TUGAS I SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas يضع ْرمع ْ َنع ا ِْ َهنع ٌس َو ُع ُِ َل َو ِع ج ْسمَهأ َسلع ِْ عََ ض َو َعو َتاع ملسَو ْس َم ِعن ُع ىسَص ع ُ ِنضَنع ٌَ ُع ِ َ َأاع ا َضيَأ ْ َهنع ُع: ل ُنَ نع امَهرأ َ ت, اد عن ُ ِاهَأ ض َع ِمرنع مَع ت رَف ِعم ارمع ْس َم ِعن ضمي َع, ض ِ ِْ ص ٌسلع دتَص ث ام ِ ع أي ر َع ِعم لوت ِعو ُ ِنضَنع ت ِبامأ ِع ملسَو ْس َم ِعن ُع ىسَص ت هَ ِِ اع, ر لَهنع ِنعَ َهِتَعم ِْ ص َ َهِت َم ِعن, ر ِهي َض ِعن ْسص ه َف َم ِعن مميلع, َأاع مع: ض ان َرنع ضأ ن ا َي ِِ َمُِ َع ت ِ لَْ ِعو ْ ِع, ُِ َل َواع رلأاع ملسَو ْس َم ِعن ُع ىسَص ع: ن ت ِ لَْوع ن َ َرهنع ا َع ََ نع َِعْ ا َع ن مع ُع ِْ ع ُِ َل َواع ان َرنَت ا َع ع, ةْصع مَ ِلمَوع ن ت َِمَْع مَن َع ِْ ِع َ ت, ت َةهأصع مَتَ َِضع, َايأنع مَة َووع, ت ل ِِ َمَْع ِْ َم ِعن تلَتَ َعْع. َأاع: ىن ََْع. مضةناَِنع ضرَلسنع نع رع ِبَِهأ. َأاع: ض ن ر َي ِِ َمُِ َع أن ْ ِع ت ِ ضَر ِع, َأاع: ن اِ ا َع ِاأ ع, ماْ ِكئتِ ِعن, هت ِِ ِنعمع, َ َ مَل ِس ِعن, ت ِي ِعم مت م َو ِعو, ُ ِ ام ِعي مع يم َِم ِعي ِاأ لن ِعََ َتَ ِانع مع. َأاع: ىن ََْع. َأاع: ض ن ر َي ِِ َمُِ َع أن ْ ِع ت ِ دَ ر ِع, َأاع: ن َمتيع ه َُأع ُع َ َعِنع ا َع َ ن َعو رنِ َع ن ضمترع رنَُِنع َمتيع َئ َع. َأاع: ن َمُِ َضعر َيِِع َأاع ت رَأْ ِعس ْ ِع: ج ِانع اِ َْسوع ْ َههأ ت ررَت َماع اأ ت رَأكِ ِع. َأاع: ض ن ر َيِِ َمُِ َع ْ َع َ َ َ َ َ ض ضتَأم َونع ت ااأَتَِهأ, َأاع: ن َاَتهأ ت اسع َ ِسنع ا َع, ن أع َِْأعع ت عأ سع ت عمتصع ت نفأصع َمي ما َع ر ِع أنعتع رِ َع ِ ِ َهم, ت ََُسنع ر و, ا ِسمَأ رسِِبَْع, ر َعو َأاع: ْرمع ضأ, ت ن اَن ََِ َع َ َسْع ت رَأكِجا ا ِع: اَْسوع َل َو نع مع ُع. َأاع: ِوضَهئ َعو ضع ِسارئ َعو اَأه َعو ٌِِ َِمضَجع رنَُِنع. ا َر ِس ُعو َمتيع Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi,عkemudianعiaعberkataع:“عHai,عMuhammad!عBeritahukanعkepadakuعtentangعIslam.” RasulullahعShallallahu'عalaihiعwaعsallamعmenjawab,”Islamعadalah,عengkauعbersaksiعtidakعadaع yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkauعmenunaikanعhajiعkeعBaitullah,عjikaعengkauعtelahعmampuعmelakukannya,”عlelakiعituع berkata,”Engkauعbenar,”عmakaعkamiعheran,عiaعyangعbertanyaعiaعpulaعyangعmembenarkannya. Kemudianعiaعbertanyaعlagi:“عBeritahukanعkepadakuعtentangعIman”. 1 Nabiعmenjawab,”Imanعadalah,عengkauعberimanعkepadaعAllah;عmalaikatNya;عkitab-kitabNya; paraعRasulNya;عhariعAkhir,عdanعberimanعkepadaعtakdirعAllahعyangعbaikعdanعyangعburuk,”عiaع berkata,“عEngkauعbenar.” Diaعbertanyaعlagi:“عBeritahukanعkepadakuعtentangعihsan”. NabiعShallallahu'عalaihiعwaعsallamعmenjawab,”HendaklahعengkauعberibadahعkepadaعAllahع seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelakiعituعberkataعlagiع:“عBeritahukanعkepadakuعkapanعterjadiعKiamat?” Nabiعmenjawab,”Yangعditanyaعtidaklahعlebihعtahuعdaripadaعyangعbertanya.” Diaعpunعbertanyaعlagiع:“عBeritahukanعkepadakuعtentangعtanda-tandanya!” Nabiعmenjawab,”Jikaعseorangعbudakعwanitaعtelahعmelahirkanعtuannya;عjikaعengkauعmelihatع orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telahعsalingعberlombaعdalamعmendirikanعbangunanعmegahعyangعmenjulangعtinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai,عUmar!عTahukahعengkau,عsiapaعyangعbertanyaعtadi?” Akuعmenjawab,”AllahعdanعRasulNyaعlebihعmengetahui,”عBeliauعbersabda,”DiaعadalahعJibrilع yangعmengajarkanعkalianعtentangعagamaعkalian.”[عHRعMuslim,عno.ع8][ع1] 2 A. PENGERTIAN ISLAM Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama.Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini. اإل س المم صدرم نأ س لم ي س لمإ س الما Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah: 1. Berasal dari ‘salm’ ( )اْس لَّلاyang berarti damai. Dalam al-Qur’anعAllahعSWTعberfirman(عQS.ع8ع:ع61) جاََ ج جم ََّّ للَجلجااْلَّ نف نإَّْ َفف جَماْس نَّميَ لَاَْج نلي َا جَمن لْ جَنجَِما نْلس لَّل نمهجاَّل نجِل جلف ج “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Kata‘عsalm’عdalamعayatعdiعatasعmemilikiعartiعdamaiعatauعperdamaian.Danعiniعmerupakanعsalahع satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9) وَ نم لْ جَا نفهجاجا نْ نمنج لاْم لَه نم ننينج ل َالجاان َ لَ جَاهجَجا نَل اَاجاجلَما جاأ ج ل ه نلَِما جو لينج َف جما جا نإ لْ جَْجال نإِل دجا َؤ جما ج مااَّْ ناياج لَ نْ ج َ ه نلَِما جو لينج َف جما نو لاْ جَ لد نْ جمتج لَس نَما نمَّْاْلَّ جفي نََِ لَاْ َم لَس ننَيتج جِاَّاا ج نهو جق نمْجاأجم نلَاْلَّ نف جه نإ لْ جها جقَل جهأ ج ل “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” 3 Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam Al-Qur’anعAllahعberfirman:(عQS.ع22ع:ع39) ََُِماَمنَّْاْلَّ جف جَلجانجص نلَؤنمل لج جَدن ت َ نرْج نللَّْنِنجيَ جَاَجلَم جَْنأجَّْ َف لم َا نلم ج “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” )ت ج لyang berarti menyerah. 2. Berasal dari kata ‘aslama’ (سلج جا Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala laranganNya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an:(عQS.ع4ع:ع125) ام َّم لنأ ج ل َاَاََّ جِْجاْلَّ َف نإو جلَا نؤ ج سلج جم جمَّل جف َف نللَّ نف جم َؤ جم َمِل ن سنَدنِ سن ن ي جم جِ نليالس جم لنأجِل ج سنُ جماَََّجَج نملَّوج نمو جلَا نؤي جم جِننيهس ج “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162) يم جمِل يجاِج جم جم جماَني نللَّ نف جَ نوَ لاْ جَاْج نميتج َ َْيم نَّْ ج س نه ج صالجَن ج ََ ل ن “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) : مل س اَمنْجي نلفيََل جَََّموتجاجْجي جلََنِ نناْلَّ نفيج لََْمْج جمْج َفأ ج ل َس جم جماَن جمانجرل نغ ج َّ ْسلج جم جم لن نهيا اَ جََّل سؤ ج ا ج “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian 4 akanعmenjadikanعhatiعkitaعtentram,عdamaiعdanعtenang(عbaca;عmutma’inah). سا ج ل ا ل- س نلمَمل وج سا ج ل ) َم ل: penyerahan total kepada 3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (سلج جا Allah. Dalam Al-Qur’anعAllahعberfirman(عQS.ع37ع:ع26) وج لل َفم ل س نل َمموج ساج ل َاْيجمل جم َم ل “Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur’anعAllahعberfirman(عQS.ع2ع:ع208) َ ََ ااَّوس جَمجَجا َّ نَََما ُ َط لي جَا نْ نإَّْ َفلج َه لمَجدَََ َم ن َّ َْ جماَنا س لنل نم جه َ ْيتِجاتجَِفجااَّْ نِْتج جقا جمنَماا لَ ََلَماانيا “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya. 4. Berasal dari kata ‘saliim’ (س نل لي ُا ) جyang berarti bersih dan suci. Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an(عQS.ع26ع:ع89): س نلو منمَّ جم لنأجَجااْلَّ جف نََج للََ ج ٍَ “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84) يا من لرَّجا جق جروَّ َف نََج لل ََ ج َ س نل “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” 5 Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: (QS. 5 : 6) لي َه لم نم لنِ ججَ ََّ جمْج نه لني نََِدَ نْيَ جَ ن َف جَ ََّم جلم نْيَ نا َّم نن لَ جما ج َف جَ جل لي َه لملج جَلَّ َهمل ا ج ل ط َه َََوج جماِ نََِدَاْلَّ َف نل جيَل جَلج جَ جل “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” 5. Berasal dari ‘salam’ (ٍُ سالج ) جyang berarti selamat dan sejahtera. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:(عQS.ع19ع:ع47) سأ ج ل ساج لْ نه ََْجه ججَ نَوي نإَّْ َفهجاْج نَي جِ نهيَا سالج ُمَجلج لي جه ج َجاْج ج Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku." Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan.Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan. 6 ISTILAH Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’ Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat AlQur’an.عDiantaraعpoin-poinnya adalah: 1. Islam sebagai wahyu ilahi ()اْمِل يَا ل نإلْج نفو ج Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 : من لْف جَممنمَّ جَِل يُيَمِجإ * جَ جماِج لن نََََج نن لاْف ججمو “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." 2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) ( س نليلتج ) نَ لِنَالن ج لْ نَيج ن اق جَ لاْمََل ج Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84) سِجاَج جمِج لَََموج جمانج ل س جما نايلج جممن ل اَ جمات َ لْ نسْج جَلجا نإو جلَا نؤي جم جممن ل ان جم جم سَج ن ام ناي ج اتَََنيجمَم ج اماْنَّ نَيَمْج نم لن جَ نوَ نفمل الجَْهج ن َََََج لينجأ ج جِ َدََ لم جمنَّا نواْلَّ نف جم جمات َ لْ نسْج جَلج لي جن ج س ج س ج ملمْجِل نَلج َف َم ل س نل َمموج نم لن َف ج “Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedabedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." 7 )م لنفجاَّ ل 3. Sebagai pedoman hidup (َاْ جِ جيا نن ن Allah berfirman (QS. 45 : 20): ام جرِل جموُ نَْجمل مَ يَمَننَموج جؤْجاوجصجافن ََ نْلنَّا ن س جم َؤدس ج "Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." 4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW (سنَّوَ جرسَمل نْ نح َ َاْلف نهي نلهاجا نو نف جم )تجِل هجام ن Allah berfirman (QS. 5 : 49-50) لْا ج جمَّْمل ا جاا لالج لمأجَّْ جماِ نََِدَاْلَّ َفأ ج لْي نَصي جَ َف لم نَ جََ نلالََْْم نو جَ لينج َف لم نَ جمات ج لْ جس جمْلَّف جَممجَجا َّ نَ لَأ ج لؤ جما جق َؤم جلماِل ْجرل َؤ لمأ ج لْ جي له نانَم جَّ جَ لن جََ نلال جماتج لْ جس جمْلَّ َف نإْج لي جههج نإ جَتج نْاِل َهمل سََموج سلج جها ن امنجاْنَّا ن يَ ن سنَ نمنجاْلَّ نف َِ لهمسا نَْجمل مَ يَم نَنَموج ت ج جا َِ له جما * نؤم جلم نمَّْ جه نل س لَْجا نؤ نليَّ نو جِ لََْمْج جم جم لنأجِل ج “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” َ ََ)اْص ج ان لاْ َم ل 5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (ساج نَ لي َا ن Allah berfirman (QS. 6 : 153) اني َم ل َ ْسا ج نَيمسا جااَََّنََم َؤ جممجَجاََّنََماا اه جَ ن سَني نل نفْج نْ َهم جلمهَّا ََّمل َن نفلجَج سََلجهجاجهجََّ َجَن َه لمَج لن ج لَّ َه لماجاَََّموج جَتجَّْ جفْج ن “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” 8 B. PENGERTIAN IMAN Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup. Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)." يمأ سهع َههل ع أا اَ ِ ضَرأُر َع ِمرسُاِأ َ ل َسِِوَ َو ُِِأ ِ اسرأُِوْرسُِِأ َ ََه ِع ِ َْهِأ َاهِنب َم: َأ مل َوَ سهةسلَأ سهعس َم ِهولسَوع: أن ()َمتهأا هرأٌهوت َ ِمتُ ض Artinya:“عDariعIbnuعHajarعRadhiyallahu‘عAnhuعbeliauعberkata:عRasulullahعSAWعtelahع bersabda: Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota badan”(عH.R.عIbnuعMajahعdanعAt-Tabrani). Isi kandungan hadits di atas menjelaskan bahwa unsur-unsur yang membentuk keimanan seseorang itu ada 3, yaitu: Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota badan. 1. Pengetahuan Hati (عع ِ ا َع ِمرسُاِأ َ ل َس ) Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi pembahasanعdiعtitikعberatkanعpadaعjiwaعseseorangعatauعlazimnyaعdiعsebut“عqalbu”.Hatiع merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama manusia. Orang yang beriman hatinyaعharusعma’rifatعkepadaعAllah,عmengetahuiع siapakah Allah itu, karena tanpa mengenal Allah mustahil seseorang akan beriman kepada Allah. 2. Pengucapan Lisan (أنع ِ )َ َو ُِِأ ِ اسرSetelah mengenal Allah dan meyakini dengan sepenuh hati, seorang mukmin diwajibkan mengakui dan mengikrarkan dengan lisan, yakni dengan mengucapkan dua kalimat syahadah . 3. Pengamalan dengan anggota badan ُ َ (أنع ِ )مْرسِِأ ََه. Amal merupakan unsur dari iman. Seperti perkataan Imam Ibnu Abdil Barr: َ يََاِ ِهمَ َسعاٌَ رع َه ْ ِعف ِ ُ َل ِهوتَ ن ِن َض ِبعسل َُأ َ ِ ضَرأُل َو ُوْرجُأمَْرArtinya:“عParaعahliعfiqihعdanعhadisعtelahعsepakatع 9 bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat”. Al-Imaam Ibnul-Qayyim al-Jauziy juga berkata berkata : َ َ َو. أن د ِلمَلستَ ِ ضَرأُِرم َهِسُ ِاا َهل َو َوْر َجع.أنع متَ عرس ِلرَر ِع ِ َ ل َس ِ متَ ل َو ِلرَر:أنأمهوت تَئسالرِِئ ِسر ِستَ ِ لَْ ِوع ِ عأمهوتَ َِ َْتِلأوأمَ َوَ ِسار َ ْ بو ِتَخِعْر َ ِْ َيْىنأمْر. عأ َرت َهف َعِ ِلمَستَ ٌَ ةع َ َتععرنَِتَت تَه ِي ِهأ َ ََاعسأ :عأمهو ُِمَتهوع ِ َ تَ ِ ضَرأُ ِِئرأ ِ ِنأم َِْتَت ت ِ ْ ل َس ِ ة ِنضَلأ َ ل َس Artinya:“عHakekatعimanعterdiriعdariعperkataanعdanعperbuatan.عPerkataanعadaعduaع:عperkataanع hati,عyaituعi‘tiqaad;عdanعperkataanعlisan,عyaituعperkataanعtentangعkalimatعIslam(عmengikrarkanع syahadat ). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tasdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaatعtigaعhalعyangعlainnya”.عAl-Imam Malik, al-Syafi’i,عAhmad,عal-Auza‘i,عIshaqعibnع Rahawaih, dan segenap ulama ahli hadis serta ulama Madinah demikian juga para pengikut mazhab Zahiriyyah dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah : pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang Pengertian Iman Dalam Agama Islam Iman (bahasa Arab: )ت ض رأنsecara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman ( )ْض رأنdiambil dari kata kerja 'aamana' ( )اان-- yukminu' ( )ض تانyang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Iman secara bahasa berartiعtashdiq(عmembenarkan).عSedangkanعsecaraعistilahعsyar’i,عimanع adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, ImamعSyafi’i,عImamعAhmad,عAlعAuza’i,عIshaqعbinعRahawaih,عmadzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya. 10 C. PENGERTIAN TAQWA َ ِعانض َ ز ضالۦأعأ َيِضنععتاه زوتَعع ِتاهوتَعا َ ِعمانعض هئف همعا ـع ِ ععأ َيِيعُ َةاعْس َصعَلو ِ ِنہعمأ ه ِ ِيعاُةا ِ َ ِكِعمَلو ِ ِنہعمأ ه ِئت ِ َ ِكِعماس َ ز كلئتِ ِنہعَ هِجععت ععأ َي ز مهت ِِ ِنہعمَل ِس ِنہعمأ ه م هو ِوعأ ه ِي ِمعرل هنعيجَعيس َ ِْعا ِعمنَت Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. AnNisa: 136). Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraishtaqwa lebih dekat dengan kata waqa yang bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal dari kata "" ت وَ أض سal-wiqaayah(penjagaan) 11 D. PENGERTIAN IHSAN Ihsan berasal dari kata درنعyang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah أن تِدَ ر َع, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini. Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…”(عal-Isra’:ع7) “…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77) Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah SWT. Landasan Syar’i Ihsan. Pertama, Al-Qur`an Dalam Al-Qur`an, terdapat seratus enam puluh enam ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini. “…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah:195) “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (an-Nahl: 90) “…serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” (al-Baqarah: 83) “…Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan para hamba sahayamu….” (an-Nisaa`: 36) 12 Kedua; As-Sunnah. Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadist-hadist mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan—ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan : . َأ َ ْن ت َ ْعبُدَ هللاَ َكأَنَّكَ تَ َراهُ َف ِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim) Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda: َسنُوْ الذَّ ْبحَة َ َسان َ ب ِ ْسنُوْ ْالقَتْلَةَ َو اِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم َفا َح ِ ْ فَ ِاذَا قَتَ ْلت ُ ْم َفا َح, ٍع َلى ُك ِل ش َْيء َ ْعلَ ْي ُك ُم اْ ِِلح َ َ ا َِّن هللاَ َكت “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik…” (HR. Muslim) Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya : رواه مسلم.)) فَ ِإنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتَا ُك ْم يُ َع ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم “Inilah Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.”Beliauع menyebut ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah SWT memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur`an. 13 TUGAS II ALHIKMAH Al Hikmah menurut ulama tafsir adalah pemahaman yang baik tentang makna Al Quran serta apa yang terkandung didalamnya dan untuk mendapatkan adalah dengan cara membersihkan hati dan pikiran dari hal hal yang dilarang Allah ag). Namun definisi atas Al-Hikmah di sini, adalah pengetahuan atau pemahaman yang relatif paling tinggi tentang kebenaran-Nya, dengan segala dalil-alasan dan penjelasannya yang relatif kokoh-kuat dan lengkap, tentunya dengan berbagai tingkat kesempurnaannya.AlHikmah bisa dimiliki oleh siapapun (Muslim dan non-Muslim). Bahkan hukum gravitasi dan hukum kekekalan energi / massa, juga merupakan Al-Hikmah. Walaupun khususnya dalam kehidupan beragama, Al-Hikmah memang lebih banyak terkait dengan hal-hal gaib dan batiniah.Al-Hikmah juga biasanya disebut sebagai 'cahaya kebenaran-Nya' (nur ilahi), 'hikmah dan hakekat kebenaran-Nya', 'petunjuk-Nya' atau 'makrifat'. Al-Hikmah semacam ini bahkan telah dimiliki oleh seluruh para nabi-Nya, namun amat disayangkan, justru telah relatif amat dilupakan oleh umat Islam.Terutama karena umat Islam relatif amat jarang mengungkap kembali nilai-nilai universal, yang terkandung dalam ajaranajaran agama Islam (tiap Al-Hikmahnya). Umat Islam pada umumnya hanya 'berhenti' pada keterangan dari ayat-ayat kitab suci Al-Qur'an, yang menyatakan, "Islam, kitab suci AlQur'an dan nabi Muhammad saw, adalah agama, kitab dan nabi-Nya untuk seluruh umat manusia" (seperti QS.5:3, QS.2:132, QS.3:19, QS.3:85, QS.68:52, QS.3:138, QS.34:28 dan QS.16:89), dalam menunjukkan aspek universalitas dari ajaran agama Islam. Dan sekaligus pula, umat Islam hanya 'berhenti' pada pemahaman secara 'tekstual-harfiah' semata atas ajarannya (pemahaman yang persis seperti isi atau bunyi teks-teksnya), yang dianggapnya juga bersifat universal (pasti bisa sesuai dipakai bahkan sampai akhir jaman). "Apakah pemahaman secara 'tekstual-harfiah' ini benar-benar bisa menjawab atau menjelaskan segala sesuatu hal di dalam ajaran-ajaran agama Islam, secara relatif lengkap, mendalam, konsisten, utuh, tidak saling bertentangan dan tuntan?, juga termasuk apakah pemahaman semacam ini benar-benar bersifat universal, dan bagi seluruh umat manusia?. Maka penulispun lalu amat terpancing untuk menyusun buku "Menggapai Kembali Pemikiran Rasulullah SAW" (Al-Hikmah yang terlupakan): Tindakan-Nya pada penciptaan manusia dan alam semesta ini, melalui Sunatullah, untuk mengungkap sebagian nilai-nilai universal yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur'an ('di balik' isi teks ayat-ayatnya), yang sekaligus pula dikembangkan ataupun dijelaskan lebih detail, dengan berbagai bidang ilmu-pengetahuan yang telah berkembang saat ini. 14 Firman Allah SWT : َ ْس َم ِه َوع ضأَِأعمضع ِسارهوعت َ ِئتأثعمت َ ِن َئرسعمضة ِ اهم ِه َوعَُِْأعا َُْعت َع ِةضةعت َن ِئموع َاَهأعمتاَع وَعا َهه َوعضتَسو معرِم ِه َوعَل ِ "Ya Rabb-kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." – (QS.2:129) \ 15 Makna dan arti dari QS albaqarah : 269 ُ يرا َو َما َيذَّ َّك ُر إِالَّ أ ُ ْو ُل ً ِي َخي ًْرا َكث َ ِيُؤْ تِي ْال ِح ْك َمةَ َمن يَشَآ ُء َو َمن يُؤْ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَدْ أوت ب ِ اْأل َ ْلبَا "Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an dan asSunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.Dan barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (Al-Baqarah: 269). Tafsir Ayat : Tatkala Allah menjelaskan tentang kondisi orang-orang yang menafkahkan hartanya, dan bahwa Allahlah yang memberikan kepada mereka dan mengaruniakan untuk mereka harta yang mampu mereka keluarkan nafkahnya di jalan-jalan kebajikan, dan dengan itu mereka memperoleh kedudukan yang mulia, Allah menyebutkan apa yang lebih besar dari hal tersebut, yaitu bahwasanya Allah akan memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya, dan siapa yang Dia kehendaki kebaikan padanya dari hamba-hambaNya. Hikmah itu adalah ilmu-ilmu yang bermanfaat, pengetahuan yang mumpuni, akal yang terus, pemikiran yang matang dan terciptanya kebenaran dalam perkataan maupun perbuatan.Inilah seutama-utamanya pemberian dan sebaik-baiknya karunia. Karena itu Allah berfirman, ( ممت َ ) ماهمتَ َأ َ ِن َئرسرلنَامَِمهم ََمته ِب: "Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak". Karena dia telah keluar dari gelap kebodohan kepada cahaya petunjuk, dari kepandiran penyimpangan dalam perkataan dan perbuatan menuju tepatnya kebenaran padanya, serta terciptanya kebenaran. Dan karena ia telah menyempurnakan dirinya dengan kebajikan yang agung dan bermanfaat untuk makhluk dengan manfaat yang paling besar dalam agama dan dunia mereka. Seluruh perkara tidak akan berjalan baik kecuali dengan hikmah, yaitu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menempatkan segala perkara pada posisinya masing-masing, mendahulukan perkara yang harus didahulukan, mengulur perkara yang memang harus diulur. Akan tetapi tidak akan diingat perkara yang agung ini dan tidak akan diketahui derajat pemberian yang besar ini, (ثع ِ ;)ََِْا َم وتتَ َِأ:"kecuali orang-orang yang berakallah."Mereka itu adalah orang-orang yang memiliki akal sehat dan cita-cita yang sempurna.Mereka itulah yang mengetahui yang berguna lalu mereka melakukannya dan yang mudharat lalu mereka meninggalkannya.Kedua perkara ini yaitu mengerahkan nafkah-nafkah harta dan mengerahkan hikmah keilmuan adalah lebih utama bagi orang yang mendekatkan diri dengannya kepada Allah dan perkara yang paling tinggi yang menyampaikannya kepada kemuliaan yang paling agung. Kedua perkara itulah yang disebutkan oleh Nabi shallahu 'alaihi wa sallam . 16 TUGAS III KEDUDUKAN WANITA DAN PRIA DI HADAPAN SYARIAH Kedudukan Wanita dan Pria... Ketika Islam datang dengan membawa taklif syariah yang dibebankan kepada kaum wanita dan kaum pria, dan ketika Islam menjelaskan hukum-hukum syariah yang mensolusi aktivitas masingmasing dari keduanya, Islam sama sekali tidak memandang masalah kesetaraan atau keunggulan di antara pria dan wanita. Islam juga tidak memperhatikan masalah kesetaraan dan keunggulan antara pria dan wanta itu sama sekali. Melainkan Islam hanya memandang bahwa di sana terdapat permasalahan tertentu yang memerlukan solusi. Maka Islam mensolusi permasalahan itu sebagai suatu permasalahan tertentu tanpa memperhatikan posisinya sebagai permasalahan bagi pria atau bagi wanita. Atas dasar ini, masalah kesetaraan atau ketidaksetaraan antara pria dan wanita bukan merupakan topik pembahasan. Kata kesetaraan dan ketidaksetaraan pria dan wanita itu juga tidak terdapat di dalam khazanah perundang-undangan islami. Yang ada adalah hukumعsyara’عuntukعperistiwaعtertentuعyangعtelahعterjadiعdariعseorang manusia tertentu, baik pria maupun wanita. Berdasarkan hal ini, ihwal kesetaran (gender) antara pria dan wanita bukanlah permasalahan yang harus dibahas. Juga bukan topik yang memiliki tempat di dalam sistem interaksi pria dan wanita (annizhâm al-ijtimâ‘î).عSebab,عkedudukanعseorangعwanitaعyangعsama dengan kedudukan seorang pria atau sebaliknya, bukanlah termasuk perkara yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial. 17 Sistem Pergaulan Dalam Islam juga bukan persoalan yang mungkin terjadi di tengah-tengah kehidupan Islami. Istilah semacam ini tidak lain hanyalah bagian dari istilah-istilah yang ada di dunia Barat. Tidak ada seorang muslim pun yang mengemukakan istilah tersebut kecuali orang yang membebek kepada Barat. Dahulu, Barat menghancurkan hak-hak asasi kaum wanita selaku manusia. Karena itulah, wanita-wanita Barat menuntut hak-hak tersebut. Mereka menjadikan tuntutan pembahasan kesetaraan sebagai jalan untuk mendapatkan hak-hak mereka. Lain halnya dengan Islam. Islam tidak mengenal istilah-istilah semacam ini. Sebab, Islam telah menegakkan sistem pergaulannya berdasarkan landasan yang kokoh. Sistem pergaulan Islam tersebut dapat menjamin keutuhan dan ketinggian komunitas yang ada di dalam masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Sistem ini mampu memberikan kepada kaum wanita dan kaum pria kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan kemuliaan manusia yang telah dimuliakan oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman : “DanعsesungguhnyaعtelahعKamiعmuliakanعanak-anakعAdam”ع (TQSal-Isrâ’[ع17]:ع70) Islam telah menetapkan berbagai hak bagi kaum wanita sebagaimana juga telah menetapkan berbagai kewajiban terhadap mereka. Islam pun telah menetapkan berbagai hak bagi kaum pria sebagaimana juga telah menetapkan berbagai kewajiban terhadap mereka. Ketika Islam menetapkan semua itu, tidak lain Islam menetapkannya sebagai hak dan kewajiban terkait dengan kemaslahatan pria dan wanita menurut pandangan asy-Syâri‘(عSang Pembuat Hukum). Sekaligus menetapkannya sebagai solusi atas perbuatan-perbuatan mereka sebagai suatu perbuatan tertentu yang dilakukan oleh manusia tertentu. Islam menetapkannya satu bagi pria dan wanita ketika karakter kemanusiaan keduanya mengharuskannya satu. Sebaliknya Islam menetapkannya berbeda ketika karakter masingmasing mengharuskannya berbeda. Kesatuan (kesamaan) dalam berbagai hak dan kewajiban antara pria dan wanita itu tidak bisa disebut 18 Kedudukan Wanita dan Pria menetapkan mahar itu sebagai hak seorang wanita (istri) atas seorang laki-laki (suaminya). Padahal kenikmatan hubungan suami-isteri dirasakan oleh keduanya. Allah SWT berfirman: “Berikanlahعmaskawin(عmahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (TQS an-Nisâ’[ع4]:4 ) Nihlah maknanya adalah pemberian, karena ash-shadâq (mahar)عadalahعpemberian,عdanعbukanعsebagai‘عpenggantiعharga’ kemaluan wanita sebagaimana yang disalahpahami oleh sebagian orang. Rasulullah SAW telah bersabda kepada seorang pria yang hendak menikahi seorang wanita yang awalnya memasrahkan dirinya kepada Rasul SAW: “Apakahعengkauعmemilikiعsesuatuعyangعbisaعengkauعberikan kepadanya? Lalu ia mencari dan tidak mendapati sesuatu pun. Rasul bersabda:“عCarilahعmeskiعhanyaعsebuah cincinعbesi!”عDanعiaعtidak mendapati sesuatu pun. Maka Rasul SAW megawinkannya dengan wanita itu dengan ayat al-Quranعyangعiaعhafal”(عHRعal-Bukhârî dariعjalurعSahalعibnعSa’dعas-Sa’idi) Allah SWT telah menetapkan bekerja untuk mencari nafkah sebagai kewajiban bagi pria. Sebaliknya, bekerja untuk mencari nafkah bukan merupakan kewajiban bagi wanita, tetapi hanya sekadar mubah (boleh) saja. Jika dia menghendaki, dia boleh melakukannya. 19