I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep penghijauan pada bangunan tinggi (bertingkat) telah ada sejak jaman Taman Gantung Babilonia pada abad ke-6 sebelum Masehi. Sistem penanaman tumbuhan di atap (yang disebut “Atap hijau”) bermula dari peletakkan rumput-rumputan pada bangunan tradisional di daerah Iceland. Dengan dipengaruhi oleh pergerakan hijau (green movement), gerakan pencinta lingkungan pada tahun 1960, pemakaian atap hijau mulai berkembang dalam skala yang lebih besar. Penghijauan atap bangunan sudah lama dikembangkan dengan baik di Negara Swiss dan Jerman. Sampai dengan tahun 1996, lebih dari 3.2 juta (ft²) dari atap hijau telah dibangun di Negara Jerman, dan satu dari 10 atap datar untuk bangunan-bangunan telah menerapkan konsep vegetasi bahkan banyak kota di Swiss menerapkan peraturan dimana mengharuskan pembangunan untuk menggantikan area hijau yang tertutupi oleh bangunan baru dengan atap hijau (PortPhilip, 1998). Media pertumbuhan merupakan salah satu syarat utama untuk tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pada umumnya tanaman rooftop garden akan tumbuh baik pada tanah kompos, sedangkan ketebalan media tanam bagi tanaman semak dan groundcover sekitar 0,3 - 0,5 m (Joseph, 1996). Pada umumnya lapisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah. Tebalnya lapisan atas tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan 1 yang lainnya akan menunjukkan perbedaan atau kekhususan yang mencolok. Lapisan atas tanah (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 cm – 35 cm merupakan tanah yang relatif lebih subur serta merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman yang akan kita budidayakan (Sutedjo et.al, 1988). Pemilihan tanaman untuk atap bertanaman sangat penting, umumnya beberapa kriteria pemilihan tanaman adalah sebagai berikut: toleran terhadap tekanan lingkungan, struktur tanaman yang kompak, berukuran kecil, daun dan buah tidak mudah gugur dan memiliki daya tarik. Beberapa jenis tanaman yang pernah digunakan dalam penelitian yaitu: beberapa jenis tanaman sekulen, semak, palem/cycas dan pohon. Untuk menambah nilai ekonomi juga digunakan beberapa tanaman pertanian misalnya: selada, kangkung, bayam, tomat, ketimun dan lain-lain (Joseph, 1996). Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, tanaman bayam tersebar di seluruh wilayah nusantara. Data hasil survei produksi tanaman sayuran Indonesia (BPS, 1991) memperjelas bahwa luas panen bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersil yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produksi bayam nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2 m dpl, serta memiliki kemampuan tumbuh di daerah panas dan dingin. Bayam juga merupakan salah satu tanaman pertanian yang penting sebagai sumber gizi masyarakat. Menurut Rukmana (1994) bayam merupakan sayuran penting dan banyak digemari masyarakat, karena mempunyai kandungan gizi 2 yang tinggi. Tanaman bayam ada yang tumbuh liar di hutan-hutan, dan sebagian lagi mulai dibudidayakan di tegalan, pekarangan, sepanjang endapan lumpur atau sungai, dan ada pula yang ditanam dalam pot. Walaupun bisa tumbuh dibeberapa tempat yang tepat tapi masalah yang muncul adalah ketersediaan lahan pertanian yang ada di perkotaan yang sangat terbatas. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan pengetahuan dan teknik budidaya yang tepat sesuai dengan daya dukung agroekosistemnya yaitu dengan memanfaatkan lahan kosong yang berada di atas gedung bertingkat yang pada umumnya berada di daerah perkotaan (Suwandi. dkk, 1995). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimanakah pertumbuhan bayam (Amaranthus tricolor L) pada experimental boxes dengan berbagai variasi ketebalan media ? 2. Pada ketebalan media tanam berapakah diperoleh pertumbuhan optimum tanaman bayam yang sesuai pada experimental boxes? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L) dengan variasi ketebalan media pada experimental boxes. 2. Menentukan ketebalan media yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. 3 D. Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan tanaman yang sesuai, berbasis lingkungan, kesehatan, ekonomi, serta efek positif untuk rooftop garden dan pengurangan suhu ruangan di bawahnya. 2. Mengetahui ketebalan media yang efektif sehingga pertumbuhan bayam bekerja secara optimal. 3. Mewujudkan lingkungan perkotaan yang asri dan hijau untuk bangunan bertingkat pada khususnya. 4. Mengetahui jenis tanaman pertanian organik yang tepat guna dan ekonomis sebagai rooftop garden. 4