13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Atraumatic care 1. Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Atraumatic care
1. Definisi
Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapeutik yang
dilakukan oleh perawat dengan menggunakan intervensi melalui cara
mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami
oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan ( Supartini,
2009). Dalam Wong (2008) menyebutkan bahwa atraumatic cara
berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari
setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk
mencegah atau meminimalisir stress psikologi dan fisik.
Prosedur perawatan menyangkut tempat pemberian perawatan,
misal di rumah, rumah sakit, klinik ataupun tempat kesehatan yang lain.
Personel menyangkut hal orang yang terlibat langsung dalam pemberian
terapi atau tindakan. Intervensi melingkupi cakupan psikologi seperti
intervensi kejiwaan, yang mengijinkan orang tua dan anak dalam satu
ruangan. Tekanan psikologi menyangkut, takut, marah, rasa malu,
kecemasan, rasa sedih, kecewa, dan rasa bersalah. Adapun rentang tekanan
psikologi antara lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga
terganggu ransangan sensori seperti rasa sakit, kenaikan suhu, suara
bising, cahaya lampu, ataupun kegelapan.
13
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
2. Prinsip atrumatic care
Menurut Azis, A (2005) mengatakan untuk mencapai perawatan
tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan perawat antara lain :
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan anak dengan keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan
psikologis seperti ketakutan, kecemasan, dan kurangnya kasih sayang.
Gangguan ini akan menghambat proses dari penyembuhan anak dan
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
anak, melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkam
anak mampu mandiri dalam kehidupannya, anak akan selalu berhatihati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada
dalam segala hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan
keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya.
c. Mencegah dan mengurangi (injury) nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan
pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat menggangu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan
menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam
kehidupan anak. Apabila terjadi pada anak dalam proses tumbuh
kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat,
dengan demikian tindakan pada anak sangat tidak dianjurkan karena
akan memperberat kondisi anak.
Dalam Wong (2008) tujuan mencapai perawatan atraumatic care
adalah pertama, jangan menyakiti. Sehingga terdapat tiga prinsip kerangka
kerja untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu, mencegah atau meminimalkan
perpisahan anak dari orangtua, meningkatkan kontrol diri, mencegah atau
meminimalkan
cedera
tubuh.
Contoh
dari
peningkatan
tindakan
atraumatic care menyangkut mengorganisir hubungan orangtua dengan
anak selama hospitalisasi, persiapan anak sebelum tindakan atau prosedur
yang tidak menyenangkan, mengontrol rasa nyeri, mengijinkan privasi
anak, alihkan dengan bermain untuk menghindarkan rasa takut (Ranita,
2011). Karena anak akan stress dan gelisah serta tidak tenang berada di
rumah sakit tanpa orangtua di sampingnya, orangtua pun merasa semakin
stress. Stress psikologi pada orang tua dapat berupa perhatian terhadap
nasib anak mereka, lamanya tinggal di rumah sakit, ketidak mampuan
berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan, dan tidak
adekuatnya pengetahuan dan pemahaman tentang situasi kondisi penyakit.
Seiring waktu berlalu, orientasi pelayanan keperawatan anak
berubah menjadi rooming in, yaitu orangtua boleh tinggal bersama
anaknya di rumah sakit selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan
mempersiapkan anak dan orangtuanya sebelum dirawat di rumah sakit.
Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orang tua menjadi sangat
penting untuk dilakukan perawat. Kerja sama antara orang tua dan tim
kesehatan dirasakan besar manfaatnya dan orang tua tidak hanya sekedar
pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya
keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya di rumah sakit. Begitu
juga keberadaan orang tua terutama kelompok orang tua yang anaknya
mempunyai jenis penyakit yang sama ternyata dapat membuat orang tua
lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan
psikologis sehingga diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim
kesehatan.
The American Pain Society (2000) menyebutkan “nyeri : lima
tanda vital” yang berarti harus mendapat perhatian dari pada perawat
kesehatan profesional. Rasionalisasinya karena nyeri akan berhubungan
dengan peningkatan tanda-tanda vital sehingga prinsip dari tindakan
perawatan nyeri adalah memeriksa tanda-tanda vital pasien setiap saat,
misalnya nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan. Karena nyeri
berhubungan dengan sensori dan emosional, maka digunakanlah strategi
penilaian kualitatif dan kuantitatif.
Istilah yang digunakan untuk
menanyakan nyeri pada anak dengan menggunakan pertanyaan, seperti
menanyakan anak, gunakan skala nyeri, evaluasi perubahan psikologi dan
tingkah laku, libatkan orangtua, cari penyebab nyeri, dan ambil tindakan
dan evaluasi hasil nyeri (Baker dan Wong, 2008).
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
Ucapan yang keluar secara verbal dari anak adalah indikator dari
nyeri (Acute Pain Management Guideline Panel, 1992). Anak tidak mengenal
arti kata nyeri dan sering mengungkapkan dengan kata-kata yang biasa
diucapkan, seperti “owie”, ”boo boo”, “aduh”, “ouh”. Ketika menanyakan
rasa nyeri pada anak, perawat harus ingat bahwa anak mempercayai bahwa
ketika mereka mendapat suntikan adalah suatu hukuman sehingga mereka
sangat membutuhkan orang tua untuk menemaninya. Menggunakan skala
nyeri adalah suatu manajemen pengukuran kuantitatif dari pasien. Evaluasi
perubahan psikologi dan tingkah laku adalah indikator dan reaksi nonverval
dari anak. Respon perubahan perubahan nyeri pada anak diikuti sesuai umur
dan perkembangan. Pada anak infan reaksi itu berupa gerakan reflek pada
daerah yang teransang, menangis kuat, ekspresi wajah marah, dan gerakan
yang tidak berhubungan dengan rasa ransangan nyeri. Pada anak selalu
menangis kuat, berteriak, ungkapan verbal seperti, “ow”, “ouch”, “aduh”,
mengayunkan tangan dan lengannya, menolak dengan mendorong, tak
kooperatif, permintaan penundaan tindakan, memohon pada orangtua,
perawat, atau orang yang dikenal. Pada masa usia sekolah biasanya anak
akan mengungkapkan tingkah laku bertahan, dan mengucapkan kata “tunggu
sebentar” atau “saya belum siap”, juga menunjukkan kekakuan otot seperti
gigi ditutup rapat, mata ditutup dan kening berkerut. Pada masa remaja
sikap adanya protes dan gerakan berkurang, dan sering mengungkapan kata
“sakit”, “kamu menyakitiku” dan meningkatnya kontrol otot dan tubuh.
Evaluasi perubahan psikologi dan tingkah laku adalah ungkapan nonverbal
dari anak. Tingkah laku yang ditunjukkan seperti menarik telinga, berbaring
miring pada satu sisi dengan kaki ke arah perut yang sakit dan menolak
menggerakkan badan. Respon psikologi termasuk hipertensi, takikardi,
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
kurangnya saturasi oksigen dan dilatasi pupil. Skala yang sering digunakan
adalah ekspresi wajah, menangis, denyut jantung, pernapasan, saturasi
oksigen, dan pergerakan tubuh. Melibatkan orang tua adalah penting karena
mereka sumber utama informasi bagaimana keadaan nyeri anak mereka
dan memegang kunci perawatan anak mereka. Orang tua sangat sensitif
terhadap perubahan yang terjadi pada anak mereka dan seringkali ingin
ikut terlibat bila anak mereka sakit. Anak-anak akan merasa nyaman dengan
kehadiran orang tua apabila mereka merasa sakit. Mencari penyebab nyeri
pada anak adalah dengan menggunakan pathologi, karena pathologi dapat
memberikan kunci penyebab intensitas dan tipe nyeri. Ambil tindakan dan
evaluasi hasil adalah menyembuhkan nyeri, hal yang utama menghilangkan
nyeri adalah tindakan pharmakologi atau dengan non pharmakologi.
3. Prosedur yang Berhubungan Dengan Mempertahankan Keamanan
Dibawah
ini
merupakan
menurut
prosedur-prosedur
yang
berhubungan dengan mempertahankan keamanan menurut Wong (2008)
dalam Kurniawati (2009), yaitu:
a. Memastikan bahwa tindakan penjagaan keamanan lingkungan sudah
dilakukan misalnya: kebiasaan tidak merokok, pencahayaan baik, dan
laintai tidak licin dan lain-lain.
b. Tempat tidur pasien ambulasi dikunci pada ketinggian yang
memungkinkan akses mudah ke lantai.
c. Memberi tempat bagi anak yang dapat memanjat di atas sisi tempat
tidur yang dirancang khusus yang bagian atsnya ditutupi dengan
jaringan pengaman. Ikatkan jaringan tersebut ke kerangka tempat tidur
untuk bersiap-siap jika terjadi suatu kegawatan.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
d. Mengkaji keamanan mainan yang dibawa ke rumah sakit dengan orang
tua dan menentukan apakah mainan tersebut sesuai dengan usia dan
kondisi anak.
e. Menjaga selalu anak yang berada di boks atau tempat tidur yang
pagarnya tidak terpasang dengan mempertahankan kontak mata
dengan punggung dan abdomen agar anak tidak terguling, merangkak
atau melompat dari boks atau tempat tidur yang ada.
B. Kepuasan
1. Definisi
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk
dengan harapannya (Nursalam, 2011).
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu
produk atau jasa dan harapan-harapan, sedangkan kepuasan pasien adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil)
yang dia rasakan dibanding dengan harapanny (Kotler, 2007).
Tjiptono (2006) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidakpuasan
merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian
kinerja/tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
harapan. Hal ini juga dinyatakan oleh Sugito (2005) yang menyebutkan
bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja di bawah harapan maka
pelanggan akan kecewa.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
2. Indikator kepuasan
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif
dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi
penilaian sebagai berikut :
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai
mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan.
c. Assurance
(jaminan),
yaitu
kemampuan
petugas
memberikan
pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah kejelasan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang
penyakit dan obatnya kepada pasien
d. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan,
perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara,
keikutsertaan pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan
kebebasan pasien memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta
kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya.
e. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik
yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah kebersihan ruangan pengobatan dan toilet.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
3. Macam kepuasan
Secara umum macam kepuasan ada dua yaitu kepuasan yang
mengacu pada ketersediaan pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan. Kepuasan yang lainnya yaitu kepuasan yang hanya mengacu
pada kenyamanan pasien. Efektifitas pelayanan serta keamanan tindakan
(Azwar, 2008).
Pada dasarnya kepuasan merupakan hal yang bersifat individu.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu, maka
akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya (Marpuah, 2005).
4. Aspek-Aspek Kepuasan
Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang
sangat penting bagi kelangsungan kerja suatu rumah sakit. Kepuasan
pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Penilaian subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu,
pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu
itu. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu :
a. Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit, kebersihan rumah
sakit, kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan
yang dimakan pasien, dan peralatan yang tersedia dalam ruangan.
b. Aspek hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi
keramahan petugas rumah sakit terutama perawat, informasi yang
diberikan oleh petugas rumah sakit, komunikatif, respontif, suportif,
dan cekatan dalam melayani pasien.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
c. Aspek kompetensi teknis petugas, meliputi keberanian bertindak,
pengalaman, gelar, dan terkenal.
d. Aspek biaya, meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh
pasien, dan ada tidaknya keringanan yang diberikan kepada pasien
(Sabarguna, 2004).
5. Alat Ukur Kepuasan
Tingkat kepuasan pasien dapat diukur baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatifdan banyak cara mengukur tingkat kepuasan
pasien. Berbagai pengalamamn pengukuran tingkat kepuasan pasien
menunjukkan bahwa upaya untuk mengukur tingkat kepuasan pasien tidak
mudah. Hal tersebut karena upaya untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengukur tingkat kepuasan pasien akan berhadapan
dengan suatu kendala kultural, yaitu terdapatnya suatu kecenderungan
masyarakat yang enggan atau tidak mau mengemukakan kritik, apalagi
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Seperti yang
diketahui saat ini, sebagian besar fasilitas layanan kesehatan yang
digunakan masyarakat dari golongan strata bawah adalah fasilitas layanan
kesehatan milik pemerintah (Wahyudi, 2009).
Menurut Kotler (2007), kepuasan pelanggan dapat diukur dengan
berbagai macam cara yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran.
Setiap organisasai yang berorientasi pada pelanggan memberikan
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Hal ini juga
dapat dilakukan dengan cara meletakkan kotak saran di koridor,
menyediakan kartu komentar untuk diisi pasien yang akan keluar, dan
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
mempekerjakan staf khusus untuk menangani keluhan pasien. Dapat
juga menyediakan hot lines bagi pelanggan dengan gratis, juga dapat
menambah web pages dan e-mail untuk melaksanakan komunikasi dua
arah. Informasi tersebut merupakan sumber gagasan yang baik yang
meyakinkan pelayanan kesehatan dapat bertindak dengan cepat dalam
rangka menyelesaikan masalah.
b. Belanja siluman
Perusahaan dapat membayar orang untuk bertindak sebagai pembeli
potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan
kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan
produk pesaing. Para pembelanja siluman itu bahkan dapat
menyampaikan masalah tertentu untuk menguji apakah staf penjualan
perusahaan menangani situasi tersebut dengan baik. Para manager
sendiri kadang harus meninggalkan kantor mereka, untuk melihat
situasi penjualan perusahaan dimana mereka tidak dikenal, dan
mengalami sendiri secara langsung perlakuan yang mereka terima
sebagai pelanggan. Variasi dari cara ini adalah manajer menelepon
perusahaan mereka sendiri dengan berbagai pertanyaan dan keluhan
untuk melihat bagaimana panggilan telepon itu ditangani.
c. Analisis pelanggan yang hilang
Perusahaan
harus
menghubungi
pelanggan
yang
berhenti
menggunakan jasa rumah sakit untuk mengetahui sebabnya. Bukan
hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan tingkat
kehilangan pelanggan juga penting. Peningkatan customer loss rate
menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
d. Survai kepuasan pelanggan
Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan
penelitian survey, baik survey melalui pos, telepon, maupun
wawancara pribadi. Melalui survey perusahaan akan memperoleh
tanggapan dan umpan balik secara secara langgsung dari pelanggan
dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh
perhatian terhadap para pelanggannya. Berbagai cara pengukuran
survey dapat dilakukan antara lain:
1) Pengukuran secara langsung (direct reported satisfaction).
Pasien diberi pertanyaan secara langsung dan dibuat skala untuk
menjawabnya. Contoh: puas, kurang puas, tidak puas.
2) Derived satisfaction.
Pasien diberi pertanyaan mengenai seberapa besar pelanggan
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang
mereka rasakan.
3) Problem analysis.
Responden diminta untuk menuliskan masalah yang dihadapi dan
perbaikan yang disarankan pelanggan.
4) Importance rating.
Responden diminta untuk membuat rangking dari berbagai elemen
pelayanan Ukuran pembuatan rangking ini didasari oleh derajat
pentingnya setiap bagian dan seberapa baik kinerja perusahaan
dalam masingmasing elemen.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
6. Faktor yang mempengaruhi kepuasan
Menurut Trisnantoro (2005) dalam Nilaika (2012) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah sebagai berikut:
a. Gambaran lingkungan dan sturktural, misalnya adalah rambu-rambu
dan petunjuk yang jelas, kenyamanan yang mudah didapat dari
tersedianya bangku tunggu yang cukup.
b. Pelayanan kamar, misalnya kebersihan ruangan.
c. Hubungan interpersonal, misalnya apakah petugas mempunyai kehangatan
dan keramahan didalam memberikan pelayanannya kepada pasien.
d. Kompetensi klinis dari penyedia layanan kesehatan, misalnya
kemampuan staff dan petugas untuk menunjukkan ketrampilan dalam
tugas teknis, menyediakan informasi yang akurat dan penuh ketelitian.
e. Tarif pelayanan yang dapat dijangkau oleh pelanggan atau pasien.
f. Adanya promosi yang sehat dengan para pasien rumah sakit yang lain,
agar para pelanggan dapat memberikan persepsi tentang citra yang
baik bagi rumah sakit.
Sedangkan menurut Yazid dalam Nursalam (2011), faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien yaitu:
a. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
b. Layanan selama proses menikmati jasa
c. Perilaku personel
d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan
e.
Cost atau biaya
f. Promosi atau iklan yang sesuai dengan kenyataan.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
7. Indeks Kepuasan Pasien
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: Kep/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Instansi Pemerintah yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangan kinerja unit pelayanan didalam instansi
pemerintah.
Dalam penyusunan IKM digunakan kuesioner sebagai alat bantu
pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Kuesioner
disusun berdasarkan tujuan survei terhadap tingkat kepuasan masyarkat.
Kuesioner dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu :
Bagian
1 : Identitas responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan
dan pekerjaan yang berguna untuk menganalisis profil
responden.
Bagian
2 : Identitas pencacah, berisi data pencacah (apabila kuesioner
diisi oleh masyarakat,bagian ini tidak di isi).
Bagian
3 : Mutu
pelayanan
pelayanan
publik
yang memuat
adalah
pendapat
kesimpulan
atau
penerima
pendapat
responden terhadap unsur-unsur pelayanan yang dinilai.
Setelah data dari responden terkumpul, maka nilai indeks kepuasan
masyarakat yang diperoleh, dapat dikonversikan sesuai dengan tabel berikut.
Nilai
Persepsi
1
2
3
4
Nilai Interval
IKM
1,00 – 1,75
1,76 – 2,50
2,51 – 3,25
3,26 – 4,00
Nilai interval
konversi IKM
25,00 – 43,75
43,76 – 62,50
62,51 – 81,25
81,26 – 100,00
Mutu
Pelayanan
D
C
B
A
Kinerja Unit
Pelayanan
Tidak baik
Kurang baik
Baik
Sangat baik
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
C. Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan
krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah
sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak
mengalami stress atau gangguan psikologis akibat perubahan baik
terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan
kehidupan sehari-hari, anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanismme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian
yang bersifat menekan. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak,
yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2008).
Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan
stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga medis
lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampinginya. Peran
perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak dan bayi
adalah sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stress hospitalisasi
dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan. Stress yang utama selama mengalami hospitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kontrol, adanya luka di tubuh, dan rasa sakit. Reaksi
setiap anak terhadap krisis ini adalah dipengaruhi oleh perkembangan
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
umur, pengalaman mereka terhadap penyakit, perpisahan ataupun
hospitalisasi, kemampuan koping, keseriusan penyakit, dan tersedianya
sistem pendukung. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua
menjadi stress pula, dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak
semakin meningkat (Supartini, 2009). Terutama pada mereka yang baru
pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang tua
yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial dari keluarga, kerabat,
bahkan petugas kesehatan akan menunjukkan perasaan cemasnya, dan
ketakutan akan kehilangan anaknya. Penelitian lain menunjukkan bahwa
pada saat mendengarkan keputusan dokter tentang diagnosis penyakit
anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stress orangtua.
2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
a. Cemas karena perpisahan
Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia
pertengahan sampai anak periode prasekolah, khususnya anak yang
berumur 16 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga (3)
tahap, antara lain seperti tahap protes, observasi yang dilakukan
selama masa usia infant adalah menangis, berteriak, mencari
orangtuanya dengan menggunakan matanya, memanggil orangtuanya,
menghindar dan menolak berhubungan dengan orang asing. Perilaku
tambahan yang diobservasi selama masa todler adalah secara verbal,
anak menyerang dengan rasa marah seperti mengatakan “pergi”,
memaksa orangtuanya untuk tetap tinggal. Perilaku ini dapat
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Perilaku protes
tersebut, seperti menangis, akan terus berlanjut dan hanya akan
berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing
yang tergesa gesa akan meningkatkan protes. Tahap putus asa, tahap
ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang
berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak
mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya, mengompol,
mengisap jempol jari). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan
karena anak menolak untuk makan, minum, atau bergerak. Tahap
menolak, pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima
perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan
membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan
gembira, fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan
orangtua.
b. Kehilangan kendali
Balita
biasanya
berusaha
sekuat
tenaganya
untuk
mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku
mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan
interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of daily
living-ADL), dan komunikasi. Balita telah mampu menunjukkan
kestabilan dalam mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan
kegiatan-kegiatan rutin seperti tersebut di atas. Akibat sakit dan di
rawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan
egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan
menimbulkan regresi.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
c. Luka pada tubuh dan rasa sakit
Konsekwensi dari rasa takut dapat dijabarkan secara berbeda,
seperti orang dewasa yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam
hal rasa takut dan nyeri berbeda dengan anak yang berusaha untuk
menghindari dari rasa nyeri dalam hal pengobatan medis.
Reaksi balita terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih
bayi, namun jumlah variabel yang mempengaruhi responnya lebih
kompleks dan bermacam macam. Anak akan bereaksi terhadap nyeri
dengan
menyeringaikan
wajah,
menangis,
mengatupkan
gigi,
menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan
tindakan yang agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau
berlari keluar.
d. Reaksi stressor keluarga dan yang anaknya di hospitalisasi
Hospitalisasi dan krisis dari penyakit anak mempengaruhi
setiap keluarga dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktorfaktor tersebut dapat terjadi pada keluarga, seperti :
1) Orangtua
Adapun faktor reaksi dan stressor tersebut dapat berupa
tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya
terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit, prosedur pengobatan,
sistem
pendukung
yang
tersedia,
kekuatan
ego
individu,
kemampuan dalam penggunaan koping, dukungan dari keluarga,
kebudayaan dan kepercayaan, komunikasi dalam keluarga, seperti
penolakan/ketidakpercayaan,
marah
atau
merasa
bersalah,
ketakutan, kecemasan, dan frustasi, serta depresi.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
2) Reaksi Saudara Kandung
Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit, seperti
merasa kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci, dan
merasa bersalah. Hal ini disebabkan orangtua lebih mencurahkan
perhatian pada anak yang sakit.
3) Penurunan Peran Anggota Keluarga
Dampak
dari
perpisahan
mempengaruhi
peran
dari
orangtua, karena orangtua mencurahkan perhatian pada anak yang
sakit, dan ini mengembangkan sikap tidak adil. Respon itu
biasanya tidak disadari dan tidak disengaja. Orangtua sering
menyalahkan perilaku saudara kandung sebagai antisosial karena
sikap cemburu dan merasa tidak diperhatikan. (Supartini, 2009)
menyebutkan reaksi-reaksi tersebut di atas bersifat individual, dan
sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang
tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
D. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka teori penelitian ini dapat
digambarkan seperti berikut dibawah ini:
Atraumatic care
1. Tangible
2. Reliability
3. Responsiv
eness
4. Assurance
5. Emphaty
Kepuasan
Faktor
faktor
kepuasan
menurut Yazid dan Nursalam
(2011)
1. Kesesuaian antara harapan
dan kenyataan
2. Layanan selama proses
menikmati jasa
3. Perilaku personel
4. Suasana dan kondisi fisik
lingkungan
5. Cost atau biaya
6. Promosi atau iklan yang
sesuai dengan kenyataan.
Prinsip atraumatic care:
a. Mencegah dampak
perpisahan dengan
orang tua.
b. Meningkatkan
kemampuan dalam
mengontrol
perawatan anak.
c. Mencegah
dan
mengurangi cidera.
d. Tidak
melakukan
kekerasan
pada
anak
Faktor faktor kepuasan menurut
Trisnantoro (2005) dalam Nilaika
(2012) yaitu :
a. Gambaran
lingkungan
dan
struktural.
b. Pelayanan kamar
c. Hubungan interpersonal.
d. Kompetensi klinis dari penyedia
pelayanan kesehatan.
e. Tarif pelayanan yang dapat
dijangkau oleh pelanggan.
f. Adanya promosi yang sehat
dengan para pasien rumah sakit
yang lain.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Yazid dan Nursalam (2011), Trisnantoro (2005)
dalam Nilaika (2012), Azis, A (2005), Supardi (2008)
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian sebagai beriku :
Input
(Variabel Independen)
Output
(Veriabel Dependen)
Atraumatic care
Kepuasan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang
diteliti.
Hipotesis
mempunyai
karakteristik
sebagai
berikut
harus
mengekspresikan hubungan antara dua varibel atau lebih, harus dinyatakan
secara jelas dan tidak bermakna ganda, harus dapat diuji, maksudnya ialah
memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat
dievaluasi berdasarkan data.
Berdasarkan landasan teori dan dan kerangka konsep penelitian, maka
rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara atraumatic care dengan kepuasan
orang tua selama anak mengalami hospitalisai di ruang Cempaka
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata.
Ha : Terdapat hubungan antara atraumatic care dengan kepuasan orang tua
selama anak mengalami hospitalisai di ruang Cempaka RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata.
Hubungan Atraumatic Care..., Iis Fetianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download