BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi sehari-hari dalam waktu lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam setahun, atau (pada saat didiagnosis) cendrung melakukan hospitalisasi (Wong, 2013). Penyakit kronis memiliki durasi yang telah berlangsung atau diperkirakan berlangsung setidaknya 6 bulan, memiliki pola kekambuhan, prognosis buruk, dan berdampak pada kualitas hidup individu (O'Halloran et al., 2004). Penyakit kronis pada anak sangat mempengaruhi kualitas hidup dan perkembangan anak. Berdasarkan laporan Boyse et al.,(2012), anak dengan penyakit kronis akan lebih sering mengalami hospitalisasi, pengobatan dan kunjungan untuk pemeriksaan kesehatan dengan paramedis. Ada banyak penyakit kronis yang terjadi pada anak usia sekolah, seperti: gagal jantung bawaan, diabetes, short bowel syndrome, hemofilia, thalassemia, defisiensi imun, penyakit ginjal, cerebral palsy, tumor otak, demam rematik, leukimia dan asma (Wong, 2013). Anak usia sekolah merupakan periode kehidupan antara usia 6-12 tahun memiliki berbagai macam label, dimana masing-masing label menggambarkan karakter penting pada setiap periode. Pertengahan tahun antara 6-12 tahun sering disebut sebagai usia sekolah. Periode ini dimulai dengan masuknya anak ke dalam lingkungan sekolah yang memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan dan hubungan (Wong, 2013). 1 Universitas Sumatera Utara Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial. Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah cenderung lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak seperti: berlari, meloncat, dan menjaga keseimbangan. Perkembangan kognitif pada usia ini mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Perkembangan psikososial anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil (Wong, 2013). Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit sehingga kondisi tersebut menjadi stressor bagi anak (Wong, 2013). Hospitalisasi dapat menyebabkan stress karena berbagai faktor yang berkaitan dengan stress perpisahan, perubahan rutinitas, kondisi tidak familiar dengan orang dan lingkungan sekitar, serta ketakutan akan nyeri yang berhubungan akan keadaan sakit dan pengobatannya (Boyse et al., 2012). Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2-5% penduduk Indonesia menderita asma. Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2003. DKI Jakarta memiliki prevalensi asma yang lebih 2 Universitas Sumatera Utara besar yaitu 7,5% pada tahun 2007. Angka kejadian asma pada anak sekitar 1085%. Pada anak usia sekolah leukimia yang terjadi pada umumnya Leukimia Limfositik Akut (LLA) dan Leukimia Mielositik Akut (LMA). Leukimia Limfositik Akut (LLA) pada anak 5 kali lebih sering terjadi dibanding dengan Leukimia Mielositik Akut (LMA) (Belson et al., 2007). Penelitian yang dilakukan di RSCM ditemukan bahwa leukimia merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi pada anak (30-40 %), tumor otak (10-15 %), kanker mata (10-12 %) pada anak. Sisanya, kanker jenis lain seperti kanker kelenjar getah bening, kanker saraf dan kanker ginjal. Di Indonesia insiden leukimia 2,5-4,0 % per 100.000 anak. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan cukup tingginya angka kejadian penyakit kronis pada anak usia sekolah. Banyak dampak yang terjadi pada anak yang mengalami penyakit kronis, terutama akibat hospitalisasi, seperti stres, ketakutan, dan nyeri. Pengalaman anak yang mengalami penyakit kronis tersebut perlu dikaji untuk mengetahui apa yang terjadi pada anak dan apa yang dirasakannya terkait penyakit dan pengobatan yang diterimanya. Informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk menentukan asuhan keperawatan yang tepat untuk anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengalaman anak dengan penyakit kronis. 1.2 Rumusan Masalah Penyakit kronis pada anak sangat mempengaruhi kualitas hidup dan perkembangan anak. Anak dengan penyakit kronis akan lebih sering mengalami hospitalisasi. Keadaan tersebut menyebabkan stress karena berbagai faktor yang berkaitan dengan stress perpisahan, perubahan rutinitas, kondisi tidak familiar 3 Universitas Sumatera Utara dengan orang dan lingkungan sekitar, serta ketakutan akan nyeri yang berhubungan akan keadaan sakit dan pengobatannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk mempelajari bagaimana pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis di RSUP H Adam Malik Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dalam ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan tentang pengalaman anak usia sekolah dengan penyakit kronis. 1.4.2 Praktik Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada anak usia sekolah dengan penyakit kronis. 1.4.3 Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti selanjutnya, dan sebagai data tambahan untuk memperkaya pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperawatan anak usia sekolah dengan penyakit kronis. 4 Universitas Sumatera Utara