Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOOKO MOJEKERTO Novi Ayu Rizki Megawati Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya E-mail [email protected] Joni Susilowibowo Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya E-mail [email protected] Abstrak Kurikulum merupakan salah satu pilar utama yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan nasional. Guna meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 dengan tujuan membentuk peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam praktek pembelajaran, guru dituntut untuk memberikan ruang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk belajar secara aktif. Akan tetapi pada kenyataannya, penerapan Kurikulum 2013 di tingkat sekolah belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan prosedur. Salah satu masalahnya terletak pada kesiapan SDM dan ketersediaan sarana penunjang pembelajaran. Ketersediaan SDM meliputi komitmen dan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sedangkan kendala sarana dijumpai pada ketersediaan media dan buku pedoman pembelajaran yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto berdasarkan aspek guru, siswa, dan kepala sekolah, khususnya pada pembelajaran akuntansi. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Sumber data diperoleh dari para informan dan arsip dokumentasi. Teknik pengumpulan data, yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan rating scale menggunakan pendekatan prosentatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto sudah dimulai dan terlaksana pada semua bagian dari aspek guru, siswa dan kepala sekolah, dengan rerata keterlaksanaan sebesar 66% dengan intreprestasi cukup terlaksana dengan baik. Akan tetapi semua itu masih dalam proses perbaikan dan sekolah membutuhkan waktu untuk melaksanakannya secara optimal. Peran tersebut masih perlu ditingkatkan lagi karena dirasa masih belum signifikan. Kata Kunci : Implementasi kurikulum 2013, pembelajaran akuntansi Abstract The curriculum is one of the main pillars that influence the success of national education. To improve the quality of education, the government implemented Curriculum 2013 with the aim of forming a human learners become capable and proactive qualified to answer the challenges of changing times; and educated man whose faith and fear of God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, capable, creative, self-sufficient; and citizens of a democratic and responsible. In teaching practice, teachers are required to provide a wide space for learners to learn actively. But in reality, the implementation of Curriculum 2013 at the school level has not been fully implemented in accordance with the procedure. One problem lies in the readiness of human resources and the availability of means of supporting learning. The availability of human resources and competencies covering the commitment of educators and education personnel, while obstacles encountered on the availability of means of media and adequate instructional manuals. This study aimed to analyze the implementation of Curriculum 2013 in SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto based on aspects of teachers , students , and principals , especially in accounting learning. This research method is descriptive . Sources of data obtained from 1 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. informants and archival documentation . Data collection techniques , ie by observation , interview and documentation . Data analysis techniques performed by the rating scale using prosentatif approach. The results showed that the implementation of Curriculum 2013 in accounting learning class XI SMK 1 Sooko Mojokerto already started and implemented in all parts of the aspects of teachers , students and principals , with a mean of 66% . But all of that is still in the process of repair and schools need time to implement it optimally . That role still needs to be improved because it is still not significant. Keyword : implementation of curriculum 2013 , accounting learning dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Berdasarkan Permendikbud No.59 tahun 2014 (2014:5) “Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya”. Model pembelajaran proses saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik memungkinkan siswa untuk memperoleh nilai-nilai penting pembelajaran Model pembelajaran saintifik proses juga akan bermanfat bagi siswa dalam hal membina kepekaan siswa terhadap berbagai problematika yang terjadi disekitarnya. Melalui model ini siswa akan dibiasakan untuk mengumpulkan sejumlah informasi, isu-isu penting, dan kejadian kontekstual lainnya melalui kegiatan bertanya meneliti, dan menalar. Berdasarkan keluasaan pengetahuan yang diperolehnya siswa lebih lanjut akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi selama mengikuti proses pembelajaran. Rasa percaya diri merupakan hal penting dimiliki siswa agar peserta didik berani melakukan berbagai aktivitas belajar dan terbiasa dengan menanggung risiko pembelajaran. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan (Mulyasa.2014). Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diharapkan. Menurut Doddington, C (2010:77). “Pendekatan berpusat pada anak dapat dikatakan berdasarkan pada wawasan ini dengan memunculkan gagasan bahwa kurikulum harus berbasis pada minat anak”. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah yang peneliti ambil yaitu bagaimana implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek guru, siswa, dan kepala sekolah pada pembelajaran akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto?. Dengan tujuan menganalisis implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat 2 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. Model saintifik juga dikembangkan untuk membina kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan berargumentasi. Kemampuan ini akan terbina selama proses pembelajaran sebab siswa akan senantiasa dibiasakan untuk mengkomunikasikan hasil penelitiannya dan akan dibiasakan untuk mempertahankan hasil penelitiannya ketika mendapatkan kritikan atau sanggahan dari temannya. Pembiasaan berkomunikasi dan berargumentasi ini juga akan memunculkan karakter positif dalam diri siswa yang antara lain bertanggung jawab, santun, toleran, berani, dan kritis serta etis. Menurut Abidin,Yunus (2014:127) “Model saintifik proses pada dasarnya adalah model pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berfikir kritis, berfikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa”. Tahapan sintaks model pembelajaran saintifik dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.) Fase 1: mengajukan pertanyaan Pada tahap ini peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut peserta didik membuat pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan penelitian. 2.) Fase 2: menguji pertanyaan Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan pengujian atas pertanyaan yang telah dibuatnya. Pengujian dimaksudkan untuk mengetes apakah masalah yang diajukan dapat diteliti, terukur, logis, bermanfaat, etis, dan faktual(tersedia sumber data). Hasil kegiatan ini adalah rumusan masalah yang benar-benar layak diteliti. 3.) Fase 3: membuat hipotesis Pada tahap ini siswa membuat jawaban sementara atas pertanyaan yang telah dibuatnya. Proses membuat hipotesis dilakukan dengan mengoptimalkan pengetahuan awal siswa sehingga terjadi proses penalaran deduktif. 4.) Fase 4: melaksanakan penelitian/eksperimen Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan eksperimen atau melakukan serangkaian kegiatan penelitian sederhana. Berdasarkan kegiatan eksperimen tersebut peserta didik mengumpulkan data dan mencatat semua data dengan baik dan lengkap. 5.) Fase 5: menganalisis data dan membuat simpulan Pada tahap ini peserta didik menganalisis dan memaknai data hasil penelitian. Proses pemaknaan data dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis dengan teori/materi ajar yang telah ada. Selanjutnya peserta didik membuat simpulan atas hasil kegiatan penelitian yang dilakukannya. Dalam membuat simpulan peserta didik dituntut mengoptimalkan kemampuan penalaran deduktif sehingga simpulan yang dihasilkan memiliki tingkat kelogisan yang tinggi. 6.) Fase 6:mencipta dan mengkomunikasikan laporan Pada tahap ini peserta didik menuliskan laporan hasil penelitian. Setelah laporan selesai, perwakilan peserta didik mengkomunikasikan laporan tersebut di dalam kelas dan selanjutnya laporan tersebut dapat dipublikasikan. Model pembelajaran saintifik yang dapat diterapkan diantaranya : a. Metode Pembelajaran Discovery Learning (Pembelajaran Berbasis Penemuan) Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisir sendiri. Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. “Model Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan” (Sani,Ridwan Abdullah.2014:97). 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Proses belajar Mengajar (PBM) dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. 2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). 3) Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk 2 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 4) Data Processing (Pengolahan Data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. 5) Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang jumpai dalam kehidupannya. 6) Generalization (menarik kesimpulan) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsipprinsip yang mendasari generalisasi. b. Metode Pembelajaran Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) Model pembelajaran Project Based learning (PJBL) merupakan model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Menurut Abidin, Yunus (2014:169),“Model Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajran yang dioriemntasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar para siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran”. PJBL dapat didefinisikan sebagai sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang, membuat, dan menampilkan produk untuk mengatsi permasalahan dunia nyata. Project Based learning (PJBL) merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiaannya. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan. Tahapan Project Based learning (PJBL) sebgai berikut: 1. Praproyek Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran. 2. Fase 1: mengidentifikasi masalah Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatan siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. 3. Fase 2: membuat desain dan jadwal pelaksanaan proyek Pada tahap ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan dibuat, menentukan penjadwalan pengerjaan proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya. 4. Fase 3: melaksanakan penelitian Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. 5. Fase 4: menyusun draft Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukan. 3 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. c. 6. Fase 5: mengukur, menilai, dan memperbaiki produk Pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan memperbaiki produk tersebut. Dalam praktiknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru. 7. Fase 6: finalisasi dan publikasi produk Pada tahap ini siswa melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk dipublikasikan. 8. Pasca proyek Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa. Metode Pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Problem Based Learning (PBL) merupakan pengembangan metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan aktif dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didk di mana masalah-masalah dunia nyata digunakan sebagai titik awal dan jangkar untuk proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berfikir tngkat tinggi (higher order thinking) dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis (Sani, Ridwan Abdullah.2014). Permasalahan nyata yang dikaji dengan menerapkan Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat membuat siswa berfikir, membuat siswa mengajukan pertanyaan, mengaktifkan pengetahuan awal, menguji pemahaman siswa, mengolaborasi pengetahuan baru, memperkuat pemahaman siswa, memberikan motivasi untuk belajar, dan membuat siswa melatih logika, dan pendekatan analitis terhadap situasi yang tidak dikenal. Pemilihan dan perumusan permasalahan yang tepat akan memotivasi siswa untuk belajar secara aktif mengembangkan pengetahuannya secara mandiri dan berkelompok. Tahapan sintaks model pembelajaran ini dapat dijelaskan bahwa: 1. Pra pembelajaran Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru sebelum pembelajaran inti dimulai. Pada tahap ini guru merancang mempersiapkan media dan sumber belajar, mengorganisaikan siswa, dan menjelaskan prosedur pembelajaran. 2. Fase 1: menemukan masalah Pada tahap ini siswa membaca maslah yang disajikan guru secara individu. Berdasarkan hasil membaca siswa menuliskan berbagai informasi penting, menemukan hal yang dianggap sebagai masalah, dan menentukan pentingnya maslah tersebut bagi dirinya secara individu. Tugas guru pada tahap ini adalah memotivasi siswa untuk mampu menemukan masalah. 3. Fase 2: membangunkan struktur kerja Pada tahap ini siswa secara individu membangun struktur kerja yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Upaya membangun struktur kerja ini diawali dengan aktivitas siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang masalah, apa yang ingin diketahui dai masalah, dan idea pa yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir yang harus siswa laukan pada tahap ini adalah merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Tugas guru pada tahap ini adalah memberikan kesadaran akan pentingnya rencana aksi untuk memecahkan masalah. 4. Fase 3: menetapkan masalah Pada tahap ini siswa menetapkan maslah yang dianggap paling penting atau maslah yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Masalah tersebut selanjutnya dikemas dalam bentuk pertanyaan menjadi sebuah rumusan masalah dan membuat rumusan masalah. Bentuk rumusan masalah berisi maslah utama apa yang ada dan bagaimana memecahkannya. Tugas guru pada tahap ini adalah mendorong siswa untuk menemukan maslah utama dan membantu siswa menyusun rumusan masalah. 5. Fase 4: mengumpulkan dan berbagi informasi Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengumpulan sata melalui kegiatan penelitian atau kegiatan sejenisnya. Berdasarkan informasi yang telah siswa peroleh secara individu, selanjutnya siswa berbagi informasi tersebut dengan temannya dalam kelompok yang telah ditetapkan. 6. Fase 5: merumuskan solusi Pada tahap ini siswa secara berkelompok mencoba melakukan merumuskan solusi terbaik 4 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. bagi pemev=cahan masaalah yang dihadapi. Proses perumusan solusi dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif dengan menekankan komunikasi efektif dalam kelompok. Semua solusi yang mungkin dituliskan oleh masingmasing siwa/anggota dan kemudian ditampung oleh seorang siswa yang ditunjuk dalam kelompok. Tugas guru pada tahap ini mematikan proses kelompok terjadi secara kolaboratif, kooperatif, dan komunikatif. 7. Fase 6: menentukan solusi terbaik Pada tahap ini siswa menimbang kembali berbagai solusi yang dihasilkan dan mulai memilih beberapa solusi yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah. Tugas guru meyakinkan siswa pentingnya meninjau ulang dan menimbang keefektifan solusi yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya. 8. Fase 7: menyajikan solusi Pada tahap ini perwakilan siswa tiap kelompok memaparkan hasil kerjanya. Pemaparan dilanjtkan diskusi kelas dengan dimoderatori dan difasilitatori oleh guru. Pada tahap ini tugas guru melakukan penilaian atas performa atau produk yang dihasilkan oleh siswa. 9. Pasca pembelajaran Pada tahap ini gruru membahas kembali masalah dan solusi alternated yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam prosesnya guru membandingkan antara solusi satu dengan solusi lain hasil pemikiran siswa atau juuga dibandingkan dengan solusi secara teoritis yang telah ada. Proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud No.81a tahun 2013 terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1.) Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. 2.) Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal bentuk pertanyaan. 3.) Mengumpulkan informasi/menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. 4.) Mengasosiasi/mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA misalnya peserta didik harus memahami konsepkonsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan seharihari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. 5.) Mengkomunikasikan Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan 5 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka hal tersebut menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Bahan ajar dalam konteks kurikulum 2013 sudah disediakan secara lengkap oleh pemerintah. Bahan ajar tersebut disusun dalam bentuk buku pegangan siswa buku pegangan guru, pedoman penilaian bahkan hingga multimedia pelengkap bahan ajar. Akan tetapi buku pedoman untuk Sekolah Menengah kejuruan belum tersedia. Bahan ajar yang dikembangkan pemerintah tentu saja masih harus dikreasi dan dikembangkan oleh guru agar kebiasaan menyajikan materi dari satu sumber materi dapat dihindari. Kebiasaan menyajikan materi dari satu sumber dinilai membahayakan siswa sebab siswa dipaksa memahami sesuatu atas satu sudut pandang padahal di sisi lain kurikulum 2013 akan membentuk lulusan yang mampu berfikir kritis, kreatif, dan multiperspektif. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar dapat pula diartikan sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan atau generalisasi yang dirancang secara khusus untuk memudahkan pengajaran. Materi tersebut dapat dikatakan sebagai program yang disusun guru untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan positif terhadap pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 (Abidin, Yunus:2014). Materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD) yang dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). Proses pembelajaran merupakan aktivitas terencana yang disusun guru agar siswa mampu belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Guru akan melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu guru tersebut harus menyusun perencanaan pembelajaran. Oleh sebab itu perencanaan pembelajaran harus lengkap, sistematis, mudah diaplikasikan, namun tetap fleksibel dan akuntabel (Abidin, Yunus:2014). Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Evaluasi adalah proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta serta membuat pertimbangan dasar yang professional untuk mengambil kebijakan berdasarkan sekumpulan informasi. Program belajar siswa dapat dievaluai dengan melihat perkembangan hasil dan prestasi siswa yang sekaligus dapat dibandingkan dengan tingkat usia kelompoknya. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk memenuhi tuntutan atau merupakan proses refleksi dari program belajar. 6 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. Kedalaman evaluai program belajar siswa akan ditentukan oleh kebutuhan laporan. Beberapa jenis evaluasi dapat berupa tes, pengukuran, dan penilaian. Hakikat penilaian dan evaluasi adalah upaya sistematik dan sistemik untuk mengumpulkan dan mengolah data atau informasi yang sahih (valid) dan reliable dalam rangka melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program pendidikan (Sani, Ridwan Abdullah.2014). Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi: a. formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya. b. sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik. Penilaian formatif seharusnya dilakukan secara autentik (authentic). Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian yang menyeluruh seharusnya dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar terutama oleh guru, teman sejawat, dan peserta didik sendiri. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. (Sani, Ridwan Abdullah 2014). Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian projek, dan penilaian tertulis. Di dalam penilaian terdapat instrument penilaian dan ketuntasan belajar yang dibuat sebagai alat penunjang kegiatan penilaian digunakan. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Deni Darmawan (2013:37) “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang menyajikan data-data menganalisis dan menginterprestasi”. Teknik Sampling yang digunakan yang digunakan oleh peneliti yaitu purposive random sampling. Subyek penelitian antara lain : 1. Guru Akuntansi kelas XI di SMKN 1 Sooko Mojokerto sebanyak 3 orang guru 2. Siswa kelas XI AK “Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut “(Sugiyono, 2009:81). Jika jumlah populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% dari populasi (Arikunto.2008). Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas XI Akuntansi No. Kelas Jumlah Siswa 1 XI AK 1 36 siswa 2 XK AK 2 36 siswa 3 XI AK 3 34 siswa Jumlah 106 siswa Sumber : SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto Rumus : Sample = jumlah siswa x 10% = 106 x 10% = 10.6 siswa = 11 siswa 3. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto Obyek penelitian yaitu Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi kelas XI di SMKN 1 Sooko Mojokerto. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan skala pengukuran rating scale dengan deskriptif prosentatif untuk menganalisis data hasil penelitian guna menjawab rumusan masalah yang 7 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. dikemukakan serta data yang diperoleh merupakan data mentah atau apa adanya. Dalam penelitian ini jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (4) dan skor terendah bernilai (1). Data hasil observasi tersebut dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika data observasi bernilai skor 4 maka dalam instrument lembar observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam indikator tersebut merupakan keterlaksanaan semua indikator sehingga implementasi kurikulum 2013 telah dilaksanakan sesuai prosedur. b. Jika data observasi bernilai skor 3 maka dalam instrument lembar observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam indikator tersebut terlaksana hanya 3 indikator, sehingga perlu ditinjau ulang kegiatan yang belum terlaksana. c. Jika data observasi bernilai skor 2 maka dalam instrument lembar observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam indikator tersebut terlaksana hanya setengah atau 2 dari indikator sehingga perlu ditinjau ulang kegiatan yang belum terlaksana. d. Jika data observasi bernilai skor 1 maka dalam instrument lembar observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam indikator tersebut hanya terlaksana 1 indikator sehingga perlu ditinjau ulang kegiatan yang belum terlaksana. Tabel 3.5 Kriteria Skala Likert SKOR KRITERIA 4 Terlaksana 3 Cukup terlaksana 2 Kurang terlaksana 1 Tidak terlaksana Sumber : Riduwan (2011:13) Dari skor yang diperoleh kemudian di persentasikan dengan rumus sebagai berikut : P= Dari tabel diatas, maka implementasi kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi kelas XI yang dianalisis dikatakan terlaksana sesuai prosedur apabila rata-rata dari semua aspek observasi mendapatkan persentase > 76% sehingga memperoleh interprestasi terlaksana. HASIL DAN PEMBAHASAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sooko Mojokerto berlokasi di Jalan R.Akhmad Basuni No.5 Sooko Mojokerto. Di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto terdapat beberapa program keahlian yang terdiri atas : 1) Bidang Keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwisata: a) Program Studi Keahlian Tata Kecantikan b) Program Studi Keahlian Tata Busana 2) Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen : a) Program Studi Keahlian Keuangan b) Program Studi Keahlian Administrasi c) Program Studi Keahlian Tata Niaga Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari aspek guru dengan kategori buku siswa, buku pedoman guru, proses pembelajaran, dan proses penilaian mendapatkan nilai prosentase sebesar 45% sehingga mendapat intreprestasi kurang terlaksana. Dengan rincian sebagai berikut : a. Buku siswa Berdasarkan kategori buku pedoman siswa diatas, dari jumlah semua aspek observasi mendapatkan prosentase sebesar 0% dikarenaka siswa/sekolah belum mendapatkan buku pedoman dari pemerintah sehingga memperoleh interprestasi tidak terlaksana. b. Buku pedoman guru Bagi guru buku merupakan petunjuk penting untuk mengembangkan proses belajar mengajar. Kehadiran buku dalam kurikulum 2013 sangat diperlukan. Oleh sebab itu, guru di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto sangat mengharapkan penyediaan buku guru dan buku siswa segera dibuat dan didistribusikan ke sekolah-sekolah. Berdasarkan kategori buku pedoman guru diatas, dari jumlah semua aspek observasi mendapatkan prosentase sebesar 0% dikarenakan guru/sekolah belum mendapatkan buku pedoman dari pemerintah sehingga memperoleh interprestasi tidak terlaksana. c. Berdasarkan kategori proses pembelajaran antara lain: 1) Kelengkapan RPP Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek kelengkapan RPP siswa terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. 2) Kelayakan isi RPP (perencanaan) Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek kelayakan RPP siswa terpenuhi sebesar 50%. Maka dapat dinyatakan kurang terlaksana. Jumlah skor pengumpulan data x 100 % Skor maksimal Data hasil analisis diatas akan diperoleh kesimpulan tentang keterlaksanaan implementasi kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi kelas XI di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 3.6 Kriteria Interprestasi Skor Prosentase Kriteria Interprestasi 0%-25% Tidak terlaksana 26%-50% Kurang terlaksana 51%-75% Cukup terlaksana 76%-100% Terlaksana Sumber : adaptasi dari skal likert yang digunakan 8 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. 3) Pemanfaatan sumber belajar dalam pelaksanaan pembelajaran Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek pemanfaatan sumber belajar dalam pelaksanaan pembelajaran terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, guru tidak memanfaatkan narasumber sebagai sumber belajar. 4) Pengembangan kompetensi melalui proses pembelajaran Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek pengembangan kompetensi melalui proses pembelajaran terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 5) Penerapan pendekatan saintifik di kelas Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek penerapan pendekatan saintifik di kelas terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 6) Pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan di kelas terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, guru melaksanakan remedial dan pengayaan sesuai kebutuhan. d. Berdasarkan tabel kategori proses penilaian antara lain: 1) Penilaian dimensi sikap Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek penilaian dimensi sikap terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 2) Penilaian dimensi pengetahuan Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek penilaian dimensi sikap terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 3) Penilaian dimensi keterampilan Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek penilaian dimensi sikap terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 4) Ulangan harian Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek penilaian dimensi sikap terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari aspek siswa dengan kategori buku siswa, proses pembelajaran, proses penilaian, dan layanan kesiswaan mendapatkan nilai prosentase sebesar 65% sehingga mendapat intreprestasi cukup terlaksana. a. Berdasarkan kategori buku pedoman siswa diatas, dari jumlah semua aspek observasi mendapatkan prosentase sebesar 0% dikarenaka siswa/sekolah belum mendapatkan buku pedoman dari pemerintah sehingga memperoleh interprestasi tidak terlaksana. b. Berdasarkan kategori proses pembelajaran antara lain: 1) Pemanfaatan sumber belajar dalam pelaksanaan pembelajaran Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek Pemanfaatan sumber belajar dalam pelaksanaan pembelajaran terpenuhi sebesar 86%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. Dengan catatan peneliti, guru belum pernah mendatangkan narasumber khusus ke kelas. 2) Cara guru menyampaikan materi (mudah dipahami, menarik, menyenangkan Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek Cara guru menyampaikan materi terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, guru sering mudah dipahami, menarik,dan menyenangkan bagi siswa dalam menyampaikan materi. 3) Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, dan mengkomunikasikan Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, dan mengkomunikasikan terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, guru sering memberikan kesempatan, akan tetapi masih terpengaruh dengan sistem yang digunakan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 4) Pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan Berdasarkan kategori proses pembelajaran pada aspek pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, guru sering memberikan pembelajaran remedial dan pengayaan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kategori proses pembelajaran dari jumlah semua aspek observasi mendapatkan prosentase sebesar 78% sehingga memperoleh interprestasi terlaksana berdasarkan. 9 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. c. Berdasarkan kategori proses penilaian antara lain: 1) Dimensi penilaian Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek dimensi penilaian terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 2) Teknik penilaian Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek teknik penilaian terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. 3) Ulangan Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek ulangan terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. Berdasarkan kategori proses penilaian dari jumlah semua aspek observasi mendapatkan prosentase sebesar 100% sehingga memperoleh interprestasi terlaksana berdasarkan subyek penelitian. d. Berdasarkan kategori layanan kesiswaan antara lain : 1) Pelaksanaan layanan bantuan kesulitan belajar Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek pelaksanaan layanan bantuan kesulitan belajar terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, layanan bantuan kesulitan belajar dilaksanakan sewaktuwaktu sesuai dengan kebutuhan. 2) Pelaksanaan layanan konsultasi dengan orang tua dan siswa Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek pelaksanaan layanan konsultasi dengan orang tua dan siswa terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, layanan konsultasi dengan orang tua dan siswa dilaksanakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. 3) Pelaksanaan layanan administrasi kesiswaan (seperti data siswa, data perkembangan kesehatan, data prestasi, dan data minat) Berdasarkan kategori proses penilaian pada aspek Pelaksanaan layanan administrasi kesiswaan terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. Berdasarkan kategori layanan kesiswaan dari jumlah semua aspek observasi mendapatkan prosentase sebesar 83% sehingga memperoleh interprestasi terlaksana. Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari aspek kepala sekolah dengan kompenen jadwal pelajaran sesuai struktru kurikulum(mata pelajaran dan beban belajar), alokasi guru, fasilitas, jumlah kelas sesuai dengan rombongan belajar, ekstrakurikuler, matrikulasi mendapatkan nilai prosentase sebesar 92% sehingga mendapat intreprestasi terlaksana, dengan rincian sebagai berikut : a. Jadwal pelajaran sesuai struktur kurikulum (mata pelajaran dan beban belajar) Berdasarkan komponen jadwal pelajaran sesuai struktur kurikulum terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. b. Alokasi guru Berdasarkan komponen alokasi guru terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. c. Fasilitas Berdasarkan komponen fasilitas terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, sumber belajar yang digunakan menggunakan sumber belajar yang berupa buku ajar yang masih berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikarenakan buku Kurikulum 2013 masih belu tersedia. d. Jumlah kelas sesuai dengan rombongan belajar Berdasarkan komponen jumlah kelas sesuai dengan rombongan belajar terpenuhi sebesar 75%. Maka dapat dinyatakan cukup terlaksana. Dengan catatan peneliti, rata-rata jumlah siswa sebanyak 36-40 peserta didik per kelas. e. Ekstrakurikuler Berdasarkan komponen ekstrakurikuler terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. f. Matrikulasi Berdasarkan komponen matrikulasi terpenuhi sebesar 100%. Maka dapat dinyatakan terlaksana. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian keterlaksanaan kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto ditinjau dari aspek guru telah mendapat intreprestasi kurang terlaksana. Berdasarkan hasil penelitian keterlaksanaan kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto ditinjau dari aspek siswa telah mendapat intreprestasi cukup terlaksana.Berdasarkan hasil penelitian keterlaksanaan kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto ditinjau dari aspek kepala sekolah telah mendapat intreprestasi terlaksana. 10 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. Hartojo dan Wikono. 2004. Akuntansi Perusahaan Dagang.Surabaya :Unesa University press. Penerapan Kurikulum 2013 pada pembelajaran akuntansi kelas XI di SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto sudah terlaksana pada semua bagian, akan tetapi masih belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur Kurikulum 2013. Semua itu masih dalam proses perbaikan dan sekolah membutuhkan waktu untuk melaksanakannya secara optimal. Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Pendidikan.edisi revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hasibuan, J.J. 2003. Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran. Mikro Bandung: Remadja Karya. Jogiyanto. 2006. Pembelajaran Kasus.Yogyakarta : CV.Andi Offset. Saran Dari hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya pemerintah segera menyediakan buku Kurikulum 2013 untuk guru dan siswa pada jenjang SMK khususnya. 2. Sebaiknya guru akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Sooko Mojokerto selalu mereview perangkat pembelajarannya sesuai dengan perkembangan terbaru. 3. Sebaiknya dilakukan pelatihan lanjutan khususnya bagi guru, tentang implementasi Kurikulum 2013 dengan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran lainnya yang gayut dengan Kurikulum 2013 serta implementasi penilaian autentik. DAFTAR PUSTAKA Metode Mulyasa. 2014. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013.Cetakan kelima.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Nurhamidah, Siti., Dantes, Nyoman., dan Lasmawan,Wayan. 2014. Upaya Peningkatan Pengelolaan Proses Pembelajaran Melalui Pendampingan pada Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Guru–Guru Kelas I dan Kelas IV,(online), Volume 4, (http://www.file. pasca,undiksha.ac.id) diakses 19 April 2015. Nursalim, Mochamad,dkk. 2011. Psikologi Pendidikan. Surabaya:unesa university press. Salinan Permendikbud No 81A tentang implementasi kurikulum 2013.2013. Jakarta:Presiden RI. Salinan Permendikbud No 103 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. 2014.Jakarta: Presiden RI. Abidin,Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum2013. Bandung: PT.Refika Aditama. Salinan Permendikbud No 104 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.2014.Jakarta: Presiden RI. Alawiyah,Faridah. 2014. Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum2013,(online),Vol.VI,No.15/I/P3DI/Ag ustus/2014,(http://www.ejournal.implemenatasi .html) diakses 19 April 2015. Sani,Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Amri,Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013.Jakarta :PT.Prestasi Pustakarya. Subagiyo,Lambang.,Safrudiannur. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 pada Jenjang SD, SMP, SMA dan SMK dI Kalimantan Timur Tahun 2013/2014, (online),Vol. 3, No. 4, hal 131-144, (http://www.ejournal.edu.implementasi kurikulum 2013.html) diakses 19 April 2015. Asih.Fulana Mardina. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Blado,(online),Vol.2No.1,(http://www.ejournal.im plementasi Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang.html) diakses 19 April 2015. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung :Alfabeta. Budi,Bangun Setia. 2014. Strategi Guru dalam Menghadapi Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Surakaarta,(online), (http://www.ejournal.edu/implementasi/ jurnal universitas sebelas maret Surakarta.html) diakses 19 April 2015. Sugiyono. 2013. Statistika Penelitian.Bandung:Alfabeta. untuk Susilowibowo,Joni.,Bahrum. 2013. Adaptasi dari Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 di SMP-SMP Kota Makasar.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan SMP. Darmawan,Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. Doddington,Christine dan Hilton,Mary. 2010. Pendidikan Berpusat pada Anak.Jakarta: PT.Indeks. 11 Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI…. 12