Hukum Pidana

advertisement
HUKUM PIDANA
Hal–Hal Yang Ditinjau Dalam Hukum Pidana yakni
Beberapa Kejahatan
:
1. Kejahatan terhadap jiwa Pasal 338 s/d 350 KUHPidana
2. Kejahatan terhadap Badan/Tubuh Pasal 351 s/d 358 KUHPidana (Catatan yang
termasuk didalamnya Pasal 359 s/d 361)
3. Kejahatan terhadap kemerdekaan Pribadi Pasal 324 s/d 337
4. Kejahatan terhadap kehormatan (Pencemaran nama baik/Penghinaan) Pasal 310 s/d
321 KUHPidana
5. Kejahatan terhadap harta benda (Kekayaan) Pasal 362 s/d 395
6. Kejahatan terhadap kesusilaan asal 281 s/d 303 KUHPidana
7. Kejahatan memalsukan surat/membuat surat palsu Pasal 263 s/d 276 KUHPidana
Hukum pidana terdiri dari unsur-unsur pasal dan tindak pidana yang dilanggar
Buku II Hukum Pidana terdiri dari :
Individu
Masyarakat
Negara
Hukuman – hukuman yang terdapat didalam Pasal 10 KUHPidana
1. Hukuman pokok
- Hukuman Mati
- Hukuman penjara
- Hukuman kurungan
- Hukuman Denda
2.
Hukuman Tambahan
- Pencabutan beberapa hak
- Perampasan barang
- Pengumuman keputusan hakim
Unsur – unsur Hukum Pidana II
Contoh :
Pasal 362 (Pencurian) yaitu:
a. Mengambil
b. Barang
c. Sebagian/seluruhnya
d. Memiliki
e. Melawan hukum
f. Dihukum
Dari ketentuan - ketentuan diatas bila salah satu tidak terpenuhi maka belum tentu
dianggap mencuri.
1
Bentuk–Bentuk Tindak Pidana
:
1. Bentuk pokok Maksudnya adalah suatu Tindak Pidana dimana didalam pasalpasal telah terdapat semua unsur-unsur dari tindak pidana yang
dirumuskan dalam pasal-pasal yang ditentukan.
Contoh
Pasal 362 KUHPidana
2. Bentuk dengan pemberatan ( Rekualifikasi)
Dalam pasal tersebut hanya mencantumkan bentuk kejahatan ditambah dengan
unsure-unsur yang memberatkan ( Bentuk-bentuk pokok + hal – hal yang
memberatkan )
Contoh : Pasal 363
Misalnya
:
Pencurian hewan berkuku Satu
Pencurian dimalam hari
Pencurian bersama-sama
3. Bentuk perbuatan yang meringankan
Maksudnya adalah suatu tindak pidana dimana didalam pasal tersebut terdapat bentuk
pokok dari tindak pidana itu sendiri ditambah dengan hal-hal yang meringankan
Contoh :
Pasal 364 KUHPidana
Yakni pencurian biasa ditambah unsureunsur yang meringankan dimana harga yang
dicuri tidak lebih dari Rp.250,-
Dilihat Dari Unsurnya Maka Tindak Pidana Dap at
Dibagi Atas 2 Bagian
:
1. Unsnr Subjektif
Suatu unsur yang merupakan kehendak atau kemauan yang menjadi tujuan ataupun
terkandung didalam jiwa si pelaku
Unsur subjektif ini dalam pasal – pasal KUHP ditandai dengan kata-kata “Dengan
sengaja, dengan maksud , dengan niat”.
2. Unsur Objektif
Suatu unsure yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut yang merupakan perbuatanperbuatan tertentu menimbulkan akibat-akibat tertentu yang disebabkan oleh karena
adanya perbuatan itu sendiri
Contoh : Unsur Pasal 362
Alat bukti dalam KUHPidana
1. Saksi
2. Saksi Ahli
3. Surat
4. Persangkaan
5. Pengakuan terdakwa
Barang bukti :
yaitu barang yang dipakai untuk melakukan tindak pidana atau
barang dari hasil adanya tindak pidana.
2
Dari Segi Sifat Maka Tindak Pidana Dapat Dibagi :
1. Bersifat Formil
Maksudnya ialah suatu tindak pidana yang telah dilarang oleh UU jika perbuatn telah
dilaksanakan tanpa memperhatikan akibatnya
Contoh
:
Pasal 362 KUHPidana
2. Bersifat Materil
Yakni suatu Tindak Pidana yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU jika
perbuatan tersebut menimbulkan akibat-akibat hukum dikarenakan adanya perbuatan
pelaksanaan yang dilakukan oleh si pelaku.
A. K e j a h a t a n T e r h a d a p J i w a S e s e o r a n g
Pasal 338 KUHPidana yang lazim disebut dengan Pembunuhan Biasa dimana
didalam Pasal 338 terdapat unsure-unsur sebagai berikut
:
1. Dengan sengaja ( unsure subjektif )
2. Menghilangkan nyawa orang lain
Yang dimaksud dengan unsure sengaja dalam pasal 338 KUHPidana adalah “ Si
Pelaku bermaksud atau berniat atau mempunyai tujuan untuk menghilangkan jiwa
orang lain” dengan kata lain Si Pelaku dapat mengetahui bahwa dengan dilakukanya
perbuatan menghilangkan jiwa seseorang itu akan menimbulkan akibat yang
dikehendakinya”.
Didalam praktek sangat sulit sekali untuk membuktikan “Perbuatan” dengan sengaja
kecuali jika adanya pengakuan dari sipelaku namun “unsure sengaja”dapat diketahui
“dari cara pembunuhan itu dilakukan”
Yang dimaksud dengan menghilangkan nyawa orang lain /jiwa seseorang didalam
KUHPidana tidak merumuskan bentuk perbuatan itu yang ada hanyalah akibat dari
perbuatan itu yang menghilangkan nyawa atau jiwa seseorang, hilangnya jiwa /
nyawa dari akibat adanya perbuatan tidakn diperlukan terjadi dengan segera akan
tetapi dapat timbul kemudian setelah korban dirawat di rumah sakit .
Agar dapat dikatakan menghilangkan nyawa seseorang haruslah ada aktivitas /
gerakan kegiatan yang dapat menimbulkan akibat hilangnya nyawa orang lain.
Pasal 338 KUHPidana
→
unsure dengan sengaja
Pasal 339 KUHPidana
→
unsur sengaja + disertai Tindak Pidana lain
Pasal 340 KUHPidana
→
unsur sengaja + berencana
Pasal 340 KUHPidana lazim disebut dengan pembunuhan yang berencana
Unsur yang terdapat dalam Pasal 340 KUHPidana yaitu
1. Dilakukan dengan sengaja dan berencana
2. Menghilangkan jiwa orang lain.
:
3
Didalam pasal 340 KUHPidana ini mempunyai persamaan dengan pasal 338
KUHPidana namun didalam Pasal 340 KUHPidana terdapat kat-kata “Berencana”
Yang dimaksud dengan berencana adalah
:
1. Didasari atas kehendak atau kemauannya sendiri
2. Pelaksanaanya dilakukan dalam keadaan tenang (tenag yang dimaksud adalah
yang bersangkutan dapat memikirkan akibat tang ditimbulkan dari perbuatan yang
dilakukan)
3. Pelaksanaan perencanaan terdapat jangka waktu untuk memikirkanya
Pasal 339 KUHPidana Pembunuhan dengan sengaja didahului, diikuti, disertai
dengan tindak pidana lain.
I. P e m b u n u h a n A n a k Y a n g B a r u L a h i r
Pembunuhan anak yang baru dilahirkan dibagi atas beberapa Pasal yakni :
1. Pasal 341 KUHPidana yakni pembunuhan anak yang baru lahir yang
dilakukan dengan sengaja
2. Pasal 342 KUHPidana
yakni pembunuhan anak yang baru dilahirkan
dilakukan dengan berencana
Pasal 341 KUHPidana mengandung unsur yakni :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Dilakukan oleh ibu si bayi
3. Menghilangkan jiwa anaknya sendiri ketika/pada saat
a.
Anak itu dilahirkan
b. Beberapa saat sesudah dilahirkan
c.
Dilakukan karena takut akan diketahui oleh orang bahwa ibu tersebut
sudah melahirkan anak.
Pengertiana dari :
- Doodslag (pembunuhan)
- Moord (Pembunuhan yang direncanakan)
4
II.
Euthanasia
Euthanasia lazim juga disebut pembunuhan atas permintaan dari yang dibunuh
(permintaanya sendiri). Didalam KUHPidana kejahatan semacam ini diatur
dalam pasal 344 KUHPidana yang menyebutkan :
“Barang siapa menghilangkan jiwa orang atas permintaan yang sungguhsungguh dari orang itu sendiri dihukum dengan hukuman penjara selamlamanya 12 tahun “
Dari bunyi pasal 344 KUHPidana , maka terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1) Menghilangkan jiwa/nyawa orang lain
2) Nyawa orang lain yang dihilangkan karena adanya permintaan yang tegas,
nyata dan sungguh-sungguh
3) Pernyataan sungguh-sungguh tersebut dilakukan oleh orang yang nyawanya
dihilangkan baik pernyataan itu berupa lisan /tulisan bahwa dirinya rela
dibunuh
Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat didalam rumusan Pasal 344
KUHPidana, maka kejahatan ini memiliki unsur khusus yakni pembunuhan itu
harus dilakukan atas permintaan yang bersangkutan secara sungguh-sungguh
dan tidak cukup jika terdapat hanya persetujuan saja.
Hal-hal yang mendorong pembuat UU mengatur masalah Euthanasia
disebabkan beberapa alasan
:
1. Dalam kenyataanya seseorang telah mengidap penyakit yang cukup lama
dan tidak bisa disembuhkan
2. Terjadinya dimasyarakat bahwa perasaan putus asa karena beban hidup yang
tidak sanggup dipikulnya
3. Para muda-mudi yang putus cinta karena dihalangi oleh orang tua
Euthanasia dibagi atas 2 (dua ) macam
:
1. Euthanasia Aktif ialah suatu tindakan dimana matinya seseorang itu
berdasarkan atas permintaan korban sendiri dengan melalui aktifitas
tertentu.
Misal : seorang pasien meminta kepada seorang dokter secara tegas agar
dia dibunuh melalui suntikan
2. Euthanasia Pasif yakni matinya seseorang atas permintaan orang itu sendiri
tanpa adanya satu tindakan/perbuatan dalam bentuk apapun juga.
Didalam praktek yang terdapat ditengah-tengah masyarakat terdapatnya
kejadian secara kongkret, hal-hal seperti dikemukakan dibawah ini
:
1. Didalam pertempuran atau perperangan seorang tentara luka parah dimana
tentara tersebut memegang rahasia-rahasia meminta kepada kawanya agar
dirinya dibunuh saja .
5
2. Didalam suatu ekpedisi pendakian gunung seseorang menderita sakit berat
dan untuk menghindari atau menggangu ekspedisi tersebut maka orang yang
menderita sakit tersebut meminta kepada temanya agar dirinya dibunuh saja.
III. B u n u h D i r i
Didalam KUHPidana seseorang yang dengan sengaja mengasut orang lain untuk
melakukan bunuh diri atau membantu / menolong orang lain untuk melakukan
bunuh diri dan dengan perbuatan itu orang tersebut melakukan bunuh diri.
Menurut pasal 5 yang bersangkutan dihukum.
B.
Kejahatan Terhadap Tubuh
Kejahatan terhadap tubuh lazim juga
disebut dengan tindak pidana
“penganiayaan” yang diatur dalam pasal 351 KUHPidana s/d Pasal 358
KUHPidana
Apabila dipelajari bunyi dari pasal-pasal tersebut penganiayaanmaka didalam
pasal-pasal tersebut tdak ada yang menjelaskan arti/pengertian dari penganiayaan.
UU hanya menyebut kualifikasi dan jenis-jenis penganiayaan.
Jenis –jenis penganiayaan sebagai berikut :
1. Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHPidana)
2. Penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHPidana)
3. Penganiayaan berat (Pasal 354 KUHPidana)
4. Penganiayaan berat dan berencana (Pasal 355 KUHPidana)
5. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHPidana)
Meskipun pembuat UU tidak memberikan rumusan/pengertian dari penganiayaan,
namun untuk menjadi pegangan yang di kemukakan beberapa pendapat
sebagaimana diuraikan dimuka ini.
Penganiayaan Menurut :
1. Yurisprudensi menyebutkan penganiayaan ialah setiap perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja yang menyebabkan suatu penderitaan (perasaan
tidak enak) rasa sakit atau luka
2. Doktrina (pendapat para ahli) menyebutkan penganiayaan ialah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dengan tujuan menimbulkan rasa
sakit atau luka kepada orang lain
3. Hoge Raad (Mahkamah Agung Belanda) menyebutkan pengertian
penganiayaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
6
menimbulkan rasa sakit atau luka kepada orang lain dan semata-mata
ditujukan kepada orang lain tersebut dan itu perlu yang menjadi sasaran dari
perbuatan itu
4. Sejarah (Historis) dari Pasal 351 KUHPidana penganiayaan ialah
a.
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan
penderitaan badan kepada orang lain
b.
Setiap perbuatan yang dengan sengaja untuk merugikan kesehatan badan
orang lain.
Didalam pengertian penganiayaan seperti yang dikemukakan diatas bahwa luka
termasuk kedalam pengertian penganiayaan
Yang dimaksud dengan luka ialah terjadinya perubahan didalam bentuk tubuh
atau badan manusia yang berubah atau berlainan dengan bentuknya semula
I. P e n g a n i a y a a n
Jenis-jenis penganiayaan menurut UU KUHPidana terdiri dari :
1. Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHPidana) dihukum dengan hukuman
penjara 2 tahun 8 bulan
Selanjutnya Pasal 351 KUHPidana ayat (2) apabila perbuatan tersebut
(Pasal 351 ayat (1) karena luka) mengakibatkan luka berat sipelaku
dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun
Ayat (3) menyebutkan jika penganiayaan itu mengakibatkan matinya
orang lain dihukum penjara selama-lamanya 7 tahun
2. Penganiayaan berencana (Pasal 353 KUHPiana) Ayat (1) dihukum penjara
selama-lamanya 4 tahun , Ayat (2) apabila perbuatan itu mengakibatkan
luka berat maka sipelaku dihukum selama-lamanya 7 tahun ,Ayat (3) jika
perbuatan yang direncanakan itu mengakibatkan matinya orang lain
dihukum selama-lamanya 9 tahun
3. Penganiayaan Berat (Pasal 354 KUHPidana) Ayat (1) menyebutkan
penganiayaan yang dilakukan dengan sengaja menyebabkan luka berat
dihukum penjara 8 tahun, Ayat (2) jika perbuatan yang melukai berat
tersebut mengakibatkan matinya orang dihukum selam-lamnya 10 tahun
4. Penganiayaan Berat dan berencana (Pasal 355 KUHPidana) Ayat (1)
dihukum selama-lamanya 12 tahun, Ayat (2).
7
C.
Kejahatan Terhadap Nama Baik
Mengenai kejahatan dan kehormatan dan nama baik seseorang dalam KUHPidana diatur
dalam Pasal 310 KUHPidana s/d 321 KUHPidana , dari pasal-pasal tersebut maka
kejahatan terhadap kehormatan ini ada 6 (enam) macam:
- Pasal 310 ayat (1) “ Menista dengan lisan”
(2) “ Menista dengan tulisan”
- Pasal 311 ayat (1) “ disebut dengan memfitnah”
- Pasal 315 KUHP disebut Menghina
- Pasal 317 KUHP Mengadu dengan memfitnah
- Pasal 318 KUHP Menuduh dengan memfitnah
Pasal 310 s/d 321 KUHP merupakan delik aduan artinya suatu delik atau tindak pidana
baru dapat dituntut jika adanya pengaduan dari seseorang yang merasa dirugikan akibat
perbuatan orang lain :
Didalam Buku I KUHP mengenai delik aduan diatur dalam pasal 72 s/d 75 KUHPidana
Delik aduan
: - Absolut
- Relatif
Delik aduan dapat dilihat dari kalau ada kalimat pasal-pasal KUHP menyebutkan
perbuatan ini baru dituntut kalau ada pengaduan
Pasal 75 KUHP delik aduan yang dapat dicabut selama 3 (tiga) bulan sejak hari
pengaduan
Pasal 367 KUHP pencurian dalam keluarga ini juga termasuk delik aduan
Penjelasan
1. Pasal 310 KUH ayat (1) menyebutkan bahwa “ Barang siapa dengan sengaja
menyerang kehormatan dan nama baik seseorang dengan jalan menuduh dia
melakukan suatu perbuatan tertentu dengan maksud untuk menyiarkan kepada
khalayak ramai dihukum pejara selama-lamanya 9 (sembilan) bulan”
Sebelum kita membicarakan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 310 KUHP maka
perlu dijelaskan terlebih dahulu :
a. Kehormatan ialah “sesuatu yang disandarkan kepada harga diri atau martabat
manusia yang bersandar pada tata susila, karena kehormatan merupakan nilai
susila daripada manusia”
b. Sedangkan pengartian nama baik ialah “Kehormatan yang diberikan oleh
masyarakat kepada seseorang berhubungan dengan kedudukannya didalam
masyarakat.
8
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kehormatan adalah perasaan pribadi
berkaitan dengan harga diri sedangkan kehormatan diberikan oleh masyarakat
berhubungan dengan kedudukannya dimasyarakat tersebut
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 310 KUHP ayat (1) :
1. Menista dilakukan dengan sengaja
2. Menyerang atau melanggar kehormatan dan nama baik orang lain
3. Menuduh seseorang melakukan perbuatan
4. Dengan maksud yang nyata supaya diketahui oleh orang umum atau orang banyak
Pasal 310 ayat (2) menista dengan surat atau secara tertulis
Pasal 310 ayat (2) bedanya dengan Pasal 310 ayat(1) terletak pada cara/alat yang
dipergunakan .
Dimana pada Pasal 310 ayat (2) ini penistaan itu dilakukan dengan :
a. Tulisan atau gambar
b. Disiarkan
c. Dipertunjukan
d. Ditempelkan
2. Pasal 311 KUHPidana (Memfitnah)
Memfitnah mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
1. Orang melakukan kejahatan dengan sengaja
2. Kejahatan tersebut berupa menista atau menista dengan tulisan
3. Orang tersebut diberi kesempatan untuk membuktikan kebenaran dari tuduhannya
itu
4. Setelah diberikan kesempatan untuk membuktikan lain kebenaranya ia tidak dapat
membuktikan kebenaranya
5. Sipelaku melakukan tuduhan diketahuinya tuduhan itu tidak benar
3. Pasal 312. dan Pasal 313 KUHPidana(menista dengan pembuktian)
4. Pasal 315 KUHPidana (penghinaan)
Penghinaan biasa diatur dalam KUHPidana dimana unsur-unsurnya dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Dilakukan dari perbuatan itu bukan menista
2. Sifat dari perbuatan itu bukan menista (bukan Menuduh) baik secara lisan
maupun tulisan
3. Dilakukan terhadap seseorang baik dimuka umum maupun dimuka orang itu
sendiri
4. Penghinaan ini juga dapat dilakukan dengan perbuatan
5. Ucapan/perbuatan menimbulkan pencemaran nama baik bagi yang bersangkutan
9
5. Pasal 317 KUHPidana ( Mengadu dengan memfitnah)
Dimaksud dengan mengadu dengan memfitnah baik secara lisan maupun secara
tulisan terhadap diri seseorang atau orang lain disampaikan kepada atasanya,
pemberitahuan tersebut diketahui tidak benar dengan tindakan itu berarti menyerang
orang lain
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 317 KUHPidana
:
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Perbuatan tersebut berupa pengaduan atau pemberitahuan yang tidak benar
3. Dilakukan secara tertulis
4. Pengaduan/pemberitahuan disampaikan kepada atasan yang bersangkutan
5. Akibat perbuatan tersebut menimbulkan pencemaran nama baik
6. Pasal 318 KUHP (Tuduhan dan memfitnah)
Pasal 318 KUHP ini disebut tindak pidana memfitnah dan hal ini dilakukan bukan
dengan ucapan tetapi harus dengan “Perbuatan”
D.
Kejahatan Terhadap Harta Benda
1.
2.
3.
4.
Pencurian Pasal 362 s/d pasal 367 (Delik Aduan)
Pemerasan pasal 368 s/d pasal 371 (Delik Aduan)
Penggelapan pasal 372 s/d pasal 376 (Delik Aduan)
Penipuan Psal 378 s/d pasal 394 (Delik Aduan)
I. Pencurian
Pasal 362 disebut juga dengan pencurian biasa
Pasal 363 disebut juga dengan pencurian + unsur yang memberatkan
Pasal 364 disebut juga denga pencurian ringan + yang meringankan
Pasal 365 disebut juga dengan pencurian dengan kekerasan
Pasal 367 disebut juga dengan pencurian dikalangan keluarga sendiri
1. Pasal 365 KUHPidana lazim disebut dengan pencurian dengan kekerasan
Unsur-unsur yang terdapat didalam pasal 365 KUHP yaitu
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Pencurian yang dilakukan didahului disertai diikuti dengan perbuatan pidana
yang dapat dihukum
3. Dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
10
4. Perbuatan didahului disertai diikuti dilakukan dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaan pencurian
5. Ataupun untuk melarikan diri/mempertahankan isi pemilikan dari barang
yang dicurinya
Didalam Pasal 365 yang dimaksud dengan penfertian kekerasan adalah setiap
perbuatan yang mengggunakan tenaga atau fisik sehingga orang yang menjadi
sasarannya tidak berdaya (mengenai kekerasan diatur pasal 89 KUHPiana)
Pasal 365 dan 339 (perbuatan yang disertai dengan tindakan lain)
Pasal 365 sama dengan pasal 339 tapi didalam pasal 339 dengan niat
membunuh tapi didahului dengan tindak pidana lain sedangkan pasal 365
niatnya ingin mengambil milik orang lain tapi dengan tindakan tersebut
mengakibatkan orang mati
2. Pasal 368 KUHPidana
Pasal 368 KUHP lazim disebut dengan dengan tindak pidana kekerasan atau
pemerasan
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 368 KUHP yaitu:
1. Adanya unsur kesengajaan
2. Memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang
tersebut memberikan sesuatu barang, membuat utang , menghapus utang
3. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
4. Dilakukan secara melawan hukum
II. Pasal 372 (Penggelapan)
Merupakan bentuk pokok dari penggelapan dimana unsur dari pasal 372 adalah
sebagai berikut :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Memiliki sesuatu barang baik seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain
3. Barang tersebut ada ditangannya bukan karena kejahatan
4. Memiliki yang dilakukannya merupakan perbuatan melawan hukum
1. Pasal 374 (Penggelapan dengan pemberatan)
Pasal 374 KUHP merupakan kelanjutan dari bentuk pokok dari pasal 372
KUHP dan pasal 374 ini lazim disebut dengan penggelapan dengan
pemberatan karena pasal 374 menyebutkan bahwa penggelapan itu
11
dilakukan oleh orang yang memegang barang tersebut karena pekerjaanya,
jabatannya atau orang tersebut mendapat upah.
2. Pasal 375 KUHP
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 375 KUHP
1. Sama dengan pasal 372 KUHP
2. Penggelapan tersebut dilakukan kepada orang yang memberikan
kewenangan untuk menyimpan barang tersebut
3. Orang yang menyimpan barang itu karena jabatanya yakni :
- Sebagai wali pengampuan
- Sebagai penerima kuasa terhadap harta kekayaan yang ditinggalkan
pemiliknya
- Pengurus yang menjalankan wasiat
- Pengurus lembaga social (Yayasan)
3. Pasal 378 (Penipuan)
Penipuan diatur dalam BAB XXV Buku II KUHP yamg memuat berbagai
bentuk penipuan yang dirumuskan dalam 20 pasal diatur bentuk penipuan
itu memiliki nama sendiri-sendiri yang bersifat khusus
Penipuan dimulai dari pasal 378 KUHP s/d pasal 395 KUHPidana
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 378 KUHPidana :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Perbuatan yang dilakukan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
3. Dilakukan dengan melawan hukum
4. Menggerakan orang lain dengan alat penggerak atau pembujukan berupa
memakai nama palsu atau keadaan palsu dengan rangkaian kata-kata
bohong
5. Dengan cara itu orang menyerahkan sesuatu barang membuat hutang
menghapuskan piutang
Penipuan dapat terbagi atas beberapa pasal yaitu :
1. Penipuan Biasa (Pasal 378 KUHPidana)
2. Penipuan Ringan (Pasal 379 KUHPidana)
3. Penipuan merupakan kebiasaan (Pasal 379 a KUHPidana)
4. Penipuan dilakukan dengan pemalsuan nama/ tanda terhadap hasil karya
/ ciptaan seseorang (Penipuan hak cipta) (Pasal 380 KUHPidana)
5. Penipuan terhadap perasuransian (Pasal 381 dan 382 KUHPidana)
6. Penipuan jual beli (Pasal 383 KUHPidana)
7. Penipuan terhadap benda tak bergerak (Berupa tanah/Stellmeat) (Psal
385 KUHPidana)
8. Penipuan dana penjualan bahan makanan dan obat-obatan (Pasal 386
KUHPidana)
12
9. Penipuan dalam pemborongan (Pasal 387 KUHPidana)
10. Penipuan dangan memberikan gambar yang tidak benar tentang surat
berharga (pasal 391 kUHPidana)
11. Penipuan dengan menyusun neraca palsu (Pasal 392 KUHPidana)
12. penipuan dengan memalsukan nama firma atau merek atas barang
dagangan (Pasal 393 KUHPidana)
13. Penipuan dengan lingkungan Pengacara (Pasal 393 Bis KUHPidana)
Unsur-unsur yang terdapat dalan pasal 379 a KUHPidana :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Membeli barang-barang/mendapatkan barang-barang untuk dirinya
sendiri atau orang lain dengan tidak membayar lunas
3. Perbuatan ini dilakukan karena kebiasaan atau mata pencarian
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 383 KUHPidana :
1. Penjual menipu pembeli
2. Sengaja mengarahkan barang lain dari yang ditunjuk oleh pembeli
3. Penjual mempergunakan tipu muslihat yang berkaitan dengan sifat,
keadaan, jumlah barang
Unsur-unsur yang terapat dalam pasal 386 KUHPidana :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Menjual, menawarkan untuk dijual dan menyerahkan bahan makanan,
minuman dan obat-obatan.
3. Sipelaku mengetahui barang tersebut dipalsukan pemalsuannya
disembunyikan
Unsur-unsur yang terapat dalam pasal 385 KUHPidana (Nebis To Idem
pasal 76 KUHP – 1917 (2) BW)
Pasal 385 ada 6 (enam) ayat antar 1(satu) ayat dengan ayat lain mempunyai
unsur-unsur yang berbeda akan tetapi perbuatan itu diancam dengan
hukuman maksimum yang sama yakini 4 (empat) tahun
Dalam ayat (1) unsur yang terdapat didalamnya adalah
1. Menjual menukuar atau menjadikan hak tanggungan terhadap sesuatu
hak atas tanah (Tanah Negara, Tanah Partikulir)
2. Terhadap Gedung, Bangunan, tanah bibit tanaman
3. Sipelaku mengetahui bahwa orang lain mempunyai hak atas tanah
tersebut
13
Dalam ayat (2) unsurnya sama dengan ayat (1) namun unsur tambahan bahwa tanah
tersebut telah dibebani hak tanggungan dan hak tanggungan tersebut tidak
diberitahukanya kepada orang yang menerima tanggungan terakhir
Dalam ayat (3) unsurnya sama dengan ayat (1),(2) bedanya tanah tersebut telah
digadaikan dan gadai itu disembunyikan
Pasal 386 KUHPidana merupakan kejahatan penipuan dalam penjualan bahan
makanan dan obat-obatan
Unsur yang terdapat dalam pasal 386 KUHPidana
1. Dengan maksud
2. Menjual, menawarkan untuk dijual , menyerahkan
3. Yang dijual, ditawarkan diserahkan bahan makanan atau minuman atau obatobatan
4. Sipelaku mengetahui bahwa barang-barang itu dipalsukan
5. Pemalsuan yang diketahuinya disembunyikan karenanya
E.
Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Seseorang
Kemerdekaan dari seseorang adalah salah satu junis hak-hak azasi yang harus
dilindungi terhadap pelanggarnya. Hukum pidana melindungi kemerdekaan,
kebebasan seseorang sebagai pengakuan atas hak azasi manusia
Kemerdekaan yang dimaksud disini adalah kemerdekaan dalam bergerak yang
berarti kebebasan dari setiap orang untuk menuju kemana saja yang
dikehendakinya, menghalang-halangi kemerdekaan bergerak merupakan
perampasan yang bersifat melawan hukum yang diancam dengan hukuman oleh
KUHpidana
Kejahatan terhadap kemerdekaan pribadi dalam KUHPidana dijumpai :
a. Dalam pasal 324, 325,326 dan 327 (kejahatan perdagangan budak)
b. Kejahatan penculikan Pasal 328 KUHPidana
c. Kejahatan yang membawa seseorang kedaerah lain dari pada yang telah
ditentukan (Pasal 329 KUHPidana)
d. Kejahatan melepaskan orang yang belum dewasa dari tangan seseorang yang
memiliki kekuasaan (pasal 330 dan 331 KUHPidana)
e. Kejahatan melarikan perempuan dapat dibagi 2(dau) :
- Perempuan belum dewasa (pasal 332 ayat(1) butir (1) KUHPidana)
- Perempuan sudah dewasa (pasal 332 ayat(1) butir (2) KUHPidana)
f. Kejahatan merampas kemerdekaan pribadi (Pasal 333 KUHPidana)
g. Kejahatn yang termasuk kualifikasi perbuatan yang menyenangkan (pasal 335
KUHpidana )
14
h. Kejahatn dengan ancaman atau mengancam dengan kekerasan dimuka umum
(pasal 336 KUHPidana).
1. Pasal 328 KUHPidana (Penculikan)
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 328 KUHPidana :
1. Melarikan atau membawa orang lari
2. Orang yang dilarikan tersebut dari tempat kediamannya atau tempat
sementara
3. Perbuatan dilarikan orang tersebut (perbuatan tidak dibenarkan melawan
hukum)
4. Diletakan dibawah penguasaanya atau penguasaan orang lain
5. Orang yang dilarikan tersebut dibiarkan atau ditempatkan dalam keadaan
tidak berdaya
2. Pasal 329 KUHPidana
Pasal ini mengatur mengenai membawa seseorang kedaerah lain daripada
tempat yang sudah ditetapkan
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 329 KUHPidana
1. Membawa / mengangkat seseorang kedaerah lain
2. Orang yang diawa telah mengikatkan diri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan
3. Orang yang melakukan sesuatu pekerjaan itu daerahnya telah ditentukan
4. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum
3. Pasal 330 KUHPidana
Pasal ini melepaskan orang yang belum dewasa dari kekusaan orang yang
berhak
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 30 KUHPidana :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. Melepaskan seseorang yang belum dewasa
3. Dilepaskan dari kekuasaan orang yang menurut UU yang mempunyai
kekuasaan terhadap anak tersebut
4. Melepskan dari pemeliharaan orang yang berhak melakukan pengawasan itu
15
4. Pasal 331 KUHPidana
Menyembunyikan anak yang belum dewasa dari penyidikan pengawasan
kehakiman
5. Pasal 332 KUHPidana
Diatur dalam :
1. Pasal 332 ayat(1) butir(1) (Melarikan anak perempuan yang belum dewasa)
2. Pasal 332 ayat(10 butir (2) (melarikan perempuan dengan tipu muslihat
kekerasan atau ancaman kekerasan.
Unsur yang terdapat dalam Pasal 332 ayat (1) butir (1) :
1. Melarikan perempuan
2. Perempuan yang dilarikan belum dewasa
3. Dengan izin atau persetujuan atau kehendak perempuan itu sendiri
4. Tanpa persetujuan/tidak disetujui oleh orang tuanya atau wali
5. Dengan maksud untuk memiliki perempuan itu baik dengan perkawinan
maupun tanpa perkawinan
Dari unsur-unsur tersebut diatas perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Melarikan perempuan perbuatan tersebut harus merupakan perbuatan aktif
artinya tidak cukup dengan perbuatan hanya mengajak saja, demikian pula
perempuan yang akan dilarikan juga mempunyai kegiatan aktif artinya
pelaku dan korban bersama-sama melakukan perbuatan aktif dan tidak
diperlukan paksan
2. Perempuan yang dilarikan itu adalah perempuan yang belum dewasa masih
dibawah umur atau belum berumur 21 tahun
3. Tanpa adanya persetujuan orang tuanya maksudnya perempuan itu dibawa
lari adalah bertentangan dengan kemauan orang tuanya / walinya
4. Dengan kehendak atau persetujuan orang tua sendiri maksudnya silaki-laki
yang melarikan perempuan merupakan kehendak atau kemauan perempuan
itu sendiri yang biasanya perempuan tersebut juga ikut aktif, tanpa
persetujuan itu bagaimanapun juga laki-laki tersebut tidak akan dapat
melakukan perbuatanya itu
5. Dengan maksud untuk memilikinya dengan perkawinan atau tanpa kawin
maksudnya laki-laki dan perempuan tersebut bertujuan sama-sama untuk
melakukan hubungan suami istri (persetubuhan) tanpa perkawinan atau
dengan perkawinan sehingga dengan perbuatan itu perempuan tersebut
dapat dikuasai atau dimilikinya
16
F. Kejahatan Mengenai Pemalsuan
Kejahatan Mengenai Pemalsuan terdiri dari :
1. Sumpah palsu
2. Pemalsuan mata uang kertas Negara dan uang kertas bank
3. Pemalsuan Materai
4. Pemalsuan Surat
Penjelasan
1.
2.
3.
4.
Mengenai sumpah palsu (pasal 242 KUHPidana)
Pemalsuan uang kertas Negara dan bank (pasal 244-245-246-247-249 KUHPidana)
Pemalsuan Materai (pasal 253-254 KUHPidana)
Pemalsuan surat (pasal 263 s/d 276 KUHPidana)
1. SUMPAH PALSU (Pasal 242 KUHPidana) hukuman 7 tahun penjara
Syarat-syarat formil Saksi :
a. Harus berumur 15 tahun
b. Mengetahui, mendengar, melihat dan mengalami
c. Diberi kesaksian didepan sidang
d. Disumpah
Bila saksi tidak hadir dalam persidangan maka bisa dikenakan pasal 224 KUHPidana
bisa ditahan kecuali bila diberi keterangan atau alasan
Pasal 242 KUHPidana mengatur tentang sumpah palsu dan keterangan palsu
Unsur-unsur Pasal 242 KUHPidana :
1. Dilakukan dengan sengaja
2. UU memberikan atau memerintahkan yang bersangkutan harus memberi
keterangan atau sumpah
3. Keterangan atau sumpah tersebut mengandung kepalsuan (tidak benar seolah-olah
benar)
4. Olehnya sendiri atau wakilnya yang ditunjuk untuk itu
5. Dilakukan secara lisan atau tertulis
6. Menimbulkan akibat hukum karena adanya sumpah keterangan palsu tersebut.
17
2. PEMALSUAN SUARAT (Pasal 263 s/d Pasal 276 KUHPidana)
Pasal 263 KUHP merupakan pemalsuan surat dalam bentuk pokok
Unsur yang terdapat dalam pasal 263 KUHP :
1. Memberi surat palsu
2. Memalsukan surat yang dapat menerbitkan sesuatu hal,sesuatu perjanjian,
pembebasan utang, menjadikan bukti atas terjadinya suatu hal
3. memakai atau menggunakan surst palsu itu seolah-olah asli
4. Menimbulkan kerugian diakibatkan pemalsuan tersebut
Pemalsuan Surat dapat dilakukan dengan cara :
1. Khusus
2. Pokok
3. Surat Autentik dan memalsukan surat dalam autentik (Pasal 266 KUHP)
4. Memalsukan surat dalam dokter (Pasal 267 KUHP)
5. Pemalsuan surat keterangan baik (Pasal 269 KUHP)
6. Pemlasuan surat hak milik (Pasal 274 KUHP)
Pengertian Membuat surat palsu yaitu dengan membuat surat yang belum ada dibuat
sehigga menjadi benar dan asli sedangkan Pemalsuan surat yaitu surat yang sudah
ada dipalsukan
18
HUKUM ACARA PIDANA
Hukum Acara Pidana terdiri dari
:
1. Hukum Formil
- Penyidikan (Polisi)
- Penuntutan (Kejaksaan)
- Persidangan (Hakim)
2. Persidangan
- Putusan
- Upaya Hukum
- Banding
- Kasasi
- PK
Azas / Prinsip :
1. Pembatasan penahanan
2. Azas Praduga tak bersalah
3. Legalitas
Hukum Acara Pidana ( Wet Boek Van Strafordering)
Tujuan Hukum Acara Pidana
Untuk mencari dan mendapatkan materi yaitu kebenaran yang selngkap-lengkapnya dari
suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur
dan lengkap dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan
melakukan pelanggaran hukum dan selanjutnya meminta pemeriksaan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah
orang yang didakwakan dapat dipersalahkan
Van Bemmelen mengemukakan 3 (tiga) fungsi Hukum acara Pidana :
1. Mencari dan menemukan kebenaran
2. Memberi putusan-putusan /hakim
3. Pelaksanaan keputusan
Ruang lingkup berlakunya KUHP dalam pelaksanaan penegaran hukum sesuai dengan
penjelasan pasal 10 ayat (1) UU No.14/70 meliputi tugas-tugas pengkhususan yang
diletakan kepada peradilan umum (PN,PT,MA) seperti peradilan ekonomi,peradilan anak
tindak pidana imigrasi dan narkotika dengan demikian ruang lingkup berlakunya KUHP
tidak sebatas terhadap tugas-tugas peradilan umum dalam pemeriksaan perkara pidana.
Penyidikan merupakan salah satu cara atau metode sub daripada fungsi penyidikan yang
mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa :
- Penahanaan
- Penggeledahan
- Penyitaan
- Pemeriksaan surat
- Pengambilan
- Tindakan pemeriksaan dan penyerahan berkas kepada penuntut umum
19
Dengan sikap penyelidikan tidak terpisahkan dari fungsi penyidikan. Dalam fungsi
wewenang penyidik yaitu :
1. Fungsi berdasarkan ketentuan hukum aparat penyidik (pasal 5 KUHP) yaitu :
a. Menerima laporan atau pengaduna
a1. Jika laporan pengaduan secara tertulis harus ditanda tangani oleh pelapor
atau pengadu.
a2. Jika laporan atau pengaduan dilaporkan secara lisan atau tulisan harus
dicatat oleh penyidik dan ditanda tangani oleh pelapor dan penyidik
a3. Jika pelapor atau pengadu tidak dapat menulis hal ini harus dicatat dalam
laporan pengaduan (pasal 103 KUHP)
b. Mencari keterangan dan barang bukti
c. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai
d. Tindakan lain menurut hukum
2. Kewenangan berdasarkan perintah penyidik
3. Kewajiban penyidik untuk membuat dan menyampaikan laporan
Wewenang penyidik POLRI diatur dalam pasal 7 KUHPidana :
1. Menerima laporan/pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
2. Melakukan tindak pertama pada saat ditempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal (KTP)
tersangka
4. Melakukan penangkapan,penahanan,pengeledahan dan penyitaan
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
7. Memanggil orang untuk didengar sebagai tersangka/saksi
8. Mendatangkan ahli yang diperlukan sehubungan dengan pemeriksaan perkara
9. Mengadakan penghentian penyidikan
10.Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
Selain daripada itu penyidik mempunyai wewenang :
1. Wewenang pengalihan jenis penahanan (Pasal 23 KUHP)
2. Wewenang penangguhan penahanan (Pasal 30 KUHAP)
Beda penyidik dengan penyelidikan dimana didalam penyelidikan dilakukan
penganalisaan laporan
Contoh
: Penyelidikan dalam wewenang penyidik
Ca ra penangkapan yang dilakukan oleh pihak POLRI yaitu :
1. Tertangkap Tangan
Pengertian tertangkap tangan yaitu bukan pada saat ditangkap yang bersangkutan
sedang melakukan tindak pidana akan tetapi bisa saja sudah berjalan sesaat yang
mana masih ada sangkut paut dengan tindak pidana tersebut baru ditangkap
20
M i s a l : Orang tersebut lari setelah melakukan tindak pidana kemudian dikejar
baru tertangkap setelah berjalan waktu sesaat
Penangkapan ini harus mengikuti prosedur yaitu harus ada surat perintah
2. Adanya laporan / pengaduan
Penahanan tidak sah yaitu penahanan yang lebih dari penahanan yang dilakukan
Penahanan yang dilakukan selama ± 60 hari yaitu penahanan yang lebih dari 9 tahun
yaitu sesuai dengan pasal 29 KUHAP
Bila terbukti didalam penahanan tidak sah harus ada cara yang dilakukan yaitu :
- Rehabilitasi Nama Baik
- Ganti rugi
Proses Persidangan terdiri dari :
- Dakwaan dilengkapi surat kuasa,penetapan
- Eksepsi
- Pemeriksaan alat bukti (Pembuktian)
- Penuntutan
- Nota Pembelaan
- Putusan Hakim
Dakwaan terdiri dari :
- Surat Kuasa
- Penetapan Ketua PN
- Penetapan Majelis Hakim Ketua Harian Sidang
- Surat Panggilan
Hak-hak ersangka dalam proses penyidikan dan tuntutan :
1. Hak tersangka segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya
diserahkan kepada penuntut umum, ketentuan ini sesuai pasal 50 ayat (1) KUHAP;
2. Hak tersangka perkaranya segera diajukan dipengadilan sesuai Pasal 50 Ayat (2)
KUHAP;
3. Hak tersangka untuk diberitahu dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti tentang
apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai dengan Pasal 51
KUHAP;
4. Tersangka berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik Pasal 52
KUHAP;
5. Guna kepentingan pembelaan tersangka berhak mendapat bantuan hukum dari
penasehat hukumnya selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan Pasal
54 KUHAP;
6. Tersangka berhak memilih sendiri penasehat hukumnya Pasal 55 KUHAP;
21
7. Kewajiban pejabat pada semua tingkat pemeriksaan untuk menunjuk penasehat
hukum dalam hal ancaman tindak pidananya (Hukumannya) 5 tahun keatas Pasal 56
ayat (1) KUHAP;
8. Hak mendapat bantuan hukum secara Cuma-Cuma (Prodeo) Pasal 56 Ayat (2)
KUHAP;
9. Hak tersangka yang ditahan untuk menghubungi penasehat hukumnya pasal 57 Ayat
(1) KUHAP;
10. Hak menuntut ganti kerugian dan rehabilitas Pasal 68 KUHAP;
11. Tersangka wajib menerima berita acara dalam pemeriksaanya’
Hak-hak penasehat hukum dari tersangka untuk kepentingan tersangka :
1. Berhak menghubungi tersangka sejak tersangka ditangkap pada semua tingkat
pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan oleh UU pasal 69 KUHAP
B A P (Penyidikan / POLRI)
↓
Surat Dakwaan
↓
Isi Surat Dakwaan
- Tunggal (satu pasal)
↓
- Gabungan
1. Dakawaan Kesatu
↓
↓
- Primer (Pasal 338 KUHAP)
Formil
Materil
- Subsider (Pasal 351 (3) KUHAP)
(pasal 143 ayat…)
2. Dakwaan Kedua
- Primer (pasal 262 (1) KUHAP)
- Subsider (Pasal 262 (3) KUHAP)
Surat Dakwaan Formil terdiri dari :
1. Identitas
2. Uraian Peristiwa
- Obsolut
- Relatif
3. Dakwaanya pasal-pasal
Pengertian – pengertian dari :
1. Nebis to Idem yaitu seseorang tidak dapat dituntut kembali dalam perkara yang sama
dan orang yang sama;
2. On Slaag yaitu Lepas dari tuntutan Jaksa yang mana surat dakwaan jaksa yang
dinyatakan oleh hakim bahwa siterdakwa tidak dapat diminta pertanggung jawaban
hukum karena tidak tepat dipertanggung jawabkan kepada terdakwa itu.
3. Inabsetia yaitu suatu perkara dapat disidangkan tanpa adanya terdakwa
4. Verzet yaitu perlawanan untuk keputusan pengadilan yang terdakwanya tidak hadir
5. Statuta Roma yaitu kejahatan lintas Negara
22
PUTUSAN PENGADILAN
Bentuk putusan Pengadilan Negeri
1. Putusan pemindahan Pasak 193 KUHAP
2. Putusan bebas Pasal 191a KUHAP
3. Putusan lepas lari Pasal 191 (2) KUHAP
SURAT DAKWAAN
Hal penuntut umum diatur di KUHAP Bab IV Pasal 14 dan Pasal 15 yaitu Pasal 14
tentang Penuntut Umum yang isinya dapat dilihat secara jelas ada 10 butir . Penuntut
Umum menetukan suatu berkas perkara apakah memenuhi persyaratan untuk
dilimpahkan kepengadilan (pasal 139 KUHAP), apabila penuntut umum berpendapat dari
hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan
suart dakwaan (pasal 140 (1) KUHAP). Dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana
karena berdasarkan dakwaan pemeriksaan perkara dilakukan didalam persidangan,
hakimtidak dapat menjatuhkan pidana diluar batas-batas dakwan dengan demikian
terdakwa hanya dapat dipidana jika terbukti melakukan delik yang disebut dalam
dakwaan, tedakwa tidak dapat dipidana apabila tidak disebut didalam dakwaan (Pasal 143
(3)KUHAP).
Menentukan syarat-syarat mutlak tentang dakwaan yaitu tentang :
1. Waktu tindak pidana
2. Tempat peristiwa terjadinya Tindak Pidana
3. Delik yang didakwakan
Apabila syarat-syarat tersebut tidak diuraikan dalam surat dakwaan maka dakwaan
dinyatakan batal demi hukum (Pasal 143 (2b) KUHAP)
BENTUK-BENTUK DAKWAAN
Surat dakwaan dapat disusun dalam :
1. Surat Dakwaan tunggal yaitu seseorang melakukan perbuatan hanya melakukan satu
kejahatan sja missal pencurian (pasal 362 KUHPidana)
2. Surat Dakwaan Komulatif yaitu bentukdakwan yang disusun dari asil penyidikan
ditarik kesimopulan-kesimpulan berbagai peristiwa terdakwa lebih melakukan dari
satu perbuatan (Delik). Dakwaan Komulatif ini setiap perbuatan harus dibuktikan
tersendiri-sendiri, pidananya disesuaikan dengan peraturan tentang delik gabungan
(Samen Loop Pasal 63 s/d 71 KUHP)
3. dakwaan Alternatif menurut Van Memmelen bahwa dakwaan yang demikian masingmasing dakwaan tidak saling mengecualikan satu sama lain. Hakim dapat
mengadakan pilihan dakwaan mana yang telah terbukti dan bebas untuk menyatakan
23
dakwaan misalnya dakwaan ke dua yang terbukti tanpa terlebih dahulu tentang
dakwaan pertama (Pasal 140 KUHAP)
Ada beberapa pengertian kewenangan Jaksa yaitu :
1. Perkara dihentikan penuntutanya demi kepentingan hukum yaitu perkara dihentikan
penuntutanya karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwanya bukan merupakan
tindak pidana
2. Perkara ditutup demi hukum, hal ini terjadi bilamana tersangkanya meninggal
dunia.Perakaranya tergolong Nebis To Idem tau Kalduarsa (lewat waktu) (Pasal 76.77
dan 78 KUHAP)
3. Penyimpangan perkara untuk kepentingan Umum (azas opertunitas) yang dimaksud
dengan penghentian penuntutan yang tidak termasuk tentang penyampingan perkara
untuk kepentingan umum, yang menjadi wewenang jaksa agung maka dapat
disimpulkan bahwa JUHAP mengakui Eksetensi azas opertunitas (UU kejaksaan
Pasal 8 No.15/61(telah dicabut) No.5/91 (masih berlaku
Ketentuan yang diatur dalam KUHAP ada 3 (tiga) jenis antara pemeriksaan disidang
pengadilan yaitu :
1. Acara pemeriksaan biasa
2. Acara pemeriksaan singkat
3. Acara pemeriksaan cepat
Ad1. Dalam KUHAP diatur dalam pasal 152-202 KUHAP pengadilan adalah tempat
yang terpenting bagi siterdakwa untuk pembelaan dirinya dan minta keadilan yang
sejujurnya dan tegaknya hukum dan kepastian hukum. Ketentuan UU pokok
kekuasaan kehakiman Pasal 81 tahun 1970 yang berbunyi “Setiap orang yang
disangkakan ditangkap,ditahan,dituntut/dihadapkan dimuka siding pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah samapi adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahan terdakwa dan memperoleh kekuatan tetap, ketentuan ini
merupakan azas praduga tidak bersalah” kemudian satu azas yang terpenting
dalam pemeriksaan yaitu azas terbuka untuk umum terkecuali dalam perkara
kesusilaan terdakwanya anak-anak (pasal 153 KUHAP) jika tidak dipenuhi
ketentuan ini mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Ad2. Acara pemeriksaan singkat yang menurut penuntut umum pengertianya mudah dan
sederhana dalam Acara Pidana singakat Pengadilan Umum tidak haya menerima
perkara dari penyidik tetapi secara langsung menerima dari penyidik pembantu
Ad3. Acara pemeriksaan Cepat dibagi 2(dua) yaitu :
1. Acara pemeriksaan tindak pidana ringan
Acara tindak pidana ringan adalah acara pemeriksaan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara atau kurungan palaing lama 3 (tiga) bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp.7.500 (tujuh ribu lima ratus rupiah)dan
penghinaan ringan
24
Dalam pemeriksaan tindak pidana ringan ditentukan bahwa pengadilan
mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat pertama dan tingkat terakhir
kecuali dalam hal dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan terdakwaan
dapat minta banding sedangkan penuntut umum tidak mengadili siding, Saksi
dalam pemeriksaan ini tidak disumpah kecuali dianggap perlu oleh hakim
Dalam pemeriksaan tindak pidana ringan ini BAP tidak dibuat kecuali dalam
pemeriksaan tersebut ternyata ada hal yang tidak sesuai dengan berita acara
yang dibuat oleh penyidik
2. Acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas acara pemeriksaan ini adalah
acara pemeriksaan tertentu terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan lalu lintas dijalan, sesuai dengan makna yang terkandung dalam
pemeriksaan perkara ini tidak memerlukan BAP penyidik hanya mengirim
catatan-catatan ke Pengadilan pada hari siding pertama dalam perkara yang
digolongkan pelanggaran lalu lintas jalan ini terdakwa dapat mengajukan
perlawanan dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah putusan diucapkan oleh
pengadilan
KONEKSITAS
1.
2.
MILITER
SIPIL
Didalam BAB II KUHAP tentang suatu perkara pidana yang dilakukan bersama pleh
mereka yang termasuk dalam lingkungan umum dan lingkungan militer yang lazim
disebut perkara-perkara koneksitas. Pasal 22 UU No.14/70 UU pokok kekuasaan
kehakiman menyatakan nahwa kekuasaan koneksitas diperksa dan diadili oleh
pengadilan umum, kecuali jika menurut keputusan dengan persetujuan kehakiman
perkara tersebut harus diperuiksa dan diadili oleh lingkungan peradilan militer.
Ketentuan ini kebijaksanaan dalam pemeriksaan tindak pidana yang dilakukan
bersama oleh orang yang termasuk didalam peradilan umum dan orang yang
termasuk didalam peradilan militer
PUTUSAN PENGADILAN
Bentuk putusan Pengadilan Negeri
1. Putusan pemindahan Pasal 193 KUHAP
2. Putusan bebas Pasal 191a KUHAP
3. Putusan lepas lari Pasal 191 (2) KUHAP
25
ISI PUTUSAN
Surat keputusan pengadilan yang berisi pemidanaan harus memuat hal-hal sebagai
berikut :
1. Kepala putusan yang berupa tulisan yang berbunyi “Demi keadilan yang berdasarkan
ketuhanan yang maha esa “.
2. Identitas yaitu Identitas dari terdakwa
3. Tentang dakwaan sebagaimana yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum
4. Tentang pertimbangan yang berupa fakta yang diperoleh dari alat-alat bukti didalam
pemeriksaan disidang pengadilan
5. Tentang tuntutan pidana dari jaksa penuntut unmum dan termasuk didalamnya dari
nokta pembelaan
6. tentang hukumnya yaitu pasal atau peraturan perundang-undanagn yang menjadi
dasar hukm bagi putusan hakim untuk pemidanaan dari terdakwa disertai juga tentang
hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa
7. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim
8. Pernyataan kesalahan terdakwa terpenuhinya semua unsur-unsur dalam rumusan
tindak pidana disertai kualifikasi dari pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan
9. Tentang biaya perkara kepada siapa dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya dan
ketentuan mengenai barang bukti
10. Perintah supaya tedakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan.
11. Hari dan tanggal putusan,nama hakim yang memutus,nama anggota dan penuntutan
umum (30 hari batas penerimaan kepengadilan tinggi)
Alasan-alasan untuk permohonan kasasi dalam ketentuan KUHP 253 :
1. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagai
mana mestinya
2. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentruan Undang-undang
3. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas kewenangannya
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka putusan pengadilan yang dimintakan
kasasi dapat dibatalkan serta akibatnya adalah :
1. Dalam hal poin 1 alasan kasasi tersebut diatas maka Mahkamah Agung mengadili
sendiri perkara tersebut.
2. Dalam hal acara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan M.A menetapakan
disertai petunjuk agar pengadilan memeriksanya lagi mengenai bagian yang
dibatalkan atau berdasarkan alasan tertentu perkara tersebut dapat diperiksa
pengadilan atau hakim
3. Dalam hal pengadilan atau hakim yang bersangkutan tidak berwenang mengadili
pekara tersebut M.A menetapkan pengadilan atau hakim lain mengadili perkara
tersebut.
26
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
Upaya hukum luar biasa dalam KUHAP 18 bagian ke I mengatur tentang tingkat dalam
kasasi demi kepentingan hidup, bagian II peninjauan kembali keputusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pemeriksaan kasisi dalam kepentingan umum
dapat diajukan dalam semua keputusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap, maksud
hukum luar biasa itu seperti kasasi adalah agar supaya hukum diterapkan secara benar
agar kesatuan dalam peradilan akan tetapi ia tidak boleh merugikan kepentingan para
pihak adapun yang mengajukan kasasi demi kepentingan hukum adalahJaksa Agung.
Pasal-pasal yang mengatur Kasasi terdapat dalam Pasal 259 s/d 262 KUHAP
27
Download