pengantar hukum indonesia - Anggreini Atmei Lubis, SH.M.Hum

advertisement
ANGGRENI ATMEI LUBIS,SH. M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
SILABUS:
 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM DI






INDONESIA
PENGGOLONGAN HUKUM (RECHTSBEDELING) DI
INDONESIA
PENGERTIAN HUKUM
SUMBER-SUMBER HUKUM
SISTEM HUKUM
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
SISTEM HUKUM DI INDONESIA:
1. HUKUM PIDANA DAN HUKUM ACARA PIDANA
2. HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA PERDATA
3. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM
ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
4. HUKUM TATA NEGARA
5. HUKUM INTERNASIONAL
BUKU/LITERATUR











Pengantar Hukum Indonesia; R. Abdul Djamali
Pengantar Hukum Indonesia; H. Zaeni Asyhadie
Pengantar Hukum Indonesia; Ishaq
Pengantar Tata Hukum Indonesia; Zainal Asikin
Pengantar Perbandingan Sistem Hukum; Ade Maman
Suherman
Pengantar Dalam Hukum Indonesia; E.Utrecht/ Moh. Saleh
Djindang.
KUHPidana
KUHAP
KUHPerdata
HIR dan RBG
UU
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
HUKUM DI INDONESIA
MASA VERENIGDE OOST INDISCHE COMPAGNIE
(VOC) 1602-1799
2. PENJAJAHAN PEMERINTAH BELANDA 1800-1942
a. Masa Besluiten Regerings 1814-1855
b. Masa Regerings Reglement 1855-1926
c. MasaIndische Staatsregeling 1926-1942
3. MASA PENJAJAHAN JEPANG
1.
PENGGOLONGAN HUKUM
(RECHTSBEDELING) DI INDONESIA
PASAL 131 INDISCHE STAATREGELING (IS) MEMBAGI
TIGA GOLONGAN HUKUM:
1. GOLONGAN EROPA
2. GOLONGAN INDONESIA
3. GOLONGAN TIMUR ASING
PENGERTIAN HUKUM
 Menurut Satjipto Rahardjo
Hukum adalah karya manusia yang berupa normanorma berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Ia
merupakan pencerminan dari kehendak manusia
tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina
dan kemana harus diarahkan. Oleh karena itu
pertama-tama, hukum itu mengandung rekaman dari
ide-ide yang dipilih oleh masyarakat tempat hukum
itu diciptakan. Ide-ide ini adalah ide mengenai
keadilan.
PENGERTIAN HUKUM
 Menurut Sudikno Martokusumo
Kaedah hukum merupakan ketentuan atau pedoman
tentang apa yang seyogyanya atau seharusnya
dilakukan. Pada hakekatnya kaedah hukum
merupakan perumusan pendapat atau pandangan
tentang bagaimana seharusnya atau seyogyanya
seseorang bertingkah laku. Sebagai pedoman kaedah
hukum bersifat umum dan pasif.
PENGERTIAN HUKUM
 Menurut E.Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengatur tata tertib dalam sesuatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena pelanggaran petunjuk
hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari
pihak pemerintah masyarakat itu.
SUMBER-SUMBER HUKUM
Sumber Hukum Materil
Sumber hukum materil melihat sumber hukum dari
sudut pandang atau nilai filosofi yang terkandung
dalam sudut pandangan tersebut. Seperti sumber
hukum menurut ahli sejarah, sumber hukum menurut
ahli filsafat, sumber hukum menurut ahli sosiologis,
sumber hukum menurut ahli ekonomi, sumber
hukum menurut ahli agama dan lain-lain.
SUMBER-SUMBER HUKUM
SECARA UMUM SUMBER HUKUM FORMIL:
 UU/PERATURAN
 KEBIASAAN
 YURISPRUDENSI
 TRAKTAT
 DOKTRIN
SUMBER HUKUM FORMIL
 Undang-Undang/Peraturan
Menurut Buys, undang-undang dapat dibedakan dalam dua
arti:
1. Undang-undang dalam arti kata materil
Undang-undang dalam arti kata materil adalah setiap
keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat
langsung setiap penduduk (dalam suatu wilayah).
2. Undang-undang dalam arti kata formil
Undang-undang dalam arti kata formil adalah setiap
keputusan pemerintah yang merupakan undang-undang
karena cara terbentuknya
SUMBER HUKUM FORMIL
Kebiasaan
Kebiasaan akan menjadi sumber hukum bila
dilakukan secara terus menerus berkesinambungan
yang ditaati dan diyakini oleh sekelompok masyarakat
atau golongan. Dengan ditaati dan diyakini oleh
sekelompok masyarakat atau golongan maka
kebiasaan akan dapat membentuk norma hukum atau
asas hukum. Kebiasaan sering juga disebut hukum
adat.
SUMBER HUKUM FORMIL
 Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang
diikuti oleh hakim dalam kasus (tindak pidana) yang
sama, waktu dan tempat yang berbeda.
SUMBER HUKUM FORMIL
Traktat
Traktat adalah perjanjian internasional antara dua
atau lebih negara yang sangat formil sifatnya karena
melibatkan parlemen dari masing-masing negara yang
melakukan traktat tersebut, traktat biasanya berisikan
perjanjian tapal batas negara (batas-batas wilayah
antara negara-negara yang melakukan traktat).
Doktrina
Doktrina adalah pendapat ahli hukum.
SUMBER HUKUM FORMIL
DI INDONESIA











UUD REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
KETETAPAN MPR RI
UU/PERPU
PP
PERATURAN PRESIDEN
PERDA
PERATURAN LEMBAGA NEGARA ( MA, MK, BPK, KY)
HUKUM ADAT
YURISPRUDENSI
TRAKTAT
DOKTRIN
UNDANG-UNDANG DASAR
 Undang-Undang Dasar sering disebut dengan istilah
Konstitusi. Pengertian Konstitusi yang disamakan
dengan undang-undang dasar merupakan pandangan
yang keliru, karena ada perbedaan pengertian antara
undang-undang dasar dengan konstitusi. Menurut
Hermann Heller: konstitusi memiliki arti yang lebih
luas daripada undang-undang dasar. Konstitusi tidak
hanya bersifat yuridis semata-mata melainkan juga
sosiologis dan politis, sedangkan undang-undang
dasar hanya merupakan sebagian dari pengertian
konstitusi, yakni konstitusi yang ditulis atau die
geschreiben verfassung.
Undang-undang dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari
hukumnya dasar negara itu. Undang-undang dasar ialah
hukum dasar yang tertulis, sedangkan di sampingnya undangundang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam peraktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis.
Di Belanda dan Jerman istilah yang dipakai untuk undangundang dasar dipakai Grondwet (ground = dasar + wet=
undang-undang) dan Grundgesetz (grund=dasar +
gesetz=undang-undang). Di Belanda di samping istilah
Grondwet dikenal pula istilah contitutie. Istilah konstitusi
sudah dikenal orang sejal zaman Yunani Kuno, tetapi belum
diletakkan dalam satu naskah yang tertulis. Aristoteles telah
membedakan antara istilah politea sebagai konstitusi yang
mengandung kekuasaan yang lebih tinggi daripada nomoi
(undang-undang biasa).
PENGERTIAN SISTEM HUKUM
Pengertian tentang sistem hukum:
Menurut Ludwing Von Bertalanffy
Sistem adalah himpunan unsur (elements) yang paling
mempengaruhi, untuk mana hukum tertentu menjadi
berlaku.
Menurut H. Thierry
Sebuah sistem adalah keseluruhan bagian
(componenten) yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya menurut suatu rencana yang telah ditentukan,
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
PENGERTIAN SISTEM HUKUM
Pengertian sistem hukum:
Menurut William A. Shorde/Dan Voich Jr.
Sebuah sistem adalah seperangkat bagian (part) yang
saling berhubungan, bekerja sedikit bebas, dalam
mengejar keseluruhan tujuan dengan kesatuan
lingkungan.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
SECARA UMUM SISTEM HUKUM ADA 4 (EMPAT):
1. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL
2. SISTEM HUKUM ANGLO SAXON
3. SISTEM HUKUM ADAT
4. SISTEM HUKUM ISLAM
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
 Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum Eropa Kontinental berkembang di
negara-negara Eropa daratan yang sering disebut sebagai
Civil Law. Civil Law berasal dari kodifikasi hukum yang
berlaku di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan
Kaisar Justianus abad VI sebelum masehi. Peraturanperaturan hukumnya merupakan kumpulan dari
berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Kaisar
Justianus yang kemudian disebut Corpus Juris Civilis.
Prinsip-prinsip hukum Corpus Juris Civilis dalam
perkembangannya dijadikan dasar perumusan dan
kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan,
seperti Jerman, Belanda, Prancis dan Italia.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
 Sistem Hukum Eropa Kontinental
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa
Kontinental adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat,
karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang
berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di
dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. Prinsip dasar ini
dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan
hukum adalah kepastian hukum. Kepastian hukum hanya
dapat diwujudkan kalau tindakan-tidakan hukum manusia
dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan
hukum yang tertulis. Undang-undang dibentuk oleh
pemegang kekuasaan legislatif, di samping itu diakui dan
dibentuk peraturan yang dibuat pemegang kekuasaan
eksekutif berdasarkan wewenang yang telah ditetapkan oleh
undang-undang.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
 Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)
Sumber hukum dalam sistem Anglo Saxon ialah
putusan-putusan hakim/pengadilan (judicial decisions).
Melalui putusan-putusan hakim yang mewujudkan
kepastian hukum, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat
umum. Di samping putusan hakim, kebiasaan-kebiasaan
dan peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan
peraturan administrasi negara diakui, walaupun banyak
landasan bagi terbentuknya kebiasaan dan peraturan
tertulis itu berasal dari putusan-putusan dalam
pengadilan.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
 Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)
Dalam sistem hukum Anglo Amerika ada peranan yang
diberikan kepada seorang hakim yang berbeda dengan
sistem hukum Eropa Kontinental. Hakim berfungsi tidak
hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga
berperan besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan
masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat
luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku.
Selain itu, menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang
akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk
memutuskan perkara yang sejenis.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
 Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)
Sistem hukum Anglo Amerika menganut suatu
doktrin yang dikenal dengan nama the doctrine of
precedent/stare decisis. Pada hakikatnya doktrin ini
menyatakan bahwa dalam memutuskan suatu perkara,
seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada
prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim
lain dari perka sejenis sebelumnya (preseden).
 Sistem Hukum Adat
MACAM-MACAM
SISTEM HUKUM
Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan
kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia
lainnya, seperti Cina, India, Jepang dan negara lain.
Istilahnya berasal dari bahasa Belanda “Adatrecht”
yang untuk pertama kali dikemukakan oleh Snouck
Hurgronje. Pengertian hukum adat yang digunakan
oleh Mr.C. van Vollenhoven (1928) mengandung
makna bahwa hukum Indonesia dan kesusilaan
masyarakat merupakan hukum adat.
 Sistem Hukum Adat
MACAM-MACAM
SISTEM HUKUM
Sistem hukum adat bersumber pada peraturanperaturan hukum tidak tertulis yang tumbah
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran
hukum masyarakatnya. Hukum adat itu mempunyai
tipe yang bersifat tradisional dengan berpangkal
kepada kehendak nenek moyang. Untuk ketertiban
hukumnya selalu diberikan penghormatan yang
sangat besar bagi kehendak suci nenek moyang itu.
Dari sumber hukum yang tidak tertulis itu, hukum
adat dapat memperlihatkan kesanggupanya untuk
menyesuaikan diri dan elastis.
 Sistem Hukum Islam
MACAM-MACAM
SISTEM HUKUM
Sistem hukum Islam semula dianut oleh masyarakat
Arab sebagai awal dari timbul dan penyebaran agama
Islam, yang kemudian berkembang di negara-negara
benua Asia, Afrika, Eropa dan Amerika secara
individual atau kelompok sesuai dengan pembentukan
negara yang berasaskan ajaran Islam.
MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
 Sistem Hukum Islam
Sumber hukum dalam sistem hukum Islam:
1. Alquran, adalah kitab suci kaum Muslimin (kitab
suci agama Islam).
2. Sunnah Nabi.
3. Ijma.
4. Qiyas.
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
 PENGERTIAN
Hiraki berarti tata urutan atau jenjang, hirarki
perundang-undangn mengandung makna bahwa
peraturan perundang-undangan yang di bawah tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundangan di
atasnya. Hirarki perundang-undangan di Indonesia
mualai tahun 1966 sampai dengan sekarang yaitu:
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Hirarki Perundang-undangan berdasarkan Ketetapan
MPRS No. XX Tahun 1966:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPRS
3. UU/Perpu
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan pelaksana lainnya (Instruksi Presiden,
Kepmen, Surat Edaran, Perda dan lain-lain)
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Hirarki perundang-undangan berdasarkan Ketetapan
MPR No. V Tahun 1973: Ketetapan tersebut
menguatkan isi ketatapan MPRS No. XX Tahun 1966.
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Hirarki perundang-undangan berdasarkan Ketetapan
MPR No. III Tahun 2000
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU
4. Perpu (peraturan pemerintah pengganti undangundang)
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Perda
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Hirarki perundang-undangn berdasarkan UU No. 10
Tahun 2004, Pasal 7 ayat (1):
1. UUD 1945
2. UU/Perpu
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Perda
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Hirarki perundang-undangn berdasarkan UU No. 12
Tahun 2011, Pasal 7 ayat (1):
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU/Perpu
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
SISTEM HUKUM DI INDONESIA
PENGERTIAN
Menurut H. Thierry sebuah sistem adalah
keseluruhan bagian (componen) yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya menurut suatu
rencana yang telah ditentukan, untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
2. Ludwig Von Bertalanffy sistem adalah himpunan
unsur (elements) yang saling mempengaruhi, untuk
mana hukum tertentu menjadi berlaku.
1.
SISTEM HUKUM DI INDONESIA
Sistem hukum di Indonrsia terdiri dari:
1. Sistem hukum pidana;
2. Sistem hukum acara pidana;
3. Sistem hukum perdata;
4. Sistem hukum acara perdata;
5. Sistem hukum administrasi negara;
6. Sistem hukum acara tata usaha negara;
7. Sistem hukum tata negara;
8. Sistem hukum Internasional Indonesia.
SISTEM HUKUM PIDANA
Hukum Pidana merupakan hukum publik, yang
memiliki tujuan:
1. untuk menimbulkan rasa takut kepada setiap orang
untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik
atau merugikan orang lain atau masyarakat.
2. untuk mendidik dan membina seseorang yang telah
pernah melakukan tindak pidana untuk bersikap
dan berperilaku lebih baik dan dapat diterima
kembali dalam kehidupan lingkungannya
(kehidupan bermasyarakat).
LANJUTAN HUKUM PIDANA
Peristiwa pidana yang juga disebut
tindak pidana (delict) adalah suatu
perbuatan atau rangkaian perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman
pidana. Suatu peristiwa hukum dapat
dinyatakan sebagai peristiwa pidana
jika memenuhi unsur-unsur pidana
yang terdiri unsur objektif dan unsur
subjektif.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
 Unsur objektif adalah suatu perbuatan atau tindakan
yang bertentangan dengan hukum dan mengindahkan
akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman
hukum, titik utama dari unsur objektif adalah
tindakannya.
 Unsur Subjektif adalah perbuatan seseorang yang
berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang atau
melanggar ketentuan perundangan yang berlaku, titik
utama dari unsur subjekti adanya pelaku seseorang
maupun beberapa orang.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
Sistematika KUHPidana dibagi dalam 3 (tiga) buku:
Buku I
: Mengenai Ketentuan-Ketentuan Umum
Buku II
: Mengenai Kejahatan
Buku III : Mengenai Pelanggaran
LANJUTAN HUKUM PIDANA
Hukum pidana terdiri atas hukum pidana materil dan
hukum pidana formil.
1. Hukum Pidana Materil adalah keseluruhan
peraturan-peraturan undang-undang pidana yang
isinya merupakan peristiwa-pristiwa pidana yang
disertai dengan ancaman hukum atas
pelanggarannya.
2. Hukum Pidana Formal adalah hukum acara pidana
yang berisikan prosedur hukum acara pidana.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
 ASAS-ASAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA:
1. Asas Nullum Delictum (Asas Legalitas)
Asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali, asas ini biasa disingkat dengan asas nullum
delictum atau asas legalitas. Asas ini tercantum dalam
Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:
“bahwa suatu peristiwa pidana atau perbuatan pidana tidak
dapat dikenai hukuman, selain atas kekuatan peraturan
undang-undang pidana yang sudah ada sebelum pristiea
atau perbuatan pidana tersebut”.
Asas ini memberikan jaminan kepada orang untuk tidak
diperlakukan sewenang-wenang oleh aparat penegak
hukum.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
 ASAS-ASAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA:
2. Asas Teritorialitas (Teritorialiteits Beginsel)
Dalam Pasal 2 KUHPidana yang menyatakan bahwa:
“Ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku
bagi setiap orang yang di dalam wilayah Indonesia melakukan
tindak pidana”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 KUHPidana ini, bahwa bagi
setiap orang yang melakukan tindak pidana dalam wilayah
Indonesia maka hukum yang berlaku adalah hukum
Indonesia, dalam pasal ini hukum yang berlaku hukum
Indonesia dan tidak melihat kewarganegaraan sipelaku tindak
kejahatan (pelaku tindak pidana), dengan demikian
warganegara asing yang melakukan tindak pidana di
Indonesia maka hukum yang berlaku/dikenakan adalah
hukum Indonesia.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
Pasal 3 KUHPidana menyatakan: “Ketentuan pidana
dalam Undang-Undang Indonesia berlaku bagi setiap
orang yang di luar Indonesia di atas bahtera Indonesia
melakukan suatu tindak pidana”. Berdasarkan
ketentuan pasal ini bahwa setiap kapal yang
berbendera Indonesia dan bergerak di luar wilayah
teritorial, maka aturan pidana terus mengikutinya,
yang bermakna bahwa hukum yang berlaku di kapal
berbendera Indonesia adalah hukum Indonesia.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA:
3. Asas Nasionalitas Aktif (Actief Nationaliteitsbeginsel)
Asas Nasionalitas Aktif (Actief Nationaliteitsbeginsel)
termuat dalam Pasal 5 KUHPidana,yang menyatakan:
Ayat (1): Ketentuan pidana dalam Undang-Undang
Indonesia berlaku bagi warga negara Indonesia yang di
luar Indonesia melakukan:
a. Salah satu kejahatan yang dituangkan pada Bab I dan II
BUKU Kedua dan pada Pasal 160, 161, 240, 279, 450 dan
451.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
b. Suatu peristiwa yang dipandang sebagai kejahatan
menurut ketentuan-ketentuan pidana dalam UndangUndang Indonesia dan dapat dipidana menurut
undang-undang negara tempat perbuatan itu
dilakukan.
Ayat (2): Penuntutan terhadap suatu peristiwa yang
dimaksudkan pada ke-2 itu boleh juga dijalankan jika
tersangka baru menjadi warga negara Indonesia
sesudah melakukan peristiwa itu.
ASAS-ASAS DALAM
HUKUM PIDANA
INDONESIA:
LANJUTAN
HUKUM
PIDANA
4. Asas Nasionalitas Pasif (Pasief Nationaliteits Beginsel)
Asas ini disebut asas perlindungan
(beschermingsbeginsel) yang bertujuan melindungi
kepentingan terhadap tindakan. Tindakan itu dapat
dari warga negara sendiri maupun orang asing yang
melakukan tindak pidana di luar wilayah negara
Indonesia yang dilakukannya untuk menjatuhkan
wibawa dan martabat negara Indonesia.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
Asas nasional pasif ini tidak melihat kewarganegaran
pelaku, akan tetapi dilihat dari tindak pidana yang
mengancam kepentingan negara Indonesia
(kepentingan nasional), maka berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, sipelaku tindak
pidana dapat diberlakukan kepadanya ketentuan
dalam KUHPidana.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA:
5. Asas tidak ada hukuman tanpa kesalahan (Geen Straf
Zonder Schuld)
Asas ini mengenai pertanggungjawaban, dimana
seseorang hanya dapat dinyatakan bersalah apabila ia
dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya yang
dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana (tindak
pidana). Seperti orang yang sakit jiwa (gila) atau anak
yang dibawah umur, apabila melakukan tindak pidana
(perbuatan pidana) tidak dapat dikenakan karena ada
alasan pemaaf seperti yang tercantum dalam Pasal 44
dan Pasal 45 KUHPidana.
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA:
LANJUTAN HUKUM PIDANA
6. Asas bahwa apabila ada perubahan dalam peraturan
perundang-undangan sesudah peristiwa pidana terjadi,
maka dipakai ketentuan yang paling menguntungkan
bagi si tersangka. Asas ini dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan kepada orang yang diduga
melakukan tindak pidana yang kemudian terjadi
perubahan undang-undang, maka si pelaku tindak
pidana harus dikenakan hukuman yang paling
menguntungkan baginya, yang lebih ringan yang
tercantum dalam undang-undang yang lama atau yang
baru (Pasal 1 ayat (2) KUHPidana).
LANJUTAN HUKUM PIDANA
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA:
7. Asas hukum pidana khusus dapat menyampingkan
hukum pidana umum.
Asas ini sering disebut asas lex specialis derogaat lex
generalis. Dalam asas ini adanya hukum pidana khusus
dan hukum pidana umum. Ketentuan hukum pidana
khusus dapat mengenyampingkan ketentuan pidana
umum. Misalnya seorang ayah yang menganiaya
anaknya, maka dikenakan Undang-Undang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang Kekerasan
dalam Rumah Tangga (pidana Khusus) walaupun dalam
KUHPidana penganiawaan juga diatur (hukum pidana
umum).
LANJUTAN HUKUM PIDANA
PERISTIWA PIDANA
Peristiwa pidana yang juga disebut tinda pidana (delict)
ialah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang
dapat dikenakan hukuman pidana. Suatu peristiwa
hukum dapat dinyataka sebagai peristiwa pidana jika
memenuhi unsur pidana objektif dan subjektif. Unsur
pidana objektif yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang
bertentangan dengan hukum dan mengindahkan akibat
yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukuman.
Yang dijadikan titik utama dari pengertian objektif di sini
adalah tindakannya. Unsur subjektif yaitu perbuatan
seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undangundang. Sifat unsur ini mengutamakan adanya pelaku
(seorang atau beberapa orang).
LANJUTAN HUKUM PIDANA
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai suatu
peristiwa pidana:
1. Harus ada suatu perbuatan;
2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang
dilukiskan dalam ketentuan hukum;
3. Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat
dipertanggungjawabkan;
4. Harus bertertangan/berlawanan degan hukum;
5. Harus tersedia ancaman hukumannya.
LANJUTAN HUKUM PIDANA
SISTEM HUKUMAN
Berdasarkan Pasal 10 KUHP, hukuman yang dapat
dikenakan kepada seorang pelaku tindak pidana:
1. Pidana pokok:
a. Pidana mati;
b. Pidana penjara;
c. Pidana kurungan;
d. Pidana denda;
e. Pidana tutupan
2. Pidana tambahan:
LANJUTAN
HUKUM PIDANA
a. Pencabutan hak-hak tertentu;
b. Perampasan barang-barang tertentu;
c. Pengumuman putusan hakim.
Download