Penugasan

advertisement
Penugasan
TUGAS 1
SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
‫يضع ْرمع ْ َنع‬
‫ا ِْ َهنع ٌس َو ُع‬
‫ا ْسضَهأ َسلع ِْ ََع ض َو َعو َتاع ول َسو ْس َض ِعن ُع ى َسص ُِع مل َو ِع‬
‫أي ُ ِنضَنع مٌ ُع‬
‫اض ِ ع‬
ِ ‫ َأاع ا َضيَأ ْ َهنع ُع م‬: ‫ل هنَ نع اضَهرأ‬
َ ‫ت‬, ‫ان عن ُ ِرهَأ ض َع ِمرنع وَع ت لَف ِعم ابمع ْس َض ِعن ضمي َع‬, ‫ض ِ ِْ ص ٌسلع نتَص‬
‫ُ َع ِعم لوت ِعن ُ ِنضَنع ت ِباضأ ِع‬
‫ث‬
‫ولسَو ْس َض ِعن ُع ىسَص ت هَ ِا اع‬, ‫ِْ ص م َهات َض ِعن ر لَهنع‬
َ
َ
‫مهات َض ِعن‬, ‫ر ِهَ َض ِعن ْسص هف َض ِعن وويلع‬, ‫ َأاع وع‬: ‫ض رن َرنع ضأ‬
‫ن ا َهاِ َمهِ َع‬
‫ت ِ لَْ ِعو ْ ِع‬, ‫ ولسَو ْس َض ِعن ُع ىسَص ُِع مل َواع رلأاع‬: ‫ن ت ِ لَْوع‬
‫ن ت َُهنع ا َع‬
‫ا َع‬
َ
َ
َ
ْ‫ََ نع َِع‬
‫ن وع ُع ِْ ع‬
‫ُِع مل َواع رن َرنَت ا َع‬, ‫ىْصع وت ِلضَوع‬
‫ت‬,
‫ض‬
‫ع‬
‫ت‬
َ‫ت‬
‫ت‬
‫و‬
‫أص‬
‫ع‬
‫ه‬
‫ة‬
‫ت‬,
‫و‬
‫ع‬
‫و‬
‫ى‬
‫ت‬
‫و‬
‫أن‬
‫ع‬
‫ي‬
‫ر‬
‫م‬,
‫ع‬
‫ت‬
‫ن‬
‫ت‬
‫و‬
‫َا‬
‫ع‬
‫ض‬
‫ا‬
‫ت‬
‫ع‬
‫ن‬
ْ
‫ا‬
‫ع‬
‫ع‬
َ
‫َت‬
‫ل‬
‫ت‬
‫ع‬
‫ن‬
‫ض‬
ْ
ْ
‫ع‬
‫ض‬
‫ا‬
‫ل‬.
‫أا‬
‫ع‬
َ
:
َ
َ
ِ
َ
ِ ِ ِ
َ
َ
ِ ِ َ
َ
‫ىن ََاع‬. ‫وضىناَِنع ضلَلسنع نع رع ٌِاَهأ‬. ‫ َأاع‬: ‫ض‬
‫ن ر َهاِ َمهِ َع‬
‫أن ْ ِع‬
‫ت ِ ضَر ِع‬, ‫ َأاع‬: ‫ن‬
‫اِأاِع ا َع‬, ‫ ِلهتِ ِنعورْع‬, ‫وهتاِ ِعن‬, ‫ومل ِس ِعن‬, ‫ت ِه ِعم وت ض َو ِعو‬, ‫تتَ ِرنع وع‬
َ
َ
َ
‫ُ ِ امِعي وع هض َِمِعي اِأ لن ِعَم‬. ‫ َأاع‬: ‫ىنَاع‬. ‫ َأاع‬: ‫ض‬
‫ن ر هاِ َمهِ َع‬
‫أن ْ ِع‬
‫ت ِ نَ ل ِع‬, ‫ َأاع‬: ‫ن‬
‫ن تمتيع ه هَأع ُع ت َعانع ا َع‬
‫ن َعو رن ِ َع‬
‫ضمتأع رنِهَنع تمتيع ته َع‬. ‫ َأاع‬:
‫ن ر َه ِا َم ِه َع‬
‫ض‬
‫ َأاع ت لَأْ ِعس ْ ِع‬: ‫ا ِرنع ِا َْسوع ْ َههأ ت َرلَت َواع رأ‬
‫ت لَأ ِل ِع‬. ‫ َأاع‬: ‫ض‬
‫ن ر َه ِا َم ِه َع‬
‫ارأمت ِتهأ ْ َع‬, ‫ َأاع‬: ‫ن‬
‫ماَتهأ ت رسع ت ِسنع ا َع‬, ‫ن‬
‫تمي وا َع‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ ‫ض ضتَأو َونع ت‬
‫أع ِمْأعع ت عأ سع ت عمتصع ت نفأصع‬
‫ُ ِع‬
‫أن رِ َع‬
‫ت ا َهض ِع‬, ‫ت َهَسنع ب و‬, ‫ر ِسضَأ رساِباع‬, ‫ َأاع ب َعو‬: ‫ْرمع ضأ‬, ‫ت‬
‫ن اتن َِم َع‬
‫ َساع ت لَألِاا ر ِع‬: ‫وع ُع‬
‫ا‬
‫اَْسوع مل َو نع‬. ‫ َأاع‬: ‫ ِنضَهه َعو ضع ِسره َعو اتأه َعو ٌِا َِمضَاع رنِهَنع‬. ‫ر َل ِس ُعو موتيع‬
Umar
bin
Khaththab
Radhiyallahu
anhu
berkata
:
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tibatiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya
amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan
kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia
berkata
:
“Hai,
Muhammad!
Beritahukan
kepadaku
tentang
Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada
yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad
adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan
engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu
berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para
RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata,
“Engkau
benar.”
Dia
bertanya
lagi:
“Beritahukan
kepadaku
tentang
ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat
orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing
telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku :
“Wahai,
Umar!
Tahukah
engkau,
siapa
yang
bertanya
tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8] [1]
PENGERTIAN ISLAM
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama.Kata Islam
merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
‫ل ْرر ىنمر ه ل سر ض ل سرن ل ْرأ‬
‫ت‬
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian,
diantaranya
adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ (‫ )ت ل ََسو‬yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
‫وِْ َهٌهنوت ِ سل ََس ِرفأٌَ هنَ سهأوتو َه َسعساأ َس ِهنِهَههوت ل َِرضعأ َع ِسضوع‬
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian.Dan ini merupakan salah
satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada perdamaian.
Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
ِ‫ى ِسنوتاضَههرأرن ِ َهاوتَنِنَ نتنرأْساأ َهمافلأتِسوتت َعت‬
َ ‫ِوضضت َاعوِْ َهَألِفتأهِ ِرهأ َرتَ ِرهِضهأ ََتتسوتر‬
‫ى ِسنوتاضَههرأاِأ َعنَ ِوا ََ ِلَوتِْهَأ سَهض ِناَأ َر َل ِل َِضنع‬
َ ‫نتَات ِفضعِْ ا َر ِمت سَ ِهفن ِ َهفأعتَف‬
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada
perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka
diperangi oleh para musuh-musuhnya.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
‫ِضمع‬
َ ‫اَِه ِسسََِضهضلأتسوه ِا هَه َرا ِسروتو ِْهَأ سَهعساه‬
ُ ‫ى ِمن َِرسلن‬
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya.Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
2.
Berasal
dari
kata
‘aslama’
(‫)الَسوع‬
yang
berarti
menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas
menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai
dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
Menunjukkan makna penyerahan ini,
Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125)
‫أر َر َه لَسروٌَ هه ِسسَ ِهونورنَ ِلهُوتتَاع ِرسَس ِْاَمتنِضرنهِضفَأوتتَهَت سَهنِاَمت‬
ِ َ‫نِضره ِسضَْعور َه نَ لهنِضه‬
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus?Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan
raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
‫نهَىْتِضوهل ِهضورنَ ضأضوررأتِض ِسسَ ِهم ِااأ َعأ ِرضنع‬
ََِ
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi
maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti
sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
‫يَ َوَْأوه َمنَأوِْ َض ِهض َمٌعوناروضَمنِضهِأ سَ ِهضاَووهو ه لَسرر َه ِفضأ لَروتتِوع‬
ِ ‫ت َم‬
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada
aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan
menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (‫)رلَت َل ِسر َونع – تلَتلَسوع‬: penyerahan total kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26)
‫ا َسهرأ َض َوررلَت َل ِسرونع‬
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang
muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta
harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk
penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran,
tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya
hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan
orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya,
semuanya
dilakukan
hanya
karena
Allah
dan
menggunakan
manhaj
Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)
َ ‫َس ِرهأرَسَوَتتَ ِاعوتهَوتتِأ‬
ُ ‫ُضََأهِنِهَهسه َرعن َّور ِا‬
‫لع‬
‫ضنعضأاضَهأت ََِضنعترهوتتنَهسوترِضأ ِ ا‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam
melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫ )ل ِس َض ُوع‬yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):
‫ََِْر َه تاأ سَهاِل َساَل ِسض‬
‫َوع‬
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)
‫ٌََِْأعماَهاِل َساَل ِس َضوع‬
“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu
menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat
mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.Karena pada
hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan
utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
‫َر ِر َهنم ٌَو ِه َهض ِمضن ِضَ ِ اهمه َرو ِض ِت َر ِه َعرتهعسضَه َرسعسَه َرت َُهمونعرأض ِمضنت سَه ِسضٌَ عسعسضَهع‬
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan
kamu,
tetapi
sesungguhnya
Dia
berkeinginan
untuk
membersihkan
kamu
dan
menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
5.
Berasal
dari
‘salam’
(‫)لْ ُوع‬
yang
berarti
selamat
dan
sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)
‫َأ لْ ُرعسضَهل لَت َو ِفم هم اِاضن ِ َهههأهاِضن ِفضَأ‬
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia
pada keselamatan dan kesejahteraan.Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga
keselamatan pada setiap insan.
ISTILAH
Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah
‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul
khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan
Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan
dunia dan akhirat.’
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat AlQur’an. Diantara poin-poinnya adalah:
Islam
sebagai
wahyu
(‫)ت ونَ ضأ َ ِ ِهض‬
ilahi
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :
‫ِْ َههو ََِْونَ ضُضونص * ورأض َه َِلع ِهأ َهوي‬
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) (‫أعوت َر َمل ِسضَنع‬
ِ ‫) ِنضَهأ َ َه ِاض‬
Membenarkan
hal
ini,
firman
Allah
SWT
(QS.
3
:
84)
‫أَورع‬
ِ ‫أاوتِضرولاو ِْضلاوت هَ ِاضَوه ِر َهمااِ ِه َرْهف ِ امَاضَه نن َِر َهه َروهنَ هسهعَ َمرهَأاِأ سَ ِهورأا َه ِة عسضَهأورأا َه ِة عسانِاَمتنِضروِْلَرأ ِْضسوِْلَنأَوض َعلواوت لَا‬
‫ر َل ِسرونع‬
“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.”
Sebagai pedoman hidup (‫)ر َههأٌأ َنضأ ِصع‬
ِ
Allah berfirman (QS. 45 : 20):
‫نَتاىأ ِلم ِ سهَأ ِلوننَاومنَ رسُ ِل َورَ ضو َِهونع‬
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
Mencakup
hukum-hukum
(‫)انَ هأرأ س ِه ِف َض ِهتأ ِا ِهولهَسمل َو ِ ِنع‬
Allah
dalam
Al-Qur’an
dan
sunnah
Rasulullah
SAW
Allah
berfirman
(QS.
5
:
49-50)
‫ىضاعواهِأنَ ه َراضَهه َراِرأا َهةَ سَهوَتتَاِ َع َنوتعع‬
ِ ‫يرأا َهةَ سَهنِ ضَهفن ِ َهتو َ َوترأَْس َر هَرأض ِمضنت سَه َهض‬
ِ ‫يَهواِ ِه َرو ِْهَهبِضن َروتنَ َ َمن َر َهض َفتِهوهع َها َع‬
ِ ‫ه َر ِاا َع‬
‫أ ِل َورَ ضو َِهونعارن َهرأ ٌَأ ِن ِسضَ ِسضاَووهور َه نَ له ِرهأ َس ِهن َه َعر * َم ِترهأ هَأ ِلسفأ ِللونع‬
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan
Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik.Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (‫ىمتَأ َرلَت ِلضَوع‬
‫)ت ِ ا‬
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
‫ىأه َر ِا ِهسعع‬
ِ ‫تىم‬
َ ‫تَضرلَت ِلض َرأرأت َ ِاعونوَتتَ ِاعوتت لَاسفتف َمَ ِاه َرع َهل ِاض ِس ِهَ ِه َرو‬
ِ َ‫سَه َرتتَلونعواهَه‬
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu
dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
PENGERTIAN IMAN
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan
sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya,
disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut
dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap
hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh
Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati
dan perbuatan dengan anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan
lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.” Imam al-Ghazali
menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu
dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
‫يضأ سهع َههلأاع‬
ِ ‫ْهِأ َاهِنٌ َمم‬:
‫َأ مل َوَ سهىساَأ سهعس َض ِهولسَوع‬:
‫أنعاَ ِ ضَرأهر َع ِمرسُ ِاأ َ ل َسع‬
ِ ‫ِاوَ َو ُ ِاأ ِ اسلأهِوْرسُ ِاأ َ َمه‬
(‫)موتنأا هرأٌهوت َ امته ض‬
Artinya: “Dari Ibnu Hajar Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:
Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota badan”
(H.R. Ibnu Majah dan At-Tabrani). Isi kandungan hadits di atas menjelaskan bahwa unsur-unsur
yang membentuk keimanan seseorang itu ada 3, yaitu: Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan
pengamalan dengan anggota badan. 1. Pengetahuan Hati (‫ثع‬
ِ ‫ ) ر َع ِمرسُ ِاأ َ ل َس‬Berbicara tentang iman,
tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi pembahasan di titik beratkan
pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”.Hati merupakan pusat dari satu keyakinan,
kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur pokok kejadian,
terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang,
maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama manusia. Orang yang
beriman hatinya harus ma’rifat kepada Allah, mengetahui siapakah Allah itu, karena tanpa
mengenal Allah mustahil seseorang akan beriman kepada Allah. 2. Pengucapan Lisan (‫أنع‬
ِ ‫)َ َو ُ ِاأ ِ اسل‬
Setelah mengenal Allah dan meyakini dengan sepenuh hati, seorang mukmin diwajibkan
mengakui dan mengikrarkan dengan lisan, yakni dengan mengucapkan dua kalimat syahadah .
3. Pengamalan dengan anggota badan (‫أنع‬
ِ ‫)وْرسُاِأ َ َمه‬. Amal merupakan unsur dari iman. Seperti
َ ‫نََ ِا ِهضَ َسعاٌَ رع َن‬
perkataan Imam Ibnu Abdil Barr: ‫ْ ِف َل ِهوتَ ن ِن َضبِعسا هَأ َ ِ ضَرأهل َو ُوْرع‬
ِ ُ ‫ اُةوَْر‬Artinya: “Para ahli
fiqih dan hadis telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada
perbuatan kecuali dengan niat”.
Al-Imaam Ibnul-Qayyim al-Jauziy juga berkata berkata :
‫ َهاسُ ِ ار َهل َو َوْر َاعن ِلضَلستَ ِ ضَرأهِرمع‬.‫أنع‬
ِ ‫وتَ ل َو ِللَر‬
َ ‫ثةونوهِضَتهوِْ َهْىنةوْر‬
َ ‫ْر‬.
:‫ْ ٌو ِتممِع‬
ِ ‫ْ ل َس‬
َ ‫َ َو‬.
:‫أنةونوت تَهسَراِه ِسر ِستَ ِ لَْ ِوع‬
‫أنع‬
ِ ‫َ ل َس‬
ِ ‫ثةونوتََِ َْتِلأنةوَ َوَ ِسال‬
ِ ‫وتَ عرس ِللَر‬
َ ‫أ َ َماعسةة‬
‫تععرنَِتةت تَه َِ ِعن‬
ِ ‫ثة َرت َهف َعا ِلضَستَ ٌَ ة‬
َ ‫تَ ِ ضَرأه ِاهرأ ِ ِنةوَِْتةت ت‬
ِ ‫ى ِنضَلأ َ ل َس‬
Artinya: “Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan
hati, yaitu i‘tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat ). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan
perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan
kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tasdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat
tiga hal yang lainnya”. Al-Imam Malik, al-Syafi’i, Ahmad, al-Auza‘i, Ishaq ibn Rahawaih, dan
segenap ulama ahli hadis serta ulama Madinah demikian juga para pengikut mazhab Zahiriyyah
dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah : pembenaran
dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Para ulama salaf
menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan
berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang
Pengertian Iman Dalam Agama Islam
Iman (bahasa Arab:‫ )ت ض رأن‬secara etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman (‫ )ْض رأن‬diambil
dari kata kerja ‘aamana’ (‫ — )ارن‬yukminu’ (‫ )ض ترن‬yang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman
adalah “Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah
dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat”. Para ulama salaf menjadikan
amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang,
sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang”. Ini adalah definisi menurut Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap
ulama selainnya.
PENGERTIAN TAQWA
‫َّلل ع ِترهوتَع عتره يوتَع َ ََِضنع ض ُّہي ضَـأ‬
‫ث وملو ِ ِنو اِ َِع‬
‫ص ه َةاع َ ََِي وَ ـ ِهت ُّہ ِع‬
‫ث ملو ِ ِنو ْس ُّع‬
‫َت ُّہ ِع‬
‫َّلل ض ـهفمـع ورن عَ ـااع ِرن اهةاع َ ََ يع‬
‫ورس ُّہياهتِ ِنو اِ َِع‬
ِ ‫ِي وَ ـ‬
‫ا رل ـعن َ ـ ِه ِعم وَ ـ ض ـو ِعو مل ِس ِنووع وهت ِا ِنو‬
‫ْ ي َع‬
‫ا ِعضنَت يس ُّہ َع‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. An-Nisa:
136).
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. “memelihara diri dalam
menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah” Adapun dari asal bahasa arab quraishtaqwa
lebih dekat dengan kata waqa yang bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan
melindunginya
dari
berbagai
hal
yang
membahayakan
dan
merugikan.
Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal
dari kata “‫“ ت وَ أض س‬al-wiqaayah(penjagaan)
PENGERTIAN IHSAN
Ihsan berasal dari kata ‫ نلنع‬yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya
adalah ‫أن‬
‫تِنَ ل َع‬, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….”
(al-Qashash:77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah SWT.
Landasan Syar’i Ihsan.
Pertama, Al-Qur`an
Dalam Al-Qur`an, terdapat seratus enam puluh enam ayat yang berbicara tentang ihsan dan
implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku
dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini
beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
baik.” (al-Baqarah:195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (an-Nahl: 90)
“…serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” (al-Baqarah: 83)
“…Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan para hamba
sahayamu….” (an-Nisaa`: 36)
Kedua; As-Sunnah.
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia
merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadist-hadist
mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami
agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan—ketika ia menjawab pertanyaan
Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan
mengatakan :
‫ن تمتيع ه هَأع ُع ت َعانع ا َنع‬
‫ن َعو رن ِ َع‬
‫ ضمتأع رنِهَنع تمتيع ته َع‬.
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda:
‫ا ْسص تَ َِنَ لأنع ْسضَهوع هتثع ُع ت َِنع‬
‫ ُ َضعَع ه اِع‬, ‫ت ََاَنسع رأنَ ِله َعو َانَ ت َعو تَِت وع ت َلتَسسع رأنَ ِله َعو َت َست َعو رأَِت‬
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu
membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik…”
(HR. Muslim)
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya :
‫)) ِنضَهه َعو ضع ِساره َعو اتأه َعو ٌِا َِمضَاع رنِهَنع‬. ‫ر ل سو موتي‬
“Inilah Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.”Beliau menyebut
ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah SWT memerintahkan untuk berbuat ihsan
pada banyak tempat dalam Al-Qur`an.
Download