BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pemasaran
Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam suatu siklus yang
bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Pemasaran harus dapat
menafsirkan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan konsumen dan kemudian
mengkombinasikannya dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah
konsumen, dan minat konsumen.
Pemasaran tidak hanya sekedar menyampaikan produk dari perusahaan ke
konsumen, tapi lebih dari itu. Proses pemasaran mencakup mengsegmentasikan
pasar dan menetapkan posisi pasar pada dasar sasaran yang dapat secara unggul
dipuaskan oleh perusahaan. Proses pemasaran tidak hanya diterapkan pada barang
dan jasa. Segala sesuatu itu dapat dipasarkan, termasuk ide, kejadian, organisasi,
tempat dan kepribadian. Namun penting untuk menekankan bahwa pemasaran
tidak dimulai dengan suatu produk atau penawaran, tetapi dengan sesuatu
pencarian peluang pasar.
2.1.1
Pengertian Pemasaran
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan pemasaran,
yang pada mulanya melakukan barter atau tukar menukar barang. Seiring dengan
perkembangan kehidupan manusia maka pemasaran pun ikut berkembang.
Pemasaran
mencakup
berbagai
aktifitas
yang
ditujukan
untuk
mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen. Apabila seorang
pemasar dapat mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen,
mengembangkan produk, menetapkan harga, dan mendistribusikan produknya
secara baik serta mempromosikan produk tersebut secara efektif, maka produk
tersebut akan terjual dengan mudah.
Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai pemasaran, berikut pengertian
pemasaran yang dikemuakan oleh beberapa ahli dalam pemasaran:
Pengertian Pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2004:5) dalam
buku Principle of Marketing, yaitu:
Marketing is a social and managerial process whereby individuals and
groups obtain what they need and what through creating and
exchanging products and value with others.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran
merupakan suatu aktifitas menusia atau organisasi yang meliputi penyaluran
barang dan jasa, baik itu antar organisasi bisnis maupun antara organisasi dengan
konsumen untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
proses menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk dengan pihak
lain.
Definisi Pemasaran menurut Stanton yang ditulis oleh Swastha dan
Irawan (2003:5), yaitu:
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pemasaran
merupakan suatu kegiatan bisnis yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen atau masyarakat. Aktivitas
yang dimaksud adalah dengan menciptakan, menawarkan dan melakukan
pertukaran dari nilai produk tersebut dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Maynard dan Beckman yang dikutuip oleh Alma
(2007:1):
Marketing embraces all business activities involved in the flow of goods
and service from physical production to consumption.
Artinya:
Marketing berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan
jasa dari sector produksi ke sektor konsumsi.
2.1.2
Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau marketing mix mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pemasaran. Bauran pemasaran merupakan suatu sistem atau alatalat yang membantu mengakreditasikan konsep penawaran itu sendiri.
Pengertian bauran pemasaran menurut Kotler (2002:18):
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran.
Sedangkan pengertian bauran pemasaran menurut Lupiyoadi dan
Hamdani (2006:70) adalah:
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan alat bagi pemasar
yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang
perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan
positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Dari pengertian-pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa bauran
pemasaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat-alat pemasaran
yang mengontrol perusahaan untuk mencapai tujuan.
Alat pemasaran tersebut antara lain dikemukakan oleh Kotler, Armstrong
(2001:71), bahwa dalam marketing mix
terdapat empat unsur yang dikenal
dengan 4p s yaitu product, price, place, promotion.
Sedangkan untuk pemasaran jasa empat unsur tersebut kurang mencukupi,
sehingga pakar pemasaran menambahkan tiga unsur untuk pemasaran jasa, yaitu:
people, process, customer service. Ketiga unsur tersebut terkait dengan sifat jasa
yang mana mulai dari tahapan operasi hingga konsumsi merupakan suatu kesatuan
rangkaian yang tidak bisa dipisakan serta mengikutsertakan konsumen dan
pemberi jasa atau pengoperasi secara langsung, dengan kata lain terjadi interaksi
langsung antara keduanya. Unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi satu sama
lain,
sebagai
suatu
pengoperasiannya
bauran.
maka
akan
Sehingga
apabila salah
mempengaruhi
strategi
satu
tidak
pemasaran
tepat
secara
keseluruhan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
jasa terdiri atas tujuh unsur, yaitu: product, price, place, promotion, people,
process, customer service.
2.1.2.1
Produk (Product)
Setiap kegiatan pemasaran dilakukan untuk mengetahui apa yang
dibutuhkan konsumen. Sesuatu yang dibutuhkan oleh konsumen dikenal dengan
produk. Berikut ini pengertian produk menurut beberapa ahli pemasaran.
Pengertian produk menurut Kotler dan Armstrong (2008:266):
Produk adalah semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang
dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen.
Pemasar biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik
produk yaitu: daya tahan dan keberwujudan, dan penggunaan (konsumen dan
industri).
Klasifikasi produk ada dua kelompok, sebagai berikut:
I. Berdasarkan Durability dan Intangibility
a. Barang-barang tidak tahan lama (Non durable goods)
Merupakan barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu
atau
beberapa
kali
pemakaian,
mudah
habis
dan
frekuensi
pembeliannya tinggi.
Contoh: sabun, pasta gigi dan shampo.
b. Barang-barang tahan lama (Durable goods)
Merupakan barang berwujud yang bertahan lama dengan pemakaian
berulang kali.
Contoh: mesin cuci, kulkas dan kompor.
c. Pelayanan (Services)
Merupakan aktifitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan pada
konsumen. Jasa merupakan produk yang tidak kongkret atau tidak
kentara.
Contoh: salon kecantikan dan bengkel.
II. Berdasarkan Type Of Buyer
Berdasarkan Type Of Buyer produk dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu: barang-barang konsumsi dan barang-barang industrial.
A. Barang-barang Konsumsi (Consumer Goods)
Adalah barang yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi pribadi.
Pemasar biasanya mengklasifikasikan barang-barang ini menurut cara
membeli konsumen, sehingga dapat dikelompokan menjadi empat golongan,
yaitu:
1. Produk kebutuhan sehari-hari (Convenience goods)
Produk barang dan jasa konsumen yang biasanya sering dan segera
dibeli pelanggan, dengan usaha pembandingan dan pembelian yang
minimum.
Contoh: sabun mandi dan produk tembakau.
a. Barang-barang bahan pokok (Staple goods)
Barang yang dibeli konsumen secara teratur.
Contoh: sabun, shampo dan pasta gigi.
b. Barang-barang yang sekunder (Impulse goods)
Barang-barang yang dibeli tanpa perencanaan atau usaha untuk
membelinya.
Contoh: permen.
c. Barang-barang yang mendesak (Emergency goods)
Barang-barang yang dibeli ketika ada kebutuhan yang mendesak.
Contoh: payung.
2.
Barang-barang mewah (Shoping goods)
Produk dan jasa konsumen yang lebih jarang dibeli dan pelanggan
membandingkan kecocokkan, kualitas, harga, dan gaya produk secara
cermat.
a. Barang-barang mewah yang sejenis (Homogenues shoping
goods)
Barang-barang dengan kualitas serupa tapi harganya berbeda.
Contoh: TV dan AC.
b. Barang-barang mewah yang beragam (Heterogenues shoping
goods)
Barang-barang dengan beraneka macam keistimewaan, sehingga
bagi konsumen sering lebih penting cirinya dari pada barangnya.
Contoh: telepon selular.
3. Barang-barang khusus (Sepecial goods)
Produk dan jasa dengan karakteristik unik atau identifikasi merek
yang dicari oleh kelompok pembeli tertentu, sehingga mereka mau
mengeluarkan usaha khusus untuk memperolehnya.
Contoh: merek mobil tertentu yang sudah dipercaya oleh konsumen
tertentu.
4. Barang-barang yang ada namun belum dibutuhkan/ belum dicari
(Unsought goods)
Barang-barang yang tidak diketahui keberadaanya atau jika diketahui
oleh konsumen pun tidak terpikir untuk memperolehnya.
Contoh: batu nisan.
B. Barang-barang Industri (Industrial goods)
Barang-barang yang dibeli oleh individu dan organisasi untuk proses
yang lebih lanjut atau penggunaannya terkait dengan bisnis. Barang-barang
insdustrial goods dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Bahan baku dan suku cadang
Barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan.
Barang-barang itu terbagi menjadi dua kelas, yaitu: bahan mentah
serta bahan baku dan suku cadang hasil manufaktur.
a. Bahan mentah
Bahan mentah terdiri dari produk pertanian (sayur-mayur, ternak,
buah-buahan, kapas, padi) dan produk alami (ikan, kayu, minyak
mentah, bijih besi)
b. Bahan dan suku cadang manufaktur
Bahan dan suku cadang manufaktur terdiri dari bahan komponen
(besi, benang, semen, kabel baja) dan suku cadang komponen
(motor kecil, ban, cetakan).
Kebanyakan bahan dan komponen manufaktur dijual langsung
kepada pengguna industri.
2. Barang-barang modal (Capital item)
Barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan
pengelolaan produk akhir.
Barang modal meliputi dua kelompok, yaitu:
a. Instalasi
Terdiri dari bangunan (pabrik dan kantor) dan peralatan (generator,
bor, komputer, lift).
b. Peralatan
Meliputi peralatan dan perkakas pabrik yang bisa dibawa-bawa
(perkakas pertukangan, truk pengangkut) serta peralatan kantor
(komputer personal, meja).
3. Persediaan dan jasa (Supplies and services)
Barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan
pengelolaan produk akhir.
a. Perlengkapan:
-
Perlengkapan operasi (pelumas, batu bara, kertas tulis, pensil)
serta barang untuk pemeliharaan dan perbaikkan (cat, paku,
sapu).
b. Jasa bisnis meliputi:
-
Jasa pemeliharaan dan perbaikkan (pembersihan jendela,
reparasi mesin ketik)
-
Jasa
konsultasi
bisnis
(konsultasi
manajemen,
hukum,
periklanan).
2.1.2.2
Harga (Price)
Di dalam ekonomi teori, pengertian harga, nilai dan utility, merupakan
kosep yang saling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut
yang melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut dapat
memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan memuaskan konsumen
(satisfaction).
Value adalah nilai suatu produk untuk ditukarkan dengan produk lain.
Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antara barang dengan
barang. Sekarang ini ekonomi kita tidak melakukan barter lagi, akan tetapi sudah
menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga.
Pengertian harga menurut Alma (2007:169) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa:
Harga (Price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan
uang.
Sedangkan pengertian harga menurut Tjiptono, Chandra, dan Adriana
(2008:465) dalam buku Pemasaran Strategik adalah:
Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter)
dan/atau
aspek
lain
(non-moneter)
yang
mengandung
utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
produk.
Harga merupakan sesuatu yang paling penting dalam kegiatan pemasaran
karena memudahkan setiap produk untuk dijual, maka perusahaan selalu
menetapkan harga jual produknya sebelum dijual kepada konsumen.
2.1.2.3
Saluran Distribusi (Place)
Saluran distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
menyalurkan
produknya
pada
konsumen
yang
membutuhkan
dan
menginginkannya pada tempat dan waktu yang tepat.
Menurut Tjiptono (2008:185) dalam bukunya Strategi Pemasaran definisi
dari distribusi adalah:
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis,
jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Peranan saluran distribusi sangat penting bagi perusahaan karena
merupakan salah satu faktor yang akan menentukan tercapai atau tidaknya
kemajuan suatu perusahaan dalam upaya mengoptimalkan tingkat penjualannya.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa proses distribusi merupakan
aktivitas pemasaran yang dapat digunakan untuk:
1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan
kepemilikan.
2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran
kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang
fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus
pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan resiko dan arus
pemesanan.
Sedangkan pengertian perantara menurut Tjiptono (2008:185) adalah:
Yang dimaksud dengan perantara adalah orang atau perusahaan
yang menghubungkan aliran barang dari produsen ke konsumen
akhir dan konsumen industrial.
Adapun tujuan dari penggunaan perantara adalah memanfaatkan tingkat
kontak atau hubungan, pengalaman, spesialisasi, dan skala operasi mereka dalam
menyebarluaskan produk sehingga dapat mencapai pasar sasaran secara efektif
dan efisien.
Secara umum perantara terbagi atas dua bagian, yaitu:
1. Fasilitator
Perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk
kemudian dijual kembali.
Ada dua bentuk utama merchant middleman, sebagai berikut :
Pedagang grosir/Wholesaler (distributor/ jobber)
Menjual produk ke bisnis lainnya, yang kemudian akan menjual kembali
ke pelanggan akhir.
Pengecer/Retailer (dealer)
Menjual produk langsung ke konsumen.
2. Agent middleman (broker)
Perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegosiasikan dan melakukan
transaksi atas nama produsen. Jadi ia tidak memiliki sendiri barang yang
dinegosiasikan.
2.1.2.4
Promosi (Promotion)
Promosi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan
terhadap konsumen dan perantara dengan tujuan menyampaikan informasi yang
bersifat memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan kembali akan segala
sesuatu mengenai produk yang dihasilkan atau dipasarkan.
Pengertian promosi menurut Tjiptono (2008:219) dalam buku Strategi
Pemasaran:
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran. Yang dimaksaud dengan komunikasi pemasaran adalah
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran
atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli,
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.
Sedangkan pengertian promosi menurut Alma (2007:179):
Promosi itu adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan
yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa.
Tujuan promosi ialah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan,
dan meyakinkan calon konsumen.
Menurut Kotler, Armstrong (2008:117), promosi dapat dilakukan dengan
cara yang disebut dengan bauran komunikasi pemasaran yang terdiri dari lima
sarana promosi, yaitu:
1. Periklanan (Advertising)
Semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang,
atau jasa dengan sponsor tertentu.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu
produk atau jasa.
3. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan
publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan
menangani atau menghadapi rumor, berita dan kejadian yang tidak
menyenangkan.
4. Penjualan Personal (Personal Selling)
Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dan membangun hubungan pelanggan.
5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara
cermat untuk memperoleh respons segera dan membangun hubungan
pelanggan yang langgeng penggunaan surat langsung, telepon, televisi
respons langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi
secara langsung dengan konsumen tertentu.
2.1.2.5
Orang (People)
Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka
people
yang
berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang
diberikan. Keputusan dalam people ini berarti berhubungan dengan seleksi,
pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia.
Untuk mencapai kualitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk
menyadari pentingnya pekerjaan mereka, yaitu memberikan konsumen kepuasan
dalam memenuhi kebutuhannya. Pentingnya people dalam pemasaran jasa
berkaitan erat dengan pemasaran internal. Pemasaran internal adalah interaksi atau
hubungan antara setiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang
dalam hal ini dapat diposisikan sebagai konsumen internal dan pemasok internal.
Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah untuk mendorong people dalam
kinerja memberikan kepuasan kepada konsumen.
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006:75) terdapat empat kriteria
peranan atau pengaruh dari aspek people yang mempengaruhi konsumen adalah:
Contactors: people di sini berinteraksi langsung dengan konsumen
dalam frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli.
Contoh: sales promotion.
Modifiers: people di sini tidak secara langsung mempengaruhi konsumen
tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen.
Contoh: resepsionis.
Influencers: people di sini mempengaruhi konsumen dalam keputusan
untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.
Contoh: bagian service atau pelayanan konsumen.
Isolateds: people di sini tidak secara langsung ikut serta dalam bauran
pemasaran dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen.
Contoh: karyawan bagian administrasi penjualan, sdm, dan pemrosesan
data.
2.1.1.6
Proses (Process)
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006:76):
Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin,
di mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
Proses dapat dibedakan dalam dua cara yaitu:
Kompleksitas (complexity), berhubungan dengan langkah-langkah dan
tahapan proses.
Keragaman (divergence), berhubungan dengan adanya perubahan
dalam langkah-langkah atau tahapan proses.
Sehubungan dengan dua cara tersebut, terdapat empat alternatif mengubah
proses yang dapat dipilih oleh pemasar yaitu:
1. Mengurangi keragaman, berarti terjadi pengurangan biaya, peningkatan
produktivitas, dan kemudahan distribusi.
2. Menambah keragaman, berarti memperbanyak customisasi dan flexibilitas
dalam produksi yang dapat mengakibatkan naiknya harga.
3. Mengurangi kompleksitas, berarti cenderung lebih terspesialisasi.
4. Menambah kompleksitas, berarti lebih cenderung ke penetrasi pasar
dengan cara menambah jasa yang diberikan.
2.1.1.7
Layanan Konsumen (Customer Service)
Layanan konsumen (customer service) pada pemasaran jasa lebih dilihat
sebagai hasil dari kegiatan distribusi dan logistik, di mana pelayanan diberikan
kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi
aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra
transaksi, saat transaksi, dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi (pra
transaksi) akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan selelah transaksi,
karena itu kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen
memberikan respon yang positif dan menunjukan loyalitas yang tinggi.
Strategi layanan konsumen menurut Christopher Lovelock yang dikutip
oleh Lupiyoadi dan Hamdani (2006:76) mencakup hal-hal sebagai berikut:
Identifikasi misi jasa.
Penentuan sasaran dan layanan konsumen.
Perumusan strategi layanan konsumen.
Implementasi.
Dari semua unsur-unsur bauran pemasaran di atas, maka yang harus lebih
diperhatikan dalam pengembangannya adalah:
1. Konsistensi, berhubungan dengan keserasian/ kecocokan secara logis
dan penggunaannya antara unsur satu dengan unsur lainnya dalam
bauran pemasaran.
2. Integrasi, terdapat hubungan yang harmonis diantara unsur-unsur
dalam bauran pemasaran.
3. Leverage (pengungkit), hal ini berhubungan dengan pengoptimalan
kinerja tiap unsur bauran pemasaran secara lebih profesional sehingga
lebih mendukung bauran pemasaran untuk mendapatkan daya saing.
2.2
Pengertian Efektifitas
Efektifitas kerja pegawai yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang
diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektifitas menurut para
ahli diantaranya sebagai berikut:
Menurut Siagian (2001 : 24) yang memberikan definisi sebagai berikut:
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya
untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan
semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.
(http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html)
Sementara itu menurut Abdurahmat (2003:92) efektifitas yaitu:
Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya
untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
(http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektivitas.html)
2.3
2.3.1
Personal Selling
Pengertian Personal Selling
Penjualan personal (Personal Selling) merupakan informasi komunikasi
secara pribadi (tatap muka) guna membujuk konsumen untuk membeli produk
yang ditawarkan, dengan cara pemberian informasi mengenai barang atau jasa
sehingga tercipta komunikasi dua arah yang menimbulkan minat beli konsumen.
Hal ini tidak terlepas dari keterampilan maupun keahlian dari tenaga penjual/
wiraniaga dalam membujuk konsumen untuk membeli produk.
Adapun definisi personal selling yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pemasaran, yaitu:
Pengertian penjualan tatap muka langsung menurut Kotler dan
Armstrong (2008:117) dalam buku Prinsip-Prinsip Pemasaran:
Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan
menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan.
Sedangkan pengertian personal selling menurut Tjiptono (2008:224):
Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara
penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk
kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan
terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan
membelinya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa personal selling merupakan alat promosi yang menyajikan persentasi
dalam bentuk percakapan langsung diantara tenaga penjual dengan calon
konsumen. Tenaga penjual berusaha untuk membujuk dan mempengaruhi calon
pembeli dengan tujuan tercapainya suatu penjualan.
2.3.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Personal Selling
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran personal selling menurut Sutisna
dalam bukunya Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (2002:312),
adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Perusahaan, Tujuan dan Strategi Pemasaran
Penggunaan personal selling selalu diselaraskan dengan tujuan dan
strategi pemasaran penjualan. Tujuan dan strategi membantu dalam
menentukan jenis-jenis komunikasi yang harus dijalankan dan alat-alat
promosional yang tepat. Misalnya jika perusahaan memperkenalkan
produk baru atau memasukan produk lama ke wilayah pasar yang baru,
tujuan konsumen pemasaran mungkin akan memperoleh awareness
produk dari konsumen potensial.
2. Karakteristik Pasar Sasaran
Penggunaan alat promosi personal selling harus memperhatikan pasar
sasaran yang hendak dibidik. Karena biaya per kontak lebih mahal dari
pada alat promosi yang lain, personal selling paling sering dipakai ketika
pasar sasaran relative sedikit, rata-rata konsumen memungkinkan untuk
melakukan pesanan dalam jumlah besar. Perusahaan yang menjual kepada
pasar industri dengan sedikit konsumen potensial, dan mendistribusikan
produk melalui sejumlah kecil pedagang perantara besar, lebih tepat jika
menggunakan personal selling.
3. Karakteristik Produk
Banyak buku pemasaran menyatakan bahwa bauran promosi untuk
produk-produk industri sebaiknya mengkonsentrasikan pada upaya
personal selling, sedangkan untuk consumer goods yang tidak tahan lama,
sebaiknya menggunakan periklanan dan promosi penjualan. Alasan
barang-barang industri dan consumer goods yang tahan lama cenderung
menggunakan personal selling karena konsumen memerlukan banyak
informasi untuk membuat keputusan pembelian.
4. Kebijakan Saluran Distribusi
Penjualan personal selling diperlukan untuk membangun dukungan
penjualan kembali dan mengembangkan distribusi yang cocok untuk
produk dengan tidak memperhatikan barang konsumsi atau barang
industri. Kebijakan personal selling harus memperhatikan strategi untuk
mendorong penjualan kembali untuk membeli produk. Ketika pemasar
menggunakan
pull
strategy
(berusaha
menarik
konsumen
untuk
melakukan pembelian), maka pemasar dapat menggunakan periklanan
sebagai alat promosi utama. Sebaliknya jika perusahaan menggunakan
push strategy (mendorong penjualan dengan menitik beratkan kepada
kekuatan saluran distribusi), upaya perusahaan akan lebih efektif.
5. Kebijakan Harga
Kebijakan harga perusahaan dapat juga mempengaruhi komposisi bauran
promosi. Item
big-ticket
(harga mahal), baik barang industri maupun
barang konsumsi, secara khusus memerlukan personal selling. Produkproduk yang ditawarkan sering lebih canggih dan konsumen merasakan
resiko yang besar dalam pembeliannya karena kurangnya informasi
terhadap
produk
tersebut.
Oleh
karena
itu,
pembeli
potensial
menginginkan jenis informasi dan saran yang detail, yang hanya bisa
diperoleh dari tenaga penjual sebelum mengambil keputusan pembelian.
Adapun peran yang bisa dimainkan oleh personal selling dalam strategi
pemasaran perusahaan yang dikemukakan oleh Sutisna dalam bukunya Prilaku
Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (2002:311), adalah sebagai berikut:
Menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial
mengenai kebijakan dan produk perusahaan.
Mengadaptasi penawaran dan atau daya tarik promosi produk untuk
kebutuhan yang unik dan spesifik.
Membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan lebih baik atau
setidak-tidaknya mempunyai sisi-sisi positif yang lebih dibandingkan
dengan produk pesaing.
2.3.3
Karakteristik Personal Selling
Personal selling banyak digunakan oleh perusahaan karena dengan
personal selling perusahaan dapat berkomunikasi langsung dengan konsumen
sehingga perusahaan dapat mengetahui apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh
konsumen.
Dalam buku Tjiptono yang berjudul Strategi Pemasaran (2008:224) sifatsifat Personal Selling itu antara lain:
1. Pesonal confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung, dan
interaktif antara dua orang atau lebih.
2. Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan berkembangnya segala
macam hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan
suatu hubungan yang lebih akrab.
3. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikan, dan menanggapi.
Oleh karena sifat-sifat tersebut maka metode ini mempunyai kelebihan
antara lain, operasinya lebih fleksibel karena penjual dapat mengamati reaksi
pelanggan dan menyesuaikan pendekatannya, usaha yang sia-sia dapat
diminimalkan, pelanggan yang berminat biasanya langsung membeli, dan penjual
dapat membina hubungan jangka panjang dengan pelanggannya. Namun karena
menggunakan armada penjualan yang relatif besar, maka metode ini biasanya
lebih mahal.
2.3.4
Aspek-Aspek Personal Selling
Menurut Kotler (2006:724) mengatakan bahwa personal selling memiliki
tiga aspek utama yang sangat penting, yaitu:
1. Profesionalisme Penjualan (salesmanship)
Profesionalisme penjualan merupakan prinsip yang harus dimiliki oleh
seorang wiraniaga, yang meliputi pengetahuan tentang produk, dan
menguasai seni jual menjual, seperti cara mendekati pelanggan dan
mendorong membeli.
2. Negosiasi
Banyak pelaku bisnis yang memerlukan keahlian dalam bernegosiasi.
Kedua belah pihak perlu untuk mencapai kesepakatan mengenai harga
dan syarat penjualan lainnya. Seorang pemasar yang berada dalam
situasi tawar-menawar perlu memiliki kualitas dan keahlian tertentu
agar dapat efektif. Kualitas yang paling baik adalah keahlian dalam
mempersiapkan dan merencanakan, pengetahuan mengenai masalah
yang dinegosiasikan, kemampuan untuk berfikir dengan jelas dan
cepat dalam situasi di bawah tekanan dan ketidakpastian, kemampuan
untuk
menyatakan
mendengarkan,
pikiran
penilaian
dan
secara
verbal,
kecerdasan
keahlian
umum,
untuk
integritas,
kemampuan untuk membujuk pihak lain, serta kesabaran.
3. Pemasaran Hubungan
Dewasa ini perusahaan tidak hanya sekedar mencari penjualan tetapi
juga ingin membangun hubungan antara perusahaan dan pelanggan
untuk jangka panjang. Perusahaan ingin menunjukan bahwa ia mampu
melayani kebutuhan pelanggan tersebut dengan baik.
2.3.5
Langkah-Langkah Dalam Proses Personal Selling
Wali perusahaan atau wiraniaga yang bertugas untuk berhubungan
langsung dengan konsumen sasaran harus memahami dan mendalami langkahlangkah yang diambil dalam membentuk suatu proses personal selling secara
efektif.
Berikut proses personal selling menurut Kotler dan Armstrong, dalam
buku Prinsip-prinsip Pemasaran (2008:201), yaitu:
a. Memilih dan menilai prospek
Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek
(prospecting),
identifikasi
pelanggan
potensial
yang
berkualitas.
Pendekatan terhadap pelanggan potensial yang amat penting bagi
keberhasilan penjualan.
Wiraniaga harus sering mendekati banyak prospek hanya untuk
mendapatkan beberapa penjualan. Meskipun perusahaan memberikan
beberapa arahan, wiraniaga memerlukan keahlian masing-masing dalam
menemukan prospek. Sumber terbaik adalah referensi. Wiraniaga bisa
meminta referensi kepada pelanggan lama dan mengumpulkan referensi
lain, seperti pemasok, penyalur, wiraniaga non-pesaing, dan bankir.
Wiraniaga juga harus tahu cara menilai (qualify) arahan, yaitu cara
mengidentifikasi arahan yang baik dan menyingkirkan arahan yang buruk.
Prospek dapat dinilai/ dikualifikasikan dengan melihat kemampuan
keuangan mereka, volume bisnis, kebutuhan khusus, lokasi, dan
kemungkinan pertumbuhan.
b. Prapendekatan
Wiraniaga dapat mencari keterangan dari standar industri dan sumber
online, kenalan, dan hal lain untuk belajar tentang perusahaan. Wiraniaga
harus menetapkan tujuan kunjungan, yang mungkin untuk menilai
prospek, mengumpulkan informasi, atau melakukan penjualan segera.
Tugas lain adalah memutuskan pendekatan terbaik, yang bisa berupa
kunjungan pribadi, panggilan telepon atau surat. Penetapan waktu terbaik
harus diperimbangkan secara cermat karena banyak calon pelanggan yang
sangat sibuk pada saat-saat tertentu. Terakhir, wiraniaga harus memikirkan
keseluruhan strategi penjualan.
Dengan kata lain, prapendekatan adalah langkah dalam proses penjualan di
mana wiraniaga belajar sebanyak mungkin tentang pelanggan prospektif
sebelum melakukan kunjungan penjualan.
c. Pendekatan
Wiraniaga harus mengetahui cara bertemu dan memberi salam kepada
pembeli untuk pertama kalinya dan memulai hubungan dengan baik.
Langkah ini memerlukan wiraniaga berpenampilan menarik, kalimat
pembuka yang baik, dan catatan untuk tindak lanjut. Kalimat pembuka
harus positif untuk membangun itikad baik dari awal hubungan.
Pembukaan ini bisa diikuti oleh sejumlah pertanyaan kunci untuk belajar
lebih banyak tentang kebutuhan pelanggan atau dengan memperlihatkan
tampilan atau sampel untuk menarik perhatian dan keingintahuan pembeli.
d. Persentasi dan demonstrasi
Selama
langkah
persentasi
dalam
proses
penjualan,
wiraniaga
menceritakan kisah produk kepada pembeli, menyajikan manfaat produk
bagi pelanggan dan memperlihatkan bagaimana produk itu dapat
menyelesaikan masalah pelanggan. Wiraniaga yang mencarikan solusi
bagi konsumennya saat ini lebih sesuai dari pada wiraniaga yang gigih
menjual. Saat ini konsumen menginginkan wiraniaga yang mendengarkan
kekhawatiran mereka, memahami kebutuhan mereka, dan merespons
produuk dan jasa yang benar.
e. Mengatasi keberatan
Konsumen
hampir selalu mengajukan keberatannya selama persentasi
atau ketika diminta untuk menempatkan pesanan. Masalahnya bisa berupa
masalah logis atau psikologis.
Langkah
dalam
proses
penjualan
di
mana
wiraniaga
mencari,
mengklarifikasi, dan mengatasi keberatan pelanggan untuk membeli.
Penolakan psikologis, yang meliputi penolakan untuk ikut campur,
preferensi terhadap sumber pasokan (merek yang sudah mapan,
keengganan untuk mengarah, asosiasi yang tidak menyenangkan
mengenai orang lain, ide yang dimiliki sebelumnya, tidak suka
mengambil keputusan, dan sikap ketakutan yang berlebihan terhadap
uang).
Penolakan logis, mungkin meliputi penolakan atas harga, jadwal
pengiriman, dan karakteristik tertentu produk atau perusahaan. Untuk
menangani
keberatan-keberatan
itu,
wiraniaga
menggunakan
pendekatan yang positif, meminta pembeli untuk menjelaskan
keberatan mereka, menyangkal keberatan-keberatan tersebut, atau
mengubah keberatan-keberatan itu menjadi alasan untuk membeli.
Menangani dan mengatasi keberatan merupakan keahlian dari
negosiasi yang lebih luas.
f. Penutupan
Setelah mengatasi keberatan calon pelanggan, kemudian wiraniaga
berusaha menutup penjualan. Wiraniaga perlu mengetahui bagaimana
tanda-tanda untuk menutup penjualan dari pembeli, termasuk tindakan
fisik, pertanyaan atau komentar, serta pernyataan. Wiraniaga mungkin
menawarkan dorongan khusus bagi pembeli untuk menutup penjualan,
kuantitas ekstra, dan lain-lain.
g. Tindak lanjut
Langkah-langkah dalam proses penjualan yang baru saja dijelaskan adalah
langkah-langkah yang berorientasi transaksi, yang tujuannya adalah
membantu wiraniaga menutup penjualan tertentu dengan pelanggan. Tapi
pada banyak kasus saat ini perusahaan ingin menunjukan bahwa mereka
mempunyai kemampuan melayani pelanggan untuk jangka panjang dalam
hubungan yang saling menguntungkan. Tenaga penjualan biasanya
memainkan peran penting dalam membangun dan mengelola hubungan
pelanggan yang menguntungkan.
Gambar 2.1
Langkah utama dalam penjualan efektif
Memilih dan
menilai
prospek
Prapendekata
n
Mengatasi
keberatan
Pendekata
n
Penutupan
Persentasi
dan
demonstrasi
Tindak
lanjut
Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:201)
2.3.6
Tujuan Personal Selling
Menurut Kotler, dalam bukunya Marketing Management, The Millenium
Edition (2002:656), yang mengemukakan bahwa:
Tujuan personal selling adalah untuk melakukan penjualan dengan
menanamkan pilihan pembeli, keyakinan pembeli, dan tindakan
pembeli pada tingkat tertentu dalam proses pembelian.
Maka tujuan dari personal selling jelas adalah untuk meningkatkan
penjualan, serta mengurangi tingkat penolakan konsumen. Sebab biasanya
pendekatan personal akan jauh lebih signifikan dibanding dengan penawaran yang
bersifat massal.
2.3.7
Bentuk-Bentuk Personal Selling
Cara-cara penjualan personal (personal selling) adalah cara yang unik,
tidak mudah untuk diulang, dapat menciptakan komunikasi dua arah antara ide
yang berlainan antara penjual dan pembeli, sehingga dapat menggugah hati
pembeli.
Bentuk-bentuk penjual tatap muka langsung (personal selling) dikenal
secara garis besar menurut Alma (2003:142), adalah sebagai berikut:
1. Di toko
2. Di rumah
3. Penjual yang ditugaskan oleh pedagang besar untuk menghubungi
pedagang eceran, seperti para penjual obat farmasi mendatangi apotekapotek
4. Penjual yang ditugaskan oleh produsen untuk menghubungi pedagang
besar
5. Pimpinan perusahaan bertanggung jawab kepada pelanggan-pelanggan
yang penting
6. Penjual yang beralih secara teknis mengunjungi para konsumen industri
untuk memberikan nasihat dan bantuan
2.3.8
Keunggulan dan Kelemahan Penjualan Personal Selling
Personal selling mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan seperti
yang dikemukakan oleh Tjiptono (2008:224) adalah:
Kelebihan Personal Selling, yaitu:
a. Operasinya lebih fleksibel karena penjual atau wiraniaganya dapat
mengamati reaksi pelanggan dan menyesuaikan pendekatannya.
b. Usaha yang sia-sia dapat diminimalkan.
c. Pelanggan yang berminat biasanya langsung membeli.
d. Penjual
dapat
membina
hubungan
jangka
panjang
dengan
pelanggannya.
Kelemahan Personal Selling, yaitu:
a. Karena menggunakan armada penjual yang relatif besar, maka metode
ini biasanya mahal.
b. Spesifikasi penjual yang diinginkan perusahaan mungkin sulit dicari.
2.4
Manajemen Tenaga Penjualan
Dalam
buku
Prinsip-Prinsip
Pemasaran
Kotler
dan
Armstrong
(2008:184):
Mendefinisikan manajemen tenaga penjualan (sales force
management) sebagai analisis, perencanaan, implementasi dan kendali
terhadap aktivitas tenaga penjualan. Hal ini meliputi penyusunan
strategi dan struktur tenaga penjualan serta merekrut, memilih,
melatih, memberikan kompensasi, mensupervisi, dan mengevaluasi
tenaga penjualan perusahaan.
2.4.1
Mengelola Tenaga Penjualan
Personil penjualan berfungsi sebagai penghubung pribadi perusahaan
dengan pelanggan. Perwakilan penjualan (sales representative) adalah perusahaan
itu sendiri bagi banyak pelanggannya. Perwakilan perusahaan itu sendirilah yang
membawa pulang informasi yang banyak dibutuhkan mengenai pelanggan
tersebut. Karena itu, dalam desain tenaga penjualan antara lain: pengembangan
tujuan, strategi, struktur, ukuran jumlah, dan kompensasi tenaga penjualan.
2.4.1.1
Struktur Tenaga Penjualan
Perusahaan dapat membagi tanggung jawab penjualan ke dalam beberapa
lini. Keputusan ini bersifat sederhana apabila perusahaan hanya menjual satu lini
produk pada satu industry dengan pelanggan di banyak lokasi. Dalam kasus ini
perusahaan akan menggunakan struktur tenaga penjualan teritorial. Namun, bila
perusahaan menjual banyak produk kepada beragam jenis pelanggan, mereka
mungkin mebutuhkan struktur tenaga penjualan produk, struktur tenaga penjualan
pelanggan atau gabungan dari keduanya.
Dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Pemasaran, Kotler dan
Armstrong menjelaskan ada empat struktur tenaga penjualan, yaitu:
1. Struktur tenaga penjualan teritorial
Struktur tenaga penjualan territorial (territorial sales force structure),
organisasi tenaga penjualan yang menugaskan masing-masing wiraniaga
ke wilayah geografis eksklusif di mana wiraniaga menjual lini penuh
perusahaan. Struktur ini juga meningkatkan keinginan wiraniaga untuk
membangun hubungan dengan pelanggan lokal juga dengan meningkatkan
efektifitas penjualan.
2. Struktur tenaga penjualan produk
Tenaga penjual harus mengetahui produk mereka, terutama ketika produk
itu banyak dan kompleks. Kebutuhan ini, bersama dengan pertumbuhan
manajemen produk, menyebabkan banyak perusahaan yang menerapkan
struktur tenaga penjualan produk (product sales force structure). Tenaga
penjualan
produk
konsumen
menangani
produk
sederhana
yang
didistribusikan secara intensif.
3. Struktur tenaga penjualan pelanggan
Struktur tenaga penjualan pelanggan (customer sales force structure), di
mana wiraniaga khusus menjual kepada pelanggan atau industri tertentu.
4. Struktur tenaga penjualan kompleks
Ketika perusahaan menjual beragam produk yang luas kepada berbagai
jenis pelanggan pada wilayah geografis yang luas, perusahaan sering
menggabungkan beberapa jenis struktur tenaga penjualan. Tenaga
penjualan dapat dispesialisasikan berdasarkan pelanggan dan wilayah,
berdasarkan produk dan wilayah, berdasarkan produk dan pelanggan atau
berdasarkan wilayah, produk, dan pelanggan. Tidak ada satu struktur yang
paling baik untuk semua perusahaan dan situasi. Masing-masing
perusahaan harus memilih struktur wiraniaga yang terbaik dalam melayani
kebutuhan pelanggannya dan sesuai dengan seluruh strategi pemasaran.
2.4.1.2
Strategi Tenaga Penjualan
Tenaga penjualan juga harus memutuskan siapa yang akan dilibatkan
dalam usaha penjualan dan bagaimana berbagai wiraniaga dan personel
pendukung penjualan akan bekerja sama. Berikut strategi tenaga penjualan yang
dikemukakan Kotler (2008:187):
Tenaga penjualan luar
Tenaga penjualan luar (tenaga penjualan lapangan) adalah di mana
wiraniaga yang bepergian untuk mengunjungi pelanggan dilapangan.
Tenaga penjualan dalam
Wiraniaga dalam yang mengadakan bisnis dari kantor mereka melalui
telepon, internet, atau kunjungan dari pembeli prospektif.
2.4.2
Merekrut dan Memilih Wiraniaga
Inti dari semua operasi tenaga penjualan yang berhasil adalah rekrutmen
dan pemilihan wiraniaga yang baik. Pemilihan wiraniaga yang cermat dapat
sangat meningkatkan keseluruhan kinerja tenaga penjualan. Selain perbedaan
kinerja penjualan, pemilihan yang buruk menghasilkan tingkat pergantian
wiraniaga yang mahal. Dalam merekrut dan memilih wiraniaga sebaiknya
perusahaan memperhatikan beberapa hal seperti menuruh Kotler (2008:192)
dalam bukunya Prinsip-Prinsip Pemasaran, yaitu:
Wiraniaga yang termotivasi.
Beberapa wiraniaga terdorong oleh uang, haus akan pengakuan, atau
kepuasan bersaing dan menang. Sebagian wiraniaga lain digerakan oleh
keinginan untuk menyediakan jasa dan membangun hubungan. Wiraniaga
terbaik memiliki beberapa dari motivasi tersebut.
Memiliki gaya kerja yang disiplin.
Wiraniaga yang hebat memegang erat prinsip untuk bekerja secara detail,
mengatur rencana, lalu mengikuti rencana dalam cara yang tepat waktu
dan disiplin.
Dapat menutup negosiasi dengan penjualan.
Wiraniaga yang baik yang mampu menutup penjualan adalah wiraniaga
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan percaya bahwa mereka
melakukan hal yang benar.
Mampu menyelesaikan masalah pelanggan dan membangun hubungan.
Hal yang paling penting dalam lingkungan pemasaran bagi wiraniaga saat
ini adalah di mana wiraniaga memahami kebutuhan pelanggan mereka
secara naluriah.
Ketika merekrut, perusahaan harus menganalisis tugas penjualan itu
sendiri
dan
karakteristik
wiraniaganya
yang
paling
berhasil
untuk
mengidentifikasi sikap yang diperlukan oleh wiraniaga yang berhasil dalam
industri mereka. Kemudian perusahaan harus merekrut wiraniaga yang tepat.
2.4.3
Melatih Wiraniaga
Dengan bertambahnya pengetahuan konsumen dalam membelanjakan
uangnya maka perusahaan harus melakukan antisipasi dengan memberikan
pelatihan bagi salesman sehingga mempunyai keahlian yang dapat diandalkan
dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Dalam melaksanakan tugasnya training perlu diperhatikan:
a. Waktu lamanya training, waktu training bergantung pada kebutuhan,
tetapi harus diusahakan sesingkat mungkin.
b. Isi atau tujuan dari training
Ada beberapa tujuan, yaitu:
Wiraniaga perlu mengenal perusahaan dan merasa bersatu dengan
perusahaan
Perlu mengenal produk-produk perusahaan
Perlu mengetahui ciri-ciri konsumen dan ciri-ciri pesaing
Perlu mengetahui bagaimana melaksanakan presentasi penjualan yang
efektif
Perlu mengerti mengenai prosedur dan tanggung jawab lapangan
c. Metode training
Role playing, yaitu dengan melaksanakan solah-olah seperti dalam
sandiwara, yaitu yang satu berperan sebagai salesman dan yang lain
sebagai kosumen.
2.4.4
Pemberian Kompensasi Kepada Wiraniaga
Untuk menarik wiraniaga yang baik, perusahaan harus memiliki rencana
kompensasi yang menarik. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan kompensasi kepada wiraniaga, yaitu:
a. Tingkat imbalan, harus ditentukan tingkat maksimum dan minimum serta
harus diperhatikan juga tingkat pengalaman wiraniaga.
b. Komponen-komponen imbalan, harus ditetapkan apa saja yang menjadi
penentu imbalan, yaitu:
Gaji tetap, apakah perlu atau tidak.
Jumlah variabel, yaitu bonus, komisi atau pembagian keuntungan
yang bertujuan untuk menambah motivasi dan meningkatkan kerja
keras wiraniaga.
Pemberian/ expense allowance (tunjangan pengeluaran), seperti
tunjangan sakit, cuti, kecelakaan, pensiun, asuransi jiwa, dan
sejenisnya.
2.4.5
Mensupervisi dan Memotivasi Wiraniaga
Sudah menjadi sifat manusia bahwa untuk bekerja keras itu perlu
dorongan atau motivasi tertentu begitu pula halnya seorang wiraniaga, untuk
menghasilkan penjualan semaksimal mungkin, sering dihadapi oleh masalahmasalah. Tujuan dari motivasi adalah memberikan dorongan serta rangsanganrangsangan khusus agar wiraniaga dapat bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing. Sedangkan tujuan supervisi adalah
membantu wiraniaga bergerak cepat dengan melakukan hal yang benar dalam
cara yang tepat.
Beberapa cara untuk memotivasi wiraniaga, yaitu:
Menjauhkan dari sifat cepat frustasi
Memberikan insentif khusus
Memperhatikan masalah pribadi seperlunya
Menciptakan iklim organisasi yang harmonis
Menetapkan kuota penjualan dan imbalan
Suasana di dalam organisasi
2.4.6
Mengevaluasi Keberhasilan Wiraniaga
Mengevaluasi atau penilaian hasil kinerja dapat berguna untuk
menetapkan apa yang harus dimuat dalam program latihan, dan dapat membantu
pengawasan tenaga penjualan dapat lebih mampu melakukan pengarahan dan
pelatihan penilaian hasil kerja dapat membantu pimpinan perusahaan menentukan
kenaikan gaji dan pangkat masing-masing tenaga penjual.
Manajemen perlu mendapat informasi dari wiraniaga untuk mengevaluasi
prestasi mereka, dengan cara:
Melalui laporan penjualan
Informasi melalui observasi pribadi
Surat-surat keluhan konsumen
Survei konsumen
Pembicaraan dengan wiraniaga
2.5
Minat Beli Konsumen
Definisi minat beli konsumen menurut Kinnear dan Taylor yang dikutip
oleh Thamrin (2003:142), yaitu:
Minat beli konsumen adalah merupakan bagian dari komponen
perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecendrungan
responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar
dilaksanakan.
(http://www.scribd.com/doc/23923117)
Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2004), mengenai minat beli
yaitu:
Menjelaskan bahwa pengaruh eksternal, kesadaran akan
kebutuhan, pengenalan produk dan evaluasi alternatif adalah faktor
yang dapat menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh eksternal
(input) ini terdiri dari usaha pemasaran dan faktor sosial budaya.
(http://docs.google.com/viewer?a=v&q)
Dalam usaha menarik atau menumbuhkan minat beli konsumen, pemasar
harus terlebih dahulu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam pembelian.
Karena apa yang dilakukan konsumen setelah menerima pengaruh dari seorang
pemasar adalah bagaimana mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak
produk yang ditawarkan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:158) dalam buku Prinsip-Prinsip
Pemasaran mengenai perilaku pembelian konsumen adalah:
Perilaku pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga
yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.
Tujuan akhir dari promosi adalah untuk mendapatkan seseorang membeli
suatu produk maupun jasa seperti yang diungkapkan Hair dan McDaniel
(2001:160) dalam buku Pemasaran mengenai konsep AIDA, yaitu:
Model yang menggarisbawahi proses untuk mencapai tahapan
keterlibatan konsumen dengan pesan; singkatan tersebut terdiri
Attention (perhatian), Interes (minat), Desire (keinginan), dan Action
(tindakan).
Berikut penjelasannya:
1. Awareness (Kesadaran)
Usaha dalam menciptakan kesadaran pada suatu merek dalam benak
konsumen dan bagaimana produk tersebut mampu untuk memuaskan
kebutuhan konsumen.
2. Interest (Minat)
Kesadaran konsumen serta keinginan untuk memenuhi kebutuhannya
diharapkan dapat menstimulasi minat konsumen terhadap suatu merek
tertentu.
3. Desire (Keinginan)
Pemasar harus menciptakan preferensi merek dengan menjelaskan
keunggulan serta perbedaan produk dibandingkan pesaing. Sehingga
menuntun konsumen dari minat menuju keinginan untuk membeli produk.
4. Action (Tindakan)
Setelah tiga tahapan di atas diharapkan konsumen dapat melakukan
tindakan pembelian.
Sebagian besar pembeli terlibat dalam situasi pembelian dengan tingkat
keterlibatan yang tinggi melalui empat tahapan dari model AIDA dalam
perjalanan untuk membuat keputusan pembelian. Model ini menyarankan bahwa
efektifitas promosi dapat diukur sehubungan dengan tingkat kemajuan konsumen
dari satu tahapan ke tahapan berikutnya.
2.5.1
Proses Keputusan Pembelian
Dalam memutuskan pembelian konsumen tentu melalui proses tertentu.
Terdapat lima tahap dalam proses pembelian konsumen seperti yang diungkapkan
oleh
Kotler
dan
Armstrong
(2008:179),
tahapan-tahapan
tersebut
memperlihatkan semua pertimbangan yang timbul ketika seorang konsumen
menghadapi situasi pembelian yang baru dan kompleks.
Gambar 2.2
Proses Keputusan Pembeli
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Prilaku
pascepembelian
Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:197)
Berikut penjelasan dari gambar di atas:
1. Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian dimulai dari pengenalan kebutuhan (need recognition) di
mana pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi
Konsumen menyimpan kebutuhannya dalam ingatannya atau mencari
lebih banyak informasi (information search) yang berhubungan dengan
kebutuhan.
Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat
kelompok, yaitu:
Sumber pribadi: Keluarga, teman, tetangga, kenalan
Sumber komersial: Iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan
Sumber publik: Media massa, organisasi penentu peringkat konsumen
Sumber pengalaman: Penanganan, pemeriksaan, dan pemakaian
produk
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi
alternatif
(alternative
evaluation)
di
mana
konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam
sekelompok pilihan.
4. Keputusan pembelian
Keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah keputusan
pembeli tentang merek mana yang akan dibeli.
Terdapat dua faktor yang berbeda antara niat pembelian dan keputusan
pembelian, antara lain yaitu:
Sikap orang lain, yaitu: sejauh mana pengaruh seseorang memiliki arti
penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
Faktor situasional yang tidak diharapkan, yaitu: konsumen mungkin
membentuk
niat
pembelian
berdasarkan
faktor-faktor
seperti
pendapatan, harga dan manfaat produk yang diharapkan.
5. Perilaku pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas hal
ini dapat terlihat dalam perilaku pascapembelian (postpurchase behavior).
2.6
Hubungan Personal Selling terhadap Minat Beli Konsumen
Promosi melalui personal selling merupakan cara yang paling banyak
digunakan dalam dunia usaha sekarang ini, sebab itu perlu untuk dipelajari dan
diperdalam oleh para pemasar khususnya. Sebagian orang berpendapat bahwa
penjualan perorangan (personal selling) merupakan unsur dinamis yang dapat
menggerakan sendi perekonomian. Dengan personal selling, konsumen dapat
mengetahui suatu produk, contohnya penggunaan produk tersebut, apa
keistimewaanya, bagaimana cara pemakaiannya dan lain sebagainya.
Di dalam memperkenalkan suatu produk, tenaga penjual berhadapan
langsung dengan konsumen dan tenaga penjual berbicara langsung dengan
pembeli. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi konsumen sehingga bersedia
untuk mengadakan transaksi dengan pihak perusahaan.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga penjual merupakan
jembatan komunikasi antara perusahaan dengan konsumen. Dengan adanya
tenaga penjual CLIQUE CATALOGUE yang aktif mengkomunikasikan informasi
mengenai produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen potensial dapat
menumbuhkan minat klien untuk menggunakan jasa CLIQUE CATALOGUE
untuk mempromosikan merek atau produk yang mereka jual karena sebuah
perusahaan distro/ clothing tentu membutuhkan media untuk beriklan. Di mana
mereka mungkin mengalami kesulitan untuk mencari madia yang tepat untuk
berpromosi.
Melihat banyak pilihan media promosi bagi perusahaan distro/ clothing
tentu hal tersebut menimbulkan kesulitan dan masalah baru bagi perusahaan
distro/ clothing. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, tenaga penjual dari CLIQUE
CATALOGUE hadir untuk meberikan informasi guna mempermudah pihak klien
dalam memilih media yang tepat dan sesuai untuk berpromosi. Dengan
segmentasi yang sesuai, harga yang terjangkau dan pendistribusian yang tepat
kepada target pasar, sehingga perusahaan distro/ clothing tersebut dapat
berpromosi secara efektif dan efisien, dengan tujuan meningkatkan minat beli
konsumen.
Download