Mata kuliah : Metode hukum Dosen : Prof. Nur Tanggal : 22-12

advertisement
1
Mata kuliah : Metode hukum
Dosen : Prof. Nur
Tanggal : 22-12-2014
Metode hukum
Metode hukum :
-
Teori hukum
Argumentasi hukum
Tujuan : agar mahasiswa dapat berarfumentasi hukum dengan baik dan memecahkan permasalahan dengan
argumantasi yang benar dan mahir.
 Tidak semua permasalahan hukum dapat dipecahkan dengan logika, karena tidak masuk dalam substansi
hukum.
 Terminologi yang digunakan adalah terminologi yuridis.
 Argumentasi hukum digunakan untuk menjustifikasi pihak atau keputusan yang dipilih ->oleh karenanya
harus menggunakan bahasa yang baik.
PRINSIP RES JUDICATA : semua harus terikat dari putusan sepanjang tidak dibutuhkan sebaliknya.
KESEHATAN :
-
Dalam logika
Dalam argumentasi
-
Deduktif
Induktif
PENALARAN :
Keywords : pahami konsep!!
 Aturan hukum (proposisi) -> merupakan rangkaian dan konsep
Misal : pasal 338 KUHP
- Apa itu konsep “barang siapa”
- “sengaja”?
- Menghilangkan nyawa orang lain
 Tanpa memehami konsep-konsep tersebut, mustahil kita bisa menentukan adanya pembunuhan atau
tidak.
2
KASUS : kecelakaan lalu lintas hingga meninggal dunia
o Sengaja dibunuh siapa?
 Kasuistis! Jika ternyata ada hubungan antara pelaku dan korban bisa jadi ada kesenjangan (pasal 338
KUHP)
 Namun jika tidak ada hubungan, bisa jadi merupakan kealpaan (pasal 359 KUHP)
MELAWAN HUKUM ≠ MELANGGAR HUKUM
RESPONSIBILITY ≠ LABILITY
HUKUM PIDANA “dwingen recht” (hukum memaksa) ≠ HUKUM PERDATA “aanvulen recht” (hukum mengatur)
NORMA PROHIBITHOIR  tidak diatur, belum tentu boleh
NORMA KEWENANGAN  tidak diatur = tidak berwenang
Ex : jaksa tidak boleh mengajukan PK, karena tidak ada kewenanganyang mengatur.
LITERATUR :
-
PENELITIAN HUKUM (Prof. Soedikno)
Argumentasi hukum (Prof. Hadjon dan Prof. Tatiek)
Logika selayang pandang (Alex Lanur)
3
Dosen : Prof. Tatiek
Tanggal : 12-01-2015
LEGAL REASONING’LEGAL ARGUMENTATION
Harus memahami “ars”
LEGAL PROBLEM SOLVING
( kenali lapisan ilmu hukum)
Logika silogistik  premis mayor : premis minor
Kesalahan terhadap logika (hal. 13-14)
- Logika silogistik
- Kesalahan terhadap alurlogika formal dalam mengambil keputusan
 Premis minor – premis mayor – simpulan.
- Logika tidak berkaitan dengan aspek substansi dalam arhum
- Tidak adanya kriteria formal yang jelas tentang hakekat rasionlaitas nilai di dalam
hukum.
4
Dosen : Prof. Nur
Tanggal : 26-01-2015
KONSEP DEVINISI
Dalam berargumentasi hukum, pemahaman terhadap konsep merupakan hal yang esensial.
 Konsep adalah suatu ide yang ada dalam pikiran kita, sifatnya abstrak / kabur, oleh karenanya harus
terus kita deskripsikan secara konkrit agar dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah tertentu.
 Apa itu konsep “sengaja”? (memenuhi unsur) “barangsiapa”? (naturlijke person) pasal 59 KUHP
- Pasal 1 UU -> merupakan definisi atas konsep.
Adakalanya konsepnya sama, namun definisinya berbeda.
Ex: konsep penyelidikan dan penyidikan dalam UU KPK dan KUHP.
Bagaimana cara meng-konkrit-kan konsep?
 Dengan cara deskripsi, definisi, ataupun klasifikasi
Definisi : batasan pengertian terhadap konsep
Ex : setiap orang (naturlijke & recht person) ≠ barang siapa (hanya naturlijke person)
Merupakan pembagian / penggolongan
Misalnya : apa beda melanggar hukum (onrechtmatigedaad) dan melawan hukum?
-
Melanggar hukum  tanggung gugat (liability)
melawan hukum (konsep dan pidana) - tanggung jawab (responsibility))
Beda LOGIKA dan NALAR HUKUM
Logika : pengertian  keputusan (kalimat)  penyimpulan
Konsep : proposisi {(aturan hukum) rangkaian unsur }  penalaran (deduksi (umum – khusus)) & induksi
(umum – khusus))
contoh kasus
1. A menusuk B (korban) saat B tidur sekitar pukul 05.00 WIB, namun berdasarkan otopsi, disebutkan
bahwa B telah meninggal pukul 03.00 WIB, berdasarkan lebam yang ada dalam tubuhnya. Apakah dengan
demikian dapat dikatakan bahwa A telah melakukan pembunuhan?
- Tidak, karena yang dimaksud dengan pembunuhan berdasarkan pasal 338 KUHP, ada unsur
“mehilangkan” nyawa, sedangkan dalam kasus tidak terpenuhi unsur tersebut.
- Pidana yang bisa diberikan kepada A “kemungkinan” adalah penganiayaan terhadap mayat.
Sebidang tanah dimiliki oleh 2 orang dengan status yang berbeda, yaitu PTOK D dan SHM. Pemilik SHM
mendalilkan bahwa pemilim PTOK D telah melanggar pasal 167 & 385 KUHP yaitu memasuki pekarangan orang
lain tnpa izin.
Q : benarkah bahwa pemilik SHM-lah yang memiliki atas hak sehingga dalilnya benar.
5
2. Sebenarnya kasus ini merupakan sengketa kepemilikan (pasal 81 di KUHP), oleh karenanya penuntutan
dapat dihentikan terlebih dahulu
Damun dalam prakteknya peradilan pidana tetaplah dijalankan menurut hakim, dalil yang di sampaikan oleh
pemilik SHM adalah benar bahwa pemilik PETOK D telah memasuki pekarangan orang lain.
Padahal bukankah baik SHM maupun PETOK D sama sama merupakan alas hak yang sah ?
 Jika sengketa pepemilikan (PN)  sertipikat dinyatakan cacat hukum
 Jika sengketa keabsahan (PTUN)  sertipikat dinyatakan batal demi hukum
3. Laporan  di SP3 kan karena kurang bukti  digugat pra peradilan  SP3 tidak sah sehingga kasus
dilanjutkan  ternyata di SP3 lagi karena bukan merupakan tindak pidana.
 Apakah Sp3 tersebut SAH atau tidak secara hukum ? SAH , baik secara aturan maupun logika hukum.
 Apakah kemudian setelah ditetapkan tersangka, dilakukan penghentian penyidikan ? BISA , karena
untuk dapat lanjut pada proses selanjutnya yaitu proses pengadilan minimal harus ditemukan bukti
permulaan yang cukup.
4. Kasus Lisa (sby) yang menerima paket narkotika dari inggris tanpa diketahui siapa pengirimnya.
Berdasarkan bukti bukti yang ada di persidangan, ternyata bukti yang lain saling berkaitan.
Walaupun lisa tidak mengakui bahwa itu miliknya tapi setidak-tidaknya ia menguasai
 Apakah konsep “memiliki” dan “menguasai” itu sama?
6
METODE HUKUM
PROF. NUR
22 DESEMBER 2014
ISU HUKUM dalam PENANGKAPAN BG
1. Apakah lembaga pra peradilan berwenang menetapkan keabsahan dalam penetapan tersangka?
2. Apakah manakala ada tindakan kesewenang-wenangan dari KPK hal tersebut merupakan ruang
lingkup lembaga pra peradilan?
 Berdasarkan pasal 95 KUHAP, lembaga pra peradilan berwenang mengadili segala tindakan hukum
lain yang bertentangan dengan UU, salah satunya yaitu menetapkan keabsahan dalam penetapan
TSK. Mengapa demikian?
 Karena dalam proses penetapan tersangka harus melalui prosedur yang ditetapkan, yang dalam
pasal 1 KUHAP disebut bahwa syarat penetapan tersangka adalah bukti permulaan yang cukup.
- Jadi, kuasa hukum BW harus mampu membuktikan bahwa KPK belum menemukan bukti
permulaan yang cukup sehingga penetapan tersangka dianggap tidak sah.
 Konsep penyelidikan dalam :
- UU KPK
: sudah menentukan alat bukti kemudian ditetapkan TSK-nya
- KUHAP
: untuk menentukan T.P atau bukan belum menemukan alat bukti
 Penyelidik adalah semua anggota kepolisian RI.
 Kewenangan KPK
- Penegakan hukum
- Penyelenggaraan Negara (pasal 2 UU No. 28 tahun 1999)
ARGUMENTASI HUKUM TIDAK DIAWALI DARI SUATU YANG “HAMPA” NAMUN DIMULAI DARI
HUKUM POSITIF.
ISI PENGERTIAN =
1
LUAS PENGERTIAN
Semakin banyak isinya, semakin sempit pengertiannya
 ATURAN DEFINISI :
1. Dapat dibolak balik antara definen (yang jelas) dan definendum (yang dijelaskan) => convertible
2. Tidak boleh negative => cantik adalah tidak jelek
3. Definendum tidak boleh ada pada definen => mis : pencuri adalah yang mencuri barang orang
lain.
4. Definisi harus singkat, dan tidak boleh menggunakan bahasa yang kabur.
 Penipuan dalam hukum perdata => dimasukkan PMH
7
PENALARAN DEDUKSI
Dalam HUKUM
PROF NUR
16 FEBRUARI 2015
 Deduktif => umum – khusus
 Induktif => khusus – umum
Penalaran deduktif
Pengumpulan
fakta hukum
Penerapan
hukum positif
 Pendekatan PUU (statute approach)
 Pendekatan konsep (conceptual approach)
Penalaran
induksi
 KPK berwenang memeriksa dan mengadili
- Penegakan hukum dan penyelenggara Negara
- ………………..
- Korupsi diatas 1M
 Apa yang dimaksud dengan penegak hukum ?
- Berdasarkan KUHAP, penyelidik adalah setiap anggota kepolisian RI
- Apakah penyelidik adalah penegak hukum ?
 ISU : apakah dengan adanya putusan pra peradilan, komisioner KPK dapat dituntut telah melakukan
penyalagunaan wewenang sebagai diatur dalam pasal 421 KUHP yang kemudian di akomodir dalam
pasal 23 UU Tipikor ?
 Apakah penetapan tersangka harus didahului dengan penetapan sebagai saksi ?
- TIDAK PERLU, ingat kembali konsep “tersangka“ yaitu bahwa seseorang dapat ditetapkan
sebagai tersangka manakalah telah ditemukan bukti permulaan yang cukup. Manakalah syarat
tersebut sudah terpenuhi, maka seseorang dapat langsung ditetapkan sebagai tersangka.
 LANGKAH-LANGKAH PPENERAPAN HUKUM POSITIF
1. Kumpulan peraturan hukum yang terkait.
2. Identifikasikan aturan hukum => kaitkan dengan masalah hukum
 RECHTSVINDING (menemukan norma yang kongkrit)
Tidak Lengkap
Segala keg. Manusia
PUU
Tidak jelas
asas isu curia novit
(pasal 16 UU No. 4 Th 2004)
8
 LANGKAH-LANGKAH PENEMUAN HUKUM
- Tidak ada aturan hukum
=> Kontruksi hukum (hal 28 buku Arhum)
- Konflik norma
=> asas preferensi hukum
- Vague norm
=> interpretasi
 Pasal 3 yat (3) UU PTUN
v.s
UU No, 30 Tahun 2014
Diam = menolak
“KTUN Negatif”
diam = mengiyakan
 EX FALSO QUO LIBET = salah konsep, salah simpulan
 Paramenter tindakan pemerintahan
- PUU
- AUPB
- HAM
- GG
Apakah asas = prinsip ?
 Surat keputusan Perwakilan BI tentang Penetapan Hasil Sementara uji kemampuan dan kepatutan
Hasil Sementara
Kemampuan
Kepatutan
=> Final ?
=> legal power
=> fungsional/pendekatan perilaku
Download