Full Text - EJournal Stikes PPNI Bina Sehat Mojokerto

advertisement
GAMBARAN RESPON STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIA 2 – 3 TAHUN
DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO
Indah Lestari, Dwi Ayu Lestari
Akper Bina Sehat PPNI
ABSTRAK
Hospitalization is a process that is for a reason that is planned or emergency, requiring the
child to stay in the hospital, establish treatment and care until their return back home. The
reaction of children to hospitalization is the child will lose control function, with the loss of
control functions with respect to motor function. The purpose of this study was to determine
how the image of the stress response of children aged 2-3 years when undergoing
hospitalization. In a study using descriptive methods. The study population was all pediatric
patients treated in RSU Dr. Kertawijaya Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto amounted to 20
children. These samples included 20 children taken using consecutive sampling. Data
sources using primary data, as data collection using observation techniques and instruments
using observation sheet. Data analysis techniques using frequency distribution. The result
showed on the first day of hospitalization stress response in children more at this stage of
protest and despair that is each numbered nine children, while that to the extent there are
only two children refused. On the second day there is a decrease in the stage protests to 4
children, while the stage remains desperate 9 children and at the stage of refusing to rise to 7
children. On the third day decline again on stage protests to 2 chldren, while the stage
remains desperate 9 children and at the stage of refusing to rise to 9 anak.Responden
average research experience changes the stress response on the first day of hospitalization,
second and third. The response of hospitalization of children are influenced by age, gender
and experience in the hospital.
Keywords: 2-3 Years Childhood, Hospitalization, Stress Response
dan penuh dengan stress (Yupi, 2004).
PENDAHULUAN
Hospitalisasi
merupakan
suatu
Anak akan menunjukkan perilaku sebagai
proses yang karena suatu alasan yang
reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi.
berencana atau darurat, mengharuskan
Selama proses ini bukan anak saja tetapi
anak untuk tinggal di rumah sakit,
orang tua juga mengalami kebiasaan asing,
menjalin terapi dan perawatan sampai
lingkungan yang asing. Sakit dan dirawat
pemulangannya kembali kerumah. Selama
di rumah sakit merupakan krisis utama
proses tersebut, anak dan orang tua dapat
yang tampak pada anak. Jika seorang anak
mengalami
yang
dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut
menurut beberapa penelitian ditunjukkan
akan mudah mengalami krisis karena anak
dengan pengalaman yang sangat traumatik
mengalami stress akibat perubahan status
berbagai
kejadian
kesehatannya maupun lingkungan dan
dikarenakan kemampuan kopping yang
kebiasaan sehari-harinya.
digunakan oleh orang dewasa pada anak –
Reaksi anak terhadap hospitalisasi
adalah
anak
akan
kehilangan
anak belum berkembang secara sempurna.
fungsi
Kondisi anak yang dirawat di rumah sakit
kontrol, dengan adanya kehilangan fungsi
saat ini banyak mengalami masalah yang
kontrol sehubungan dengan terganggunya
lebih serius dan kompleks dibandingkan
fungsi motorik biasanya mengakibatkan
kejadian hospitalisasi pada tahun tahun
berkurangnya rasa percaya diri pada anak
sebelumnya. Timbul tantangan-tantangan
sehingga tugas perkembangan yang sudah
yang
tercapai dapat terhambat.
mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian
harus
dihadapi
anak,
seperti
Survei Kesehatan Nasional (susenas)
dengan lingkungan yang asing baginya,
tahun 2010 di daerah perkotaan menurut
penyesuaian dengan banyak orang yang
kelompok usia 0 – 4 tahun sebesar 25,8%
mengurusnya,
anak toodler yang dirawat di rumah sakit.
berhubungan dan bergaul dengan anak-
Berdasarkan
anak lain yang sakit serta pengalaman
hasil
studi
pendahuluan
jumlah keseluruhan anak yang dirawat di
ruang anak RSU Dr. Wahidin Sudiro
dan
kerap
kali
harus
mengikuti terapi yang menyakitkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Husodo Kota Mojokerto rata-rata anak
mengetahui
yang
anak
hospitalisasi pada anak usia 2 – 3 tahun di
pertahunnya. Pada tanggal 28 November
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
2014 ada sekitar 15 anak yang dirawat di
Mojokerto.
dirawat
sekitar
150
gambaran
respon
stress
ruang Kertawijaya RSU Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto, dimmana 7 anak
yang berusia toddler mengalami stress
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
hospitalisasi diantaranya ditandai dengan
deskriptif.
Menangis kuat, menjerit, memegang orang
semua pasien anak yang dirawat di ruang
tua, menghindari dan menolak orang asing,
kertawijaya RSU Dr. Wahidin Sudiro
menyerang orang asing secara verbal
Husodo kota Mojokerto berjumlah 20
(“pergi“), menyerang orang lain secara
anak. Sampel penelitian berjumlah 20 anak
fisik (“menendang, menggigit, memukul,
diambil
mencubit “).
sampling. Variabel penelitian adalah stres
Anak
merupakan
populasi
Populasi
penelitian
menggunakan
adalah
consecutive
yang
hospitalisassi pada anak todler. Sumber
sangat rentan terutama ketika mengahadapi
data menggunakan data primer, dengan
situasi yang membuat stress. Hal ini
teknik pengambilan data menggunakan
observasi dan instrumen menggunakan
Tahapan respon stres hospitalisassi pada
lembar
observasi.
menggunakan
analisis
Analisa
data
hari pertama sampai ketiga tampak pada
deskriptif
dan
gambar dibawah ini:
dipaparkan dengan distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN
Pemaparan hasil penelitian tampak pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Distribusi usia responden di
ruang kertawijaya maret-Juni 2015
Gambar 1.1 tahap respon stres anak todler
Berdasarkan tabel 1.1 usia anak terbanyak
hari pertama sampai ketiga di Kertawijaya
adalah 2 tahun
Maret-Juni 2015
Tabel 1.2 Distribusi jenis kelamin
responden di ruang kertawijaya maret-Juni
2015
Berdasarkan gambar 1.1 diketahui bahwa
pada
hari
pertama
respons
stres
hospitalisasi pada anak lebih banyak pada
tahap protes dan putus asa yaitu masingmasing berjumlah 9 anak, sedangkan yang
Berdasarkan
tabel
1.2
jenis
kelamin
responden terbanyak laki laki.
sampai pada tahap menolak hanya terdapat
2 anak. Pada hari kedua terjadi penurunan
pada tahap protes
Tabel
1.3
Distribusi
responden
berdasarkan pengalaman MRS
menjadi 4 anak,
sedangkan tahap putus asa tetap 9 anak
dan
pada
tahap
menolak
meningkat
menjadi 7 anak. Pada hari ketiga terjadi
penurunan lagi pada tahap protes menjadi
Berdasarkan tabel 1.3 sebagian anak MRS
2 anak, sedangkan tahap putus asa tetap 9
pertama dan kedua kalinya.
anak dan pada tahap menolak meningkat
menjadi 9 anak.
Pemaparan
respon
stres
hospitalisasi
berdasarkan usia didapatkan bahwa pada
hari pertama respons stres hospitalisasi
pada anak usia 2 tahun lebih banyak pada
tahap protes yaitu sebanyak 7 anak,
sedangkan pada anak yang berusia 3 tahun
lebih banyak pada tahap putus asa yaitu
sebanyak 5 anak.Pada hari kedua respons
stres hospitalisasi pada anak usia 2 tahun
lebih banyak pada tahap putus asa yaitu
sebanyak 7 anak, sedangkan pada anak
yang berusia 3 tahun lebih banyak pada
tahap menolak yaitu sebanyak 6 anak.Pada
hari ketiga respons stres hospitalisasi pada
anak usia 2 tahun lebih banyak pada tahap
putus
asa
yaitu
sebanyak
7
anak,
sedangkan pada anak yang berusia 3 tahun
lebih banyak pada tahap menolak yaitu
sebanyak 7 anak. Hasil tersebut tampak
pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.3 Tahapan stres hospitalisasi
berdasarkan jenis kelamin anak todler
Berdasarkan gambar 1.3 diketahui
bahwa pada hari pertama respons stres
hospitalisasi pada anak laki-laki lebih
banyak pada tahap putus asa yaitu
sebanyak 8 anak, sedangkan pada anak
yang perempuan lebih banyak pada tahap
menolak yaitu sebanyak 6 anak. Pada hari
kedua respons stres hospitalisasi pada anak
laki-laki lebih banyak pada tahap putus asa
yaitu sebanyak 7 anak, sedangkan pada
anak yang perempuan lebih banyak pada
tahap menolak yaitu sebanyak 5 anak.
Pada hari ketiga respons stres hospitalisasi
Gambar
1.2
Respon
tahapan
stress
hospitalisasi berdasarkan usia anak.
Respon tahapan stres berdasarkan jenis
kelamin anak tampak pada gambar berikut:
pada anak laki-laki lebih banyak pada
tahap menolak yaitu sebanyak 8 anak,
sedangkan pada anak yang perempuan
lebih banyak pada tahap putus asa yaitu
sebanyak 5 anak.
Respon stres hospitalisasi berdasarkan
respons stres hospitalisasi tahap protes
lama dirawat tampak pada gambar berikut:
dialami oleh anak yang MRS pertama kali
dan kedua kali yaitu masing-masing
sebanyak 1 anak, pada tahap putus anak
masih dialami oleh anak yang MRS
pertama kali yaitu sebanyak 5 anak, pada
tahap menolak dialami oleh anak yang
MRS pertama kali yaitu sebanyak 4 anak.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan pada
terjadi peningkatan tahap respons stres
Gambar
1.4
Tahapan
respon
stres
hospitalisasi berdasarkaan lama dirawat
hospitalisasi pada anak dari hari pertama
sampai hari ketiga. Pada hari pertama ratarata
anak
mengalami
seluruh
gejala
Berdasarkan gambar 1.4 dapat diketahui
respons hospitalisasi tahap protes sebesar
bahwa pada hari pertama respons stres
42,5%. Tahap protes yang dialami oleh
hospitalisasi tahap protes dialami oleh
setengah bahkan lebih dari setengah anak
anak yang MRS pertama kali yaitu
adalah memegang orang tua, menghindari
sebanyak 6 anak, pada tahap putus anak
dan menolak orang asing, menyerang
juga dialami oleh anak yang MRS pertama
dengan rasa marah dan menyerang orang
kali yaitu sebanyak 4 anak, pada tahap
asing secara verbal (“pergi “). Respons
menolak dialami oleh anak yang MRS
anak tersebut cukup merepotkan orang tua
kedua dan ketiga kali yaitu masing-masing
dan
1 anak. Pada hari kedua respons stres
merawatnya. Selain itu faktor sakit yang
hospitalisasi tahap protes dialami oleh
dialami (pada penelitian ini lebih dari 80%
anak yang MRS pertama kali dan kedua
adalah febris) membuat kondisi psikologis
kali yaitu masing-masing sebanyak 2 anak,
anak
pada tahap putus anak masih dialami oleh
memperparah respons pada tahap protes.
anak yang MRS pertama kali yaitu
Banyaknya responden pada tahap protes
sebanyak 6 anak, pada tahap menolak
dapat dianggap wajar karena mereka asing
dialami oleh anak yang MRS ketiga kali
dengan lingkungan rumah sakit yang baru
yaitu sebanyak 3 anak.Pada hari ketiga
mereka temui, Rumah sakit dapat menjadi
tenaga
juga
kesehatan
makin
yang
labil
akan
sehingga
suatu tempat yang menakutkan dilihat dari
sudut pandang anak- anak. Suasana rumah
itu faktor orang tua yang menuruti
sakit yang tidak familiar, wajah – wajah
kemauan anak saat dirumah sakit juga
yang asing, berbagai macam bunyi dari
membuat mereka merasa nyaman.
alat yang digunakan, dan bau yang khas
(obat-obatan),
dapat
Pada hari kedua, tahap protes
menimbalkan
mengalami penurunan yang cukup besar
kecemasan dan ketakutan baik bagi anak
menjadi 4 anak yang mengalami separuh
maupun orang tua.
dan lebih dari separuh gejala, gejala yang
Pada tahap putus asa hanya dialami
paling umum yang masih dirasakan adalah
oleh sedikit anak yaitu sekitar 8 anak, anak
memegang orang tua, menghindari dan
yang sudah mencapai pada tahap putus asa
menolak orang asing, anak yang masih
berdasarkan observasi pada penelitian
mengalami gejala ini adalah anak yang
dikarenakan faktor orang tua yang mampu
sama dengan hari pertama, selama dua hari
menenangkan
dirumah
anak,
selain
itu
anak
sakit
mereka
masih
saja
tersebut juga terdapat yang lebih dari satu
mengalami respons pada tahap protes, jika
kali masuk rumah sakit. Kedekatan anak
dilihat secara individu anak ini seluruhnya
pada orang tua dan orang tua yang tidak
berjenis
meninggalkan anak pada hari pertama
perempuan memang mempunyai tingkat
dirumah
cukup
sensitivitas emosi yang cukup besar dari
merasa nyaman. Selain itu terdapat anak
pada anak laki-laki, selain itu kebiasaan
yang memang mempunyai karakteristik
dirumah mereka juga sering merasa takut
“pemberani” dalam artian dia tidak terlalu
dengan
mudah takut dengan lingkungan baru.
dirumah sakit dan dalam kondisi sakit
sakit
membuat
anak
Pada tahap menolak dialami oleh
kelamin
orang
perempuan,
asing
sehingga
anak
ketika
emosinya semakin sensitif.
dua anak, mereka sudah menunjukkan
Pada tahap putus asa hari kedua
peningkatan minat terhadap lingkungan
didapatkan peningkatan jumlah anak yang
sekitar, berinteraksi dengan orang asing
mengelami tahap ini yaitu sebanyak 9
atau pemberi asuhan yang dikenalnya,
anak, gejala yang paling umum dialami
membentuk hubungan baru namun dangkal
adalah tangisnya berkurang, tidak aktif,
dan tampak bahagia. Kejadian ini pada
menarik diri dari orang lain, tidak tertarik
hari pertama memang agak langka, namun
terhadap lingkungan dan sangat pasif
berdasarkan pengamatan peneliti, kedua
terhadap hampir semua tindakan yang
anak ini sudah 2 kali dan 3 kali masuk
dilakukan padanya. Responden mereka
rumah sakit sehingga suasana rumah sakit
cenderung sangat pasif ketika diajak
sudah tampak familiar bagi mereka, selain
berinteraksi
terutama
yang
mengajak
interaksi adalah perawat.
Pada
masih mengalami tahap putus asa pada
juga
hari ketiga adalah anak yang sama pada
mengalami peningkatan yang cukup besar
hari kedua. Hal ini banyak dipengaruhi
yaitu dari 2 anak pada hari pertama
oleh kondisi kesehatannya yang hampir
menjadi
sama
6
tahap
dan pasif dalam berinteraksi. Anak yang
anak
menolak
pada
hari
kedua.
dengan
hari
sehingga
Responden yang paling sering dialami
minatnya
adalah menunjukkan peningkatan minat
lingkungan sekitar juga masih sangat pasif.
terhadap lingkungan sekitar, membentuk
untuk
kedua,
Pada
berinteraksi
tahap
dengan
menolak
terjadi
hubungan baru namun dangkal, mereka
peningkatan jumlah anak yaitu dari 7 anak
juga sudah mampu berinteraksi secara
pada hari kedua menjadi 9 anak pada hari
aktif dengan orang disekitarnya termasuk
ketiga. Hampir semua gejala dialami oleh
perawat, selain itu peningkatan kondisi
kesembilan
kesehatan juga membuat mereka sudah
menunjukkan peningkatan minat terhadap
bisa tersenyum dan bergerak secara lebih
lingkungan sekitar, berinteraksi dengan
aktif dari pada hari pertama.
orang asing atau pemberi asuhan yang
anak
tersebut
yaitu
Pada hari ketiga, terjadi penurunan
dikenalnya, membentuk hubungan baru
jumlah anak pada tahap protes, pada tahap
namun dangkal, tampak bahagia dan
protes hari ketiga ini dialami oleh 2 anak
mampu berinteraksi secara aktif dengan
yang sebelumnya 6 anak. Kedua anak ini
lingkungan sekitar termasuk pada perawat.
adalah anak yang sama seperti pada hari
Hal ini juga disebabkan karena kondisi
pertama dan kedua, mereka adalah anak
kesehatan mereka juga mulai membaik dan
yang berjenis perempuan yang berumur 2
mereka
tahun. Secara individu anak ini memang
semangat pulang kerumah juga membuat
agak penakut terutama pada orang luar,
kondisi
menurut informasi dari orang tuanya anak
menjadi lebih baik.
ini tidak bisa jauh dari orang tua dan ketika
juga
psikologis
penelitian
memang
hospitalisasi
menangis
bahkan
dirumah sekalipun.
pulang
mereka
Masing-masing
dipegang oleh orang yang tidak dikenal
biasanya
akan
meningkat
responden
mempunyai
yang
kerumah,
respons
berbeda-beda
tergangung karakteristik masing-masing
Pada tahap putus asa terdapat 9
anak, terdapat karakteristik yang tidak
anak yang mengalami, gejala yang paling
mungkin terdata dan ada karakteristik yang
umum pada tahap ini adalah tangisnya
dapat didata seperti usia, jenis kelamin dan
berkurang, tidak aktif, tidak komunikatif
pengalaman masuk rumah sakit.
Terdapat penurunan stres dari hari
pertama sampai hari ketiga, penurunan
stres
anak
disebabkan
mereka
mendapatkan perhatian penuh dari pihak
keluarga khususnya ibu yang merawat
dengan sabar selain itu mereka juga
membawa
rumah
mainan
sakit.
kesayangannya
Pihak
melakukan
perawatan
melakukan
tindakan
perawat
standar
sesuai
ke
hanya
dan
dengan
penyakit yang dialami responden dan tidak
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit.
Jakarta: EGC
Nursalam; Dkk, 2005, Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam, 2008, Metodologi Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Rasmun, 2004, Stress, Koping dan Adaptasi.
Jakarta: Sagung Seto
Riyadi, Sujono, 2009, Asuhan Keperawatan
pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rudolph, 2002, Fundamental
Jakarta: EGC
Pediatric.
melakukan tindakan untuk menurunkan
stres hospitalisasi selain itu pihak rumah
sakit juga tidak menyediakan sarana dan
prasarana bermain untuk menurunkan stres
hospitalisasi pasien anak.
KESIMPULAN
Tahapan respon stres hospitalisasi pada
anak todler hari pertama adalah protes
daan putus asa. Penurunan dan proses
adaptasi anak dirasakan pada hari ketiga di
rumah sakit.
Respon stres dipengaruhi oleh beberapa
faktor: usia anak, jenis kelamin, lama
dirawat, pengalaman MRS, dukungan
orang tua dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang, 2003, Manajemen Stres,
Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Hurlock,
Elizabeth
B,
2005,
Perkembangan Anak , Jakarta:
EGC
Supartini, Yupi, 2004, Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong DL, 2003, Buku Ajar Keperawatan
Pediatric. Vol.1. Jakarta: EGC
Download