PENAMBAHAN NILAI GIZI DENGAN DAUN SINGKONG PADA PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI Oleh : Yudha Firmansyah (2041510022) DOSEN PEMBIMBING : Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Internasional Semen Indonesia Gresik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya dan di kenal sebagai negara agraria bukan hanya itu indonesia juga memiliki hasil alam yang besar salah satunya adalah padi yang menghidupi rakyat Indonesia sebagai bahan pokok utama dalam konsumsi, namun pada saat pemanenan padi juga terdapat limbah yang belum bisa di manfaatkan secara maksimal, Data Badan Pusat Statistik menunjukkan luas panen padi di Indonesia dalam periode Januari-September 2018 sebesar 9,54 juta hektar. Memperhitungkan potensi hingga Desember 2018, maka luas panen tahun 2018 sebesar 10,9 juta hektar. Karena hasil panen padi yang banyak dalam periode tahunan, maka juga otomatis menghasilkan limbah yang banyak juga, jika di hitung saja dalam satu kota maka hasil limbah padi berupa jerami sangatlah banyak sehingga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, dan pencemaran udara berupa bau. Jerami padi setelah panen pada umumnya hanya di biarkan ataupun di bakar, dan hal tersebut belum memberikan manfaat yang begitu berarti, pada umumnya jerami padi digunakan sebagai pakan ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing . Namun hal tersebut di nilai kurang efektif karena nilai nutrisi yang terkandung di dalam jerami tidaklah sebanyak pakan hijau dan kadar serat kasar di dalam jerami yang tinggi mengakibatkan sulit di cerna oleh ruminansia dan hal tersebut mengakibatkan gizi yang di dapat oleh ruminansia juga renda sehingga bisa di katakan kurang gizi sehingga berat sapi yang menjadi rendah dan kalah dengan sapi” import. Pembangunan peternakan di era globalisasi menuntut terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Pencapaian paradigma pembangunan peternakan yang berkesinambungan sangat ditentukan oleh daya saing industri peternakan yang tercermin melalui terpenuhinya ketersediaan pakan, bibit, manajemen, kesehatan hewan dan teknologi. Peternakan yang maju, efisien dan tangguh, kompetitif, mandiri dan berkelanjutan serta sekaligus mampu memberdayakan ekonomi rakyat di pedesaan dapat dilakukan melalui transformasi usaha tani ternak ke sistem usaha tani yang berciri industri (Mayulu, 2014a; Mayulu, 2014b; Mayulu et al., 2012) Jerami padi merupakan salah satu alternatif yang dapat diupayakan menjadi pakan sapi potong, potensi tersebut ditunjukkan oleh ketersediaan jerami padi yang melimpah dan dapat dijangkau peternak karena harganya murah dan cenderung terbuang. Pemanfaatan jerami padi sering dihadapkan pada kendala kualitas yang rendah karena kandungan nutrisinya belum mampu memenuhi kebutuhan sapi potong, selain itu jerami padi bersifat amba atau bulky. Jerami padi memiliki Keutamaan karena memenuhi kriteria sebagai bahan pakan, yang menjadi perhatian utama sebelum bahan pakan digunakan adalah: jumlah ketersediaan, kontinuitas pengadaan, kandungan gizi, kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat racun maupun zat anti nutrisi serta perlu atau tidaknya dilakukan perlakuan sebelum dijadikan sebagai bahan pakan. Kondisi tersebut menuntut inovasi teknologi terhadap pemanfaatan jerami padi yang pada dasarnya sangat berpotensi menjadi pakan sapi potong (Mathius dan Sinurat, 2001). Hasil panen padi di Gresik pada tahun 2018 saat ini produksi padi Gresik mencapai 382.000 ton gabah kering panen (gkp) atau sekitar 279.000 beras per musim tanam, mengingat berat jerami padi 1,4 kali dari hasil panen padi, maka dapat dikatakan bahwa sangat melimpah untuk jerami, meskipun dapat berubah-ubah. Kualitas jerami padi dapat ditingkatkan baik secara kimia maupun biologi. Peningkatan jerami padi melalui biologi adalah melalui fermentasi. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organic menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme dengan tujuan menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi , tekstur, biological availability yang lebih baik (Pujaningsih, 2005). Dalam perlakuan pengolahan jerami menjadi pakan ruminamsia dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu fisik, kimia, dan biologi, namun dalam segi ekomomi dan mudah dijangkau adalah dengan cara biologi, dan yang paling tepat adalah dengan menggunakan substrat Substrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi. Hasil limbah industri pertanian seperti dedak, sagudan kulit coklat dapat dijadikan sumber substrat untuk aktifitas mikro organisme selama fermentasi, karena substrat tersebut masih banyak mengandung karbohidrat yang merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Sampai saat ini penelitian yang berkaitan dengan penggunaan sumber substrat dari hasil limbah industri pertanian masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan berbagai sumber substrat untuk meningkatkan kualitas jerami padi melalui proses fermentasi, oleh sebab itu maka perlu di lakukan pengembangan dengan substrat menggunakan daun singkong karena nilai protein yang lebih tinggi dan serat kasar yang lebih rendah daripada tiga substrat di atas yaitu dedak, sagu, dan kulit coklat dan mudah di dapatkan di wilayah gresik. Asam amino bercabang (BCAA) merupakan sumber kerangka karbon untuk sintesis protein mikroba terutama bakteri selulolitik (Baldwin danAllison, 1983). Suplementasi asam amino bercabang dalam ransum mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri selulolitik yang tercermin dari meningkatnya kecernaan BK dan ADF ransum (Zain et al., 2002;Mir et al., 1991). Penggunaan BCAA merupakan suatu kendala, karena harganya yang cukup mahal.Untuk itu perlu dicari sumber BCAA yang murah dan mudah didapat. Daun ubi kayu mengandung asam amino bercabang yang cukup tingggi (Muller and Nah,1975) Namun di dalam ubi kayu mengandung asam sianida yang cukup tinggi sehingga berbahaya apahola di konsumsi oleh manusia maupun oleh hewan ternak Dengan bahayanya racun sianida dalam ubi kayu, banyak penelitian mengenai analisis sianogen (sianida) dalam beberapa varitas ubi kayu. Menurut Bokanga (2001), sebanyak 67 varietas ubi kayu yang dianalisis mengandung sianida 31-630 mg/kg dalam umbi segar dan 540-1450 mg/kg dalam daun segar. Potensi sianida ini hampir sama dengan hasil penelitian International Institute of Tropical Agriculture (IITA), yaitu sianida dari 851 genotipe (di Nigeria) dan 560 genotipe dari Columbia Centro Internacional de Agricultura Tropical (CIAT)) (Bokanga 1994, dalam Bokanga 2001). Menurut Tewe (2004), ubi kayu segar umumnya mengandung sianida 15-400 ppm. Kandungan sianida terendah yang pernah dijumpai adalah 10 ppm dan tertinggi mencapai 2.000 ppm, meskipun tangkat asam sianida di dlam ubi kayu cukup tinggi dapat diatasi dengan mencacah ubi kayu dan menjemurnya cara tersebut efektif dalam mengurangi tingkat asam sianida di dalam ubi kayu HINGGA DI BAWAH 50 ppm sehingga dapat di konsumsi oleh manusia ataupun hewan ternak Dalam proses penamabahan nilai gizi pakan ternak menggunakan daun ubi kayu dapat menggunakan cara kombinasi yaitu dengan cara pencampuran fermantasi dan penambahan di awal pemberian pakan sebelum pakan yang umum seperti jerami padi dan sebagainya 1.2 Rumusan masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk menegetahui dengan cara apa meningkatkan nilai gizi dalam jerami 2. Untuk mengetahui substrat apa yang sesuai 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk membantu para peternak dalam proses penggemukan untuk ruminansia, sehingga jerami dapat termanfaatkan dan nilai gizinya dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak 1.5 Batasan Penelitian