line. Jurnal E-Komunikasi. [internet]. [5 November 2014]. 1(1): 1-12. Dapat diunduh dari : https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=18&cad= rja&uact=8&ved=0CEUQFjAHOAo&url=http%3A%2F%2Fstudentjournal.petra. ac.id%2Findex.php%2Filmukomunikasi%2Farticle%2Fview%2F54%2F31&ei=mZhZVPW1DMWXuATTkY LABA&usg=AFQjCNE6jumOYkTwLAwZNmXqUzEKhm9MXA&sig2=GAnjo OESF83FLqP633QN_Q&bvm=bv.78677474,d.c2E Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta : Kencana Kali, Agustinus. 2011. Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Perencanaan Dan Pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal MEKTEK. [internet]. [4 Oktober 2014]. 8(3): 161-168. Dapat diunduh dari : https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rj a&uact=8&ved=0CDAQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurna l%2Findex.php%2FMektek%2Farticle%2Fdownload%2F499%2F429&ei=ll4vV NT_CY21uAS77oLIBQ&usg=AFQjCNFV06a3POGkq_JncqtrM_yjbmwLQQ&si g2=fjIzn4dLrrNa7BIOwyVh9g&bvm=bv.76802529,d.c2E Hagijanto, AD. 2006. False Campaign Dalam Iklan Layanan Masyarakat Paska Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak 1 Oktober 2005. Jurnal NIRMANA. [internet]. [4 Oktober 2014]. 8(1): 8-13. Dapat diunduh dari : http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/16665/16657 Hartanto, DD. 2007. Representasi Stereotype Perempuan Dalam Iklan Layanan Masyarakat “Sahabat Peduli Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jurnal NIRMANA. [internet]. [4 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari : http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/17675/17586 Khairifa, Fenny. 2007. Penyampaian Iklan Layanan Masyarakat Kepada Khalayak. Jurnal Harmoni Sosial. [internet]. [20 Oktober 2014]. 1(3). Dapat diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18645/1/har-mei20071%20(4).pdf Lubis, Asri. 2009. Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Jurnal TABULARASA PPS UNIMED. [internet]. [4 Oktober 2014]. 6(2): 181190. Dapat diunduh dari : http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article24607-Asri.pdf 34 Natadjaja, Listia. 2011. Iklan Layanan Masyarakat: “Pencitraan” Berbuah “Ledekan. [internet]. [4 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari : http://repository.petra.ac.id/15033/ Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta : Penerbit Andi. Sugoto MC, Dektisa A, dan Cahyadi J. 2009. Kajian Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pentingnya Mengucapkan Terima Kasih Bagi Para Remaja Di Surabaya. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana. [internet]. [4 Oktober 2014]. 11(2): 106-113. Dapat diunduh dari : http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/18133/18020 Sudiantoro, Aryo. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan Layanan Masyarakat Bank Indonesia Versi Ingat 3d Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Khalayak Di Kota Semarang Pada Periode Januari Hingga Oktober 2010. Jurnal. [internet]. [5 November 2014]. Dapat diunduh dari : http://eprints.undip.ac.id/28818/1/Jurnal.pdf Shahab, MR. 2013. Studi Efek Iklan Layanan Masyarakat Tentang Anjuran Membayar Pajak Melalui Tvri Kaltim (Studi Tentang Anjuran Membayar Pajak Yang Dilakukan DISPENDA Kota Samarinda). eJournal Ilmu Komunikasi. [internet]. [5 November 2014]. 1(2): 311-323. Dapat diunduh dari : http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/jurnal%20asli%20(06-03-13-02-05-11).pdf – 35 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang, 27 Oktober 1993 dari pasangan Agus Siswanto dan Siti Permas. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis, diantaranya TK Solahudin Bogor (1996-1998), SDIT Ummul Quro Bogor (1999-2005), Mts Husnul Khotimah Kuningan (2006-2007), SMP Insan Kamil Bogor (2007-2008), SMA Negeri 4 Bogor (2009-2011). Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiwa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selain aktif pada perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi dan kepanitiaan, diantaranya sebagai anggota divisi Fotografi dan Cinematografi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) pada masa kepengurusan 2012-2013, sebagai penanggung jawab sementara presiden direktur HIMASIERA pada masa kepengurusan 2012-2013, dan sebagai wakil presiden direktur HIMASIERA pada masa kepengurusan 2013-2014. Penulis juga aktif dalam mengikuti kepanitiaan diantaranya menjadi kepala divisi panitia Design, Dekorasi, dan Dokumentasi (DDD) dalam acara KOLABORASI 49 Masa Perkenalan Departemen pada tahun 2013, Ketua Pelaksana acara Cucurplay HIMASIERA 2013, panitia divisi Design, Dekorasi, dan Dokumentasi dalam acara Familiarity Night (FAMNIGHT) 2013, panitia divisi Acara dalam Malam Keakraban SKPM 2013, dan Ketua Pelaksana acara Communication and Community Development in Action (CONNECTION) pada tahun 2014. Selain aktif dalam organisasi dan kepanitiaan dalam kampus, penulis juga aktif dalam organisasi diluar kampus, diantaranya sebagai Project Documentary Organisasi Delapan Djoeli dengan kegiatan rutin Belajar Keliling. Penulis juga merupakan pendiri dan bekerja aktif di Radix Creative and Event Organizer sebagai Project Documentary dan Fotografer. Kemudian penulis memiliki dan aktif dalam bidang wirausaha Retaliate Denim sebagai Chief Executive Owner.