CONTOH STUDI KASUS:

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bauran Promosi
Dalam setiap perusahaan banyak aktivitas yang dilakukan; tidak hanya
menghasilkan produk, menetapkan harga dan menjual produk; akan tetapi banyak
aktivitas lain yang saling berkaitan antara satu dangan yang lainnya; salah satunya
adalah promosi. Kegiatan promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran
yang hanya memberikan informasi kepada masyarakat atau konsumen tentang
produk yang dihasilkan, sekaligus membujuk agar konsumen tersebut tertarik
terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan pada akhirnya mau
melakukan keputusan pembelian. Promosi menurut Djaslim Saladin (2000 : 123),
didefinisikan sebagai berikut:
“Promosi adalah suatu komunikasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk
merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi
mengenal sehingga membeli dan tetap mengingat produk tersebut.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan mengenai promosi yaitu yang
pertama promosi sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi produk, yang kedua
promosi sebagai alat untuk menghimbau pembeli, yang ketiga promosi sebagai
alat untuk meneruskan informasi dalam proses pengambilan keputusan pembelian.
Perusahaan dewasa ini menganggap bahwa promosi merupakan bagian penting
dari pemasaran perusahaan, karena pihak perusahaan berharap dengan promosi
yang dilaksanakan secara efektif dapat meningkatkan produk perusahaan sesuai
12
dengan target penjualan yang telah ditetapkan dan dapat bersaing dengan
perusahaan lain yang menghasilkan produk sejenis. Dengan pandangan demikian,
perusahaan berharap dengan dilaksanakannya kegiatan promosi secara tepat dan
terarah akan mampu menarik konsumen, sehingga konsumen akan memutuskan
untuk membeli yang pada akhirnya perusahaan akan mencapai hasil penjualan dan
keuntungan yang maksimal.
Perusahaan dalam mengkaji sistem promosinya tentunya menghadapi
suatu kendala-kendala, sehingga perusahaan memandang perlu untuk mengelola
sistem promosinya secara efektif agar mendapatkan hasil yang maksimal. Di
dalam pengelolaan promosi, perusahaan mengenal adanya bauran promosi.
Bauran promosi menurut Djaslim Saladin (1999 : 151) terdiri atas: (1) periklanan
(advertising), (2) promosi penjualan (sales promotion), (3) pemasaran langsung
(direct marketing), (4) hubungan kemasyarakatan (public relation), (5) penjualan
pribadi (personal selling).
2.1.1. Periklanan (Advertising)
Periklanan atau advertising menurut E. Jerrome Mc Charty dan William
D. Ferreault Jr. (1990 : 356), didefinisikan sebagai berikut:
“Advertising is any paid from of non personal presentation and promotion of
ideas, good or service by an identified sponsor.”
Dari definisi di atas ada dua gambaran mengenai periklanan; yang pertama
yaitu periklanan merupakan bentuk non personal yang dibayar untuk
mempresentasikan dan mempromosikan barang atau jasa oleh sponsor yang
dikenal, yang kedua yaitu paid for; dalam hal ini mempunyai maksud bahwa
perusahaan melakukan periklanan membayar space atau ruang dan waktu dimana
13
periklanan tersebut dilakukan. Periklanan merupakan salah satu kiat atau cara dari
promosi yang digunakan. Periklanan ini memegang peranan sangat penting dalam
menjaga posisi persaingan.
Periklanan atau advertising mempunyai kelebihan dan kekurangannya,
diantara kelebihan dari periklanan tersebut adalah sebagai berikut:
-
Mempresentasikan suatu bentuk pesan, dimana pesan tersebut dapat
dikendalikan oleh perusahaan.
-
Dapat menjangkau prospek konsumen yang lebih banyak, sementara sales
representative tidak dapat melakukannya.
-
Membantu dalam menjual produk perusahaan.
-
Berperan dalam memperkenalkan produk perusahaan yang baru diperkenalkan
oleh perusahaan.
-
Berperan dalam menempatkan produk dan perusahaan di pasar (positioning).
Adapun kekurangan dari periklanan itu sendiri adalah sebagai berikut:
-
Pesan yang dimuat tidak flexible atau tidak dapat disesuaikan untuk setiap
target pasar.
-
Periklanan mempunyai arus komunikasi satu arah.
-
Masyarakat tidak benar-benar percaya pesan yang ada dalam iklan.
-
Pada
saat
periklanan
tersebut
dilancarkan,
tidak
semua
konsumen
mendengarkan atau melihat; sehingga membutuhkan pengulangan.
14
2.1.2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Menurut Philip Kotler (2002 : 681), promosi penjualan didefinisikan
sebagai berikut:
“Promosi penjualan terdiri dari kumpulan alat-alat insentif yang beragam,
sebagian besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu
produk / jasa tertentu secara lebih cepat dan / atau lebih besar oleh konsumen
atau pedagang.”
Dari definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan, promosi penjualan
merupakan suatu aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan penjualan dan
yang mempunyai sifat jangka pendek yang diarahkan untuk mendorong pembelian
konsumen atau perantara (dealer). Apabila promosi penjualan ini dilakukan pada
waktu yang tepat, maka dapat meningkatkan permintaan produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan. Promosi penjualan atau sales promotion merupakan salah
satu kiat atau cara promosi yang meliputi semua kegiatan promosional selain
periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling) atau hubungan
kemasyarakatan (public relation). Promosi penjualan sangat berperan dalam
penjualan produk atau jasa perusahaan dalam jangka pendek.
Seperti elemen-elemen yang lain dalam bauran promosi, promosi
penjualan juga mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam
promosi penjualan ini antara lain sebagai berikut:
-
Promosi penjualan mampu membentuk suatu perasaan diantara konsumen dan
perantara bahwa mereka mendapat sesuatu dengan sedikit pengorbanan,
dengan demikian hal tersebut memberikan sikap positif terhadap produk atau
jasa tersebut.
15
-
Promosi penjualan merupakan suatu aktivitas yang mempunyai maksud untuk
membujuk prospek atau dengan kata lain perusahaan menawarkan suatu
tambahan keuntungan bagi konsumen.
-
Promosi penjualan merupakan bujukan langsung, dengan demikian dalam
aktivitasnya promosi penjualan mencoba untuk mendapatkan tindakan
langsung dari konsumen oleh karena itu promosi penjualan yang berhasil akan
meningkatkan penjualan.
Adapun beberapa kekurangan yang terdapat dalam promosi penjualan
adalah sebagai berikut:
-
Promosi penjualan mempunyai jangka waktu pengaruh yang pendek.
-
Promosi penjualan tidak berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh alat-alat
promosi lainnya.
-
Semakin sering promosi penjualan dilakukan, maka image produk akan
semakin menurun.
2.1.3. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Terence A. Schimp (1997 : 386) mendefinisikan pemasaran langsung atau
direct marketing adalah sebagai berikut:
“Direct marketing is an interactive system of marketing which uses one or
more advertising media to effect a measurable response and or transaction at
any location.”
Dari definisi di atas diperoleh beberapa pengertian tentang pemasaran
langsung, yang petama yaitu pemasaran langsung melibatkan pemasaran interaktif
yang mana pemasaran lansung menimbulkan komunikasi personal antara pemasar
16
dengan konsumen prospek, kedua yaitu pemasaran langsung tidak terbatas hanya
pada direct mail tetapi juga melibatkan satu atau lebih media, ketiga yaitu
pemasaran langsung lewat media seperti direct mail memungkinkan respon
terukur relatif besar dibandingkan dengan media tidak langsung (indirect
marketing).
Tujuan pemasaran langsung adalah untuk menciptakan hubungan langsung
dengan konsumen agar konsumen merespon dengan segera dan dapat diukur.
Pemasaran langsung dapat dicapai dengan direct mail (termasuk catalog), direct
response, advertising, telemarketing dan direct selling.
2.1.4. Hubungan Kemasyarakatan (Public Relation)
Hubungan kemasyarakatan atau public relation adalah salah satu kiat atau
cara pemasaran penting lainnya. Perusahaan tidak hanya berhubungan secara
konstruktif dengan pelanggan, pemasok ataupun dengan penyalur tetapi
perusahaan juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang
besar. William J. Stanton (1994 : 508) mendefinisikan hubungan kemasyarakatan
adalah sebagai berikut:
“Public relation is management tool designed to favorably influence attitudes
toward an organization, its product and its policies.”
Adapun tujuan dari hubungan kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran, maksudnya adalah hubungan kemasyarakatan
menempatkan cerita di media untuk perhatian pada suatu produk, organisasi
atau ide.
17
2. Membangun kredibilitas, maksudnya adalah hubungan kemasyarakatan
menambah kredibilitas dengan mengkomunikasikan pesan dalam suatu
konteks editorial.
3. Mendorong tenaga penjualan dan penyalur, maksudnya adalah hubungan
kemasyarakatan dapat membantu antusiasme tenaga penjual dan penyalur
untuk bercerita mengenai produk baru sebelum diluncurkan dan akan
membantu tenaga penjual untuk menjualnya ke pengecer.
4. Mengurangi biaya promosi, maksudnya adalah hubungan kemasyarakatan
membutuhkan sedikit biaya dibandingkan dengan direct mail dan media massa
lainnya. Semakin kecil anggaran promosi perusahaan, maka semakin kuat
alasan menggunakan hubungan kemasyarakatan untuk memperoleh perhatian.
2.1.5. Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Alat utama dalam penjualan pribadi atau personal selling adalah sales
people atau wiraniaga. Penjualan pribadi mempunyai peranan cukup penting
dalam meningkatkan volume atau jumlah penjualan maupun meningkatkan
hubungan dengan pelanggan. Menurut Terence A. Schimp (1993 : 9), penjualan
pribadi didefinisikan sebagai berikut:
“Personal selling is person to person communication in which a seller
attempts to persuade prospective buyers to purchase the company’s products
or services.”
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa penjualan pribadi merupakan
suatu interaksi antara sales people atau wiraniaga dengan pembeli prospektif
dalam memperkenalkan barang atau jasanya. Dalam interaksi yang bersifat dua
18
arah ini, khususnya ditujukan untuk menciptakan, membangun, memperbaiki dan
mempertahankan hubungan baik dengan prospek.
Definisi personal selling menurut Kotler (2002 : 313):
“Personal selling is an oral presentation in a conversation with one or more
prospective purchasers for the purpose of making sales.”
Pengertian tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:
“Personal selling adalah sebuah pengungkapan secara lisan dalam menghadapi
seorang atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk menciptakan suatu
penjualan.”
Hampir setiap perusahaan dapat mengambil manfaat dari penjualan
pribadi; pada waktu bertatap muka dengan calon pelanggan, seorang wiraniaga
dapat memperoleh banyak perhatian dari pada iklan atau tampilan. Seorang
wiraniaga dapat menyesuaikan apa yang hendak mereka katakan atau mereka
lakukan untuk mempertimbangkan pengaruh kultur dan perilaku lainnya atas
pelanggan. Mereka dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui
minat khusus pelanggan. Mereka juga dapat langsung memperoleh timbal balik
dari pelanggan dan menyesuaikan presentasinya.
2.1.5.1.
Karakteristik Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Penjualan pribadi atau personal selling adalah salah satu kiat atau cara
yang paling efektif biaya dalam proses pembelian, terutama dalam membentuk
preferensi pembeli, keyakinan dan tindakan. Alasannya adalah bahwa penjualan
pribadi bila dibandingkan dengan iklan, menurut Kotler (2002 : 644) memiliki
tiga macam karakteristik khusus yaitu:
19
1. Konfrontasi personal, maksudnya adalah penjualan pribadi melibatkan
hubungan yang hidup, cepat dan interaktif antara dua orang atau lebih. Tiaptiap pihak dapat saling mengamati kebutuhan dan karakteristik masing-masing
dengan dekat dan membuat penyesuaian yang tepat.
2. Pengembangan, maksudnya adalah penjualan pribadi memungkinkan semua
jenis hubungan berkembang dari hubungan yang hanya berdasarkan penjualan
sampai hubungan personal yang dalam. Wakil penjualan yang efektif biasanya
akan mengingat minat pelanggan mereka bila menginginkan hubungan yang
berlangsung lama.
3. Respon, maksudnya adalah penjualan pribadi membuat pembeli merasa
berkewajiban untuk mendengar perkataan wiraniaga itu. Pembeli akan lebih
memperhatikan dan merespon, bahkan bila responnya adalah “terimakasih”
yang sopan.
Penjualan pribadi atau personal selling mempunyai beberapa kelebihan
dan kekurangan, adapun kelebihan dari penjualan pribadi antara lain sebagai
berikut:
-
Penjualan pribadi memberikan kontribusi yang relatif lebih tinggi terhadap
perhatian konsumen.
-
Memungkinkan wiraniaga memberikan pesan kepada pelanggan, khusus
mengenai keinginan dan kebutuhannya.
-
Penjualan pribadi memungkinkan wiraniaga berkomunikasi dengan jumlah
yang lebih besar dari technical dan information yang kompleks dibandingkan
dengan metode yang lainnya.
20
-
Penjualan pribadi lebih mampu mendemonstrasikan fungsi produk dan
karakteristik performance.
-
Interaksi penjualan pribadi dengan konsumen berpeluang untuk dikembangkan
secara jangka panjang dan efektif untuk menggabungkan antara penjualan dan
pembelian.
Adapun beberapa kekurangan dari penjualan pribadi adalah sebagai
berikut:
-
Aktivitas penjualan pribadi membutuhkan biaya yang cukup tinggi
-
Pesan yang disampaikan membutuhkan waktu yang cukup lama.
-
Image yang negatif terhadap wiraniaga, sehingga cenderung untuk
menghindar apabila didatangi oleh wiraniaga.
Menurut Terence A. Schimp (1990 : 604), ada beberapa hal yang
menyebabkan komunikasi personal dapat memberikan keuntungan atau
keunggulan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh perhatian yang lebih besar dari konsumen karena dilakukan
dengan tatap muka (face to face).
2. Dapat menyesuaikan pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan
minat konsumen.
3. Adanya komunikasi dua arah, sehingga seorang pemasar dapat menerima
umpan balik secara langsung.
4. Dapat memberikan banyak informasi, terutama mengenai seputar masalah
pemasaran.
5. Dapat lebih menjelaskan fungsi produk dan karakteristiknya.
21
2.1.5.2.
Kemajemukan Kualitas Menjual dan Penjualan Pribadi
Kualitas penjualan pribadi sangat beragam dari satu produk ke produk
lainnya, dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, dari satu sasaran ke sasaran
lainnya. Pada umumnya wiraniaga yang menjual kepada pabrik, terlatih lebih baik
dan lebih berbobot dari pada wiraniaga yang bekerja pada grosir atau pengecer.
Perihal pasar sasaran, para wiraniaga yang menjual kepada pemasok industrial
kemungkinan lebih mencari pesanan (getter order) dan biasanya agresif, terlatih
dengan baik, dan berpengetahuan. Para wiraniaga industrial, mendapat
kompensasi yang tinggi dan harus mampu berbaur secara lincah dengan
manajemen puncak. Yang menjual kepada grosir, pengecer dan konsumen
mempunyai pekerjaan penjualan yang lebih rutin, dan orang ini adalah pengambil
pesanan (order taker) dan biasanya kurang agresif dalam mencari lahan bisnis
baru. Produk yang mahal membutuhkan penjualan pribadi dengan kualitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang mempunyai harga rendah
perunitnya dan putarannya tinggi.
2.1.5.3.
Merumuskan dan Menetapkan Strategi Gugus Wiraniaga
Desain strategi gugus wiraniaga (sales forces) meliputi enam langkah
pokok. Pertama, ditentukan dahulu peran gugus wiraniaga dalam bauran
pemasaran. Hal ini memerlukan pengambilan keputusan penjualan pribadi apa
yang diharapkan dilakukan dalam program pemasaran. Kedua, ditetapkan proses
penjualan yang mengindikasikan bagaimana penjualan akan dilakukan dengan
pelanggan yang dituju. Ketiga, dalam memilih saluran penjualan perlu diputuskan
bagaimana penjualan lapangan, pengelolaan pelanggan besar, pemasaran jauh dan
saluran elektronik akan berkontribusi untuk proses penjualan. Keempat, desain
22
organisasi penjualan ditentukan atau kecukupannya dievaluasi di dalam organisasi
yang ada. Kelima, gugus wiraniaga direkrut, dilatih dan dikelola. Keenam, hasil
penjualan dievaluasi dan dibuat penyesuaian guna mempersempit jarak antara
hasil aktual dengan hasil yang dikehendaki.
Wiraniaga yang efektif tidak hanya memiliki naluri tapi mereka juga
terlatih dalam berbagai metode analisa dan pengelolaan pelanggan. Semua
pendekatan pelatihan penjualan berusaha mengubah seorang wiraniaga dari
penerima pesanan pasif menjadi pencari pesanan yang aktif. Penerima pesanan
bekerja dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: pelanggan mengetahui kebutuhankebutuhan mereka sendiri, membenci usaha-usaha untuk mempengaruhi mereka
dan mereka menyukai wiraniaga yang sopan dan tidak menonjolkan diri. Ada dua
pendekatan dasar dalam melatih wiraniaga agar menjadi pencari pesanan yang
aktif. Pendekatan pertama berorientasi penjualan (sales oriented approach),
maksudnya adalah melatih wiraniaga dengan teknik-teknik penjualan tekanan
tinggi (high pressure selling technique), teknik ini antara lain mencakup
membesar-besarkan produk, mengkritik produk pesaing, menggunakan presentasi
yang efektif, memasarkan diri sendiri dan menawarkan kesepakatan harga untuk
memperoleh pesanan. Dan pendekatan kedua berorientasi pelanggan (customer
oriented approach), maksudnya adalah melatih wiraniaga memecahkan masalah
yang dihadapi pelanggan.
Wiraniaga belajar mendengarkan dan mengajukan pertanyaan agar dapat
mengidentifikasikan kebutuhan dari pelanggan dan dapat memberikan solusi
produk yang baik. Pendekatan yang kedua ini mengasumsikan bahwa pelanggan
mempunyai kebutuhan tersembunyi yang merupakan peluang bagi perusahaan,
23
bahwa pelanggan menghargai usulan yang membangun dan mereka akan setia
pada wiraniaga yang menarik perhatiannya.
2.2. Keputusan Pembelian
Untuk meraih keberhasilan dalam setiap transaksi atau dalam setiap
presentasinya, seorang pemasar harus dapat melihat lebih jauh bermacam-macam
faktor yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai
bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus, seorang
pemasar harus mengidentifikasikan siapa yang membuat keputusan pembelian,
jenis-jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian.
Adalah mudah untuk mengidentifikasikan pembeli suatu produk. Pada
suatu daerah tertentu, yang memilih alat cukur biasanya adalah pria dan yang
memilih kosmetik biasanya adalah wanita. Meskipun demikian pasar tetap
haruslah waspada dalam menetapkan keputusan mengenai sasaran mereka, karena
peranan pembelian selalu saja mengalami perubahan; sebagai contoh, ICI adalah
perusahaan kimia terbesar di Inggris menemukan dengan penuh keheranan bahwa
wanita membuat 60% keputusan mengenai merek cat rumah, oleh karena itu ICI
memutuskan untuk mengiklankan merek Delux-nya pada wanita. Dengan
kemajuan teknologi dan masuknya kebudayaan lain ke dalam negeri, maka hal
seperti itu bukanlah mustahil untuk sekarang ini bisa saja terjadi di suatu daerah di
Indonesia.
Dari hal-hal tersebut di atas, maka dapatlah kita membedakan peran yang
dimainkan orang dalam keputusan pembeliannya antara lain yaitu:
-
Pencetus adalah seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk
membeli suatu barang atau jasa.
24
-
Pemberi pengaruh adalah seseorang yang pandangan atau sarannya
mempengaruhi keputusan pembelian.
-
Pembeli adalah seseorang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.
-
Pemakai adalah seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk
yang telah dibeli.
2.2.1. Motif dan Perilaku Pembeli
Dalam menentukan pasar sasaran yang tepat terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan, perlu diteliti dan dikaji motif, perilaku dan kebiasaan
pembeli. Oleh karena masing-masing pembeli mempunyai motif, perilaku dan
membeli yang berbeda; maka perlu dilakukan pendekatan dalam pengkajiannya
sehingga analisis yang dilakukan dapat lebih berguna dan tepat untuk
pengambilan keputusan. Pendekatan yang digunakan dalam penganalisaan motif
pembeli akan berbeda dengan pendekatan untuk penganalisaan perilaku dan
kebiasaan pembeli.
2.2.1.1.
Motif Pembeli
Keberhasilan kegiatan pemasaran sangat ditentukan oleh kemampuan
produk yang dipasarkan untuk memenuhi apa yang diharapkan atau diinginkan
oleh konsumen. Oleh karena itu dalam memasarkan produk yang dihasilkan, perlu
diketahui dan dianalisa mengapa seseorang membeli suatu produk dan apa yang
diharapkan atau diinginkan oleh konsumen terhadap produk yang dibelinya, kedua
hal tersebut sering dikenal dengan motif pembelian.
Pengenalan konsumen merupakan usaha atau kegiatan pengumpulan,
pengolahan dan penganalisaan data atau informasi mengenai profil konsumen.
25
Dalam profil konsumen tercakup informasi mengenai apa yang dibeli dan
merupakan objek, alasan mengapa pembelian dilakukan yang merupakan objek
pembelian, siapa pembelinya yang merupakan organisasi untuk pembelian dan
merupakan operasi dari pembeli. Maksud pengenalan konsumen ini adalah agar
dapat:
1. Perusahaan mengarahkan kegiatan pemasaran agar tertuju pada sasarannya.
2. Menghasilkan beberapa sumber daya yang ada agar dapat lebih efektif dan
efisien pemanfaatannya.
3. Menciptakan dan membina langganan untuk dapat memperoleh laba yang
wajar untuk waktu yang sepanjang mungkin, sehingga perusahaan dapat terus
tumbuh dan berkembang.
Objek penjualan adalah mendapatkan keuntungan pada saat transaksi,
sehingga sifat objektif ini adalah hanya untuk jangka pendek, untuk mengejar
target
yang
diharapkan.
Proses
penjualan
ini
dapat
dikaji
melalui
pengidentifikasian tingkat yang harus dilakukan oleh wiraniaga dalam presentasi
penjualannya. Terdapat empat tahap yang harus dilalui oleh wiraniaga tersebut,
antara lain yaitu:
1. Pendekatan (approach) terhadap pembeli.
2. Penyajian atau presentasi tentang produk yang dijual kepada calon pembeli.
3. Penanganan keberatan atau pertanyaan (handling objection) dari calon
pembeli.
4. Penutupan transaksi penjualan (closing the sale).
26
Motif pembelian merupakan pertimbangan dan pengaruh yang mendorong
orang untuk melakukan pembelian atas suatu produk. Motif pembelian ini dapat
dibedakan atas:
a. Motif pembelian terhadap produknya (product motives), yang meliputi semua
pengaruh serta alasan yang menyebabkan seorang konsumen membeli produk
tertentu.
b. Motif pembelian terhadap tempat atau penyalur yang menjual produk itu
(patronage motives), merupakan pertimbangan yang menyebabkan seorang
konsumen membeli produk kepada tempat atau penyalur tertentu.
Motif pembelian perlu dipelajari agar dapat diketahui seseorang
melakukan pembelian, sehingga dapatlah dilakukan kegiatan untuk menarik
pembeli agar bersedia membeli produk yang ditawarkan oleh wiraniaga. Motif
pembelian barang konsumsi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Motif pembelian emosional (emotional buying motives), yang terdiri dari:
 Pembeli ingin nampak berbeda dari yang lain (distinctiveness).
 Kebanggaan karena penampilan produknya.
 Pencapaian status sosialnya (social achievement).
 Untuk menghindar dari keadaan bahaya (security from danger).
2. Motif pembelian rasional (rational buying motives), yang terdiri dari:
 Kemudahan dan efisiensi dalam pemakaiannya.
 Tahan lama (durability).
 Dapat membantu bertambahnya pendapatan (enhancement of earnings).
 Hemat dalam pemakaiannya (economic in use).
 Murah harga pembeliannya (economic in purchase).
27
Dengan mengetahui motif pembelian ini, merupakan dasar pertimbangan
bagi keputusan dalam pembelian, maka dapatlah ditetapkan kegiatan atas strategi
dasar untuk mempengaruhi pembeli, serta untuk mengusahakan agar transaksi
penjualan dapat terealisasi.
2.2.1.2.
Perilaku Pembeli
Setiap konsumen dalam membeli produk mempunyai perilaku yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Untuk melihat perbedaan perilaku
pembeli atau konsumen, seorang wiraniaga dapat menggunakan kotak hitam
konsumen. Karakteristik pembeli atau konsumen adalah sifat-sifat yang
membedakan konsumen yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut
meliputi 6 O yaitu: Object (apa yang dibeli), Objective (mengapa membeli),
Occupant (siapa konsumennya), Occasion (kapan membelinya), Operation
(bagaimana membelinya) dan Organization (siapa yang terlibat dalam
pembeliannya).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian:
1. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku
pembeli atau konsumen. Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan
perilaku seseorang yang paling mendasar. Anak yang dibesarkan dalam sebuah
masyarakat, mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi dan perilaku
melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai lembaga
lainnya. Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya lebih kecil
yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.
28
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama
dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam jenjang. Para anggota dalam setiap
jenjang itu memiliki minat, nilai dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor sosial
Perilaku pembeli atau konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial,
seperti keluarga, kelompok referensi, status, peranan sosial dan gaya hidup. Para
anggota keluarga dapat memberikan pengaruh kuat terhadap perilaku konsumen.
Keluarga adalah organisasi konsumen atau pembeli yang terpenting dalam
masyarakat dan lebih diteliti secara luas.
Sebuah kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap perilaku pembelian seseorang. Pengaruh
kelompok akan semakin besar pada produk, akan nampak pada orang-orang yang
dihormati pembeli. Setiap peranan akan mempengaruhi perilaku membelinya,
setiap peranan membawa status yang mencerminkan penghargaan umum sesuai
dengan masyarakatnya. Para wiraniaga perlu menyadari potensi produk untuk
menjadi simbol atau status.
Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang
bersangkutan. Di dunia ini sebagaimana yang tercermin dalam kegiatan, minat
dan pendapatannya. Gaya hidup seseorang mencerminkan identitas orang itu
dalam interaksi dengan lingkungannya. Gaya hidup seseorang merangkum sesuatu
yang lebih dari kelas sosial atau kepribadian itu sendiri.
29
3. Faktor individu
Seseorang mengambil keputusan membeli produk dipengaruhi beberapa
faktor yang bersifat individu yaitu nilai, motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan,
sikap, kepribadian, dan citra diri. Teori perilaku konsumen dalam pembelian atas
dasar pertimbangan ekonomi, menyatakan bahwa keputusan seseorang untuk
melakukan pembelian merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar,
sehingga mereka akan memilih produk yang dapat memberikan kegunaan yang
paling besar, sesuai dengan selera dan biaya secara relatif.
Teori perilaku konsumen dalam pembelian yang didasarkan pada
pertimbangan faktor psikologi, menyatakan bahwa seseorang akan selalu didorong
oleh kebutuhan dasarnya yang terbentuk dari pengaruh lingkungan dimana ia
berada. Beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologi ini, antara lain adalah:
1. Teori belajar, yang mendasarkan pada empat hal yaitu: dorongan, petunjuk,
tanggapan dan penguatan.
2. Teori rangsangan – tanggapan, yang menekankan apabila produsen ingin
mendapatkan tanggapan dari konsumen tentang penawarannya, maka
produsen tersebut harus mengadakan periklanan secara terus menerus.
3. Teori kesadaran, yang menyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya
ditentukan
oleh
tanggapan
mereka
terhadap
rangsangan
yang
mempengaruhinya; akan tetapi dipengaruhi pula oleh sikap, keyakinan,
pengalaman dan kesadaran.
4. Teori bentuk dan bidang, yang menyatakan bahwa tingkah laku seseorang
merupakan interaksi antara perorangan dengan lingkungan psikologis.
30
5. Teori psikoanalitis, yang menyatakan bahwa tingkah laku seseorang
dipengaruhi oleh keinginan yang terpaksa dan adanya motif tersembunyi.
2.2.2. Macam-Macam Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda dalam suatu proses
pembelian, bergantung kepada jenis keputusan pembelian. Pembelian yang rumit
dan mahal mungkin melibatkan banyak pertimbangan pembelian konsumen
berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek, seperti
Tabel 2.1. di bawah ini:
Tabel 2.1. Empat Jenis Perilaku Pembelian
Significant Differences
Between Brands
Few Differences Between
Brands
High Involvement
Complex
Buying
Behavior
Dissonance
Reducing
Buying Behavior
Low Involvement
Variety Seeking Buying
Behavior
Habitual
Buying
Behavior
Sumber: Philip Kotler (2002 : 204), Marketing Management International Edition Millennium
A. Perilaku Pembelian Yang Rumit (Complex Buying Behavior)
Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama,
pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, pembeli
membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, pembeli membuat pilihan
pembelian yang cermat. Konsumen akan terlibat dalam pembelian yang rumit bila
mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaanperbedaan besar antar merek. Pembelian yang rumit itu lazim terjadi bila
produknya mahal, jarang dibeli, beresiko dan mengekspresikan diri. Konsumen
umumnya tidak tahu banyak tentang kategori produk; sebagai contoh seseorang
yang membeli komputer mungkin tidak mengetahui atribut apa yang harus dicari.
31
Banyak ciri produk yang tidak mengandung arti kecuali kalau pembeli telah
melakukan pengemasan.
Pemasar produk dengan keterlibatan yang tinggi harus memahami perilaku
konsumen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi. Pemasar perlu
mengembangkan strategi yang dapat membantu pembeli dalam mengenali atributatribut produk dan tingkat kepentingan relatif atribut tersebut, serta dapat menarik
perhatian konsumen terhadap reputasi merek perusahaan dalam memberikan
atribut-atribut yang lebih penting. Para pemasar perlu memberikan diferensiasi
ciri-ciri masing-masing merek mereka.
B. Perilaku Pembelian Yang Mengurangi Ketidaknyamanan (Dissonance
Reducing Buying Behavior)
Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam sebuah pembelian namun
melihat sedikit perbedaan di antara berbagai merek keterlibatan yang tinggi
didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut sangat mahal, jarang dilakukan dan
beresiko. Dalam kasus tersebut, pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa
yang tersedia, namun akan membeli dengan cukup cepat, barangkali pembeli
sangat peka terhadap kenyamanan berbelanja.
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami disonansi atau
ketidaknyamanan yang muncul setelah merasakan adanya hal-hal yang tidak
mengenakan dari produk yang dibelinya atau setelah mendengar kabar yang
menyenangkan mengenai produk lain atau pesaing. Konsumen akan peka terhadap
informasi yang memberikan keputusannya.
32
C. Perilaku Pembelian Yang Mencari Variasi (Variety Seeking Buying Behavior)
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang
rendah, namun perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi ini, konsumen
sering
melakukan
peralihan
merek.
Pada
realisasinya
konsumen
akan
mengkonsumsi beberapa merek produk tanpa melakukan banyak evaluasi selama
mengkonsumsinya. Namun pada kesempatan berikutnya konsumen mungikin
akan mengambil merek lain, karena bosan atau mencari yang lebih baik.
Perpindahan merek terjadi karena mencari variasi dan bukannya karena
ketidakpuasan.
D. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan (Habitual Buying Behavior)
Para pemasar produk dengan keterlibatan rendah dan sedikit perbedaan
merek merasa efektif untuk menggunakan harga dan promosi penjualan guna
mendorong uji coba produk, karena pembeli tidak terlalu terikat pada merek
tertentu. Pada bagian perilaku pembelian konsumen karena kebiasaan, para
pemasar menggunakan empat cara untuk mencoba mengubah produk dengan
keterlibatan rendah menjadi keterlibatan tinggi. Pertama, mereka dapat
mengkaitkan produk dengan beberapa isu yang menarik keterlibatan. Kedua,
mereka dapat mengkaitkan produk dengan beberapa situasi pribadi yang menarik
keterlibatan. Ketiga, mereka dapat merancang iklan yang sangat memicu emosi
yang berhubungan dengan nilai-nilai pribadi atau pertahanan ego. Keempat,
mereka mungkin menambah ciri-ciri khusus yang penting ke produk dengan
keterlibatan rendah.
Hasil-hasil
terbaik
dari strategi
tersebut
hanyalah
meningkatkan keterlibatan konsumen ke perilaku pembelian dengan keterlibatan
tinggi.
33
2.2.3. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian
Perusahaan yang senantiasa mencari visi melakukan riset atas proses
keputusan pembelian kategori produk mereka. Mereka menanyai konsumen kapan
mereka pertama kali mengenal kategori dan merek produk tersebut, serta apa
keyakinan merek mereka, seberapa jauh mereka terlibat dengan produk yang
bersangkutan, bagaimana mereka melakukan pemilihan merek dan seberapa puas
mereka setelah melakukan pembelian.
Bagaimana para pemasar dapat mempelajari tahap-tahap dalam proses
pembelian mereka? Para pemasar dapat memikirkan bagaimana mereka sendiri
akan bertindak. Para wiraniaga dapat mewawancarai pembeli saat itu juga,
meminta
pembeli
untuk
menceritakan
kembali
kejadian-kejadian
yang
menyebabkan pembelian. Para wiraniaga dapat mencari konsumen yang
berencana untuk membeli produk yang bersangkutan dan meminta para konsumen
menguraikan cara ideal untuk membeli produk yang bersangkutan.
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Sumber: Kotler, 2002 : 204
Gambar 2.1. Proses Pembelian Lima Tahap
Model dalam Gambar 2.1. menunjukkan bahwa konsumen harus melalui
lima urutan tahap dalam proses pembelian sebuah produk. Namun urutan itu tidak
berlaku, terutama atas pembelian dengan keterlibatan yang rendah, konsumen
dapat melewatkan atau membalik beberapa tahap.
34
Tahap Pertama: Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau
eksternal. Seorang wiraniaga perlu mengidentifikasikan keadaan yang memicu
kebutuhan seorang calon konsumen akan produk tertentu. Dengan mengumpulkan
informasi dari sejumlah konsumen, wiraniaga dapat mengidentifikasikan
rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk.
Wiraniaga kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu
minat konsumen.
Tahap Kedua: Pencarian Informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua tingkat.
Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat.
Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang
produk.
Pada tingkat selanjutnya, seorang konsumen mungkin memasuki pencarian
aktif informasi. Mencari bahan bacaan, menelepon teman dan mendatangi toko
untuk mempelajari produk. Yang menjadi perhatian seorang wiraniaga adalah
sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh
relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya; sebab
melalui pengumpulan informasi, maka konsumen mengetahui tentang merekmerek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut.
35
Tahap Ketiga: Evaluasi Alternatif
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan dan model-model yang
terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorienatsi
kognitif yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas
produk terutama secara sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan
membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen
berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu
dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai
sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan
manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.
Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang
atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan
perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar
sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol
dalam kelompok konsumen yang berbeda-beda. Konsumen mengumpulkan
sekumpulan keyakinan merek dalam masing-masing atribut, kumpulan keyakinan
atas suatu merek akan membentuk citra merek dibenak konsumen. Citra merek
konsumen akan berbeda-beda, karena perbedaan pengalaman mereka yang
disaring oleh dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
Tahap Keempat: Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk suatu kecenderungan di
antara sejumlah merek dalam sejumlah pilihan. Konsumen yang membentuk suatu
kecenderungan untuk membeli dan mengarah pada pembelian merek yang paling
36
disukai. Ada dua faktor yang bisa mempengaruhi kecenderungan seseorang atas
suatu pilihan, hal ini dipengaruhi antara lain, yaitu:
a. Sikap orang lain
Sikap orang lain akan mempengaruhi kecenderungan seseorang atas suatu
pilihan. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intensitas sikap negatif
seseorang terhadap alternatif pilihan dan faktor motivasi konsumen dalam
menerima harapan orang lain.
b. Faktor situasi yang tidak terantisipasi
Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Semakin gencar
sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen lain,
maka semakin besar konsumen untuk merubah niat pembeliannya. Keadaan
sebaliknya juga berlaku, preferensi seorang pembeli terhadap suatu merek yang
sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat seseorang yang dekat dengan
pembeli lain memiliki pendapat
yang berlawanan dan pembeli ingin
menyenangkan mereka semua.
Keputusan konsumen untuk merubah, menghindari atau menunda suatu
keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan. Besarnya
resiko yang dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan,
besarnya ketidakpastian atribut dan besarnya kepercayaan diri konsumen terhadap
produk yang dibelinya. Konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk
mengurangi resiko seperti; penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dari
teman-teman dan preferensi atas merek-merek dalam negeri dan garansi.
Wiraniaga harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan adanya
37
resiko dalam dari konsumen dan memberikan informasi serta dukungan untuk
mengurangi resiko yang dirasakan.
Tahap Kelima: Perilaku Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka ia akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk
tersebut. Para pembeli yang tidak puas akan berlaku sebaliknya. Mereka mungkin
akan mencari informasi yang mengkonfirmasikan nilai produk yang tinggi
tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti, mengajukan
keluhan ke perusahaan yang terkait, pergi ke pengacara atau mengadu ke
kelompok-kelompok lain (seperti lembaga bisnis atau lembaga yang melindungi
hak-hak konsumen). Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk berhenti
membeli produk tersebut atau memperingatkan teman-teman untuk tidak membeli
produk tersebut.
2.3. Pengaruh Personal Selling Terhadap Keputusan Pembelian
Dalam hal ini pengaruh personal selling terhadap keputusan pembelian
sangatlah erat. Ini dikarenakan personal selling menjadi program yang
menentukan dalam pembelian konsumen terhadap produk atau jasa. Definisi
personal selling menurut Kotler (2002 : 313):
“Personal selling is an oral presentation in a conversation with one or more
prospective purchasers for the purpose of making sales.”
Pengertian tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:
38
“Personal selling adalah sebuah pengungkapan secara lisan dalam
menghadapi seorang atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk
menciptakan suatu penjualan.”
Sedangkan yang dimaksud dengan keputusan pembelian adalah proses
dimana konsumen dapat menentukan pilihan jadi membeli atau tidak. Keputusan
pembelian menurut Kotler (2002 : 202) diartikan sebagai berikut:
“Keputusan konsumen tentang pembelian sebagai proses seorang individu
memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan sebuah gambaran yang nyata tentang dunia.”
Adapun menurut Kotler (2002 : 644) yang mengatakan bahwa personal
selling mempengaruhi terhadap keputusan pembelian diartikan sebagai berikut:
“Penjualan personal adalah alat yang paling efektif-biaya pada tahap proses
pembelian lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan dan
tindakan pembeli.”
Dengan demikian dapat terlihat jelas, bahwa pengaruh personal selling
yang dilaksanakan oleh Creative Wiron berhubungan dengan keputusan
pembelian konsumen pada produk besi tempa.
39
Download