BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang unik, yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit mengalami dampak dari hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada psikologis dan fisik pada anak. Tekanan psikologis pada anak meliputi rasa cemas, takut, marah, kekecewaan, kesedihan, malu atau merasa bersalah. Tekanan fisik yang dialami anak meliputi sulit tidur dan imobilisasi terhadap rangsangan sensorik yang mengganggu seperti nyeri, suhu ekstrim, suara keras, cahaya terang atau gelap (Wong, 2008). Menurut Pelander dan Leino-Kilpi (2010) anak-anak yang dirawat di rumah sakit merasa gejala penyakit, pemisahan dalam lingkungan seperti dilakukan perawatan fisik, pengobatan menganggap hal tersebut tidak menyenangkan. Menurut Hockenberry dan Wilson (2007) penyebab utama anak mengalami stress pada masa rawat inap atau hospitalisasi adalah pemisahan dari orang tua dan orang yang dicintai, takut terhadap orang yang tak dikenal, kehilangan kontrol dan otonomi, cedera tubuh yang menyebabkan ketidaknyamanan, 1 2 nyeri, dan rasa takut akan kematian. Reaksi anak-anak terhadap krisis ini juga dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit , pemisahan, atau rawat inap. Selain itu, mekanisme koping anak, keseriusan diagnosis dan sistem dukungan yang tersedia juga mempengaruhi reaksi anak terhadap hospitalisasi. Dalam mengatasi dampak dari hospitalisasi anak, perawat menggunakan pelayanan yang tidak menimbulkan trauma yang disebut dengan atraumatic care. Atraumatic care adalah pelayanan perawatan yang diberikan oleh petugas penyediaan perawatan terapi dalam pengaturan dan penggunaan intervensi yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan tekanan psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga (Wong, 2008). Dalam perawatan anak sakit, anak tidak hanya dipandang sebagai pasien tetapi keluarga juga sebagai pasien. Dalam proses asuhan keperawatan, memberikan perawatan dengan prinsip keluarga sebagai pasien merupakan hal yang sangat efektif (Hockenberry dan Wilson, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Al-Akour, Gharaibeh dan AlSallal (2012) menyatakan peran orang tua dalam pelaksanaan dukungan keperawatan oleh ibu di Yordania merupakan hal yang sangat penting, tetapi hal tersebut juga dipengaruhi oleh 3 tingkat pendidikan dan persepsi tentang dukungan keperawatan. Penelitian yang dilakukan Lima, Rocha, Scochi, dan Callery (2001) mengatakan di Brazil didapati bahwa kekuatan dari hubungan antara orangtua dan anak akan memberikan dampak yang baik terutama pada emosional anak, sehingga anak akan merasa lebih tenang dengan adanya keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan proses keperawatan. Orang tua yang menyediakan dukungan secara emosional terbukti dapat membuat percaya diri pada orang tua dalam merawat anaknya, sehingga akan mengurangi jumlah dan lamanya perawatan rumah sakit (Callery, 1997). Sebuah penelitian yang dilakukan Aein, Alhani, Mohammadi, dan Kazemnejad (2009) mengatakan salah satu yang mempengaruhi orang tua dalam memberikan dukungan pada anak adalah kultur budaya. Di Iran, orang tua terkadang melakukan tindakan keperawatan sendiri tanpa bernegosiasi dengan perawat terlebih dahulu. Hal tersebut dapat membuat dampak negatif bagi kualitas pelayanan, karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan perawat. Oleh karena itu, perawat sangat diharapkan dapat memberikan dukungan pada orang tua dan orang tua dapat percaya diri untuk membantu memberikan dukungan pada anaknya. 4 Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat praktik klinik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga, di bangsal anak, Ruang Anggrek, perawat telah menerapkan prinsipprinsip atraumatic care antara lain menggunakan seragam yang tidak hanya warna putih, tetapi juga diselingi dengan baju yang berwarna seperti warna biru maupun baju batik, ruangan yang memiliki lukisan dan gambar-gambar kartun yang biasanya disukai anak, serta melibatkan orang tua dalam melakukan tindakan. Bertolak belakang dengan usaha tersebut, orang tua malah terkadang memberikan gertakan dan pernyataan yang menakut-nakuti anaknya bahwa jika menangis, akan disuntik dokter atau perawat. Hal ini memungkinkan hasil yang diharapkan dari atraumatic care menjadi tidak optimal, seperti yang tampak pada observasi yang menunjukkan bahwa pasien anak tetap saja takut ditandai dengan menangis ketika melihat perawat maupun pada saat diberikan tindakan seperti mengukur tanda-tanda vital (TTV), menanyakan keadaan dan keluhan untuk kesekian kalinya. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi yang dialami oleh anak memiliki dampak buruk maupun baik. Dalam mengatasi dampak buruk yang mengganggu anak, tenaga kesehatan melakukan perawatan dengan prinsip atraumatic care, yaitu suatu tindakan 5 keperawatan yang dilakukan tanpa menimbulkan trauma maupun dapat mengurangi trauma pada anak. Salah satunya adalah melibatkan orang tua. Tetapi dari hasil pengamatan peneliti pada saat praktik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga, beberapa orang tua menanamkan kepada anak bahwa dokter atau perawat adalah seseorang yang menakutkan bagi anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Dukungan Keluarga Terhadap Pelaksanaan Atraumatic Care pada anak yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana dukungan keluarga terhadap pelaksanaan atraumatic care pada anak yang dirawat di ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali dukungan keluarga terhadap pelaksanaan atraumatic care pada anak selama hospitalisasi di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. 6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan hubungannya konsep dengan atraumatic dukungan care keluarga dan serta memberikan kontribusi baru dalam bidang keperawatan saat memberikan asuhan keperawatan. 1.4.2 Secara Praktis i. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam implementasi atraumatic care pada pasien anak maupun keluarga pasien selama hospitalisasi di rumah sakit. ii. Bagi perawat Memberikan informasi tambahan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat, terutama dalam meningkatkan aplikasi konsep atraumatic care dan memberikan pengetahuan orang tua tentang dukungan keluarga secara spesifik. 7 iii. Bagi pasien anak selama hospitalisasi Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak yang positif bagi anak sebagai klien sehingga trauma pada anak dapat diminimalisir bahkan dihilangkan dan mengarahkan persepsi anak tentang hospitalisasi menjadi suatu hal yang tidak ditakuti lagi. iv. Bagi orang tua pasien anak selama hospitalisasi Orang tua dapat lebih mengerti dan memahami kondisi stress anak dan juga dapat mengarahkan persepsi orang tua agar dapat membantu dan memberikan dukungan terhadap proses keperawatan di rumah sakit untuk meminimalkan trauma pada anaknya. 1.5 Batasan Penelitian Dalam prinsip atraumatic care terlalu luas untuk dibahas secara keseluruhan oleh karena itu peneliti membatasi penelitian tentang dukungan keluarga yang ditinjau dari segi orangtua/primary caregiver saja.