makalah agama

advertisement
TUGAS I
SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
‫يضع ْرمع ْ َنع‬
‫ا ِْ َهنع ٌس َو ُع‬
‫ُِ َل َو ِع‬
‫ج ْسمَهأ َسلع ِْ عََ ض َو َعو َتاع ملسَو ْس َم ِعن ُع ىسَص ع‬
‫ُ ِنضَنع ٌَ ُع‬
ِ َ ‫ َأاع ا َضيَأ ْ َهنع ُع‬: ‫ل ُنَ نع امَهرأ‬
َ ‫ت‬, ‫اد عن ُ ِاهَأ ض َع ِمرنع مَع ت رَف ِعم ارمع ْس َم ِعن ضمي َع‬, ‫ض ِ ِْ ص ٌسلع دتَص‬
‫ث ام ِ ع‬
‫أي‬
‫ر َع ِعم لوت ِعو ُ ِنضَنع ت ِبامأ ِع‬
‫ملسَو ْس َم ِعن ُع ىسَص ت هَ ِِ اع‬, ‫ر لَهنع‬
‫ ِنعَ َهِتَعم ِْ ص َ َهِت َم ِعن‬, ‫ر ِهي َض ِعن ْسص ه َف َم ِعن مميلع‬, ‫ َأاع مع‬: ‫ض ان َرنع ضأ‬
‫ن ا َي ِِ َمُِ َع‬
‫ت ِ لَْ ِعو ْ ِع‬, ‫ُِ َل َواع رلأاع‬
‫ ملسَو ْس َم ِعن ُع ىسَص ع‬:
‫ن ت ِ لَْوع‬
‫ن َ َرهنع ا َع‬
‫ََ نع َِعْ ا َع‬
‫ن مع ُع ِْ ع‬
‫ُِ َل َواع ان َرنَت ا َع‬
‫ ع‬, ‫ةْصع مَ ِلمَوع‬
‫ن ت َِمَْع مَن َع‬
‫ِْ ِع‬
َ ‫ت‬, ‫ت َةهأصع مَتَ َِضع‬, ‫َايأنع مَة َووع‬, ‫ت‬
‫ل ِِ َمَْع ِْ َم ِعن تلَتَ َعْع‬. ‫ َأاع‬: ‫ىن ََْع‬. ‫مضةناَِنع ضرَلسنع نع رع ِبَِهأ‬. ‫ َأاع‬: ‫ض‬
‫ن ر َي ِِ َمُِ َع‬
‫أن ْ ِع‬
‫ت ِ ضَر ِع‬, ‫ َأاع‬: ‫ن‬
‫اِ ا َع‬
‫ ِاأ ع‬, ‫ماْ ِكئتِ ِعن‬, ‫هت ِِ ِنعمع‬,
َ
َ
‫مَل ِس ِعن‬, ‫ت ِي ِعم مت م َو ِعو‬, ‫ُ ِ ام ِعي مع يم َِم ِعي ِاأ لن ِعََ َتَ ِانع مع‬. ‫ َأاع‬: ‫ىن ََْع‬. ‫ َأاع‬: ‫ض‬
‫ن ر َي ِِ َمُِ َع‬
‫أن ْ ِع‬
‫ت ِ دَ ر ِع‬, ‫ َأاع‬: ‫ن‬
‫َمتيع ه َُأع ُع َ َعِنع ا َع‬
َ
‫ن َعو رنِ َع‬
‫ن‬
‫ضمترع رنَُِنع َمتيع َئ َع‬. ‫ َأاع‬: ‫ن َمُِ َضعر َيِِع‬
‫ َأاع ت رَأْ ِعس ْ ِع‬: ‫ج ِانع اِ َْسوع ْ َههأ ت ررَت َماع اأ‬
‫ت رَأكِ ِع‬. ‫ َأاع‬: ‫ض‬
‫ن ر َيِِ َمُِ َع‬
‫ْ َع‬
َ
َ
َ
َ
َ ‫ض ضتَأم َونع ت‬
‫ااأَتَِهأ‬, ‫ َأاع‬: ‫ن‬
‫َاَتهأ ت اسع َ ِسنع ا َع‬, ‫ن‬
‫أع َِْأعع ت عأ سع ت عمتصع ت نفأصع َمي ما َع‬
‫ر ِع‬
‫أنعتع رِ َع‬
ِ ‫ِ َهم‬, ‫ت ََُسنع ر و‬, ‫ا ِسمَأ رسِِبَْع‬, ‫ر َعو‬
‫ َأاع‬: ‫ْرمع ضأ‬, ‫ت‬
‫ن اَن ََِ َع‬
‫ َ َسْع ت رَأكِجا ا ِع‬: ‫اَْسوع َل َو نع مع ُع‬. ‫ َأاع‬: ‫ ِوضَهئ َعو ضع ِسارئ َعو اَأه َعو ٌِِ َِمضَجع رنَُِنع‬. ‫ا َر ِس ُعو َمتيع‬
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan
rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada
seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu
lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
Nabi,‫ع‬kemudian‫ع‬ia‫ع‬berkata‫ع‬:‫“ع‬Hai,‫ع‬Muhammad!‫ع‬Beritahukan‫ع‬kepadaku‫ع‬tentang‫ع‬Islam.”
Rasulullah‫ع‬Shallallahu‫'ع‬alaihi‫ع‬wa‫ع‬sallam‫ع‬menjawab,”Islam‫ع‬adalah,‫ع‬engkau‫ع‬bersaksi‫ع‬tidak‫ع‬ada‫ع‬
yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad
adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan
engkau‫ع‬menunaikan‫ع‬haji‫ع‬ke‫ع‬Baitullah,‫ع‬jika‫ع‬engkau‫ع‬telah‫ع‬mampu‫ع‬melakukannya,”‫ع‬lelaki‫ع‬itu‫ع‬
berkata,”Engkau‫ع‬benar,”‫ع‬maka‫ع‬kami‫ع‬heran,‫ع‬ia‫ع‬yang‫ع‬bertanya‫ع‬ia‫ع‬pula‫ع‬yang‫ع‬membenarkannya.
Kemudian‫ع‬ia‫ع‬bertanya‫ع‬lagi:‫“ع‬Beritahukan‫ع‬kepadaku‫ع‬tentang‫ع‬Iman”.
1
Nabi‫ع‬menjawab,”Iman‫ع‬adalah,‫ع‬engkau‫ع‬beriman‫ع‬kepada‫ع‬Allah;‫ع‬malaikatNya;‫ع‬kitab-kitabNya;
para‫ع‬RasulNya;‫ع‬hari‫ع‬Akhir,‫ع‬dan‫ع‬beriman‫ع‬kepada‫ع‬takdir‫ع‬Allah‫ع‬yang‫ع‬baik‫ع‬dan‫ع‬yang‫ع‬buruk,”‫ع‬ia‫ع‬
berkata,‫“ع‬Engkau‫ع‬benar.”
Dia‫ع‬bertanya‫ع‬lagi:‫“ع‬Beritahukan‫ع‬kepadaku‫ع‬tentang‫ع‬ihsan”.
Nabi‫ع‬Shallallahu‫'ع‬alaihi‫ع‬wa‫ع‬sallam‫ع‬menjawab,”Hendaklah‫ع‬engkau‫ع‬beribadah‫ع‬kepada‫ع‬Allah‫ع‬
seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.”
Lelaki‫ع‬itu‫ع‬berkata‫ع‬lagi‫ع‬:‫“ع‬Beritahukan‫ع‬kepadaku‫ع‬kapan‫ع‬terjadi‫ع‬Kiamat?”
Nabi‫ع‬menjawab,”Yang‫ع‬ditanya‫ع‬tidaklah‫ع‬lebih‫ع‬tahu‫ع‬daripada‫ع‬yang‫ع‬bertanya.”
Dia‫ع‬pun‫ع‬bertanya‫ع‬lagi‫ع‬:‫“ع‬Beritahukan‫ع‬kepadaku‫ع‬tentang‫ع‬tanda-tandanya!”
Nabi‫ع‬menjawab,”Jika‫ع‬seorang‫ع‬budak‫ع‬wanita‫ع‬telah‫ع‬melahirkan‫ع‬tuannya;‫ع‬jika‫ع‬engkau‫ع‬melihat‫ع‬
orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing
telah‫ع‬saling‫ع‬berlomba‫ع‬dalam‫ع‬mendirikan‫ع‬bangunan‫ع‬megah‫ع‬yang‫ع‬menjulang‫ع‬tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku :
“Wahai,‫ع‬Umar!‫ع‬Tahukah‫ع‬engkau,‫ع‬siapa‫ع‬yang‫ع‬bertanya‫ع‬tadi?”
Aku‫ع‬menjawab,”Allah‫ع‬dan‫ع‬RasulNya‫ع‬lebih‫ع‬mengetahui,”‫ع‬Beliau‫ع‬bersabda,”Dia‫ع‬adalah‫ع‬Jibril‫ع‬
yang‫ع‬mengajarkan‫ع‬kalian‫ع‬tentang‫ع‬agama‫ع‬kalian.”‫[ع‬HR‫ع‬Muslim,‫ع‬no.‫ع‬8]‫[ع‬1]
2
A. PENGERTIAN ISLAM
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama.Kata Islam
merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
‫اإل س المم صدرم نأ س لم ي س لمإ س الما‬
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ (‫ )اْس لَّلا‬yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an‫ع‬Allah‫ع‬SWT‫ع‬berfirman‫(ع‬QS.‫ع‬8‫ع‬:‫ع‬61)
‫جاََ ج جم ََّّ للَجلجااْلَّ نف نإَّْ َفف جَماْس نَّميَ لَاَْج نلي َا‬
‫جَمن لْ جَنجَِما نْلس لَّل نمهجاَّل نجِل جلف ج‬
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Kata‫‘ع‬salm’‫ع‬dalam‫ع‬ayat‫ع‬di‫ع‬atas‫ع‬memiliki‫ع‬arti‫ع‬damai‫ع‬atau‫ع‬perdamaian.Dan‫ع‬ini‫ع‬merupakan‫ع‬salah‫ع‬
satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada perdamaian.
Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
‫وَ نم لْ جَا نفهجاجا نْ نمنج لاْم لَه نم ننينج ل‬
َ‫الجاان َ لَ جَاهجَجا نَل‬
‫اَاجاجلَما جاأ ج ل‬
‫ه نلَِما جو لينج َف جما جا نإ لْ جَْجال نإِل دجا َؤ جما ج‬
‫مااَّْ ناياج لَ نْ ج‬
َ ‫ه نلَِما جو لينج َف جما نو لاْ جَ لد نْ جمتج لَس‬
‫نَما نمَّْاْلَّ جفي نََِ لَاْ َم لَس ننَيتج‬
‫جِاَّاا ج نهو جق نمْجاأجم نلَاْلَّ نف جه نإ لْ جها جقَل جهأ ج ل‬
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang
lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
3
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika
mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
Dalam Al-Qur’an‫ع‬Allah‫ع‬berfirman:‫(ع‬QS.‫ع‬22‫ع‬:‫ع‬39)
َُِ‫َماَمنَّْاْلَّ جف جَلجانجص نلَؤنمل لج جَدن‬
‫ت َ نرْج نللَّْنِنجيَ جَاَجلَم جَْنأجَّْ َف لم َا نلم ج‬
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya.Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka
itu.”
‫ )ت ج ل‬yang berarti menyerah.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلج جا‬
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas
menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai
dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala laranganNya. Menunjukkan makna penyerahan ini,
Allah berfirman dalam al-Qur’an:‫(ع‬QS.‫ع‬4‫ع‬:‫ع‬125)
‫ام َّم لنأ ج ل‬
َ‫اَاََّ جِْجاْلَّ َف نإو جلَا نؤ ج‬
‫سلج جم جمَّل جف َف نللَّ نف جم َؤ جم َمِل ن‬
‫سنَدنِ سن ن‬
‫ي جم جِ نليالس جم لنأجِل ج‬
‫سنُ جماَََّجَج نملَّوج نمو جلَا نؤي جم جِننيهس ج‬
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus?Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa
dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
‫يم جمِل يجاِج جم جم جماَني نللَّ نف جَ نوَ لاْ جَاْج نميتج‬
َ َْ‫يم‬
‫نَّْ ج‬
‫س نه ج‬
‫صالجَن ج‬
‫ََ ل ن‬
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di
bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan
mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
‫مل س‬
‫اَمنْجي نلفيََل جَََّموتجاجْجي جلََنِ نناْلَّ نفيج لََْمْج جمْج َفأ ج ل‬
َ‫س جم جماَن جمانجرل نغ ج‬
َّ ْ‫سلج جم جم لن نهيا‬
‫اَ جََّل سؤ ج‬
‫ا ج‬
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada
aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian
4
akan‫ع‬menjadikan‫ع‬hati‫ع‬kita‫ع‬tentram,‫ع‬damai‫ع‬dan‫ع‬tenang‫(ع‬baca;‫ع‬mutma’inah).
‫سا ج ل‬
‫ ا ل‬- ‫س نلمَمل وج‬
‫سا ج ل‬
‫) َم ل‬: penyerahan total kepada
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (‫سلج جا‬
Allah.
Dalam Al-Qur’an‫ع‬Allah‫ع‬berfirman‫(ع‬QS.‫ع‬37‫ع‬:‫ع‬26)
‫وج لل َفم ل‬
‫س نل َمموج‬
‫ساج ل‬
‫َاْيجمل جم َم ل‬
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang
muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta
harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk
penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran,
tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya
hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan
dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain
sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.
Dalam Al-Qur’an‫ع‬Allah‫ع‬berfirman‫(ع‬QS.‫ع‬2‫ع‬:‫ع‬208)
َ ََ ‫ااَّوس جَمجَجا َّ نَََما‬
ُ َ‫ط لي جَا نْ نإَّْ َفلج َه لمَجدَََ َم ن‬
َّ ْ‫َ جماَنا‬
‫س لنل نم جه‬
َ ْ‫يتِجاتجَِفجااَّْ نِْتج جقا جمنَماا لَ ََلَماانيا‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam
melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫س نل لي ُا‬
‫ ) ج‬yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an‫(ع‬QS.‫ع‬26‫ع‬:‫ع‬89):
‫س نلو‬
‫منمَّ جم لنأجَجااْلَّ جف نََج للََ ج‬
ٍَ
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)
‫يا‬
‫من لرَّجا جق جروَّ َف نََج لل ََ ج‬
َ ‫س نل‬
“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
5
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu
menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat
mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.Karena pada
hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan
utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
‫لي َه لم نم لنِ ججَ ََّ جمْج نه لني نََِدَ نْيَ جَ ن َف جَ ََّم جلم نْيَ نا َّم نن لَ جما ج َف جَ جل لي َه لملج جَلَّ َهمل ا ج ل‬
‫ط َه َََوج جماِ نََِدَاْلَّ َف نل جيَل جَلج جَ جل‬
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak
menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan
menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
5. Berasal dari ‘salam’ (ٍُ ‫سالج‬
‫ ) ج‬yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:‫(ع‬QS.‫ع‬19‫ع‬:‫ع‬47)
‫سأ ج ل‬
‫ساج لْ نه ََْجه ججَ نَوي نإَّْ َفهجاْج نَي جِ نهيَا‬
‫سالج ُمَجلج لي جه ج‬
‫َجاْج ج‬
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia
pada keselamatan dan kesejahteraan.Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga
keselamatan pada setiap insan.
6
ISTILAH
Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam
adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para
nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga
sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan
yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat AlQur’an.‫ع‬Diantara‫ع‬poin-poinnya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahi (‫)اْمِل يَا ل نإلْج نفو‬
‫ج‬
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :
‫من لْف جَممنمَّ جَِل يُيَمِجإ * جَ جماِج لن نََََج نن لاْف ججمو‬
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."
2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) ( ‫س نليلتج‬
‫) نَ لِنَالن ج لْ نَيج ن‬
‫اق جَ لاْمََل ج‬
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
‫سِجاَج جمِج لَََموج جمانج ل‬
‫س جما نايلج جممن ل‬
‫اَ جمات َ لْ نسْج جَلجا نإو جلَا نؤي جم جممن ل‬
‫ان جم جم‬
‫سَج ن‬
‫ام ناي ج‬
‫اتَََنيجمَم ج‬
‫اماْنَّ نَيَمْج نم لن جَ نوَ نفمل الجَْهج ن َََََج لينجأ ج جِ َدََ لم جمنَّا نواْلَّ نف جم جمات َ لْ نسْج جَلج لي جن ج‬
‫س ج‬
‫س ج‬
‫ملمْجِل نَلج َف َم ل‬
‫س نل َمموج نم لن َف‬
‫ج‬
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa
yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedabedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
7
‫)م لنفجاَّ ل‬
3. Sebagai pedoman hidup (‫َاْ جِ جيا نن‬
‫ن‬
Allah berfirman (QS. 45 : 20):
‫ام جرِل جموُ نَْجمل مَ يَمَننَموج‬
‫جؤْجاوجصجافن ََ نْلنَّا ن‬
‫س جم َؤدس ج‬
"Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini."
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW
(‫سنَّوَ جرسَمل نْ نح‬
َ ‫َاْلف نهي نلهاجا نو نف جم‬
‫)تجِل هجام ن‬
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
‫لْا ج جمَّْمل ا جاا لالج لمأجَّْ جماِ نََِدَاْلَّ َفأ ج لْي نَصي جَ َف لم نَ جََ نلالََْْم نو جَ لينج َف لم نَ جمات ج لْ جس جمْلَّف جَممجَجا َّ نَ لَأ ج لؤ جما جق َؤم جلماِل ْجرل َؤ لمأ ج لْ جي له نانَم جَّ جَ لن جََ نلال جماتج لْ جس جمْلَّ َف نإْج لي جههج نإ جَتج نْاِل َهمل‬
‫سََموج‬
‫سلج جها ن‬
‫امنجاْنَّا ن‬
‫يَ ن‬
‫سنَ نمنجاْلَّ نف َِ لهمسا نَْجمل مَ يَم نَنَموج ت ج جا َِ له جما * نؤم جلم نمَّْ جه نل س‬
‫لَْجا نؤ نليَّ نو جِ لََْمْج جم جم لنأجِل ج‬
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin?”
َ ََ‫)اْص ج‬
‫ان لاْ َم ل‬
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (‫ساج نَ لي َا‬
‫ن‬
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
‫اني َم ل‬
َ ْ‫سا ج نَيمسا جااَََّنََم َؤ جممجَجاََّنََماا‬
‫اه جَ ن‬
‫سَني نل نفْج نْ َهم جلمهَّا ََّمل َن نفلجَج‬
‫سََلجهجاجهجََّ َجَن َه لمَج لن ج‬
‫لَّ َه لماجاَََّموج جَتجَّْ جفْج ن‬
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.”
8
B. PENGERTIAN IMAN
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan
sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga
disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan
sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan
oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu
mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota."
Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."
‫يمأ سهع َههل ع‬
‫أا‬
‫اَ ِ ضَرأُر َع ِمرسُاِأ َ ل َسِِوَ َو ُِِأ ِ اسرأُِوْرسُِِأ َ ََه ِع‬
ِ َ‫ْهِأ َاهِنب َم‬: ‫َأ مل َوَ سهةسلَأ سهعس َم ِهولسَوع‬: ‫أن‬
(‫)َمتهأا هرأٌهوت َ ِمتُ ض‬
Artinya:‫“ع‬Dari‫ع‬Ibnu‫ع‬Hajar‫ع‬Radhiyallahu‫‘ع‬Anhu‫ع‬beliau‫ع‬berkata:‫ع‬Rasulullah‫ع‬SAW‫ع‬telah‫ع‬
bersabda: Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota
badan”‫(ع‬H.R.‫ع‬Ibnu‫ع‬Majah‫ع‬dan‫ع‬At-Tabrani). Isi kandungan hadits di atas menjelaskan bahwa
unsur-unsur yang membentuk keimanan seseorang itu ada 3, yaitu: Pengetahuan hati,
pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota badan. 1.
Pengetahuan Hati (‫عع‬
ِ ‫ا َع ِمرسُاِأ َ ل َس‬
) Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan‫ع‬di‫ع‬titik‫ع‬beratkan‫ع‬pada‫ع‬jiwa‫ع‬seseorang‫ع‬atau‫ع‬lazimnya‫ع‬di‫ع‬sebut‫“ع‬qalbu”.Hati‫ع‬
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat
dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau
salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang
bernama manusia. Orang yang beriman hatinya‫ع‬harus‫ع‬ma’rifat‫ع‬kepada‫ع‬Allah,‫ع‬mengetahui‫ع‬
siapakah Allah itu, karena tanpa mengenal Allah mustahil seseorang akan beriman kepada
Allah. 2. Pengucapan Lisan (‫أنع‬
ِ ‫ )َ َو ُِِأ ِ اسر‬Setelah mengenal Allah dan meyakini dengan
sepenuh hati, seorang mukmin diwajibkan mengakui dan mengikrarkan dengan lisan, yakni
dengan mengucapkan dua kalimat syahadah . 3.
Pengamalan dengan anggota badan
ُ
َ
(‫أنع‬
ِ ‫)مْرسِِأ ََه‬. Amal merupakan unsur dari iman. Seperti perkataan Imam Ibnu Abdil Barr:
َ ‫يََاِ ِهمَ َسعاٌَ رع َه‬
‫ْ ِعف‬
ِ ُ ‫ َل ِهوتَ ن ِن َض ِبعسل َُأ َ ِ ضَرأُل َو ُوْرجُأمَْر‬Artinya:‫“ع‬Para‫ع‬ahli‫ع‬fiqih‫ع‬dan‫ع‬hadis‫ع‬telah‫ع‬sepakat‫ع‬
9
bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan
niat”.
Al-Imaam Ibnul-Qayyim al-Jauziy juga berkata berkata :
َ ‫َ َو‬. ‫أن‬
‫د ِلمَلستَ ِ ضَرأُِرم َهِسُ ِاا َهل َو َوْر َجع‬.‫أنع‬
‫متَ عرس ِلرَر ِع‬
ِ ‫َ ل َس‬
ِ ‫ متَ ل َو ِلرَر‬:‫أنأمهوت تَئسالرِِئ ِسر ِستَ ِ لَْ ِوع‬
ِ ‫عأمهوتَ َِ َْتِلأوأمَ َوَ ِسار‬
َ ‫ْ بو ِتَخِعْر‬
َ ‫ ِْ َيْىنأمْر‬. ‫عأ َرت َهف َعِ ِلمَستَ ٌَ ةع‬
َ َ‫تععرنَِتَت تَه ِي ِهأ َ ََاعسأ‬
:‫عأمهو ُِمَتهوع‬
ِ
َ ‫تَ ِ ضَرأُ ِِئرأ ِ ِنأم َِْتَت ت‬
ِ ‫ْ ل َس‬
ِ ‫ة ِنضَلأ َ ل َس‬
Artinya:‫“ع‬Hakekat‫ع‬iman‫ع‬terdiri‫ع‬dari‫ع‬perkataan‫ع‬dan‫ع‬perbuatan.‫ع‬Perkataan‫ع‬ada‫ع‬dua‫ع‬:‫ع‬perkataan‫ع‬
hati,‫ع‬yaitu‫ع‬i‘tiqaad;‫ع‬dan‫ع‬perkataan‫ع‬lisan,‫ع‬yaitu‫ع‬perkataan‫ع‬tentang‫ع‬kalimat‫ع‬Islam‫(ع‬mengikrarkan‫ع‬
syahadat ). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan
perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan
kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tasdiiq) dalam hati, tidak akan
bermanfaat‫ع‬tiga‫ع‬hal‫ع‬yang‫ع‬lainnya”.‫ع‬Al-Imam Malik, al-Syafi’i,‫ع‬Ahmad,‫ع‬al-Auza‘i,‫ع‬Ishaq‫ع‬ibn‫ع‬
Rahawaih, dan segenap ulama ahli hadis serta ulama Madinah demikian juga para pengikut
mazhab Zahiriyyah dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu
adalah : pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan.
Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa
bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang
Pengertian Iman Dalam Agama Islam
Iman (bahasa Arab:‫ )ت ض رأن‬secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (‫ )ْض رأن‬diambil
dari kata kerja 'aamana' (‫ )اان‬-- yukminu' (‫ )ض تان‬yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Iman secara bahasa berarti‫ع‬tashdiq‫(ع‬membenarkan).‫ع‬Sedangkan‫ع‬secara‫ع‬istilah‫ع‬syar’i,‫ع‬iman‫ع‬
adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah
dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan
amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang,
sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik,
Imam‫ع‬Syafi’i,‫ع‬Imam‫ع‬Ahmad,‫ع‬Al‫ع‬Auza’i,‫ع‬Ishaq‫ع‬bin‫ع‬Rahawaih,‫ع‬madzhab Zhahiriyah dan
segenap ulama selainnya.
10
C. PENGERTIAN TAQWA
َ ِ‫عانض َ ز ضالۦأعأ َيِضنععتاه زوتَعع ِتاهوتَعا‬
َ ِ‫عمانعض هئف همعا‬
‫ـع‬
ِ ‫ععأ َيِيعُ َةاعْس َصعَلو ِ ِنہعمأ ه‬
ِ ‫ِيعاُةا‬
ِ َ ‫ِكِعمَلو ِ ِنہعمأ ه ِئت‬
ِ َ ‫ِكِعماس َ ز كلئتِ ِنہعَ هِجععت‬
‫ععأ َي ز‬
‫مهت ِِ ِنہعمَل ِس ِنہعمأ ه م هو ِوعأ ه ِي ِمعرل هنعيجَعيس َ ِْعا ِعمنَت‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. AnNisa: 136).
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri
dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab
quraishtaqwa lebih dekat dengan kata waqa yang bermakna melindungi sesuatu, memelihara
dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa
berasal dari kata "‫" ت وَ أض س‬al-wiqaayah(penjagaan)
11
D. PENGERTIAN IHSAN
Ihsan berasal dari kata ‫ درنع‬yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya
adalah ‫أن‬
‫تِدَ ر َع‬, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal
ini.
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…”‫(ع‬al-Isra’:‫ع‬7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik
terhadapmu….” (al-Qashash:77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah SWT.
Landasan Syar’i Ihsan.
Pertama, Al-Qur`an
Dalam Al-Qur`an, terdapat seratus enam puluh enam ayat yang berbicara tentang ihsan dan
implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya
perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut
ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat baik.” (al-Baqarah:195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (an-Nahl: 90)
“…serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” (al-Baqarah: 83)
“…Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan para hamba
sahayamu….” (an-Nisaa`: 36)
12
Kedua; As-Sunnah.
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia
merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadist-hadist
mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami
agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan—ketika ia menjawab pertanyaan
Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan
mengatakan :
. َ‫أ َ ْن ت َ ْعبُدَ هللاَ َكأَنَّكَ تَ َراهُ َف ِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك‬
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak
dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda:
َ‫سنُوْ الذَّ ْبحَة‬
َ َ‫سان‬
َ ‫ب‬
ِ ْ‫سنُوْ ْالقَتْلَةَ َو اِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم َفا َح‬
ِ ْ‫ فَ ِاذَا قَتَ ْلت ُ ْم َفا َح‬, ٍ‫ع َلى ُك ِل ش َْيء‬
َ ْ‫علَ ْي ُك ُم اْ ِِلح‬
َ َ ‫ا َِّن هللاَ َكت‬
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu
membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan
baik…” (HR. Muslim)
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya :
‫ رواه مسلم‬.)) ‫فَ ِإنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتَا ُك ْم يُ َع ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬
“Inilah Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.”Beliau‫ع‬
menyebut ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah SWT memerintahkan untuk
berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur`an.
13
TUGAS II
ALHIKMAH
Al Hikmah menurut ulama tafsir adalah pemahaman yang baik tentang makna Al Quran serta
apa yang terkandung didalamnya dan untuk mendapatkan adalah dengan cara membersihkan
hati dan pikiran dari hal hal yang dilarang Allah ag).
Namun definisi atas Al-Hikmah di sini, adalah pengetahuan atau pemahaman yang relatif
paling tinggi tentang kebenaran-Nya, dengan segala dalil-alasan dan penjelasannya yang
relatif kokoh-kuat dan lengkap, tentunya dengan berbagai tingkat kesempurnaannya.AlHikmah bisa dimiliki oleh siapapun (Muslim dan non-Muslim). Bahkan hukum gravitasi dan
hukum kekekalan energi / massa, juga merupakan Al-Hikmah. Walaupun khususnya dalam
kehidupan beragama, Al-Hikmah memang lebih banyak terkait dengan hal-hal gaib dan
batiniah.Al-Hikmah juga biasanya disebut sebagai 'cahaya kebenaran-Nya' (nur ilahi),
'hikmah dan hakekat kebenaran-Nya', 'petunjuk-Nya' atau 'makrifat'.
Al-Hikmah semacam ini bahkan telah dimiliki oleh seluruh para nabi-Nya, namun amat
disayangkan, justru telah relatif amat dilupakan oleh umat Islam.Terutama karena umat Islam
relatif amat jarang mengungkap kembali nilai-nilai universal, yang terkandung dalam ajaranajaran agama Islam (tiap Al-Hikmahnya). Umat Islam pada umumnya hanya 'berhenti' pada
keterangan dari ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an, yang menyatakan, "Islam, kitab suci AlQur'an dan nabi Muhammad saw, adalah agama, kitab dan nabi-Nya untuk seluruh umat
manusia" (seperti QS.5:3, QS.2:132, QS.3:19, QS.3:85, QS.68:52, QS.3:138, QS.34:28 dan
QS.16:89), dalam menunjukkan aspek universalitas dari ajaran agama Islam. Dan sekaligus
pula, umat Islam hanya 'berhenti' pada pemahaman secara 'tekstual-harfiah' semata atas
ajarannya (pemahaman yang persis seperti isi atau bunyi teks-teksnya), yang dianggapnya
juga bersifat universal (pasti bisa sesuai dipakai bahkan sampai akhir jaman).
"Apakah pemahaman secara 'tekstual-harfiah' ini benar-benar bisa menjawab atau
menjelaskan segala sesuatu hal di dalam ajaran-ajaran agama Islam, secara relatif lengkap,
mendalam, konsisten, utuh, tidak saling bertentangan dan tuntan?, juga termasuk apakah
pemahaman semacam ini benar-benar bersifat universal, dan bagi seluruh umat manusia?.
Maka penulispun lalu amat terpancing untuk menyusun buku "Menggapai Kembali
Pemikiran Rasulullah SAW" (Al-Hikmah yang terlupakan): Tindakan-Nya pada penciptaan
manusia dan alam semesta ini, melalui Sunatullah, untuk mengungkap sebagian nilai-nilai
universal yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur'an ('di balik' isi teks ayat-ayatnya),
yang sekaligus pula dikembangkan ataupun dijelaskan lebih detail, dengan berbagai bidang
ilmu-pengetahuan yang telah berkembang saat ini.
14
Firman Allah SWT :
َ ‫ْس َم ِه َوع ضأَِأعمضع ِسارهوعت َ ِئتأثعمت َ ِن َئرسعمضة ِ اهم ِه َوعَُِْأعا َُْعت َع ِةضةعت َن ِئموع َاَهأعمتاَع‬
‫وَعا َهه َوعضتَسو‬
‫معرِم ِه َوعَل‬
ِ
"Ya Rabb-kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan
hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." – (QS.2:129)
\
15
Makna dan arti dari QS albaqarah : 269
ُ
‫يرا َو َما َيذَّ َّك ُر إِالَّ أ ُ ْو ُل‬
ً ِ‫ي َخي ًْرا َكث‬
َ ِ‫يُؤْ تِي ْال ِح ْك َمةَ َمن يَشَآ ُء َو َمن يُؤْ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَدْ أوت‬
‫ب‬
ِ ‫اْأل َ ْلبَا‬
"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an dan asSunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.Dan barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah,
dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (Al-Baqarah: 269).
Tafsir Ayat :
Tatkala Allah menjelaskan tentang kondisi orang-orang yang menafkahkan hartanya, dan
bahwa Allahlah yang memberikan kepada mereka dan mengaruniakan untuk mereka harta
yang mampu mereka keluarkan nafkahnya di jalan-jalan kebajikan, dan dengan itu mereka
memperoleh kedudukan yang mulia, Allah menyebutkan apa yang lebih besar dari hal
tersebut, yaitu bahwasanya Allah akan memberikan hikmah kepada siapa yang
dikehendakiNya dari hamba-hambaNya, dan siapa yang Dia kehendaki kebaikan padanya
dari hamba-hambaNya.
Hikmah itu adalah ilmu-ilmu yang bermanfaat, pengetahuan yang mumpuni, akal yang terus,
pemikiran yang matang dan terciptanya kebenaran dalam perkataan maupun perbuatan.Inilah
seutama-utamanya pemberian dan sebaik-baiknya karunia. Karena itu Allah berfirman, (
‫ممت‬
َ ‫) ماهمتَ َأ َ ِن َئرسرلنَامَِمهم ََمته ِب‬: "Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, dia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak". Karena dia telah keluar dari gelap kebodohan kepada
cahaya petunjuk, dari kepandiran penyimpangan dalam perkataan dan perbuatan menuju
tepatnya kebenaran padanya, serta terciptanya kebenaran. Dan karena ia telah
menyempurnakan dirinya dengan kebajikan yang agung dan bermanfaat untuk makhluk
dengan manfaat yang paling besar dalam agama dan dunia mereka.
Seluruh perkara tidak akan berjalan baik kecuali dengan hikmah, yaitu meletakkan segala
sesuatu pada tempatnya dan menempatkan segala perkara pada posisinya masing-masing,
mendahulukan perkara yang harus didahulukan, mengulur perkara yang memang harus
diulur.
Akan tetapi tidak akan diingat perkara yang agung ini dan tidak akan diketahui derajat
pemberian yang besar ini, (‫ثع‬
ِ ‫ ;)ََِْا َم وتتَ َِأ‬:"kecuali orang-orang yang berakallah."Mereka itu
adalah orang-orang yang memiliki akal sehat dan cita-cita yang sempurna.Mereka itulah yang
mengetahui yang berguna lalu mereka melakukannya dan yang mudharat lalu mereka
meninggalkannya.Kedua perkara ini yaitu mengerahkan nafkah-nafkah harta dan
mengerahkan hikmah keilmuan adalah lebih utama bagi orang yang mendekatkan diri
dengannya kepada Allah dan perkara yang paling tinggi yang menyampaikannya kepada
kemuliaan yang paling agung. Kedua perkara itulah yang disebutkan oleh Nabi shallahu
'alaihi wa sallam .
16
TUGAS III
KEDUDUKAN
WANITA DAN PRIA
DI HADAPAN SYARIAH
Kedudukan Wanita dan Pria...
Ketika Islam datang dengan membawa taklif syariah yang
dibebankan kepada kaum wanita dan kaum pria, dan ketika Islam
menjelaskan hukum-hukum syariah yang mensolusi aktivitas masingmasing
dari keduanya, Islam sama sekali tidak memandang masalah
kesetaraan atau keunggulan di antara pria dan wanita. Islam juga tidak
memperhatikan masalah kesetaraan dan keunggulan antara pria dan
wanta itu sama sekali. Melainkan Islam hanya memandang bahwa di
sana terdapat permasalahan tertentu yang memerlukan solusi. Maka
Islam mensolusi permasalahan itu sebagai suatu permasalahan tertentu
tanpa memperhatikan posisinya sebagai permasalahan bagi pria atau
bagi wanita. Atas dasar ini, masalah kesetaraan atau ketidaksetaraan
antara pria dan wanita bukan merupakan topik pembahasan. Kata
kesetaraan dan ketidaksetaraan pria dan wanita itu juga tidak terdapat
di dalam khazanah perundang-undangan islami. Yang ada adalah
hukum‫ع‬syara’‫ع‬untuk‫ع‬peristiwa‫ع‬tertentu‫ع‬yang‫ع‬telah‫ع‬terjadi‫ع‬dari‫ع‬seorang
manusia tertentu, baik pria maupun wanita.
Berdasarkan hal ini, ihwal kesetaran (gender) antara pria dan
wanita bukanlah permasalahan yang harus dibahas. Juga bukan topik
yang memiliki tempat di dalam sistem interaksi pria dan wanita (annizhâm
al-ijtimâ‘î).‫ع‬Sebab,‫ع‬kedudukan‫ع‬seorang‫ع‬wanita‫ع‬yang‫ع‬sama
dengan kedudukan seorang pria atau sebaliknya, bukanlah termasuk
perkara yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial.
17
Sistem Pergaulan Dalam Islam
juga bukan persoalan yang mungkin terjadi di tengah-tengah kehidupan
Islami. Istilah semacam ini tidak lain hanyalah bagian dari istilah-istilah
yang ada di dunia Barat. Tidak ada seorang muslim pun yang
mengemukakan istilah tersebut kecuali orang yang membebek kepada
Barat. Dahulu, Barat menghancurkan hak-hak asasi kaum wanita selaku
manusia. Karena itulah, wanita-wanita Barat menuntut hak-hak tersebut.
Mereka menjadikan tuntutan pembahasan kesetaraan sebagai jalan
untuk mendapatkan hak-hak mereka.
Lain halnya dengan Islam. Islam tidak mengenal istilah-istilah
semacam ini. Sebab, Islam telah menegakkan sistem pergaulannya
berdasarkan landasan yang kokoh. Sistem pergaulan Islam tersebut
dapat menjamin keutuhan dan ketinggian komunitas yang ada di dalam
masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Sistem ini mampu memberikan
kepada kaum wanita dan kaum pria kebahagiaan yang hakiki sesuai
dengan kemuliaan manusia yang telah dimuliakan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
“Dan‫ع‬sesungguhnya‫ع‬telah‫ع‬Kami‫ع‬muliakan‫ع‬anak-anak‫ع‬Adam”‫ع‬
(TQSal-Isrâ’‫[ع‬17]:‫ع‬70)
Islam telah menetapkan berbagai hak bagi kaum wanita
sebagaimana juga telah menetapkan berbagai kewajiban terhadap
mereka. Islam pun telah menetapkan berbagai hak bagi kaum pria
sebagaimana juga telah menetapkan berbagai kewajiban terhadap
mereka. Ketika Islam menetapkan semua itu, tidak lain Islam
menetapkannya sebagai hak dan kewajiban terkait dengan
kemaslahatan pria dan wanita menurut pandangan asy-Syâri‘‫(ع‬Sang
Pembuat Hukum). Sekaligus menetapkannya sebagai solusi atas
perbuatan-perbuatan mereka sebagai suatu perbuatan tertentu yang
dilakukan oleh manusia tertentu. Islam menetapkannya satu bagi pria
dan wanita ketika karakter kemanusiaan keduanya mengharuskannya
satu. Sebaliknya Islam menetapkannya berbeda ketika karakter masingmasing
mengharuskannya berbeda. Kesatuan (kesamaan) dalam
berbagai hak dan kewajiban antara pria dan wanita itu tidak bisa disebut
18
Kedudukan Wanita dan Pria
menetapkan mahar itu sebagai hak seorang wanita (istri) atas seorang
laki-laki (suaminya). Padahal kenikmatan hubungan suami-isteri
dirasakan oleh keduanya. Allah SWT berfirman:
“Berikanlah‫ع‬maskawin‫(ع‬mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”
(TQS an-Nisâ’‫[ع‬4]:4 )
Nihlah maknanya adalah pemberian, karena ash-shadâq
(mahar)‫ع‬adalah‫ع‬pemberian,‫ع‬dan‫ع‬bukan‫ع‬sebagai‫‘ع‬pengganti‫ع‬harga’
kemaluan wanita sebagaimana yang disalahpahami oleh sebagian
orang. Rasulullah SAW telah bersabda kepada seorang pria yang hendak
menikahi seorang wanita yang awalnya memasrahkan dirinya kepada
Rasul SAW:
“Apakah‫ع‬engkau‫ع‬memiliki‫ع‬sesuatu‫ع‬yang‫ع‬bisa‫ع‬engkau‫ع‬berikan
kepadanya? Lalu ia mencari dan tidak mendapati sesuatu pun. Rasul
bersabda:‫“ع‬Carilah‫ع‬meski‫ع‬hanya‫ع‬sebuah cincin‫ع‬besi!”‫ع‬Dan‫ع‬ia‫ع‬tidak
mendapati sesuatu pun. Maka Rasul SAW megawinkannya dengan
wanita itu dengan ayat al-Quran‫ع‬yang‫ع‬ia‫ع‬hafal”‫(ع‬HR‫ع‬al-Bukhârî
dari‫ع‬jalur‫ع‬Sahal‫ع‬ibn‫ع‬Sa’d‫ع‬as-Sa’idi)
Allah SWT telah menetapkan bekerja untuk mencari nafkah
sebagai kewajiban bagi pria. Sebaliknya, bekerja untuk mencari nafkah
bukan merupakan kewajiban bagi wanita, tetapi hanya sekadar mubah
(boleh) saja. Jika dia menghendaki, dia boleh melakukannya.
19
Download