BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan intangible asset yang dimiliki oleh organisasi dan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja organisasi (Etnaningtyas, 2011; Listyani, 2014). Hal tersebut tentunya membuat organisasi sadar betul akan nilai investasi pada karyawan sebagai sumber daya. Dimana saat ini, organisasi menghadapi hiper kompetisi yang terjadi terus menerus (Kotler & Caslione, 2011) dan harus menjaga keberlangsungan bisnisnya (Bhuvaniah & Raya, 2014). Oleh karena itu, Seitjs dan Crim (2006) berpendapat bahwa perusahaan perlu memberikan perhatian pada sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk menghadapi tantangan dan menjaga keberlangsungan bisnis. Menurut Sorenson (2013), employee engagement menjadi salah satu konsep yang muncul ketika perusahaan diperhadapkan dengan tantangan. Perrin’s Global Workforce Study (2003) mendefinisikan employee engagement sebagai keinginan dan kemampuan karyawan untuk membantu perusahaan mereka sukses dengan memberikan upaya terbesarnya secara berkelanjutan. Vaijayanthi, Shreenivashan, & Prabhakaran (2011) menyatakan bahwa karyawan yang engaged adalah karyawan yang sepenuhnya terlibat dan antusias dalam pekerjaannya, dan akan sepenuhnya berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Harter, Schmidt, dan Hayes (2002) menemukan bahwa employee engagement berdampak pada pada work outcomes seperti produktifitas, kepuasan konsumen, dan keuntungan perusahaan, serta meminimalisir turnover karyawan. Berkaitan dengan engagement 1 karyawan, Halim (2014) mengatakan hasil survei di Indonesia, hanya 36% karyawan perusahaan, yang dan memiliki 42% engagement karyawan tinggi terhadap disengagement terhadap perusahaannya saat ini. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat disengagement karyawan di Indonesia. Sikap disengagement karyawan ini ditunjukkan dengan perilaku ketidakdisiplinan karyawan, seperti keterlambatan , kemudian kurangnya tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, hilangnya antusiasme dalam bekerja, dan bingung dengan pekerjaannya. Sikap disengagement ini tentunya mengganggu produktifitas perusahaan. Oleh sebab itu, memiliki karyawan yang engaged sangat diinginkan oleh semua perusahaan di sektor apapun, salah satunya adalah perusahaan yang sedang berkembang di Salatiga, PT Puhan Indonesia. PT Puhan Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang berfokus ke produk cat dan waterbase adhesive pvc. Dari data awal yang diperoleh melalui wawancara dengan manajer personalia, menggambarkan bahwa tingkat kedisiplinan karyawan dalam absensi terlihat banyaknya karyawan yang sering terlambat masuk kerja. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dan meningkatkan engagement seperti kepemimpinan, kejelasan visi perusahaan, total reward, career opportunity, dan quality of work life (Papalexandris & Galanaki, 2008; McCleod & Clark, 2009; Mitchell, dkk, 2010; Hewitt, 2013). Quality of work life atau kualitas kehidupan kerja merupakan praktek-praktek yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan mendorong karyawan memaksimalkan kontribusinya pada pencapaian sasaran perusahaan. Terdapat delapan dimensi dari kualitas kehidupan kerja yang dikemukakan oleh Walton 2 (1975) dikutip dari Kanten (2014), yaitu kompensasi yang adil dan memadai, lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat, pengembangan kapasitas manusia, pertumbuhan dan keamanan, integrasi sosial, perlembagaan dalam perusahaan terkait hak-hak karyawan, keseimbangan antara pekerjaan dan ruang kehidupan pekerja, dan relevansi kehidupan sosial berkenaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan memberikan perhatian pada kualitas kehidupan kerja karyawan maka karyawan akan engaged pada perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ramsey dan Finney (2006) menunjukkan bahwa karyawan yang terikat 1,3 kali cenderung menunjukkan kinerja yang bagus dibanding karyawan yang kurang terikat, dan karyawan yang sangat terikat cenderung lima kali lebih rendah kemungkinannya untuk meninggalkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki keterikatan dengan perusahaan cenderung loyal terhadap perusahaan dimana mereka bekerja. Penemuan tersebut didukung oleh Nagra dan Sreejesh (2011). Penelitian yang dilakukan mengenai anteseden loyalitas karyawan, ditemukan bahwa keterikatan karyawan memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas karyawan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti ingin meneliti mengenai pengaruh Quality of work life terhadap employee engagement dan dampaknya terhadap loyaliyas karyawan. 3 1.2. Rumusan Masalah Memperhatikan penjelasan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: 1. Apakah Quality of work life memengaruhi Employee engagement? 2. Apakah Employee engagement memengaruhi loyalitas karyawan? 3. Apakah Quality of work life memengaruhi loyalitas karyawan dengan mediasi Employee engagement ? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh Quality of work life terhadap Employee engagement . 2. Untuk menganalisis pengaruh Employee engagement terhadap loyalitas karyawan. 3. Untuk menganalisis pengaruh Quality of work life terhadap loyalitas karyawan yang dimediasi oleh Employee engagement. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia khususnya mengenai quality of work life guna meningkatkan engagement dan meminimalisir turnover karyawan. 2. Memberikan masukan kepada pimpinan bahwa penerapan quality of work life mempertahankan karyawan 4 dapat menjadi strategi untuk