SELAYANG PANDANG MENGENAI PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA PIDANA OLEH: ACHMAD YUSAK, SH., MH. HAKIM TINGGI PENGADILAN TINGGI PONTIANAK 6 SEPTEMBER 2016 Putusan adalah “Mahkota Hakim”, karena dari putusan itu orang lain dapat menilai kedalaman pengetahuan hukum hakim yang memeriksa dan memutus sesuatu perkara. Pengetahuan hukum yang harus dikuasai hakim sesungguhnya harus multi disiplin yang meliputi hukum acara/hukum formil, hukum materiil, ilmu hukum, filsafat hukum, sosiologi hukum, politik hukum, kriminologi, psychologi hukum, ilmu komunikasi, hukum adat, metodologi hukum, dan lain-lan. PUTUSAN HAKIM YANG IDEAL Putusan Hakim yang ideal, manakala mampu meng-harmoni-kan 3(tiga) dimensi : 1. Keadilan (gerechtigheit) 2. Kepastian Hukum (rechtsecherheit) 3. Kemanfaatan putusan itu (zwachmatigheit) Walaupun dalam praktik hal tsb tidak mudah, Hakim yang baik berusaha semaksimal kearah harmoni ketiga dimensi itu secara kasuistis. Putusan hakim juga berpedoman pada 3 (tiga) hal yaitu : Unsur Yuridis, yang merupakan unsur pertama dan utama, Unsur Filosofis, berintikan kebenaran dan keadilan, Unsur Sosiologis, yaitu mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Proses atau tahapan penjatuhan putusan oleh hakim, dalam perkara pidana, menurut Moeljatno, dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap menganalisis perbuatan pidana, pada saat hakim menganalisis ini pertanyaan yang timbul adalah apakah terdakwa melakukan perbuatan pidana atau tidak, hal ini dipandang sebagai analisa primer dari segi masyarakat, yaitu perbuatan tersebut apakah masuk dalam rumusan suatu aturan pidana. 2. 3. Tahap Menganalisis Tanggungjawab Pidana; Jika seorang terdakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan pidana melanggar suatu pasal tertentu, hakim menganalisis apakah terdakwa dapat dinyatakan bertanggung jawab atas perbuatan pidana yang dilakukannya. Tahap Penentuan Pemidanaan Hakim akan menjatuhkan pidana bila unsur-unsur telah terpenuhi dengan melihat pasal UndangUndang yang dilanggar oleh Pelaku. SISTIMATIKA DASAR PUTUSAN HAKIM Panduan normatif putusan Hakim dalam perkara pidana sebagaimana diatur dalam pasal 197 KUHAP : (1).Surat putusan pemidanaan memuat : a. Kepala putusan yang dituliskan berbunyi : “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA “ b. Identitas Terdakwa . c. Dakwaan sebagaimana dalam surat dakwaan. d. Pertimbangan Hukum, yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa; e.Pertimbangan Hukum, yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa; f.Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan pidana; g. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai keadaan yang memberatkan dan yg meringankan terdakwa; h.Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa dengan hakim tunggal; i.Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan; j. Ketentuan kepada siapa beaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti; k. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu; l. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan; m. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus, dan nama panitera; PASAL- PASAL DALAM KUHAP YG TERKAIT DENGAN PUTUSAN PERKARA PIDANA : - Pasal 152 KUHAP ; - Pasal 156 KUHAP ; - Pasal 160 KUHAP ; - Pasal 183 KUHAP; - Pasal 184 KUHAP, - Pasal 185 KUHAP; TERWUJUDNYA PUTUSAN YANG BAIK, SEBAGAIMANA YANG DI ANGAN-ANGAN KAN BERSAMA - Apakah putusan bebas sebagaimana dinyatakan dalam pasal 191 KUHAP, sebagai putusan yang baik; - Apakah melalui forum ini, dapat menciptakan suatu putusan yang baik; - Bagaimanakah kriteria suatu putusan dikatakan sebagai putusan yang baik ; KONSEPSI PUTUSAN YANG BAIK “Putusan yang baik adalah putusan yang argumentatif, rasional, sistematis dan tidak bertentangan dengan common sense”, tegas M. Yahya Harahap. Penegasan pakar hukum perdata tersebut selaras dengan maksud pasal 5, 50 dan 53 UU Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.” Ketentuan pasal 5 UU Nomor 48 tahun 2009 mewajibkan hakim dalam pertimbangan hukumnya untuk mampu menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalammasyarakat. Pasal 50 ayat (1) menegaskan bahwa putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundangundangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. YURISPRUDENSI : adalah suatu Putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yang diikuti / dipergunakan oleh Hakim berikutnya sebagai sumber hukum untuk memutus perkara yang serupa / sama; - Yurisprudensi merupakan produk yang lahir dari putusan Pengadilan, lazim disebut Judge made law; Merupakan produk dari Hakim untuk menyelesaikan perkara tertentu; Ada beberapa alasan mengapa hakim menciptakan hukum ; 1. Karena undang-undangnya tidakjelas/kabur sehingga memerlukan penafsiran hukum yang komprehensif; 2. Undang-Undang yang ada sudah tertinggal dengan perkembangan masyarakat/tidak sesuai lagi dengan rasa keadilan dan kesadaran masyarakat ; 3. Undang-Undang tidak mengatur perbuatan hukum yang diajukan kepada Pengadilan; Apakah semua putusan Hakim dapat dikualifikasikan sebagai yurisprudensi ? Terkait hal ini ada syarat yg harus dipenuhi yaitu : 1. Putusan Hakim tersebut mengandung suatu terobosan; 2. Putusan tersebut diikuti secara konstan, dan putusan tersebut dibenarkan oleh M.A.; 3. Putusan Hakim tersebut memenuhi rasa keadilan masyarakat ; 4. Putusan Hakim tersebut mengenai suatu peristiwa hukum yang belum jelas peraturan perundangundangannya