BENTUK-BENTUK PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA

advertisement
Wiwiek Awiati, Harsanto Nursadi, Andri Wibisana
I.
ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR)
SECARA UMUM
II.
ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR)
DALAM SENGKETA LIGKUNGAN
III.
HAK GUGAT
2
3

Coase:
Keuntungan Cattle raiser:
a+b+c
Kerugian Farmer: b + c + d
Costs,
benefits ($)
Marginal social
(damage) cost
(MSC) of farmer
1. Farmer memperoleh
Ganti atas
kerugianapa yang
akan dilakukan cattleraiser/farmer?
2. Farmer tidak
memperoleh Ganti
atas kerugian apa
yang akan dilakukan
cattle-raiser/farmer?
Marginal net
private benefit
(MB) of cattleraiser
X
d
a
c
b
O
Qs
Qp
Output
4

Teorema Coase: when parties can bargain

Kritik
and settle their disagreements by
cooperation, their behaviour will be efficient
regardless of the underlying rule of law
5
I.
MELALUI PENGADILAN (IN COURT)
II.
DI LUAR PENGADILAN (OUT COURT)
A. PRIMARY:
1. AJUDIKASI : ARBITRASI
2. NON AJUDIKASI:
a. NEGOSIASI
b. MEDIASI
B. HYBRID:
1. MINI TRIAL
2. MED-ARB
3. OMBUDSMAN
6


KETIDAKPUASAN TERHADAP PROSES
PENGADILAN YANG MEMAKAN WAKTU
YANG RELATIF LAMA, MAHAL DAN SULIT
PENYELESAIAN SENGKETAMELALUI
PENGADILAN MENIMBULKAN PERASAAN
BERMUSUHAN DI ANTARA PARA PIHAK
7



ADANYA BUDAYA MUSYAWARAH YANG
TELAH DIKENAL DALAM BERBAGAI
MASYARAKAT
PENYELESAIAN BERSIFAT WIN-WIN
SOLUTION
MEMPERHATIKAN ASPEK SUBSTANTIF,
PROSEDURAL DAN PSIKOLOGIS
8
NEGOSIASI
MEDIASI
ARBITRASI
PENYELESAIAN
SENGKETA
YANG
DILAKUKAN
OLEH PARA
PIHAK MELALUI
PERUNDINGAN
TANPA DIBANTU
OLE PIHAK
KETIGA
PENYELESAIAN
SENGKETA YANG
DILAKUKAN
MELALUI
PERUNDINGAN
DIBANTU OLEH
PIHAK KETIGA
YANG NETRAL DAN
TIDAK
MEMPUNYAI
WEWENANG
UNTUK MEMUTUS
PENYELESAIAN
SENGKETA
YANG
DILAKUKAN
OLEH PIHAK
KETIGA YANG
MEMPUNYAI
WEWENANG
UNTUK
MEMUTUS
9
1.
MEDIATOR JARINGAN SOSIAL (SOCIAL
NETWORK MEDIATIOR)
2.
MEDIATOR OTORITATIF (AUTHORITATIVE
MEDIATOR)
3.
MEDIATOR MANDIRI (INDEPENDENT
MEDIATOR)
10
* Dipilih karena dikenal oleh para pihak
* Berasal dari lingkungan para pihak
* Tokoh yang dipercaya dapat membantu
menyelesaikan sengketa
11
* Berasal dari kalangan yang berpengaruh, atau
mempunyai kedudukan yang kuat
* Tidak mempunyai hubungan dengan para
pihak
* Memiliki kapasitas untuk mengarahkan
hasil perundingan
12
* Dipilih karena profesinya
* Tidak mempunyai hubungan dengan
para pihak
* Tidak mempunyai wewenang untuk
memutus
13





Para pihak bersedia berunding secara
sukarela (willingness)
Para pihak siap bernegosiasi (preparedness)
Para pihak mempunyai wewenang untuk
mengambil keputusan (authoritative)
Para pihak relatif mempunyai kekuatan yang
seimbang (relative equal bargaining power)
Para pihak mempunyai kemauan untuk
menyelesaikan masalah
14
15
PASAL 30 UU No. 23/1997
(1)
(2)
DAPAT DITEMPUH MELALUI PENGADILAN
ATAU DI LUAR PENGADILAN
BERDASARKAN PILIHAN SUKARELA PARA
PIHAK
PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN TIDAK BERLAKU TERHADAP
TINDAK PIDANALINGKUNGAN
16
PENYELESAIAN SENGKETA
LINGKUNGAN DI LUAR PENGADILAN
PASAL 31 - PASAL 33
UU NO. 23 TAHUN 1997
17
PENYELESAIAN SENGKETA
LINGKUNGAN DI LUAR PENGADILAN
DILAKUKAN SECARA SUKARELA
MELALUI PERUNDINGAN OLEH PARA
PIHAK YANG BERKEPENTINGAN
18
TUJUAN
UNTUK MENCAPAI KESEPAKATAN
TENTANG BENTUK DAN BESARNYA
GANTI KERUGIAN DAN / ATAU
TINDAKAN TERTENTU YANG AKAN
MENJAMIN TIDAK TERULANGNYA
DAMPAK NEGATIF TERHADAP
LINGKUNGAN
19
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN DI
LUAR PENGADILAN DAPAT MENGGUNAKAN
JASA PIHAK KETIGA:
A. PIHAK KETIGA YANG NETRAL YANG TIDAK
MEMILIKI KEWENGAN MENGAMBIL
KEPUTUSAN ( MEDIATOR)
B. PIHAK KETIGA NETRAL YANG MEMILIKI
KEWENANGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
(ARBITER)
20
1) PEMERINTAH DAN/ATAU MASYARAKAT
DAPAT MEMBENTUK LEMBAGA PENYEDIA
JASA PE NYELESAIAN SENGKETA
LINGKUNGAN
2) KETENTUAN MENGENAI LEMBAGA
PENYEDIA JASA INI DIATUR DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
21
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG LEMBAGA
PENYEDIA JASA PENYELESAIAN SENGKETA
LINGKUNGAN HIDUP DI LUAR PENGADILAN
(PP NO. 54 TAHUN 2000)
22

Pasal 84
1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh
melalui pengadilan atau di luar pengadilan.
 Penjelasan: Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk
melindungi hak keperdataan para pihak yang
bersengketa.
2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup
dilakukan secara suka rela oleh para pihak yang
bersengketa.
3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan
yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau
para pihak yang bersengketa.
 Penjelasan: Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya putusan yang berbeda mengenai
satu sengketa lingkungan hidup untuk menjamin
kepastian hukum.
23

Pasal 85
1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau
perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan
terulangnya pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
terhadap lingkungan hidup.
2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan dapat digunakan jasa mediator
dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
24

Pasal 86
1) Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia
jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup
yang bersifat bebas dan tidak berpihak.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat
memfasilitasi* pembentukan lembaga penyedia
jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup
yang bersifat bebas dan tidak berpihak.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga
penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan
hidup diatur dengan Peraturan Pemerintah.
*Bandingkan dengan UU No. 23/1997, PP No. 54/2000
25


DIBENTUK DENGAN AKTA NOTARIS
BAIK DI PUSAT MAUPUN DI DAERAH WAJIB
MEMBERITAHU INSTANSI YANG
BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
26


DI PUSAT
DITETAPKAN DAN DIANGKAT OLEH MENTERI DAN
BERKEDUDUKAN DI INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DI
BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
DI DAERAH
DITETAPKAN DAN DIANGKAT OLEH GUBERNUR/
BUPATI/WALIKOTA DAN BERKEDUDUKAN DI
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
27



LEMBAGA PENYEDIA JASA BERSIFAT BEBAS
DAN TIDAK BERPIHAK
MENYEDIAKAN PIHAK KE 3 NETRAL MELALUI
ARBITER MAUPUN MEDIATOR
PENYELESAIAN SENGKETA DILAKUKAN
SECARA SUKARELA
28


PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN BERSIFAT SUKARELA
PARA PIHAK BEBAS MENENTUKAN LEMBAGA
PENYEDIA JASA YANG MEMBANTU
PENYELESAIAN SENGKETA
29


LEMBAGA PENYEDIA JASA DAPAT DIBENTUK
OLEH PEMERINTAH DAN/ATAU
MASYARAKAT
LEMBAGA PENYEDIA JASA DIBANTU OLEH
SEKRETARIAT DAN MENYEDIAKAN DAFTAR
PANGGIL
30



PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITER
TUNDUK PADA KETENTUAN ARBITRASE
ARBITER DAN MEDIATOR TERIKAT PADA KODE
ETIK PROFESI
BIAYA PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
ARBITER TUNDUK PADA KETENTUAN ARBITRASE
31


BIAYA PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
MEDIATOR DIBEBANKAN ATAS KESEDIAAN
SALAH SATU PIHAK, ATAU PARA PIHAK ATAU
SUMBER DANA LAIN YANG TIDAK BERSIFAT
MENGIKAT
BIAYA PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
LEMBAGA PENYEDIA JASA YANG DIBENTUK
OLEH PEMERINTAH DAPAT DIBEBANKAN
KEPADA PEMERINTAH
32






Dibentuk di setiap bapedal atau lembaga pengelola
lingkungan hidup di daerah.
Lembaga dibentuk oleh pemerintah pusat dan/atau daerah
atau oleh masyarakat.
Mediator/arbiter dipilih oleh para pihak dari daftar yang
diberikan.
Biaya ditanggung oleh para pihak atau pihak ketiga yang
bersedia menjadi penyandang dana.
Mediasi oleh lembaga penyedia jasa milik pemerintah
dilaksanakan dengan biaya murah atau pro bono.
Lembar asli atau salinan kesepakatan hasil mediasi
diserahkan dan didaftarkan pada panitera pengadilan
negeri dalam waktu paling lama 30 hari sejak
ditandatangani.
33
Para pihak atau salah satu pihak yang bersengketa mengajukan
permohonan bantuan untuk penyelesaian sengketa kepada
lembaga penyedia jasa, dengan tembusan disampaikan
kepada KLH/Bapedalda
▼
Dalam waktu 30 hari, KLH/Bapedalda wajib melakukan verifikasi
tentang kebenaran fakta-fakta yang diajukan
▼
Hasil verifikasi dilaporkan oleh KLH/Bapedalda ke lembaga
penyedia jasa (menurut pasal 6(1) KepMenLH No. 78/2003,
paling lambat 14 hari setelah verifikasi)
▼
Dalam waktu tidak lebih dari 14 hari sejak menerima hasil
verifikasi, lembaga penyedia jasa wajib mengundang para
pihak yang bersengketa.
▼
Penyelesaian sengketa melalui mediator atau pihak ketiga
lainnya tunduk pada kesepakatan yang dibuat para pihak
yang bersengketa dengan melibatkan mediator atau pihak
ketiga lainnya
▼
34
Kesepakatan
yang
dicapai
melalui
proses
penyelesaian sengketa dengan menggunakan
mediator atau pihak ketiga lainnya wajib
dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis di atas
kertas bermeterai yang memuat antara lain:
◦ nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
◦ nama lengkap dan tempat tinggal mediator atau pihak
ketigalainnya;
◦ uraian singkat sengketa;
◦ pendirian para pihak;
◦ pertimbangan dan kesimpulan mediator atau pihak ketiga
lainnya;
◦ isi kesepakatan:
 bentuk dan besarnya ganti kerugian; dan/atau
 melakukan tindakan tertentu guna menjamin tidak
terjadinya atau terulangnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup. Pembiayaan atas tindakan tertentu ini
dibebankan kepada pelaku pencemaran
◦ batas waktu pelaksanaan isi kesepakatan;
◦ tempat pelaksanaan isi kesepakatan;
◦ pihak yang melaksanakan isi kesepakatan.
▼
35
Kesepakatan ditandatangani oleh para pihak dan mediator atau
pihak ketiga lainnya.
▼
Dalam waktu paling lama 30 hari sejak tanggal
penandatanganan kesepakatan, lembar asli atau salinan
otentik kesepakatan diserahkan dan didaftarkan kepada
Panitera Pengadilan Negeri.
Penyerahan/pendaftaran ini dapat dilakukan oleh mediator atau
pihak ketiga lainnya atau salah satu pihak atau para pihak
yang bersengketa
36

Penyedia jasanya Pemerintah:
◦ Kesepakatan para pihak
◦ Sumber lain yang tidak mengikat
◦ Dibebankan kepada pemerintah

Penyedia jasanya masyarakat (swasta):
◦ Kesepakatan para pihak
◦ Sumber lain yang tidak mengikat
37
UU 4 Tahun 82 UU 23 Tahun
97
UU 32 Tahun
09
Bersifat Wajib
Bersifat sukarela
Bersifat sukarela
Dilakukan oleh Tim/Tri
Partit
(Penderita/korban;
Pencemar;
Pemerintah)
Dilakukan oleh
Arbiter atau
Mediator
Dapat
menggunakan jasa
Arbiter atau
Mediator
Pasal 20 ayat (2)
Pasal 31-33
Pasal 85-86
38

Pada tahun 2003, Gunung Mandalawangi mengalami
longsor parah yang kemudian menghancurkan area
pemukiman di desa Mandalasari. Akibat longsor
tersebut, 20 orang meninggal, 1 orang hilang, dan
ratusan rumah serta ratusan hektar sawah serta ladang
hancur. Sekitar 2000 jiwa kehilangan tempat
tinggalnya. Longsor terjadi karena Gunung
Mandalawangi, yang hutannya telah rusak parah,
menerima curah hujan yang sangat tinggi. Gunung
Mandalawangi sendiri berada di dalam wilayah hutan
yang dikuasai oleh PT. Perhutani sebagai pengelola
hutan, yang menurut PP no. 53/1999 memiliki
kewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan
perencanaan, penanaman, pemeliharaan, pemungutan
hasil, perlindungan dan pengamanan hutan.
39
1.
2.
3.
Siapa yang berhak menggugat?
Siapa yang bisa dijadikan tergugat?
Apa dasar hukum pertanggungjawaban, dan
apa yang harus dibuktikan?
40
40



Pasal 37(1) UU No. 23/1997
Definisi: gugatan oleh sekelompok korban (wakil
kelas, class representatives) yang diajukan atas
nama sejumlah korban yang jumlahnya besar
(anggota kelas, class members)
Syarat:
◦ Jumlah korban haruslah banyak (numerousity)
◦ Antara wakil dan anggota kelas memiliki kesamaan dasar
dan fakta hukum (commonality)
◦ Antara wakil dan anggota kelas memiliki tuntutan hukum
yang sama (typicality)
◦ Wakil kelas haruslah wakil kelas yang jujur (adequacy of
representatives)
41
41
Pasal 91UUPPLH
(1) Masyarakat berhak mengajukan
gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau
untuk kepentingan masyarakat apabila
mengalami kerugian akibat pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(2) Gugatan dapat diajukan apabila
terdapat kesamaan fakta atau peristiwa,
dasar hukum, serta jenis tuntutan di
antara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya.

42


Pasal 36: Masyarakat yang dirugikan akibat
perbuatan melawan hukum di bidang
pengelolaan sampah berhak mengajukan
gugatan melalui perwakilan kelompok.
Penjelasan pasal 36: Gugatan perwakilan
kelompok dilakukan melalui pengajuan
gugatan oleh satu orang atau lebih yang
mewakili diri sendiri atau mewakili kelompok.
43

Mekanisme Class actions (Perma No. 1
tahun 2002)
1. Wakil kelas tidak perlu memperoleh surat kuasa
dari anggota kelas untuk bertindak atas nama
mereka
2. Untuk tampil sebagai penggugat, wakil kelas
biasanya kemudian memberikan kuasa kepada
pengacara (misalnya lembaga bantuan hukum)
3. Gugatan harus menyertakan:
 Identitas wakil kelas secara jelas dan lengkap
 Definisi kelompok secara rinci (tapi tidak perlu
menyebutkan nama anggota kelompok satu per satu)
 Duduk perkara (posita) kelompok (penggugat) secara
rinci
 Tuntutan dan model pembagian ganti rugi
Kelompok bisa dibagi ke dalam beberapa sub-kelompok,
sesuai dengan ganti rugi yang diminta
44
44
4. Setelah gugatan masuk, hakim akan memeriksa
kriteria untuk menentukan layak-tidaknya
gugatan tersebut diajukan secara gugatan
perwakilan
5. Layak-tidaknya gugatan perwakilan diputuskan
oleh hakim melalui ketetapan
6. Apabila dianggap layak, maka hakim akan
memerintahkan penggugat untuk membuat
model pemberitahuan (pemberitahuan kepada
anggota kelas bahwa sedang ada sidang gugatan
atas nama mereka)
45
45
7. Model pemberitahuan memuat:
–
–
–
Uraian singkat tentang kasus dan kelompok
Tata cara pemberitahuan (di mana dan dengan
cara apa)
Tata cara “pernyataan keluar” bagi korban (anggota
kelas) yang tidak mau diwakili
Tata cara ini meliputi kapan dan bagaimana
pernyataan keluar dapat dilakukan
–
Pemberitahuan dilakukan:
a. pada waktu gugatan dinyatakan sah
b. pada waktu pendistribusian ganti rugi
 Pemeriksaan pokok perkara
46
46
Wakil Kelompok
(Penggugat aktif)
KORBAN/ 1,2 or 5
Penderita kerugian
Kuasa
Hk/Lawyer
Anggota Kelompok
(Penggugat Pasif)
identifiedunidentified
Surat Kuasa
khusus
Tdk ada
surat kuasa
Pengadilan
Harus memenuhi syarat
Adequacy of Representation
(kelayakan wakil)
Perkiraan jumlah korban
(yg akan dikonfirmasi setelah putusan)
Opt Out
Setelah Notifikasi oleh pengadilan
ICEL 2002
47


Pasal 37(2) UU No. 23/1997
◦ Apabila masyarakat menderita kerugian yang
“mempengaruhi perikehidupan pokok” mereka
◦ Diatur oleh PP
Pasal 90 UUPPLH
• (1) Instansi pemerintah dan pemerintah daerah
yang bertanggung jawab di bidang lingkungan
hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi
dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan
kerugian lingkungan hidup.
48

Penjelasan pasal 90(1) UUPPLH:
Yang dimaksud dengan “kerugian lingkungan
hidup” adalah kerugian yang timbul akibat
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang bukan merupakan hak milik privat.
Tindakan tertentu merupakan tindakan pencegahan
dan penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan serta pemulihan fungsi lingkungan
hidup guna menjamin tidak akan terjadi atau
terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan
hidup.
49


Pasal 38 UU No. 23/1997
Mengapa?
Untuk mewakili lingkungan karena selama ini
kepentingan lingkungan tidak ada yang mewakili
LSM sebagai penjaga kepentingan lingkungan
hidup

Syarat:
◦ LSM berbentuk badan hukum atau yayasan
◦ Dalam AD/ART-nya tercantum bahwa tujuan dari
LSM tersebut adalah untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan
◦ LSM telah melakukan kegiatan sesuai AD/ARTnya
50

Yang boleh dituntut (petitum):
◦ Tindakan tertentuyang boleh diminta dalam
gugatan, antara lain meminta:
 Pengadilan memerintahkan tergugat untuk melakukan
tindakan hukum tertentu yang bertujuan melestarikan
fungsi lingkungan
 Pengadilan menyatakan tergugat telah melakukan PMH
 Pengadilan memerintahkan tergugat memperbaiki
instalasi pengolahan limbah
◦ Biaya riil yang telah dikeluarkan oleh LSM
misalnya apabila LSM tersebut telah melakukan
pemulihan atau pembersihan terhadap pencemaran yang
dilakukan tergugat
Jadi, jika LSM yang menggugat atas nama lingkungan
hidup, tidak boleh ada permintaan tentang ganti rugi
51
UU 32/2009; Pasal 92 UUPPLH
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung
jawab perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, organisasi
lingkungan hidup berhak mengajukan
gugatan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas
pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya
tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
52
(3)
Organisasi lingkungan hidup dapat
mengajukan gugatan apabila memenuhi
persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa
organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan
anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.
53



Pasal 37 (1): Organisasi persampahan berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan
pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan.
Pasal 37(2): Hak mengajukan gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan
untuk melakukan tindakan tertentu, kecuali biaya
atau pengeluaran riil.
Pasal 37(3) Organisasi persampahan yang berhak
mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a.berbentuk badan hukum;
b.mempunyai anggaran dasar di bidang pengelolaan sampah;
dan
c.telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu)
tahun sesuai dengan anggaran dasarnya.
54

Kasus Nunukan
55
55


Penanggungjawab usaha/kegiatan
Pemerintah
56
56


Orang-perorangan (implisit pasal 33-34)
Pemerintah (pasal 25)
◦ Pasal 25 (1): Pemerintah dan pemerintah daerah
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
dapat memberikan kompensasi kepada orang
sebagai akibat dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah
di tempat pemrosesan akhir sampah.
◦ Pasal 25 (2): Kompensasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa:
a.
b.
c.
d.
relokasi;
pemulihan lingkungan;
biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
kompensasi dalam bentuk lain.
57
Download